𝐃𝐞𝐦𝐢 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟏𝟔

 

update tipis2 


AWAL DI KEHIDUPAN BARU

Kehidupan pun berjalan seperti biasanya. Usaha bisnisku pun sudah berkembang lumayan baik, bahkan aku bisa memperkerjakan 5 orang sekarang plus suaminya si Inah yang akhirnya juga ikut kerja denganku. Dua cewek dan 4 cowok yang bagian urus packing dan stock. 

Yang cewek-cewek tetap jadi admin onlineshopku. Pak Herman, suaminya Inah ini urus kebersihan dan juga bantu-bantu packing, kalau malam, dia bagian jaga malam rumah sebelah yang juga menjadi kantor usahaku bergantian dengan pak Darto, warga sekitar situ juga yang khusus hanya sebagai penjaga malam.

Untuk urusan batin pun juga kalau bisa dibilang jauh lebih baik bila kubandingkan dengan pernikahanku yang sebelumnya. Aku pun masih memanggil lelaki itu dengan sebutan Kung, yang disebabkan anak-anakku tetap memanggilnya dengan sebutan itu. 

Untuk Doni anakku yang pertama sepertinya sudah mengerti kalau kung nya ini yang menggantikan papanya yang pergi jauh. Hanya si Bayu saja yang sepertinya belum paham.

“Sabar Nuk… toh mereka kan masih kecil. Ga papa juga” kata suamiku. Kesehatan suamiku juga jauh lebih baik dan masih bisa dibilang prima. Sebenarnya aku ingin mempunyai anak lagi dengan suamiku itu tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya diputuskan tidak sehingga spiral yang menjadi alat kontrasepsikupun pun tetap kubiarkan terpasang.

Suatu malam kira-kira jam 7 an, anak-anak sudah tertidur. Doni tidur sendiri di kamarnya sedangkan Bayu, tidur di kamarku. Kesempatan itu kami gunakan untuk bercinta karena biasanya kalau anak-anak tidurnya cepat, malam biasanya mereka bangun. 

Sekitar jam setengah 9, aku dan suamiku pun turun dari loteng. Oh iya kalau di rumah yang dulu tempat bercinta kami di kamar tamu, kalau sekarang kamar khususnya di lantai dua. Setelah itu suamiku pun tidur di kamar Doni dan aku dengan anakku yang nomor dua.

Rutinitas juga sebelum tidur, aku cek cctv yang di kantor dengan gadgetku. Agak terkejut juga melihat dalam ruangan kantor masih menyala semua lampunya. Ternyata di ruang packing masih ada satu orang yang lagi bekerja. Tumben, biasanya pick up teakhir oleh ekspedisi jam 8 tadi. 

“Oh si Faris rupanya” terlihat salah satu karyawan. Yang paling muda bahkan. Usianya paling 20 tahunan atau mungkin sedikit di bawah atau di atasnya. Katanya setelah lulus SMA langsung bekerja di tempatku ini.

Karena penasaran aku kemudian berjalan menuju kantorku lewat tembusan belakang rumah. Tetapi baru mau masuk ke ruangan dimana Faris berada, aku baru ingat kalau aku hanya memakai daster tanpa lengan saja, bahkan kala itu aku tidak memakai bra seperti kebiasanku ketika malam.

Mengingat sebelum-sebelumnya kalau aku ke kantor aku selalu memakai pakaian rapi lengkap dengan penutup kepalaku. Kalaupun malas ganti daster, aku selalu menutupnya dengan jaket ata hoodie, aku pun berencana balik lagi untuk ganti baju. “Tapi malas ah” biar aja gini. Toh juga aku hanya ingin tahu kenapa dia belum pulang sampai malam. Akhirnya kuputuskan untuk ke ruangan karyawanku itu berada.

Ia tampak terkejut melihat kedatanganku. “Maaf Ris, kamu sampe kaget kayak gitu” kataku. “Eh iya bu.. lagi sendirian aja soalnya mulai tadi” jawab pemuda itu. “Kamu kenapa kok belum pulang?” tanyaku lagi. “Maaf bu. Besok, saya antar ibu saya ke puskesmas untuk minta rujukan, trus antar ke Rumah Sakit. 

Saya takut besok siang urusannya belum selesai dan terlambat, makanya saya tadi minta di print outkan order-order yang diatas jam 4 sore, biar saja kerjakan malam ini, gantinya besok kalau saya terlambat” jelasnya.

“Loh, ibu kamu sakit?” tanyaku. “Oh nggak bu, hanya kontrol bulanan diabetnya, kalau ke RS harus ada pengantar dari puskesmas” jelasnya. “Oh gitu, sebenarnya besok kamu ijin juga ga papa Ris.. tinggal bilang ke yang lain atau ke saya. 

Kalau memang itu untuk antar ibumu” jawabku. “ya udah, nggak usah lama-lama, cepet pulang saja, biar diterusin besok” kataku kemudian. “Iya bu, nanggung juga, tinggal 3 paket saja kok. Setelah itu saya pulang” jawabnya. Kemudian akupun kembali ke habitatku.

Nah di saat berjalan ini, entah GR atau apa kurasakan mata pemuda itu seperti melihatku terus. “Ah, mungkin cuma perasaanku saja. Aku pun segera kembali ke kamarku untuk tidur. Iseng aku pun melihat cctv itu lagi. Oh ya kamera pengintai yang ada di dalam kantorku memang sengaja aku beli yang tersamar dan berbentuk sebagai lampu LED. 

Jadi para karyawanku pun tidak tahu kalau sebenarnya di semua ruangan ada cctvnya. Yang mereka tau yang di luar saja yang memang kameranya benar-benar terlihat. Agar pegawaiku memang benar-benar jujur tanpa adanya cctv, ide itu yang ada di benakku.

Kamar mandi kantor itu pun terletak di luar rumah, pas di sebelah parkiran sepeda motor dengan pertimbangan bisa digunakan juga oleh orang-orang ekspedisi yang menunggu barang kirimannya.

Terlihat di semua sudut ruangan kantorku kosong tapi semua lampu masih menyala. Tidak kutemukan Faris di sana. Sesaat kemudian ia terlihat keluar dari kamar mandi dan kembali masuk ke dalam ruangan. Sejenak aku penasaran. Lucu dan asik juga bisa melihat aktivitas orang tanpa sepengetahuan orang tersebut.

Pemuda itu tampak langsung ke ruangannya tadi dan mengambil handphone nya dan kembali keluar dari ruang packing. Akan tetapi pemuda itu berhenti di pintu yang menghubungkan rumah kantor dengan halaman, jalan belakang untuk ke kamar mandi. Sesaat terlihat sepertinya dia berpikir.

Ia lalu berjalan menuju meja tempat biasanya digunakan untuk makan dan mengambil beberapa tisu. Kemudian ia sempat ke depan ke ruang admin, nah ini yang semakin membuatku penasaran. 

Pemuda itu terlihat mengintip di balik Gorden, mungkin ia mencoba melihat pak Herman, suaminya Inah yang lagi tugas jaga malam. Setelah itu ia kembali ke ruang packing. Aku sempat akan mematikan pengintaianku pada pemuda itu sebelum ia terlihat menutup sliding door yang ada di ruangan itu.

Aku pun bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan. Sedetik kemudian aku sangat terkejut. Pemuda itu menaruh hp dan tisu yang dibawanya sejak tadi di tumpukan barang-barang yang sudah terbungkus lalu melorotkan celana dan CD yang dipakainya sampai ke tungkak sehingga tubuh bagian bawahnya telanjang. 

Penisnya terlihat jelas sudah tegak berdiri, wow ukurannya mengingatkanku pada punya pak Zen, tapi kayaknya lebih pendek sedikit.

Lalu dengan tangan kanannya anak muda itu mulai mengocok penisnya sendiri. Melihat itu aku jadi panas dingin. Perlahan birahikupun mulai menyapa, membuat kemaluanku berlendir dengan sendirinya, secara alamiah aku mengempitkan kedua kakiku yang terbaring di sebelah Bayu anakku yang kala itu tidur denganku. 

Padahal barusan juga aku dan suamiku berhubungan intim, tapi aku sudah ingin melakukannya lagi gara-gara melihat karyawanku mengocok penisnya sendiri.

Kemudian ia terlihat berhenti dan mengambil HP nya, ia tampak membuka sesuatu. Mungkin gambar porno atau apa, pikirku. Ia lalu meletakkan HP nya di posisi yang dia dapat memandanginya lalu mulai mengocok penisnya lagi. 

Aku tertarik melihat foto apa yang sedang dilihatnya untuk menemaninya onani. Dan dengan fasilitas zoom, meskipun agak pecah, bisa kupastikan itu adalah foto profil WA ku. Gila anak ini onani sambil membayangkan tubuhku. 

Padahal di foto itu aku berpakaian lengkap. Sempat terbersit angan untuk membantu anak itu merealisasikan fantasinya dan kebetulan aku juga dibuat horni olehnya. Tapi aku masih belum senekat itu.

Tidak lama kulihat anak muda itu meraih klimaksnya. Ditutupinya ujung penisnya dengan tisu yang dibawanya agar spermanya tidak berceceran lalu membungkusnya dengan potongan-potongan plastik sisa packing. Setelah itu dia berkemas, memakai celananya dan pulang meninggalkanku di kamarku sendiri yang sedang memperhatikannya dari jauh dengan birahi yang tidak tertahankan.

Aku lalu keluar menuju kamarnya anakku untuk mengajak suamiku berhubungan badan lagi. “Kung… kung… Ninuk ga bisa tidur” bisikku pelan. Kami lalu ke kamar atas untuk ronde kedua malam itu. Anehnya juga, bayangan si Faris ini sering muncul ketika suamiku menyetubuhiku kala itu.

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com