First Time Anal
Baru sekitaran maghrib ibuku pulang. Aku membantunya mengeluarkan bawaannya. Sepertinya ia habis belanja. Banyak tas-tas plastik ramayana berisikan sepertinya baju-baju. “Buat Ninuk ada ma?” tanyaku. “Ga ada Nuk, cuma buat Doni ama Bayu ajah” jawabnya. “Yaaa… mama… kok Ninuk ga dibeliin sih” kataku dengan suara manja. “Heh, kalo kamu bisa beli sendiri” jawab mamaku singkat.
“Ma, nanti kayaknya harus tidur di kamarnya anak-anak atau di kamar tamu deh. AC kamar mati ma” kataku setelah makan malam. Padahal batereinya remotnya aja yang kubalik sehingga tidak berfungsi. “Di kamar tamu aja Nuk. Eman-eman kamar anakmu, sudah bersih.
Lagian besok kamar tamu juga harus dibersihkan sebelum suamimu datang” ujarnya yang membuatku tidak mencari alasan lagi untuk mensukseskan rencana dengan ayah mertuaku siang tadi.
Jam baru meninggalkan pukul 7 malam lewat sedikit ketika mamaku mengajakku tidur. Kami berdua pun masuk ke kamar tamu. Kulihat mamaku menanggalkan semua dalemannya, bh dan cd nya dicopot semua. Beda denganku yang masih tetap memakai celana dalam ketika tidur.
Saat tiduran wanita itupun memintaku menceritakan kegiatanku tadi siang. Aku memberitahunya secara garis besar saja, tidak detail. “Oh iya Nuk, tadi aku minta Inah untuk datang agak pagi, biar bisa bantu bersih-bersih. Sebenarnya tadi mau kuajak langsung kesini, tapi ga mau karena kalau malam minggu suaminya pulang” kata ibuku.
Setelah mamaku tidur, aku lalu keluar kamar mempersiapkan segala sesuatunya untuk malam ini. Air mineral, beberapa handuk dan pelumas khusus pasutri kubawa ke kamar tamu. Kulihat waktu masih menunjukkan pukul setengah 9 malam, akhirnya kuputuskan melihat acara TV sambil menunggu kedatangan ayah mertuaku.
Baru sekitar jam setengah sepuluh pagar rumahku terdengar dibuka yang bisa kupastikan itu adalah ayah mertuaku. Setelah mematikan TV aku segera menyambut kedatangan lelaki itu yang tampak membawa 2 buah tas kresek warna merah. “Ini Nuk, dapat berkatan, kalau tak taruh di rumah, ga ada yang ngerawat, eman-eman kalau bau” katanya.
Berkatan ini istilah di daerah kami untuk bawaan atau gift yang diberikan yang punya hajat kepada undangan yang hadir. Isinya biasanya nasi lengkap dengan lauk dan sekotak kue.
“Iya kung, kataku dan langsung memasukkannya ke dalam kulkas. Kemudian aku masuk ke kamarku dan mengganti dasterku dengan pakaian dinas malam hitam yang dulu pernah kupakai ketika berhubungan badan dengan ayah mertuaku. CD yang kupakaipun kulepas.
Lelaki itu masih berdiri menungguku di ruang tengah ketika aku keluar kamar. Matanya agak terbelalak melihat penampilanku.
Tanpa ragu lelaki itu langsung memelukku. “Nuk, ga usah ajak bu Eko dah… berdua aja… yaaa” kata lelaki itu. “Kenapa…” tanyaku tehenti ketika lelaki itu langsung mencium bibirku.
Kudongakkan kepalaku ketika dia mulai menjilat leherku dan tangannya meremas payudaraku. “Iya kung… ga usah ajak mama” kataku yang mulai terangsang kemudian kulepaskan pelukan lelaki itu.
“Di depan TV aja Kung, pake kasur lipat. Aku ambil pelumas dulu. Tadi dah Ninuk taruh di kamar tamu” kataku kemudian berlalu.
Kulihat mamaku tertidur pulas ketika aku masuk ke kamar tamu. “Maaf ya ma..” gumamku pelan kemudian keluar kamar. Kulihat kasur lipat itu sudah terpasang dan ayah mertuaku mulai melucuti pakaiannya ketika aku sampai lagi di ruang tengah.
“Duduk di sofa dulu Nuk” kata lelaki itu yang langsung kuturuti. Lelaki itu kemudian duduk tepat di bawahku dan langsung menjilati bagian kewanitaanku. “Oooohhh… “ desahku ketika lidahnya juga mulai beraksi. Lama lelaki itu memberikan permainan oral yang sangat-sangat kunikmati sampai-sampai aku bisa mencapai orgasmeku hanya melalui permainan lidahnya.
“Nungging Nuk… disini” katanya pelan sambil menunjuk ke kasur lipat yang sejak tadi sudah terpasang. Aku kira lelaki itu akan menusukku dari belakang tetapi ternyata menyibak belahan pantatku dan mulai menjilati lubang duburku. Sensasi unik yang pertama kali kurasakan.
Untuk beberapa lama dia terus menjilati sun hole-ku. Kadang juga dengan kemaluanku di posisi doggy-ku. kemudian lelaki itu menghentikan aksinya. Tampaknya dia mengambil pelumas yang tadi kubawa, diteteskannya pas di lubang anusku. Jari lelaki itu kemudian mengoles-oleskanya dan perlahan ditusuknya sun Hole-ku dengan jarinya.
Reaksi pertamaku ya terkejut dan secara reflek lubang belakangku seperti mencegah ketika ada barang masuk.
“Jangan di cegah Nuk… pasrah aja… biarin masuk…”kata lelaki itu pelan. Di percobaan kedua sudah mulai lancar, sekitar setengah jari tengah lelaki itu masuk.
Ada sensasi lain yang kurasakan memang. Tapi gimana rasanya nanti kalo penis lelaki itu yang masuk, yang notabene diameternya beberapa kali ukuran jari tengahnya.
Beberapa kali lelaki itu mengulangi dengan jari tengahnya yang akhirnya berhenti.
Kulihat lelaki itu melepas boxer nya sehingga telanjang bulat dan memasangkan caps di penisnya sendiri. Setelah itu dia kembali memposisikan badannya tepat di belakang bokongku yang sejak tadi tetep menungging. “It’s time” pikirku dan berkosentrasi gimana seperti yang lelaki itu tadi katakan.
“Coba ya Nuk…” gumamnya pelan lalu kurasakan penis lelaki itu sudah menempel di sun hole ku. Gel plumas dituangkannya agak banyak. Kemudian lelaki itu mulai menekan penisnya di lubang anusku.
Mataku terpejam. Ada rasa aneh, sakit ketika kepala kemaluannya masuk, tapi aku tetep pasrah membiarkannya, seperti yang lelaki itu perintahkan. Ia terus mencoba sambil menarik dan menekankan lagi penisnya. Dan akhirnya mulai lancar.
Sensasi awal memang agak sakit tapi tertutup sensasi lain yang kurasakan. Tangan lelaki itu lalu mengucek-ucek kemaluanku, mungkin agar aku juga merasakan nikmat dari rangsangan alat vitalku.
Lelaki itu mulai menyodok-nyodokkan kemaluannya pelan yang makin lama makin cepat. Makin lama aku semakin menikmati permainan itu. Rasa sakit yang tadi kurasakan sudah hampir tidak ada, berganti dengan sensasi baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Sesekali lelaki itu mengoleskan gel pelumasnya lagi. Memang untuk lubang belakangku ini, pelumas alaminya sedikit, lain dengan vaginaku yang selalu banjir.
Tidak sampai lima menit lelaki itu tambah mempercepat goyangannya, sepertinya dia mau mencapai puncak kenikmatannya. “ooooohhhhhh…..” aku keluar Nuk” jeritnya ketika spermanya muncrat tapi tertahan di kondom yang dipakainya. Beberapa saat kemudian ia menari keluar kemaluannya dari lubang anusku.
Aku pun ambruk di kasur lipat dan berbaring. Lelaki itu melepas latex yang ujungnya seakan tidak mampu menampung air maninya yang memang selalu banyak, bahkan beberapa juga ada yang tumpah. Ia mengikatnya dan menaruhnya di dalam kresek kecil tempat bungkus kondomnya tadi.
Ia lalu duduk di sisiku yang terbaring beralaskan bantal sofa. “Gimana Nuk?” tanyanya. “Enak Kung?” tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaannya. “Enak Nuk… tapi kamu ga sakit? Punyamu kayak seret gitu” tanyanya. “Iya sih Kung, agak sakit tapi memang sensasinya lain” jawabku.
“Kalo kamu ga suka , ga usah lagi ga papa Nuk” katanya lagi. “Yang penting Kung enak dan puas, Ninuk suka!” jawabku sambil merasakan ada yang aneh di duburku. Seperti ada yang mengganjal. Sama persis seperti ketika dulu waktu pertama kali keperawananku jebol, tapi ini di lubang belakangku.
Sekitar setengah jam kemudian kami berhubungan badan lagi. Awalnya kukira ia bakal langsung meng-analku, tapi ternyata tidak. Kami melakukan seperti biasanya sampai aku beberapa kali mencapai puncak kenikmatanku.
Barulah setelah itu dia memakai lubang belakangku ketika dia mencapai klimaksnya dengan tidak lupa memakai kondom tentunya.
Sekitar jam setengah 12 malam akhirnya kamipun tertidur dengan posisi masih telanjang bulat. Awalnya tidak terasa dingin tapi sekitaran jam 2 pagi akhirnya kami memakai baju masing-masing sebelum cepat-cepat tidur kembali.