𝐃𝐞𝐦𝐢 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟖

 


Beberapa lama tubuhku dan ayah mertuaku masih terbaring berdampingan di ranjang dimana tadi menjadi tempat untuk saling memacu birahi untuk saling memuaskan satu sama lain. Permainan yang sungguh sangat nikmat yang tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata. Entah berapa banyak Joule energi yang dikeluarkan, berapa banyak peluh yang terkuras. Semuanya hanya untuk satu kata, yaitu kepuasan. Kupandangi penis lelaki tua itu yang sudah terkulai lemas setelah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik.


Kulirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 08.40. jadi hanya 20 menit tersisa sebelum si Bayu, anakku yang kedua pulang sekolah. “Kung, biar Ninuk suruh Inah jemput Bayu ya. Nanti sekalian Ninuk suruh ajak jalan-jalan dulu biar Kung bisa nyantai dulu dan bisaistirahat disini” kataku.

“jangan Nuk” jawab lelaki itu pelan yang langsung menarik perhatianku. Aku kemudian menyondongkan tubuhku kepadanya. “Kenapa Kung? tanyaku penasaran. “Biar aku aja yang jemput. Trus nanti Bayu tak ajak kerumah seperti biasanya sambil kupancing-pancing dia untuk memintaku tidur disini lagi nanti malam” jelasnya sambil tersenyum. “Ihhh… Kung ada-ada ajah. Kung nggak capek?” tanyaku. “Ya capek lah Nuk…tapi ga papa.. bentar ya” katanya kemudian beranjak ke kamar mandi lagi.

Lima menit kemudian lelaki itu mulai memakai bajunya. “Aku jemput Bayu dulu ya Nuk” katanya terus mencium pipi kiriku. “Iya Kung… Ninuk mau bersihin kamar dulu” jawabku. Kemudian lelaki itu keluar. Beberapa menit kemudian si Inah masuk. “eh… ibu.. masih di sini” kata pembantuku itu. “Iya Nah, ada apa? Tanyaku. “Barusan Kung suruh Inah untuk bersihkan kamar bu.. Ihhh Ibu kok belum pake baju?” jawabnya. “hehehe.. Oh, gitu ya… ok deh.. aku mau mandi” kataku lalu keluar dan menuju kamar mandi. Mungkin ayah mertuaku itu itu sengaja menyuruh Inah agar bukan aku yang membereskan kamar. Setelah memastikan rambutku benar-benar kering sesudah mandi, aku memutuskan untuk tidur.

Aku sedikit terkejut ketika membuka mataku. Kamar tempat aku tidur terlihat gelap, seperti sudah sore sekali. Jam di dinding pun tidak terlihat karena lampu kamar yang tidak kuhidupkan. “Ohh… masih jam setengah dua” gumamku saat melihat jam di HPku. Berarti hampir tiga jam setengah aku tidur. Lumayan lama juga aku mengganti waktuku dengan tidur siang. Permainan tadi pagi sungguh menyita tenagaku. Nggak apa-apa, yang penting gelora birahiku sudah plong, lega sega sekalim meskipun aku mendapatkannya dengan berhubungan badan sama ayah mertuaku. Sekarang tinggal perutku yang melilit, menginginkan asupan pengganti energiku yang keluar.

Sejenak kusempatkan membaca pesan baru yang ada di Androidku. Kulihat ayah mertuaku mengirim WA yang belum terbaca.

10.03 Kung : “Istirahat Nuk. Biar nanti anak2 tak ajak kerumah”

13.20 Kung : “ Ini anak2 sudah dirumah. Tidurkah?”

Aku kemudian membalasnya dan terhadilah percakapan via WA.

13.31 Aku : “ Iya Kung. ini baru bangun, hehe. Makasih ya Kung”

13.42 Kung : “Makanya tadi biar Kung yang jemput, biar kamu bisa istirahat..”

“Udah maem Nuk? Nih aku sama anak2 maem Sate Ponorogo, tadi Bayu

minta trus bungkus di pak Siboen deket alun-alun”

13.43 Kung : “ Laper Nuk. Tadi pagi habis bajak sawah, capek”

Ini yang membuatku tersenyum geli sendiri. Lelaki itu mengibaratkan berhubungan intim denganku tadi pagi dengan :Membajak Sawah”.

13.48 Aku : “Emang sawahnya luas ya Kung? kok sampe capek gitu? Hehehe”

13,49 Aku : “Tapi Enak kan??”

13.50 Kung : “Nggak Nuk, nggak enak”

13.50 Kung : “Tapi uuueeenaaaaaaak” hehehe”

Lagi-lagi aku dibuat tersenyum oleh lelaki itu. Aku kemudian bangkit dan keluar kamar. Kulihat rumahku sepi sekali. Pintu-pintu tertutup rapat. Pasti si Inah tidur juga. Setelah pipis aku pun makan dengan lahap. Sore itu kuhabiskan waktuku untuk memilih dan menata baju-baju anakku. Pakaian-pakaian yang sudah kekecilan atau nggak layak pakai kusingkirkan untuk dibuang. Sampai tidak terasa waktu maghrib pun tiba, akupun segera mandi.

Setengah jam kemudian ayah mertuaku datang mengantar anak-anakku. “Malem anak-anak belum makan Nuk” kata lelaki itu ketika menyerahkan bawaan Bayu dan Doni yang rupanya langsung menuju meja makan. “Iya Kung, Kung makan disini juga aja” ajakku. Di tengah-tengah kamu makan tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. “Oh. Syukurlah… akhirnya hujan juga” kataku menyambut air yang turun dari langit pertama kali di tahun itu.

“Naa.. Kung ga bisa pulang… Kung tidur sini aja” kata si Bayu sambil mengunyah makanannya. “Iya Kung, Doni juga ada PR nulis aksara jawa. Ajari ya” sahut si Doni yang disambut anggukan oleh lelaki tua itu. Aku tersenyum dalam hati mendengar permintaan kedua anakku itu. “Hey… ayo kalau makan jangan sambil ngomong. Nanti kesedak” kataku.

Kemudian aku menemani si Bayu bermain sambil nonton Upin Ipin di TV sedang si Doni dan Kakeknya sedang serius di meja belajar yang ada di kamar. “Nggak bobok sayang?” tanyaku pada anakku setelah acara TV kesayangannya habis. “Aku tidur ama Kung aja. Nggak ama mama” jawabnya kemudian ngelonyor masuk kamar. “Ehh.. jangan ganggu kakak dulu lho ya. Kakak masih belajar” jawabku. “Iya maa” sahutnya dari dalam kamar.

Beberapa saat setelah mematikan beberapa lampu dalam rumah, aku pun masuk ke kamar anak-anaku yang ada ayah mertuaku juga di dalam. “Mama tidur dulu ya” kataku kemudian mencium pipi Doni yang sedang duduk di kursi meja belajar dengan kakeknya. Kemudian aku juga mencium pipi Bayu yang sudah di atas ranjang duluan. Ritual yang selalu kami lakukan setiap malam. “Ninuk Tidur ya Kung” kataku pamit ke ayah mertuaku itu kemudian meninggalkan kamar mereka dan kangsung masuk ke kamar utama ruamahku.

Hujan sudah berubah menjadi gerimis malam itu menambah suasana syahdu dan sepi meski jam belum menunjukkan pukul 8 malam. Kulepas BH yang seharian telah mennyekap payaudaraku, aku selalu tidak memakai bra tiap malam pas tidur. Sambil tiduran kubuka Gadgetku. Ternyata ayah mertuaku mengirim pesan yang membuatku tertawa kecil. “Nuk, aku kok nggak disun juga?” mungkin ia mengirimnya setelah tadi aku mencium anak-anakku.

============
Tontonan di yutub tidak mampu mempercepat waktu yang sedang berjalan. Hingga akhirnya jam 21.07 ada pesan masuk dari ayah mertuaku, bilang kalau anak-anakku sudah tidur. Aku kemudian bangkit dan keluar kamar. Kutemukan lelaki itu sudah duduk di sofa tengah. TV 32 Inch yang diletakkan mepet dengan tembok pun sudah hidup kembali dengan volume yang tidak begitu keras. Kulihat pintu kamar anakku pun sudah tertutup. “Sebentar Kung” kataku kemudian berusaha mengangkat meja yang ada di depan sofa. Mengetahui hal itu, lelaki itu kemudian mengambil alih. “Dipinggirkan tah? Kenapa” tanyanya lalu meindahkannya sesuai petunjukku. Aku kemudian mengambil kasur lipat yang ada di dekat buffet tempat TV. “Oh… pake ini” kata ayah mertuaku itu kemudian membeberkan benda itu pas di depan sofa.

’Kalo gini enak Nuk. Nanti kalo anakmu keluar, aku bisa alasan nonton TV” katanya sambil menata bantal sofa di atasnya. Lelaki itupun merebahkan tubuhnya yang segera kususul dengan menempatkan kepalaku bersandar di dada lelaki itu. “Tidur Nuk” capek, seharian tadi akhirnya aku ga bisa tidur” kata lelaki itu membuka kata-kata sambil tangannya mengusuk-usuk dahiku. Tapi bukannya terlelap, kamipun akhirnya ngobrol ngalor-ngidul, sambil menikmati malam.

Sekitar jam setengah sebelas, sesaat kami berdua terdiam. Mungkin bahan pembicaraan sudah habis atau kami sudah capek. “Nuk, kamu nggak pengen?” tanyanya pelan. “Kung mau? Nggak capek?” tanyaku balik yang dibalasnya dengan anggukan. “Bentar ya Kung…” kataku kemudian beranjak masuk dulu ke kamarku. Aku kemudian mengganti daster merah yang kupakai dengan pakaian dinas malam warna hitam. Celana dalamku pun juga kutanggalkan. Sesaat sesudahnya aku kemudian berjalan keluar menuju tempat lelaki itu berada.

Lelaki itu tampak terkejut melihat dandananku ketika berjalan ke arahnya. Aku lalu merebahkan tubuhku di sisinya kembali. Tidak banyak omong, lelaki itu kemudian mencium bibirku. Aku pun menyambutnya dengan mesra. Tangan kirinya lalu mulai meremas payudaraku.

Bibir kami masih berpagutan ketika tangan kiri lelaki itu mulai menjamah kemaluanku. Kubuka sedikit kedua kakiku agar jari lelaki itu bisa dengan leluasa memainkan “Kacang”ku. Sesaat kemudian aku melepaskan cengkraman mulut ayah mertuaku itu dari bibirku karena nafasku mulai tersengal yang disebabkan permainan jarinya di klirotisku. Ia kemudian menjilati leherku. Tanganku mencoba menyentuh bagian depan celana pendek kolor yang dipakainya malam itu. Kurasakan penis lelaki itu sudah berdiri mengeras.

“Masukin Kung.. punya Ninuk sudah basah” pintaku agar lelaki itu segera menyetubuhiku kala itu. Ia kemudian berdiri dan melepas celana pendek dan CD nya. Kaosnya tidak ia buka, hanya menaikkan saja sampai di atas perutnya yang tidak sixpack itu. Terlihat batang kemaluan ayah mertuaku itu sudah siap tempur. Aku lalu menata bantal agar sandaran kepalaku enak dan nyaman. Lelaki itu sudah di ujung kakiku ketika aku sudah menemukan posisi tubuh yang enak, segeralah kukangkangkan kedua kakiku seiring tubuh lelaki itu mulai menaikiku. “suaranya jangan keras-keras… nanti anakmu bangun” katanya lalu mulai menyodok-nyodokan batang kemaluannya di dalam lubang vaginaku.

Ada sensasi tersendiri buatku ketika harus menahan mulutku untuk tidak meracau seperti biasanya ketika kami berhubungan badan. Hanya suara nafas yang tersengal yang tidak dapat kami bendung ketika alat kelamin ayah mertuaku itu beradu dan saling memberikan kenikmatan dengan kemaluanku. Beberapa kali aktivitas kami harus terhenti ketika mendengar suara kucing atau apa yang selalu dikira suara pintu kamar anakku yang terbuka. Dinginnya udara malam pun tak kuasa menbendung keluarnya keringat dari tubuh kami berdua.

Di posisi missionari ini pertahanku berhasil dijebol. Sesaat ia menghentikan goyangannya sekedar untuk memberiku kesempatan menikmati orgasmeku. Kemudian perlahan ia mulai menggenjotku kembali. Beberapa menit kemudian lelaki itu mencabut penisnya dan merebahkan tubuhnya di sampingku. Paham dengan kemauannya, aku segera menaiki tubuh ayah metuaku itu dan menggoyangnya. Entah berapa menit kemudian, aku rasakan aku akan mencapai klimaksku lagi sehingga kupercepat ulegan ku dan berusaha menemukan ritme yang pas agar aku segera bisa meraih puncak kenikmatanku lagi. Kurasakan pinggul lelaki itu juga bergoyang mengikuti iramaku malah sepertinya lebih menekan-nekan ke atas. “Ooooooocchhhhh….” Kami berdua mengerang dengan suara yang tertahan. Kurasakan penis lelaki itu menyembur-nyemburkan air maninya pas tepat bersamaan di saat aku juga meraih orgasmeku yang kedua di malam itu.

Tubuhku kemudian ambruk diatasnya lelaki itu yang nafasnya masih tersengal. “aduuhh… enak Nuk… aduhhhh” bisik lelaki itu tepat di telingaku sambil mengatur nafasnya. Beberapa menit kemudian aku rasakan sperma lelaki itu sudah mulai meleleh dari dalam tubuhku melalui batang penis lelaki itu yang masih menancap. Akupun melepas lingerie hitam yang kupakai dan menyumpalkannya di vaginaku sesaat setelah kukeluarkan penisnya. Takut cairannya berceceran kemana-mana aku pun segera beranjak ke kamar mandi sambil terus menutup bagian lubang kewanitaanku.

Sesampainya di kamar mandi aku segera jongkok agar air mani ayah mertuaku itu segera keluar pas juga aku kebelet pipis. Kulihat lelaki itu pun menyusulku ke kamar mandi. Lelaki itu sudah selesai bebersih ketika aku masih mencuci memekku dengan sabun khusus wanita. Ia juga sudah memakai celana pendeknya kembali tapi tampaknya ia menungguku.

“Makasih ya Nuk” katanya kemudian mencium bibirku kemudian keningku ketika aku berdiri. Aku tersenyum menjawabnya. “Tunggu di ruang tengah ya kung” kataku. Kemudian lelaki itu keluar. Sambil masih telanjang bulat aku berjalan mengikutinya dari belakang dan langsung masuk ke kamarku. Segera aku memakai celana dalam dan melapisinya dengan pembalut, takut masih ada sisa sperma lelaki itu di dalam tubuhku. Sesaat setelah memakai dasterku yang tadi, aku segera keluar kamar dan menyusul ayah mertuaku di ruang tengah. tak lama kemudian kami pun terlelap.

BERSAMBUNG ...

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com