๐ƒ๐ž๐ฆ๐ข ๐€๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง ๐Š๐ž๐ฌ๐ž๐ก๐š๐ญ๐š๐ง ๐„๐ฉ๐ข๐ฌ๐จ๐๐ž ๐Ÿ๐Ÿ–

 


Waktu terasa berjalan agak lambat untuk menuju malam hari itu. Gimana tidak, “hukuman” yang akan kuberikan pada si Faris harus kutunda nanti malam karena gangguan teknis siang tadi. Kulihat di cctv, aktivitas di kantor tempat usahaku pun tetap seperti biasanya. 

Tetapi semesta sepertinya berpihak kepadaku. Suamiku langsung tidur habis isya tadi di kamar anakku, katanya kelelahan setelah ikut kerja di sawah. Si Bayu pun demikian, tinggal Doni saja yang masih bertahan dengan PR nya yang belum selesai.


Jam 8 lebih sedikit anakku yang pertama akhirnya menyelesaikan tugasnya, kemudian langsung masuk ke kamar, bergabung dengan suami dan anakku yang kedua. Memang kala itu aku masih belum tidur bersama dengan suamiku meskipun kami sudah sah bersurat. 

Kalau suamiku tidur di kamarku, aku pun tidur dengan anak-anakku. Demikian pula sebaliknya, barulah setelah anak-anak tidur, aku dan suamiku bisa berdua. Namun kadang-kadang juga keblabasan di posisi masing-masing kamar sendiri-sendiri.

Kutunggu sejenak sambil memastikan suami dan bocil-bocilku terlelap. Kemudian aku melihat cctvku lagi. Di momen ini, entah gara-gara aku yang nafsuan atau dadaku yang deg-deg an, tapi yang jelas kemaluanku sudah mulai basah. “Loh kok ada Aldo?” gumamku, padahal orang-orang ekspsdisi sudah pada pergi. 

Terlihat si Faris dan Aldo, karyawan packingku yang satunya sedang bekerja di ruangannya. Waduh bisa gagal lagi ini rencana mau hukum si Faris. Aku lalu mengambil jaket dan hijabku kemudian beranjak ke tempat 2 orang pegawaiku itu berada.

“Loh, kok belum pada pulang?” tanyaku sambil berdiri di pintu ruangan packing tempat mereka bekerja. Melihat kedatanganku kedua pemuda itu langsung berdiri. “Iya bu, maaf, kebetulan ibu saya sedang di rumah kakak di Tulungagung, jadi daripada dirumah sendiri, saya rencana mau tidur di sini. Sekalian lembur” jelas si Faris yang ternyata bisa diandalkan alasannya untuk menutupi keadaan sebenarnya kalau dia memang kusuruh lembur.

“Trus kamu Do? Tanyaku pada si Aldo. “oh kalau saya hanya ingin menemani Faris bu, kasihan kalau sendirian disini. Dia juga ga bawa motor. Biar besok pagi pulangnya dengan saya sampai jalan besar untuk nyegat angkot. Tadi juga saya tawarin untuk tidur di kosan, tapi Farisnya nggak mau” jawab di Aldo. Aldo ini memang bukan anak sini, kayaknya anak Jombang atau mana aku lupa, fresh Graduated dari universitas lokal di kotanya.

“Oh, ya udah, ibu sih seneng-seneng aja kalian lembur. Tapi ga ada uang lemburnya lho ya, ini kan bukan spesial season seperti kalo mau lebaran” kataku. “eh, kalian sudah makan?” lanjutku. “Sudah bu, barusan buat mie” jawab Faris. “Sial, bakal gagal lagi nih” gumamku dalam hati kemudian berlalu. 

Tiba-tiba terbersit ide di kepalaku, bagaimana caranya si Aldo ini bisa keluar dari kantor barang setengah jam aja, iya setengah jam bakal sudah cukup untuk menghukum si Faris ini.

“Makan… iya makan… biar kusuruh Aldo untuk beli makan di luar” pikirku. Ide tepat yang muncul di moment yang tepat. 

Aku kemudian mengambil uang seratus ribuan dan kembali ke tempat dua orang itu berada. “Do, ini kamu beli makan ya, 2 sama Faris. Kayaknya mie instant ga cukup untuk energimu kalau lembur” perintahku pada si Aldo.

“Makan apa bu?” tanya si Aldo. “Ya terserah kamulah, kan kamu yang mau makan” jawabku. “Nasi padang… iya nasi padang aja. Oh iya, sekalian beli untuk yang jaga malam, siapa sekarang, pak Darto ya. Jadi beli tiga, uangnya cukup kan?” kataku lagi, dengan pikiran letak resto nasi padang paling dekat sekitar 4 km dari rumahku. “Cukup bu”, jawab Aldo. 

Kemudian terlihat dia memakai jaket kebesarannya, maksudku jaket satu-satu nya, semenjak dia bekerja disini, hanya jaket itu saja yang selalu dia pakai.

Terlihat si Faris juga sepertinya akan bersiap. Lha ini yang belum kuantisipasi, kalau-kalau Faris ikut si Aldo keluar beli makan. Bakal gagal lagi rencanaku malam ini. “Kamu nggak usah ikut Ris, ga ada helm. 

Warungnya kan harus lewat depan Polresta” cegah Aldo. “Untunglah” syukurku dalam hati. “Ya udah, kamu hati-hati Do” kataku kemudian pura-pura berlalu. Padahal aku menunggu di pintu batas antara kantor dan rumahku. Setelah mendengar suara sepeda motor Aldo pergi, aku segera kembali ke ruang packing.

“Ris, kamu ikut ibu sebentar” kataku. “Eh, iya bu” jawab lelaki muda itu lalu segera berdiri dan berjalan mengikuti arah kemana langkahku. Dia tampaknya agak ragu ketika aku mulai menapaki anak tangga untuk menuju lantai atas. “Ayo” kataku dengan suara agak berbisik. Gairahku semakin membuatku tak sabar ingin segera merasakan penis muda itu mengucek vaginaku.

Setelah sampai di loteng aku kemudian membuka pintu kamar yang sebelah kiri, dimana memang menjadi tempatku berolah raga dengan suamiku. Sebenarnya ada dua kamar di lantai atas, tapi kamar yang satunya tidak terpakai dan sementara menjadi gudang tempat barang-barang pecah belah dan rumah tangga.

“Ayo masuk” ajakku ketika melihatnya seperti takut memasuki kamar. Dengan langkah ragu akhirnya dia pun masuk di ruangan 4 x 4 meter itu. Tidak sabar lagi, aku segera menutup pintu kamar. Waktu kita tidak banyak!

Lalu segera kudorong tubuh laki-laki muda itu ke tembok. Kedua tanganku langsung berusaha melepas celana yang dipakainya. “bu… mau ngapain??” gumamnya yang tak kuhiraukan. 

“Kamu kemarin waktu ngocok bayangin sapa? Bayangin aku ya??” tanyaku. “Eee.. anu bu… iya.. eh..” kata nya bingung. Setelah celananya sudah berhasil kolorotkan aku langsung jongkok untuk melepas CD hijau tua yang masih melekat di tubuhnya. 

Kurasakan penis laki-laki muda itu sudah mengeras, entah mungkin karena himpitan tubuhku ke badannya tadi yang membuatnya bereaksi. Benar juga, ketika aku menarik CD nya ke bawah, penisnya langsung mengacung tegak. Dia berusaha menutupinya dengan kedua telapak tangannya.

Tanpa banyak omong lagi aku lalu mengulum penis yang ukurannya ternyata benar agak lebih kecil dari punya pak Zen, tapi masih lebih panjang dari punya suamiku dan mas Hendra dulu. “Oooochhh… “ erangnya. 

Kulihat kepala Faris mendongak, matanya terpejam menikmati permainan oralku. Aku tak ingin berlama-lama lagi. Aku lalu segera melepas celana dan CD laki-laki muda itu yang masih di tungkaknya.

“Rebahan di kasur” perintahku. Kini dia tidak berkomentar apa-apa, tapi langsung mengerjakannya. Aku segera melepas jaket yang kupakai. Segera setelahnya aku lalu mencopot dasterku yang membuat hijab yang kupakai asal-asalan tadi juga ikut terlepas. 

Kulihat Faris menatapku tajam ketika aku melucuti pakaianku. Kemudian aku melepas CD yang kupakai yang menyisakan bra hitam dan singlet krem melekat di tubuhku.

Aku kemudian menaiki tubuhnya dan meraih batang kemaluannya lalu mengarahkannya ke bagian kewanitaanku. Lelaki muda itu sampai mengangkat kepalanya, mungkin ingin menyaksikan apa yang aku lakukan. 

Tak sulit penis lelaki itu untuk masuk ke vaginaku yang memang sudah basah. “Oooochhh… “gumam kami hampir bersamaan ketika penis nya tenggelam dalam liang kewanitaanku.

Sesaat setelah membetulkan posisi kaki, aku lalu mulai menggerakkan pinggulku. Yang semakin lama semakin cepat. 

Tapi belum juga semenit, laki-laki muda itu tampaknya mengejang. Pinggulnya berusaha menekan-nekan tubuhku. “aaahhhh…. Aaaacccchh… aaaaccchhhh” jeritnya. Kurasakan penis lelaki itu berdenyut keras di dalam vaginaku. “Keluar Ris?” tanyaku. 

Ia hanya mengangguk sambil mengatur nafasnya. “Ini yang pertama??” tanyaku yang kembali mendapat anggukan darinya.

Aku kemudian mengencangkan otot-otot vaginaku agar dapat meremas penis nya Fris lebih keras sehingga kurasakan kemaluannya tidak mau turun di dalam liang senggamaku, masih terasa keras meskipun sudah muncrat. Dan ronde keduapun dimulai tanpa jeda sedikitpun. 

Aku segera menggoyangnya lagi tetap di posisi WOT. Laki-laki muda itu juga sudah mulai berani menyentuhku. Tangannya berusaha meremas payudaraku yang masih tertutup singlet dan bra. Aku lalu melepas singlet dan Bh ku agar dia leluasa menjamah buah dadaku. 

Tak hanya itu tubuhku kucondongkan kedepan agar dia dapat menjilatinya. Akhirnya tidak sampai lima menit tetap di posisi yang sama aku mencapai puncak kenikmatanku.

“Kamu di atas Ris.. “kataku kemudian merebahkan tubuhku di sisinya. Lelaki muda itu kemudian menaikiku. Aku langsung membuka kedua kakiku agar dia dapat menusukku dengan mudah. 

Tapi karena belum pengalaman, beberapa kali dia gagal sampai akhirnya tanganku membimbing penis itu ke jalan yang benar.

Goyangan laki-laki itu awalnya juga terlihat sangat kaku, membuktikan kembali omongannya kalau itu adalah pertama kalinya berhubungan badan. Tapi secara alamiah akhirnya makin lama makin lancar menyodok-nyodokkan kemaluannya di dalam liang senggamaku.

Beberapa saat kemudian kurasakan ia semakin mempercepat gerakannya. “Ehh.. mau keluar ya.. aduhhh… ohhh jangan dulu,,, eh… “kataku tak beraturan tapi tidak bisa mencegahnya memuntahkan lahar spermanya di dalam tubuhku untuk kedua kalinya. 

Padahal aku menginginkan lebih lama lagi karena aku juga sepertinya akan mencapai orgasmeku lagi. Tapi tak apalah, sudah cukup baik buat pemula, hehe dan waktu juga yang kami punya tidak banyak. Habis ini si Aldo datang membawa nasi padang.

“Enak Ris??” tanyaku pelan. Ia mengangguk pasti. “Nanti kalau ibu minta kamu lembur, mau kan?” tanyaku lagi. “Mau bu. Pasti!” jawabknya. “Tapi janji ya… ini rahasia kita berdua” lanjutku. “Iya bu, Faris janji” jawabnya.

Kemudian aku menyuruh laki-laki itu untuk segera kembali ke kantor. Mumpung Aldo belum datang. Aku pun segera ke kamar mandi untuk bebersih. Setelahnya langsung menuju kamarku dan merebahkan tubuhku di kasur. Sejenak kulihat lagi cctv di ruangan itu. 

Beberapa menit kemudian si Aldo tampaknya datang dan mereka makan berdua. Akhirnya rasa penasaranku akan daun muda terobati, hehe. Kemudian aku pun terlelap. Sekitar jam 3 pagi suamiku membangunkanku untuk mengajakku berhubungan intim malam itu.

“Disini aja mas, penting pintunya dikunci” kataku ketika dia mengajakku ke kamar atas, mengingat ruangan itu masih belum kutata dan kubersihkan lagi setelah kugunakan dengan Faris tadi.

BERSAMBUNG ...

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com