๐’๐ค๐š๐ง๐๐š๐ฅ ๐’๐ž๐›๐ฎ๐š๐ก ๐Š๐ž๐ฅ๐ฎ๐š๐ซ๐ ๐š ๐„๐ฉ๐ข๐ฌ๐จ๐๐ž ๐Ÿ•๐Ÿ• ~ ๐Š๐ž๐ญ๐ข๐ค๐š ๐’๐ฎ๐š๐ฆ๐ข๐ค๐ฎ ๐’๐š๐ค๐ข๐ญ ๐Ÿ‘: ๐’๐ž๐ฅ๐š๐ฅ๐ฎ ๐€๐๐š ๐’๐จ๐ฅ๐ฎ๐ฌ๐ข

 


 Pov : AiLing​
Ada kabar baik dari dokter yang menangani suamiku. Katanya secara fisik keadaan suamiku semakin membaik. Dalam waktu dekat suamiku akan diizinkan untuk pulang. Hanya saja untuk pemulihan sampai bisa berjalan maupun berbicara secara normal masih butuh waktu yang panjang. Fungsi tangan dan kaki membutuhkan fisioterapi secara berkala.

Aku tidak tahu apakah kabar kesembuhan suami ku menjadi hal baik atau justru membuatku kembali menghadapi masalah yang sama. Kalau suamiku sembuh maka aku akan kembali dimarahi dan dipukul olehnya. Kalau suamiku sakit maka aku harus bersusah payah merawatnya. Dilema ini sangat membuatku merasa serba salah.

Malam harinya sekitar pukul 8, ada bang Faiz dan temannya yang masih kuingat namanya Pak Syamsul datang ke kamar pasien menjenguk suamiku.

"Bagaimana keadaan Koh Afuk.. ?? Tanya bang Faiz.
"Kata dokter sudah semakin membaik bang..." jawabku singkat.
"Syukurlah...Semoga ko Afuk cepat sembuh dan segera pulang ke rumah..." ucap bang Faiz.
"Terimakasih buat doanya bangg...." ucapku.
"Kohh Afukkk... masih kenal sama saya ?? " Pak Syamsul memanggil suamiku yang terbaring di ranjang. Suamiku menatap Pak Syamsul dengan ekspresi bengong. Tampaknya dia lupa dengan Pak Syamsul.
"Sepetinya Koh Afuk gak ingat sama saya... " kata Pak Syamsul.
"Iyaa Pakk... kata dokter ingatannya terganggu akibat stroke nya sempat merusak saraf otak... kemungkinan sembuhnya fifty-fifty.. tapi kalo fisiknya bisa sembuh asalkan rutin terapi dan makan obat..." jelasku.
"Wahh... repot kalo ingatannya sampe lupa..." ujar Pak Syamsul.
"Sudah bangg.. nanti baru kita bicarakan soal itu..." ucap bang Faiz.
"Ada apa banggg.... ?? Tanyaku heran dengan percakapan mereka.
"Gak masalah Lingg... iyaaa ga ada masalah..." jawab bang Faiz seakan ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan.

"Hai Lingggg... gimana kondisi ko Afuk..?! Tiba-tiba Vivi istri teman baik suami ku ko Ahuat datang.
"Hai Vii... dari mana ? Datang sama siapa ?? Tanyaku heran.
"Ohh tadi aku datang bareng sama Faiz dan Pak Syamsul dari kantor.. cuma aku terakhir nyampe gara-gara nyari toilet... " jelas Vivi.
"Gimana kondisi Ko Afuk...?? Tanya lagi dan kujelaskan lagi seperti yang telah kusampaikan ke bang Faiz dan Pak Syamsul barusan.
"Yang sabar ya Linggg... mungkin ini cobaan dari yang di atas.. semua akan berlalu... " Vivi mencoba menguatkan aku.
"Ya semoga saja begitu Vii..." jawabku pasrah.

Selama di kamar pasien ini, kami banyak membahas tentang seluk beluk penyakit yang dialami suamiku. Mulai dari gejala sampai penanganan dan pemulihan. Tampak kedua bang Faiz dan Pak Syamsul memiliki pengetahuan yang cukup banyak soal penyakit ini. Sedangkan aku dan Vivi lebih banyak mendengar saja.

Apalagi suamiku yang terbaring tidak mampu merespon apapun meskipun masih terjaga hingga suamiku mulai mengantuk.

"Ok deh... itu ko Afuk udah mau bobok.. lebih baik kita pulang saja.." saran Vivi.
"Ah benar katamu Vii.. lebih baik biarkan koh Afuk tidur dulu... dan kami permisi dulu cik Aling.." ujar Pak Syamsul.
"Oh ya Ling...Apakah kamu diharuskan terus bermalam menemani Koh Afuk di sini..?? Kan ada suster yang bertugas berjaga pasien... seharusnya kamu boleh pulang ke rumah untuk istirahat... lagi pula kondisi fisik koh Afuk sudah membaik...." saran Bang Faiz.
"Memang suster ada pesan kalau aku gak harus berjaga di sini... cuma gak ada yang mengantarku pulang.. ya terpaksa aku bermalam aja di rumah sakit..." jelasku.
"Kasihan kamu Linggg..... gimana kalau kami antar kamu pulang ke rumah..." tawar bang Faiz.
"Aku gak mau merepotkan kalian... biar saja aku di sini..." tolakku.
"Jangan sungkan Linggg.... lagi pula rumah kita searah... " kata Bang Faiz dan aku masih ragu menerima tawaran mereka.
"Ayo laaa Linggg... ngapain lu di sini lama-lama... mending lu ikut kami aja... biar aku ada teman curhat looo...." ajak Vivi menarik lenganku dan akhirnya kuterima tawaran mereka. Setelah ku selimuti suamiku yang nyaris terlelap lalu kuikuti mereka beranjak dari Rumah sakit.

Kami menaiki mobil milik bang Faiz. Aku dan Vivi duduk di baris belakang. Di depan Pak Syamsul dan bang Faiz yang mengendarai mobil. Sepanjang jalan obrolan mereka penuh senda gurau. Tampak Vivi begitu akrab dengan dua lelaki pribumi yang duduk di baris depan ini, sedangkan aku tidak terlalu banyak bicara. Sampai kami mendekati rumah bang Faiz.

"Lingggg.... kita mampir dulu di rumah abang ya... ada sesuatu yang ingin dibicarakan Pak Syamsul..." ucap bang Faiz.
"Hah..?! Mau bicara apa bang...?? Tanyaku heran.
"Udah Lingg... kita masuk rumah abang dulu... nanti kita bisa bicarakan di dalam..."

Kami telah tiba di rumah bang Faiz dan kami semua masuk ke dalam duduk di ruang tamu.

"Ada apa bang...?? Tanyaku pada bang Faiz sambil menoleh ke Pak Syamsul.
"Kalian bicara dulu ya... aku mau mandi dulu... " sanggah Vivi lalu masuk ke dalam rumah.
"Begini... cik Aling tentu tahu bahwa koh Afuk ada membeli rumah di ruko perumahan Elite Orchard Village itu kan..?! Dan pembayaran pake kredit cicilan dengan saya..." jelas Pak Syamsul.
"Saya tahu... terus kenapa Pakkk...?!
"Ini supaya cik Aling tahu bahwa sudah 3 bulan terakhirnya koh Afuk tidak membayar cicilan rumahnya ke saya... sebentar lagi mau masuk 4 bulan... jadi bagaimana ?! Kalau masih tidak membayar tunggakan lebih dari 3 bulan, sesuai surat perjanjian rumah itu akan kami lelang... dan uang cicilan uang selama ini dibayar tidak akan dikembalikan...." tegas Pak Syamsul.
"Loh... koq begitu...?! Bapak kan tahu kalau suamiku sedang sakit parah di rumah sakit... mana mungkin kami bisa bayar cicilan rumah... itu berarti kami harus kehilangan rumah dan uang cicilan yang dibayarkan itu sia-sia donggg.....!!! Ucapku agak marah.
"Maaf Cikkk... sesuai kesepakatan awal saya dengan suami cici memang harus begitu..." ucapnya.
"Kenapa harus begitu ?! Bukankah seharusnya ada pengecualian kalau suamiku sedang sakit dan kami sedang tidak sanggup bayar cicilan rumah....!! Ucapku makin ga karuan.
"Iyaa saya tahu itu Cikkk... saya lihat kedepan bahwa koh Afuk yang kehilangan ingatan dan kondisi fisik cacat begitu tidak akan mungkin bisa kerja dan bayar cicilan rumah... lebih baik rumah itu kami jual murah saja... jadi kalian gak perlu bayar cicilan rumah lagi..." saran Pak Syamsul.
"Betul kata Pak Syamsul Linggg... kondisi koh Afuk itu sudah termasuk orang lumpuh... sebenarnya koh Afuk juga masih ada hutang sewa jasa angkutan barang pake truk saya hingga puluhan juta... tapi ya sudah lah... demi Aling saya anggap itu lunas saja..." tambah bang Faiz.
Apa yang diucapkan Pak Syamsul dan bang Faiz semakin membuatku tertekan. Masalah yang satu belum selesai, muncul lagi masalah lain.

Aku terus berusaha untuk meminta kelonggaran agar rumah itu tidak dijual. Kalaupun dijual, uang cicilan yang sudah dibayarkan itu agar dikembalikan pada kami karena kondisi keuangan kami yang sangat terdesak.

Hingga perdebatan pun sempat terjadi antara aku dengan Pak Syamsul.
"Hiks...Bapak sangat tidak berperasaan.... suamiku sedang sakit dan kami sudah tidak punya apa-apa lagi... tega sekali bapak menekan kami...!!! Bentakku dengan suara isak tangis merapati nasib keluargaku.
"Ini bukan soal perasaan cikk... ini tentang perjanjian yang sudah disetujui dan ditandatangani suami anda...jadi anda gak perlu berdebat dengan saya... semua sudah tertulis jelas hitam di atas putih...!!! Balasnya semakin keras padaku.
"Berengsek kaliann....!! Dasar laki-laki pribumi gak punya hatii... !!! Pokoknya aku gaakk setujuu.... !!! Dengan ketus ucapan rasis keluar dari mulutku.
"Hati-hati kalau anda bicara... !!! Pak Syamsul mulai terpancing amarah.

"Ada apa sih ribut-ribut begini..?! Sudah...sudahh... biar aku saja yang bicara dengan Aling...." tiba-tiba Vivi keluar menghentikan pertengkaran kami.
Vivi merangkulku masuk ke dalam salah satu kamar di rumah bang Faiz dan berusaha menenangkanku.
"Persetan dengan Pak Syamsull...!! Kesal banget sama tuh laki pribumi.. !!! Bisa-bisanya cari keuntungan dalam kesempitan....!!! Aku meluapkan kemarahanku pada Vivi.
"Tenang dulu Linggg.... masalah jangan diselesaikan dengan kemarahan... semua bisa dibicarakan baik-baik... " Vivi mencoba menenangkanku.
"Mau bicara apa lagi Viii...?? Pak Syamsul itu jelas menekan ku di saat aku terdesak begini...gimana aku gak marah Viii...?!"
"Nahh... di situ letak kesalahan lu dalam menyelesaikan masalah ini..."
"Apa maksud lu...???
"Kita kalau mau berurusan dengan laki pribumi kayak model Pak Syamsul itu gak boleh pake keras Ling... makin kita kerasin mereka keras juga mereka... harus pake cara lembut... hehehehe...." ucap Vivi terkekeh.
"Gimana cara lembut itu Vi...?? tanyaku.
"Ya harus bikin mereka senang dulu baru bicara masalah kita... ya terus terang saja kita sebagai wanita harus layani mereka dulu baru mereka bersedia layani kemauan kita...." tegas Vivi dengan penampilannya yang seksi sehabis mandi. Kini aku mengerti maksud Vivi.
"Terhadap orang keras kayak Pak Syamsul emang lu gak takut disakiti sama orang macam itu...?! tanyaku.
"Buktinya selama ini aku baik-baik saja.. justru aku suka cara mereka bercinta denganku... soalnya nafsu mereka gede banget Lingggg.... apalagi torpedo itu looo... gak sebanding dengan Ahuat... hehehe..." ucap nakal Vivi.
"Ohh ya... gimana kabar ko Ahuat suami lu itu....?! Kata Afuk dia masuk penjara ya....?? tanyaku
"Linggg... Ahuat bukan suamiku lagi...dia suami yang payah jadi aku udah cerai sama dia.... sekarang aku bebas..." tegas Vivi.
"Apa...?! Cerai..?! Kasihan dong ko Ahuat... udah dipenjara terus dicaraikan lagi sama istri...."

"Kasihan apanya Linggg....?! Selama ini dia tidak pernah kasihan sama aku... kemana-mana aku selalu di tinggal... kalo lagi butuh duit baru aku dibaik-baikin...gitu udah dapat duitku aku ditinggal lagi... usaha gelap yang menyeret dia ke penjara itu pakai modal dari uang ku Linggg.... gara-gara itu juga ko Afuk kena dampaknya... apa lu masih kasihan sama Ahuat...!!! ucap Vivi makin tegas.
"Polisi minta tebusan cukup mahal untuk bisa bebasin Ahuat jadi aku tolak.. biarin aja dia dipenjara biar tahu rasa...!!! ketus Vivi
"Emang lu ga takut soal uang...?! Kalau lu cerai siapa yang nafkahi biaya hidup luu...? tanyaku.
"Hahaha... aku bukan wanita yang lemah... aku bisa nafkahi hidupku sendiri gak perlu tergantung sama suami... selama ini juga aku kerja di kantor property Pak Syamsul... tiap kali ada penjualan rumah aku dapat keuntungan besar... malah omset Pak Syamsul bisa melonjak itu karena aku yang pintar nawari rumah ke orang-orang kaya kenalanku tanpa dibayar gaji oleh beliau..." ucap Vivi rada sombong.

"Lu tuh wanita hebat Vii... aku kagum sama elu...aku musti banyak belajar dari lu nih..." komentarku mendengar ceritanya.

"Kalau lu mau kerja dengan Pak Syamsul mungkin dia mau terima lu jadi staf marketing nya... lagipula lu itu masih cantik di usia lu yang sekarang... menurutku sih bakal banyak laki-laki pribumi yang tertarik sama wanita cina kayak lu... hahaha...!!! ledeknya.

"Bicara apaan sih Lu Viii...!?! hahahaha....!!! Ada-ada aja candaan lu Vii...." akupun terpancing tawa.
"Ihh... aku serius lo Linggg.... kalo gak percaya ayok kita buktiin..." kata Vivi sambil membuka lemari pakaian.

"Loh Vii... kenapa banyak sekali pakaian lu di rumah bang Faiz...?! tanyaku heran.

"Iya Linggg... sejak cerai dengan Ahuat aku sering menghabiskan waktu bersama Faiz... dia minta aku menemani kesepiannya dan kusanggupi keinginannya..." jelas Vivi sambil memilih pakaian yang tergantung dalam lemari.

"Nah, coba lu pakai bajuku..." Vivi mengeluarkan pakaiannya dan memintaku mengganti pakaian. Dia mengeluarkan sebuah pakaian yang seksi sekali berwarna hitam.
"Tapi aku belom mandi Vii..."
"Gak perlu mandi segala Linggg.... biar lu tahu aja, Pak Syamsul sama Faiz juga belum mandi dari pagi... soalnya seharian ini gw terus bersama mereka... jadi kalian sama-sama bau... hahahahah....!!!
"Idihh...jorok dongggg kalo gitu....!!! balasku
"Lu akan terbiasa dengan baik kejantanan lelaki pribumi... ayo Linggg kita datangi mereka...!!! Vivi beranjak duluan menuju ke ruang tamu dimana mereka masih sibuk membahas urusan bisnis. Sedangkan aku melangkah pelan mengikutinya dari belakang.

"Lagi bahas apaan bapak-bapak...?!" Sahut Vivi menarik perhatian Pak Syamsul dan Bang Faiz.

Vivi duduk di antara dua lelaki pribumi yang tengah sibuk membahas sesuatu. Penampilan seksi Vivi telah memecah konsentrasi mereka. Vivi bagaikan wanita penghibur yang memberi kesegaran dikala mereka penat membicarakan urusan kerja.

Dengan pasrah, pakaian seksi Vivi dengan mudahnya dilucuti dua lelaki pribumi yang sudah tergoda oleh keindahan tubuhnya. Dalam sekejap Vivi telah ditelanjangi oleh mereka. Ternyata Vivi tidak mengenakan celana dalam ataupun bra. Berarti sejak awal Vivi memang telah siap disetubuhi.

"Hehehe... dasar lonte lu Viii.. kapan saja lu selalu siap dientot sama bapakk..." ucap Pak Syamsul.
"Setuju bang... sejak suaminya dipenjara, si Vivi ini makin binal.. selalu minta ngentot..." tambah bang Faiz.
Tubuh putih mulus Vivi digerayangi oleh bang Faiz dan Pak Syamsul secara bersamaan. Payudaranya di remas diisap dari kedua sisinya. Tangan Pak Syamsul bergerak mengincar selangkangan Vivi.

"Aaaahhh... sebentar Paaakkk...." desah Vivi lalu berbisik sesuatu ke telinga Pak Syamsul dan menoleh ke arahku. Selesai berbisik Pak Syamsul dan bang Faiz menoleh ke arahku yang sejak tadi hanya bersandar di dinding memperhatikan aksi mereka. Tampaknya penampilanku mengoda dua lelaki itu, mata mereka terpaku menyoroti seluruh tubuhku.

"Heii Cikk...!! Kata Vivi, lu mau bicara sama bapakk... cepat lu kemari bergabung....." panggil Pak Syamsul, namun aku masih ragu. Menanggapi sikap keraguanku, Vivi beranjak dari mereka, menarikku lalu mendesakku mendekati mereka.
"Cepat lepaskan pakaian lu dan layani kami... !!! Setelah itu baru bicara...." perintah Pak Syamsul dengan wibawanya.
"Ayo Lingggg... ingat pesanku...." bisik Vivi dalam bahasa dialek.
"Sini aku bantu...." ucap Vivi.
"STOPP...!!! Jangan dibantu... biar dia lepasin sendiri... gak usah lu bantu...!!! bentak Pak Syamsul.

Dengan perlahan aku melucuti pakaianku sendiri hingga terjatuh ke lantai. Buah dadaku yang membusung langsung terekspose di depan mereka karena aku tidak mengenakan bra, hanya menyisakan celana dalam.

"Ckckckckck... indah sekali tetek istri ko Afuk... kontol bapak pengen digosok ke tetek cina itu...." ucap Pak Syamsul. Aku jongkong di antara selangkangan Pak Syamsul, kuturunkan relsletingnya dan sesuai dugaan ku bahwa penis milik Pak Syamsul pasti berukuran jumbo.

"Linggg... cepat buka punya ku sekalian...!!! perintah bang Faiz, namun aku agak ragu melakukan kemauannya.

"Cepatt lakukan..!!! kenapa hanya diamm...?! bentak Pak Syamsul dan kulakukan sesuai perintahnya. Kukeluarkan pula penis bang Faiz yang gak kalah besar itu.

Pak Syamsul menodongkan penisnya ke belahan payudaraku. Digosok-gosokkan penis hitamnya diantara himpiran buah dadaku, sementara tanganku dituntun bang Faiz untuk mengosok penisnya. Terasa sekali di dadaku bulu kasar penis Pak Syamsul mengesek di kulit belahan bukit kembarku.

"Ayo kita sikat binik koh Afuk di dalam...!!! ajak Pak Syamsul menghentikan aksiku. Aku dirangkul paksa berjalan ke kamar tadi. Di belakang Bang Faiz juga merangkul Vivi mengikui kami ke dalam kamar.

Aku didorong terlungkup di ranjang. Celana dalamku ditarik paksa hingga terlepas. Bokongku dielus-elus sambil di tepuk-tepuk Pak Syamsul. Masih mulus aja pantat lu cikk...." puji Pak Syamsul.Dia tahu bahwa aku tidak mungkin bisa keluar dari situasi ini. Dengan santai Pak Syamsul menanggalkan semua pakaian yang dikenakan. Kini dia siap untuk menyetubuhiku.

"Bang Faiz... kau nikmati dulu istri koh Ahuat... saya mau cobain istri koh Afuk soalnya aku belum pernah coba gimana rasanya... hehehe...." ucap Pak Syamsul.
"Cobain bangg... saya sih dulu sering ngentot sama istri koh Afuk... sering datang minta jatah sama saya banggg... rasa mantap banggg.... !!! Ujar Bang Faiz. Ucapan bang Faiz sangat merendahkan harga diriku sebagai wanita. Dulu dia bilang akan menjaga rahasia hubungan kami, tapi malam ini dia sendiri yang membocorkan yang pernah dia janjikan. Janji lelaki memang tidak bisa dipercaya. Sungguh menjengkelkan.

"Oh benarkah..?! Coba buka lebar kaki lu cikk....!! Kontol bapak penasaran dengan isi dalam memek lu..." paksa Pak Syamsul.
"Aaarrgghhh....!!! Aku mengerang saat Pak Syamsul tanpa ampun menancapkan penis hitamnya ke dalam vaginaku.
"Aaahhh...Nyedot memeknya banggg.... !!! Ucap Pak Syamsul.
"Apa ku bilang.. mantap rasa binor Afuk bukan...?!?! Ledek Bang Faiz.
"Huh.. emang punyaku gak mantap...?! Ngambek Vivi.
"Siapa bilang punya lu gak enak Viii... masing2 wanita itu punya kelebihan... " tegas bang Faiz.
"Terus... kelebihanku apa dongg... ?!?! Tanya Vivi.
"Kelebihan lu yang abang suka adalah lu itu siap dipake kapan aja... gairah lu gak pernah padam... bahkan meledak-ledak... hehehe... "
"Jangan terus terang begitu donggg... aku kan jadi malu Faizz...."
"Malu apanya Viii... lu telanjang di depan abang masi bilang malu... munafik lu Viii....!!
"Lu tuh gak ngerti perasaan wanita Faizzz.... wanita itu gak suka terus terang looo.... cukup lu tahu aja... ga usah disebutin....!!! Vivi mulai marahan sama Bang Faiz, sementara aku sedang digenjot Pak Syamsul.
"Aaahhh....aaaahhh....jangannn kasarr-kasaaarr Pakkk....aaahh....!!!! Ucapku
"Apa ciiikkk... kalo gak kasar bukan ngentot namanya....uuhhh...enak betulll memek luu cikkkk.... nyedottt kalii kontol bapakkk....aarrghhh....!! Erang Pak Syamsul.
Uuhhh...aaaahhh...uuuhhh....!!! Desah Bang Faiz. Kulihat Vivi kini sedang posisi nungging disodok bang Faiz dari belakang.
Aaahhh....aaaahhh... terusss banggg.... yang kencannnggg....aaahhh....aaaahhh.....!!!! Vivi masih bisa mendesah nikmat meskipun dia sempat marah dengan bang Faiz.

Benar sekali apa yang dikatakan bang Faiz, bahwa Vivi memang wanita yang bisa diajak bercinta kapan saja.
Suara desahanku dan Vivi saling bersahut-sahutan seakan berlomba mengejar puncak kenikmatan bersama lelaki pribumi yang sedang menggagahi kami dengan nafsu membara.

"Aaaaahhh...oooouuuhhh....oooouhhh....yeeesss...Faizzzz.... enakkk bangettt.....ooohhh....!!! Vivi semakin keras mendesah, bang Faizpun semakin gencar mengenjot Vivi.
"Ciiikkk.... bapak memang paling doyan sama binor cina kayak lu ini... aaahh.....aaahh...!!! Apalagi binor yang suaminya lemah syahwat kayak koh Afuk... biniknya pasti haus seks...!!! Ucap Pak Syamsul sembari memberiku peneterasi.
"Aaggrr...aaarr.....Jangan hina suamiku Pakk....!!! Balasku.
"Bapak bukan menghina... tapi mengungkap realita... tuh liat si Vivi binik koh Ahuat... udah berkali-kali bapak entot... tapi dia ngaku lebih cinta sama Faizal..." ungkap Pak Syamsul.
"AAAAAAAAHHHH.....aaaaaahhh.....eerrrrhhh....aaaaaahhhh.....!!!! Kedengarannya Vivi sedang orgasme.
"Gimana rasanya memek istri koh Afukk...?? Tanya Bang Faiz mendekat.
Mendadak Bang Syamsul menarik tubuhku hingga posisiku di atas nya.
"Mantul banggg....sikatt lubang bool nya sekaligusss banggg....!!!
"Mau apa kaliannn....?!

Tanpa merespon pertanyaanku, bang Faiz menusuk penisnya ke anusku.

Jangaannn lakukannn.....Aaaaarrrgggghh... !!! Parrrihhh banggg... . Hentikannn....!!! Aku mengerang kesakitan dihujam dua kejantanan pribumi secara bersamaan.
Aaaaaarrrhh....tolongggg hentikannn bangg....aaaaarrhhh.....aaaarrrr.....!!!
Penis mereka beriring-iringan keluar masuk kedua lubang selangkanganku. Rasanya bercampur baur antara nikmat dan derita.
"Linnggg.... lu belum terbiasa dientot dua cowok ya.. ?? Aku paling suka kalo diginian Linggg...." tiba-tiba Vivi berbisik di telingaku. Tangannya memainkan putingku. Sesekali di jilati dengan lembut. Belum pernah ada wanita yang melakukan ini terhadapku.

Tidak hanya sampai di situ, Vivi malah mencium dan menjilati bibirku. Ini pertama sekali aku dicium oleh seorang wanita. Perasaannya canggung karena aku bukan wanita yang lesbian. Malam ini seluruh bagian vital tubuhku dikerjai habis-habisan oleh mereka bertiga.

Kupejamkan mata pasrahkan tubuhku. Akhirnya aku mengerti mengapa Vivi suka diperlakukan begini. Rasanya seperti tenggelam dalam lautan birahi yang bergelora tanpa henti di sekujur tubuhku. Rasa perih berubah menjadi rasa gatal yang hanya dapat digaruk dengan gesekan penis pada rongga anusku. Semakin kencang semakin nikmat hingga sperma kedua lelaki pribumi ini menyembur ke dalamku.

Dihipit sekaligus oleh dua lelaki pribumi yang perkasa dan berbadan besar sungguh membuat tubuh rasanya mau rontok. Nafasku terengah-engah menahan genjotan bertubi-tubi. Rasanya lelah sekali setelah dari pagi berjaga di rumah sakit melayani suamiku yang sakit, malam harinya masih harus melayani dua lelaki bernafsu besar. Sangkin kelelahan aku sampai ketiduran.

.....

Hmm...Tercium bau asap rokok membuatkan terjaga.
"Selamat pagi Linggg.....!! Kubuka mataku dan bangkit dari ranjangku.

Tubuhku masih keadaan telanjang diperhatikan bang Faiz yang sedang duduk di sebuah kursi menikmati sebatang rokok. Dia sedang telanjang dada, bagian bawahnya hanya berbalut handuk. Wajahnya terlihat segar dengan rambut yang tampak basah menunjukkan bahwa dia barusan mandi pagi. Baru kusadari, dia memperhatikan tubuh telanjangku selama aku tidur. Aku ingin mencari sesuatu untuk menutupi bagian tubuhku dan kugunakan sebuah bantal yang kutiduri karena tidak ada selimut.

"Dimana pakaianku...??? Tanyaku
"Sudah dibawa Vivi untuk dicuci Ling...." jawab bang Faiz mengisap rokoknya.
"Lohhh... terus aku pake baju apa donggg.... ?!?!? Kataku kesal.
"Di lemari banyak baju... tinggal lu pilih aja sesuai selera lu.. " kata bang Faiz.
"Gak mau.... semua baju di lemari milik Vivi... aku gak mau pakai bajunya tanpa izin... "
"Kuizinkan lu pake baju dalam lemari itu karena semua baju itu saya yang beli....jadi saya berhak ambil kembali dan berikan ke Aling..." tegas bang Faiz. Sepertinya aku gak punya pilihan.

Kubuka lemari itu yang mencari pakaian yang bisa kukenakan. Astaga, semua pakaian yang ada di dalam lemari itu pakaian yang sangat seksi yang biasanya pakai untuk malam pertama. Suka gak suka aku harus pilih salah satu.

Kupilih sebuah gaun tali tipis berbahan halus yang kuuraikan cukup panjang untuk menutupi area bawahku, namun masih di atas lutut. Bagian atas masih kelihatan cukup jelas payudaraku karena bentuknya membusung.

"Selera yang bagus Linggg....!!! Abang suka lihat kamu pakai pakaian itu...." Sahut bang Faiz.
"Mungkin kalau Vivi yang pakai jauh lebih bagus....." balasku.
"Tidak seanggun dirimu Lingggg.... lu jauh lebih mempesona daripada Vivi.... " godanya berdiri mendekatiku dan mengangkat daguku.
"Tidakk...!! Aku gak percaya sama abang....!! Itu cuma gombalan lelaki...." balasku berdiri saling berpandang-pandangan. Tatapan mata bang Faiz membuat sekujut tubuhku kaku gak berani bergerak.

Tangan lainnya melingkari pinggulku lalu menarik tubuhku menempel dalam dekapannya. Dalam keadaan begini, birahiku terusik, jantungku berdetak cepat menanti dengan penasaran apa yang hendak diperbuat bang Faiz terhadapku.

"Kenapa lu gak percaya abang...?? Lu masih marah sama abanggg... ?? Tanyanya lembut. "Yaaa..!! Aku masih kesal..." Jawab batinku karena teringat kajadian masalah pengantaran barang tengah malam yang sudah lama berlalu yang telah membuatku kecewa padanya. Tapi ya sudahlah.. semua sudah berlalu. Usaha suamikupun sudah tutup. Namun rasa kesalku muncul lagi akibat kejadian semalam.
"Kenapa semalam abang tidak membelaku di depan bang Syamsul...?? Abang kan tahu kalau aku sedang dalam masalah berat... aku kecewa sama abang...." kuutarakan perasaan sesalku padanya. Bang Faiz mendengar dengan tenang.
"Siapa bilang abang tidak membela Aling... ??!"
"Apa buktinya abang membelaku.... ???
"Abang sudah bicara dengan Pak Syamsul... perjanjian kredit dengan koh Afuk sudah dibatalkan... uang cicilan yang selama ini kalian bayar akan dikembalikan setelah rumah itu dijual... jadi tidak ada yang merasa dirugikan... apakah kamu puas...??!! Ucap bang Faiz tersenyum dan aku terdiam.
Cuuuppp....cuuuppp...." bang Faiz mendarat ciuman dibibirku. Awalnya aku kaku tidak mampu merespon. Dan setelah pikiranku mulai sadar bahwa ternyata bang Faiz telah membantu dibalakangku, maka kusambut ciumannya.
Hhhmmmm..... cuuuupppp......hhmmmm.....banggggg.....mmmhhh....." panggilku sembari ciumannya terus dilancarkan padaku.
"Apaaaa sayangggg...mmmhhh....cuuuppp....mmmhhh....." balasnya.
"Teeee...rrrriiimaaa...kaaaassiihhh...mmmhhh....mmmhhh.....!! balasku pejamkan mata menikmati permainan lidah kami yang saling berpagut-pagutan.

Tercium nafas bang Faiz masih segar dan aroma tubuhnya sehabis mandi terasa wangi sabun mandi. Sebaliknya aku merasa nafas dan badanku masih bau karena baru bangun pagi belum mandi maupun gosok gigi. Buat bang Faiz itu bukan masalah, malahan lidahnya semakin gencar berputar dalam rongga mulutku dan air liur kami bercampur diaduk-aduk oleh lidah kami hingga menyatu.

Bang Faiz mendesakku menyandar ke pintu lemari pakaian. Tangannya menyingkap rok gaunku, salah satu pahaku diangkat setinggi mungkin. Rupanya handuk yang menutup bagian bawah bang Faiz telah jatuh ke lantai. Dalam keadaan berdiri bang Faiz menusuk penisnya ke dalam memekku.

“Aaaaaahhhh….!!! sudah lama aku tidak merasakan kelamin bang Faiz yang dulu selalu memuaskanku. Bukan berarti penis Pak Syamsul tidak nikmat, bedanya persetubuhan ini menbawaku kembali pada kenangan masa lalu disaat aku sering diajak bang Faiz nginap di rumahnya untuk saling memuaskan birahi. Hanya saja sejak aku kecewa dengannya, kami sudah jarang bertemu dan menjalin komunikasi.

Pagi ini kami kembali punya kesempatan untuk mengulang masa-masa indah kami.

“Aaahhh Sayangggg… memek lu masih enak aja seperti dulu….aaahhhh….aaahhhh…!! ucap bang Faiz.

“Kontol abang jugaaaa…. aku rinduuuu bangggg…. puaskan aku kayak duluuu…. terussinnn bangggg….aaahhhh….aaaahhhh….!!!

Sembari kelamin bang Faiz keluar masuk vaginaku, tangannya aktif melucuti gaunku hingga payudaraku menyembul. Tangannya akhir meremas-remas buah dadaku sehingga semakin membangkitkan birahiku di pagi hari. Ada sensasi yang beda bersetubuh dengan posisi berbeda. Rasanya aku seksi sekali disetubuhi dengan cara begini.

Kami saling berpelukan dan kini kedua kakiku kuangkat dan bang Faiz mengerti apa mauku. Tubuhku diangkatnya dan melanjutkan persetubuhan kami diatas ranjang. Bang Faiz duduk di ranjang sambil mengendongku dan aku duduk di atas pangkuannya. Kembali dalam posisi begitu, kami mengadu kelamin dan mulut.
Persetubuhan ku dengan bang Faiz telah pernah berlangsung berkali-kali walaupun sempat terhenti. Sehingga, tubuh kami dengan mudah saling menyesuaikan diri. Dengan goyangan harmonis kami mengarungi ombak birahi yang makin digoyang makin membara. Tarikan dan hembusan nafas kami juga sangat teratur hingga bersama meraih puncak kenikmatan menjadi milik kami.

"Ahhhh....udah lama sekali kita tidak merasakan kenikmatan ini sayangggg....." ucap bang Faiz dan pagi itu dia mengantar aku pulang ke rumah ku dengan mobilnya. Dalam perjalanan, kuaktifkan hape ku kudapati ada telepon tak terjawab, yang menelpon ternyata Bang Anwar.

Sesampai di depan rumahku,
"Aling sayangggg..... mari kita kembali ke masa indah kita... hubungi aku kapan saja..."
Aku terdiam sejenak sebelum merespon bang Faiz. Tiba-tiba hape bang Faiz berdering. Kulirik ke layar hape bang Faiz, ternyata itu telepon dari Vivi.
"Banggg... sebaiknya abang segera menjawab telepon... sampai jumpa lagi..." kataku, setelah itu aku turun dari mobilnya.

Hari-hari berlalu, dokter mengizinkan suamiku untuk keluar dari rumah sakit. Untungnya dana deposit yang dibayar bang Anwar ke rumah sakit masih cukup untuk membayar seluruh biaya rumah sakit.

Namun kesusahan baru kini dimulai. Setiba di rumah aku harus beradaptasi dengan keadaan fisik suamiku yang sehari-hari hanya duduk di kursi roda.
Segala urusan hidup suamiku dari makan minum mandi sampai buang air besar harus kutangani sendiri. Semua ini sangat menguras tenaga dan emosi. Rasanya lelah sekali dan sangat frustasi.

Sampai kapan aku harus menjalani kehidupan yang susah begini ?
Siapa yang bisa menolongku keluar dari kesusahan hidupku ?

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com