Pov: AiLing
"Gimana urusan abang di kampung?? Apakah semua sudah beres ??" Tanyaku sementara Anwar sedang mengendarai mobil.
"Semua urusan lancar Linggg... makanya abang sudah bisa segera pulang ke sini..."jawabnya.
"Kalau aku bole tahu.. Emang ada urusan apa sampai mendadak pulang kampung...?? Apakah abang sedang dalam masalah..?? Tanyaku penasaran.
(Bang Anwar terdiam)
"Mmmh... gak ada masalah besar Linggg... mending kita jangan pikiran masalah.. abang pengen mengajak Ailing lepas dari masalah dulu... sudah berhari-hari di rumah sakit apakah gak capek hadapi masalah terus... ?? Ucap Anwar, salah satu tangannya mengelus kepalaku sembari mengendari mobil.
"Iya sih banggg.... aku tuh stress banget hadapi masalah rumit begini... sempat terlintas dalam pikiranku untuk mengakhiri hidup ini... tapi aku masih teringat kedua anakku...si Velin dan si Asen Rizal itu..." keluh ku.
"Gak boleh putus asa Linggg.... setiap masalah selalu ada solusinya... jadi Ailing jangan cuma lihat ke masalahnya... lihat apa yang masih disukuri..."
"Apa yang bisa kusukuri bang... suamiku berniat menceraikan aku....terus gara-gara dia
sakit sampe lumpuh gitu aku terpaksa harus merawat suamiku yang sebenarnya berniat cerai sama aku... mertuaku terus menuduhku istri pembawa petaka dalam keluarga... buat apa lagi aku bertahan dalam keluarga ini... mau cerai juga gak bisa... daripada menderita mending aku akhiri hidupku aja sekalian...." ucapku kesal.
"Ailing...ailing....!! Abang sudah ingatin... jangan cuma lihat masalahnya... lihat apa yang masi bisa disukuri....!!! Sanggah Anwar.
"Masih adakah yang bisa ku sukuri....?!?!?
"Tentu Lingg... Ailing masih punya anak yang sayang sama kamu... harusnya Ailing bersukur punya anak yang baik seperti Rizal... abang lihat anak itu berusaha untuk membahagiakan kamu sebagai mama nya...!!! Tegas Anwar.
Gantian, kini aku yang terdiam ingin menangis. Betapa larutnya aku dalam masalah hingga melupakan Asen. Selama ini, Asen satu-satunya laki-laki yang menjadi tempat kuberbagi. Dia sabar mendengar semua keluh kesahku dikala suamiku tidak pernah memberi waktunya bahkan tidak pernah menghargaiku sebagai istri. Asen itu anak yang suka mendengar sama seperti bang Anwar yang sabar mendengar curhatanku.
"Banggg... aku mau beritahu abang sesuatu... sebenarnya Rizal itu bukan anak ko Afuk..."
"Oh ya ?! Emang Rizal itu anak tetangga lu... hahahaha...!! canda bang Anwar dikala aku pengen ngomong serius.
"Banggg... aku gak bercanda lo... Rizal itu sebenarnya anak abang..."
"Masa sihh..?! Rizal itu anak ku...?! Anwar seakan tidak percaya.
"Bener banggg... dia hasil hubungan kita dulu... setelah abang menghamiliku... tidak lama setelahnya kudengar kabar kalau abang kecelakaan bus... hatiku hancur banget waktu itu..."
"Maafin abang Linggg.... abang bukan lelaki yang bertanggungjawab... abang sungguh menyesali..."ucap Anwar.
Mendadak suasana menjadi hening. Kuarahkan pandanganku ke wajah bang Anwar yang kini fokus mengendarai mobil. Dari raut wajahnya seakan dia tidak percaya akan apa yang barusan kusampaikan. Mungkin dia tidak habis pikir ternyata Rizal itu anaknya.
Suasana canggung begini terus berlangsung sampai kami tiba di sebuah perumahan yang kulihat namanya Perumahan Rukun Kencana dan berhenti di salah satu rumah.
"Banggg... ini rumah siapa...?? tanyaku heran.
"Masuklahh... ini rumah abang... anggaplah rumah Ailing sendiri..." jawab bang Anwar menyambutku masuk ke rumah yang ngakunya rumahnya. Karena setahuku rumah bang Anwar itu rumah kontrak yang terletak di pinggir kota.
"Beneran ini rumah abang...?! Bukankah rumah abang itu rumah kontrakan kecil yang ada di jalan kecil pinggiran kota dekat rel kereta api... kenapa bisa tinggal di rumah sebesar ini...?? tanyaku sulit dipercaya.
"Rumah itu tidak kutinggali lagi... sekarang abang tinggal di rumah ini... memang rumah ini bukan milik abang.. tapi rumah dinas milik bos Syamsul... selama abang kerja dengan bos abang boleh tinggal di rumah ini..." jawabnya.
"Oh sukurlah... rumahnya nyaman dan luas.. terlalu luas untuk ditinggal abang seorang diri... sepi banget rasanya..." kataku.
"Betul Linggg... makanya abang ajak kamu nemeni abang tinggal di sini malam ini... biar abang gak kesepian lagi..." ucap bang Anwar sambil kami berjalan-jalan melihat setiap sudut ruang rumah dan sampai di kamar utama yang masih lapang. Karena hanya terdapat sebuah ranjang besar dan sebuah lemari pakaian empat pintu dengan dua pintu penutup di antaranya yang dilapisi cermin besar dan sebuah televisi LED 40 inci tergantung di dinding menghadap ranjang besar. Luas kamar utamanya tidak jauh beda dengan kamarku, bedanya di dalam kamar itu terdapat kamar mandi pribadi.
Tiba-tiba dari belakang bang Anwar memelukku. Rambutku yang terurai disibak dan leher belakangku dicumbu lembut. Terasa nafasnya menghembus mengenai kulit bahuku lalu diciumnya. Mmmm....mmmhh.... cuuppp...." jelas aku tahu kalau bang Anwar ingin mengajakku bersetubuh.
"Ahh... banggg.. hentikan....aku lagi gak mood melakukan ini....mmmhh..." kutolak halus.
"Kenapa gak mood sayanggg.... abang sudah lama menunggu masa-masa seperti malam ini.... ayo laaa sayanggg...." bujuknya.
Aku berbalik dan saling berhadapan dengan bamg Anwar. Kucurhatkan isi hatiku, "Abang kan tahu sendiri... aku sedang banyak masalah.... aku dilema... suamiku sakit keras sedang dirawat di rumah sakit... biaya perawatan terus berjalan sedangkan aku sudah tidak punya uang untuk membayar biaya pengobatan suamiku... tidak mungkin aku sebagai istri membiarkan suamiku sakit tanpa pengobatan sama sekali... aku tidak tahu lagi harus bagaimana membayar semua biaya rumah sakitttt.....!!
Bang Anwar memasukkan tangan ke saku celananya dan mengeluarkan selembar kertas yang terlipat. Bang Anwar berikan kertas itu padaku.
"Apa ini banggg...??" tanyaku penasaran.
"Ambil dan lihat sendiri sayy..." balasnya dan kuterima kertas itu lalu kubuka lipatannya. Ternyata kertas itu adalah sebuah tanda terima pembayaran rumah sakit atas nama pasien suamiku. Bang Anwar sudah memberikan deposit sebesar 200 juta ke rumah sakit atas namanya sendiri. Sedangkan di sana tertera bahwa biaya perawatan suamiku masih berkisar 120 jutaan.
"Dari mana abang punya uang sebanyak itu...?? Tanyaku tidak percaya.
"Kemaren itu abang pulang kampung untuk menjual tanah warisan...uang itu dari hasil penjualan tanah Lingg..." jelas Anwar.
"Kenapa abang lakukan ini...?? Aku tidak sanggup untuk membayar abang...!!
"Sudahlah sayangggg.... soal itu gak usah terlalu dipikirkan... biarkan abang membantu kamu Linggg... " ucap Anwar menenangkanku, kedua tangannya menggengam kedua bahuku. Kutatap mata Anwar bagai menatap seorang malaikat penolong atas masalah terberatku.
"Makasihhh bangggg.... cuuuuppp....mmmhhhh....cuuuppp....!!! tanpa berpikir lebih lama lagi aku memberikan ciuman bertubi-tubi pada bibir bang Anwar tanpa sadar kertas deposit yang dalam genggamanku terjatuh ke lantai. Rasanya aku bisa bernafas lega dan mood bercintaku mulai bangkit kembali.
"Pelan-pelan sayangggg....mmmhhh...mmmmhhh....." ucap Anwar menerima ciumanku yang agaknya terlalu membabi buta.
"Kenapa banggg...?! bukannya tadi abang mau melakukan ini padaku...?? tanyaku.
"Baiklah sayanggg... kalau itu maumu..." ucap bang Anwar, mendadak tubuhku diangkatnya lalu dilemparkan aku terpental ke ranjang sedangkan dia masih berdiri tersenyum mesum padaku. Dengan tatapan birahinya padaku, dia melepaskan satu per satu pakaiannya dan aku membantunya menurunkan celananya hingga penis hitam perkasanya menyembul keluar. Sempat aku menelan ludah menyaksikan kejantanan bang Anwar yang hitam besar itu dihadapanku.
Dengan tidak sabar akupun melepaskan pakaianku sendiri dibantu bang Anwar menyisakan celana dalamku.
"Besar bangat penis abangggg....!! ucapku terpesona dengan kejantan bang Anwar.
"Apa yang lu tunggu Linggg..... isap kontol punya abanggg...!! perintahnya. Dengan posisi membungkuk di atas ranjang sementara bang Anwar berdiri di tepi ranjang, ku oral penis perkasa itu dengan lehapnya sampai bang Anwar puas.
"Srrruuuppp....srrruuupp.....mmmmhhh...srruuupp....!!!
"Santai saja lu nikmati kontol abang ini... kontol abang ini sudah menjadi milik lu Linggg...." ucap bang Anwar sambil membelai rambutku dikala kujilati batangnya. Akupun semakin pelan menjilat dan mengisap penis yang pernah menghamiliku ini.
"Ohhh Linggg.... lu koq makin pintar isap kontol... ahhhh...enakkk kali mulut lu Lingggg....!!! ucap bang Anwar menikmati membuatku makin semangat menunjukkan kehebatanku dalam hal oral seks. Selain itu, kugunakan kedua bukit kembarku untuk mengosok penis bang Anwar yang perkasa itu.
"Aaaahhh...Linggg... lu bikin abang makin sayangg sama luu.... ahhh...!!!!
"Baguss sayanggg.. sekarang gantian...!! bang Anwar membaringkan aku, dan menarik celana dalamku.
"Bayangan memek lu selalu muncul dalam mimpi abang... sudah lama abang rindukan masa indah kita dulu..." kulebarkan kedua pahaku agar vaginaku yang berbulu lebat tapi tercukur rapi itu terekspose di depannya.
"Aku jugaaa rindu... aku pikir abang pergi lagi dariku... waktu aku merasa terancam di rumah sakit mau hubungi abang tapi gak terhubung..."
"Kenapa lu bisa merasa terancam sayanggg.... ?? Siapa yang mengancam kamu....?? Bang Anwar menghentikan aksinya dan mendengarkanku. Kuceritakan apa yang terjadi kemaren di rumah sakit.
"Terakhir lu dientot sama itu laki yang lu bilang misterius...???
"Iya banggg... maafff.... aku gak bisa menghindar banggg.... anehnya aku menikmati persetubuhan itu banggg.... " kuakui sejujurnya kepada bang Anwar.
"Wahh itu pasti memek lu jarang dipake sama ko Afuk... kasian banget lu Linggg...." ujar bang Anwar kembali melanjutkan perbuatannya padaku. Kakiku diangkat dan diletakkan di bahunya, lalu vaginaku dijilati dari bawah ke atas.
"Sssshhh.....aaahhhh.....aaahhhh....!! aku mendesis merasakan sensasi lidahnya mengores bibir vaginaku. Sesekali jemarinya mencolek isi dalam vaginaku dan menyentuh klitorisku membuat sekujur tubuhku bergetar kejang.
"Banggg.... cepatt masukin punyaa ke dalam aku bangggg.... ayoo capetaaann....aaahh...sshh...aaahhh..." pintaku.
"Tapii memek lu masih belumm cukupp basahhh sayanggg.... nanti lu kesakitan... kontol abang ini besar....."
"Aku dahhh pengennn banggg.... ayoo dongggg masukinnn...." pintaku
"Yaa udahh sayanggg kalau lu gak mau denger apa kata bangg.. kamu tahann yaaaa..." ucap bang Anwar melebarkan pahaku, lalu pelan-pelan menusukkan penisnya padaku.
"Aaaaahhh....aaaahhhh....!!! aku mengeleng-geleng kepala saat kelamin bang Anwar memaksa masuk ke dalam vaginaku.
"Aaahhh bangggg....!!!! Rasanya agak perih bercampur sesak saat penisnya memenuhi rongga vaginaku.
"Aaahhh...memek lu masih seret Lingggg.... rasanya masih enak seperti dulu..." puji bang Anwar.
"Aarrggghhh.... pelan-pelan goyanggnnyaa... sakittt banggg...aaaagghhh....!! Aku merintih saat penisnya mengesek lubang kelaminku. Rasanya benar apa kata bang Anwar, vaginaku masih belum cukup basah untuk menerima penisnya yang tebal itu.
"Apa abang bilanggg.... memek lu masih belum cukup becek Linggg....." bang Anwar mengeluarkan penisnya kembali memainkan vaginaku dengan jarinya.
"Kemaren waktu main sama lelaki misterius itu lu dibikin muncrat sama dia... ?? Tanya bang Anwar.
"Iyaaa banggg....aku sempat orgasme dibikin laki itu..." mendengar pengakuanku bang Anwar berpikir.
"Hmmmm.....Kalau begitu abang tahu gimana supaya lu bisa gampang becek... lu tunggu sebentar abang mau telepon seseorang...." bang Anwar mengambil handphone nya lalu keluar dari kamar meninggalkan aku di ranjang.
Sembari aku menunggu bang Anwar, ada baiknya aku bersih-bersih sebentar di kamar mandi. Ternyata kamar mandinya cukup luas dan ada bathtub di dalam.
Sekitar 30 menit aku mandi dan mengeringkan rambutku dengan hairdrayer, aku keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk menutupi dada sampai ke paha.
Rupanya diluar ada dua pria bertelanjang dada yang tidak ku kenal sedang duduk di ranjang.
"Ehh... siapa kalian... ?! Bentakku.
"Tenang tantee... jangan menjeritt, Pak Anwar yang menyuruh kami ke sini..." ucap salah satu pria mencoba menenangkan aku. Salah seorang dari mereka berdiri dari ranjang mendekatiku.
"Jangan mendekatt...!!!! Jeritanku tidak menghentikan langkah lelaki itu.
"Dimana bang Anwar..??? Tanyaku tapi mereka diam.
Sayanggg.... !! Abang di sini..." tiba-tiba dari luar bang Anwar masuk ke dalam kamar.
"Siapa mereka banggg... kenapa ada di kamar ini...??
"Tenang dulu sayanggg... abang gak mungkin mencelakakan kamu... justru abang mau kasi lu kepuasan dengan mengajak dua lelaki yang lu belum kenal..." ucap bang Anwar merangkul tubuhku yang hanya ditutupi handuk, sambil membelai pundakku.
"Kepuasan apaan itu bangggg....??!!
"Sayanggg.. sekarang abang mengerti mengapa lu bisa menikmati dientot sama lelaki di rumah sakit itu... itu karena fantasi dalam diri lu sayanggg... ada wanita yang mudah terangsang kalau dientot sama lelaki asing yang gak dikenalnya...."
"Abang jangan sembangan banggg... mana ada yang seperti ituuu....!!!
"Nanti AiLing akan buktikan sendiri kalau gak percaya sama apa kata abanggg...." ucap bang Anwar dengan tenang. Aku dirangkul diajak duduk ke ranjang.
'Dibuka saja handuknya sayangg...jangan ditahan..." bang Anwar melucuti handukku dengan sedikit paksa karena kutahan handukku saat ditariknya.
"Indah sekali bentuk tubuh tante... " puji salah seorang pria asing yang kubelakangi duduk di ranjang.
"Apa abang bilang... ini dia istri simpanan abang yang paling abang sayanggg... kalian kasi istri abang kenikmatan tapi jangam sakiti dia... kalian mengerti ...?! Ngaku bang Anwar.
"Apa abang bilang..?! Sejak kapan aku jadi istri simpanan abang...?? Tanyaku heran pura-pura kesal meskipun dari lubuk hati terdalam aku bahagia mendengarnya.
"Sejak lu diceraikan suami lu... abang siap ambil AiLing jadi istri abang... jadi percaya deh sama abang... lu bersenang-senang dulu sama dua satpam komplek perumahan sini... abang duduk di sana menjaga istri ku ini... hehehe...." ucap bang Anwar menenangkanku.
Mendengar apa katanya, akupun merasa agak tenang namun kulirik dua pria yang tampak masih muda dariku ini terus melototi tubuhku. Entah apa yang hendak dilakukan kedua pria yang menurutku tergolong tampan walaupun kulitnya agak gelal, maklum deh soalnya mereka pria pribumi.
Bang Anwar berdiri meninggalkanku bersama dua pria muda bertelanjang dada keliatan cukup ateletis cocok untuk profesi satpam. Bang Anwar menjauh dari kami dan duduk di sebuah kursi dekat pintu kamar.
Dari belakang kedua pria itu mulai mendekatiku dari kedua sisi. Yang satu mencium leherku dan sisi satunya menciumi bahuku. Tangan mereka mulai mengelus kedua payudaraku. Tidak jelas kedua tangan itu milik orang yang sama atau dua tangan yang berbeda. Soalnya aku hanya penjamkan mataku tidak berani menatap mereka. Bila dari cara dan tenaga remasannya, ini dua orang yang berbeda.
Ciuman mereka berangsur menjadi jilatan demi jilatan. Dengan perlahan kupasrahkan tubuhku dibaringkan mereka di atas ranjang. Melihat aku yang masih pejamkan mata, kedua pria ini makin berani mengerayangi tubuhku.
Kurasakan salah seorang mencoba bermain-main dengan selangkanganku dan seorang lagi bermain dengan bukit kembarku. Dari cara mereka memperlakukan tubuhku, kelihatan mereka bukan anak kemaren sore. Mereka tahu cara memberikan rangsangan ke tubuh wanita.
Ohhh....!!! jarinya mengincar benjolan mini yang paling sensitif dan dengan terampil memainkannya membuat tubuhku bagai tersengat listrik. Vaginaku makin basah membanjiri tangannya. Aku hanya bisa mendesah tak mampu berkata-kata. Belum lagi rangsangan datang dari jilatan dan isapan pada puting susuku yang tidak kalah gencar. Serangan atas bawah ini bener-bener membuat birahi dalam tubuhku bergelora hebat. Sungguh mahir cara dua lelaki pribumi membangkitkan birahiku yang sudah lama tertidur akibat masalah hidupku.
Birahiku membangkitkan keberanianku untuk membuka mata. Selangkanganku semakin kulebarkan agar pria di bawahku lebih leluasa menikmati vaginaku. Dadaku kubusungkan membuat pria itu makin bringas meremas dan mengemut-emut putingku secara bergantian.
Kulirik kearah bang Anwar yang rupanya dari tadi terus menyoroti aksiku bersama dua satpam yang masih muda ini. Bang Anwar tersenyum padaku sambil menganggukan kepala seakan ingin meneguhkan bahwa akan yang dia katakan ternyata benar, aku menikmati permainan kedua pria ini. Akupun membalas dengan tersenyum nakal sambil mengigit bibirku.
"Kalian siapaaa...??!! tanyaku ke kedua pria yang sedang sibuk menikmati tubuhku.
"Tante gak kenal kami, tapi kami kenal tante...." jawab pria yang sedang menjilati payudaraku.
"Kapan kita pernah ketemu... kenapa kalian kenal sama aku...??? tanyaku.
"Kami anak buah Pak Imron... kami pernah lihat tante waktu tengah malam tante mampir di warung tepi hutan sawit itu.... tante masih ingat...??! jawabnya.
"Oh.. itu kan sudah lama...aaaahhh jangaaannn digigit donggg....." tiba-tiba terasa putingku mengenai gigi pria itu memberiku gigitan ringan.
"Tante mungkin udah lupa.. tapi aku gak pernah bisa lupa Tan... sejak itu aku penasaran rasanya memek tante... tapi tidak di sangka sekarang aku bisa menikmati memek cina tante... srruuuppp...srrruuuppp....!!! jawab pria yang di bawahku.
"Aaaahhh... pelann pelannn bangggg.... geliii bangettt looo...!!! Udahhh ahhh cepattt buka celana kaliannn... masukinn ke dalam akuuu donggg....!!! pintaku.
Mendadak kedua pria itu serentak berhenti mengerjai tubuhku. Aku merasa aneh sekali kenapa dikala aku minta disetubuhi, malah kedua pria ini berhenti. Apakah mereka ini pria mandul ?! tanya batinku sambil duduk menatap heran dengan kedua pria ini.
"Maaf tanteee... kami sudah sepakat dengan bang Anwar, kami tidak boleh melakukan bagian itu...." ucap salah seorang dari mereka.
"Ya sudah kalau kalian gak mau cepet turun dari ranjang...!!! ucapku merasa terhina dengan sikap mereka.
"Hahahaha... lu sudah siap dientot ya sayanggg...?! Sini sama abang saja sayangggg...!!! ucap bang Anwar masih duduk di kursinya. Dengan keadaan telanjang aku turun dari ranjang dan berjalan menghampiri bang Anwar.
Aku duduk manja dipangkuannya lalu aku berinisiatif mengajaknya berciuman panas. Lidah kami saling berpagut-pagutan tanpa peduli diperhatikan dua pria yang telah membuatku kecewa.
Tiba-tiba bang Anwar berdiri sambil kedua tangannya menopang bokongku. Karena aku takut jatuh, kedua kakiku melingkari pinggangnya. Mulut kami masih berciuman sambil bang Anwar melangkah menuju ke ranjang dan meletakkan tubuhku dengan pelan.
Bang Anwar melepaskan pakaiannya dan aku membantu menurunkan celananya yang ternyata sudah tidak pakai celana dalam. Kukeluarkan senjata kejantanan bang Anwar yang tadi sempat membuatku kesakitan sangkin besarnya, tapi kini aku sudah siap untuk sekali lagi merasakan kejantanannya.
"Sekarang memek lu sudah basah sekali... jadi lu udah siap sayangggg...?! tanya bang Anwar. Aku bangun handak duduk di paha bang Anwar. Kami saling bekerjasama untuk mempertemukan kelamin kami. "Aaaaaaaaahhhh...!!! Aku siaaappp bangggg...!!! Besar banget burung abanggg...!!!" sahutku.
"Memek lu yang sempit atau kontol abang yang besar...?! godanya.
"Kontol abang yang gede banget.... aaahhh...aaahhhh... enaaaakkk bangettt bangggg.....aaahhh.....aaaahhh...enakkkk....!!!! Sungguh nikmat saat kejantanan bang Anwar mengesek rongga vaginaku. Kami bercinta dengan posisi duduk saling berhadapan. Sesekali aku memeluk tubuh besar bang Anwar tanpa sengaja menatap wajah kedau pria tampak kecewa karena nafsu mereka yang tertahan.
Kulemparkan tatapan sinis pada mereka, suara desahanku makin kuat memaksa kedua satpam ini menurunkan celana dan memainkan penis mereka sambil menyaksikan permainanku bersama bang Anwar. Melihat aksi kedua pria itu mengosok penis mereka, justru membuatku makin bersemangat bergoncang hebat diatas pangkuan bang Anwar, dengan niat ingin membalas biar mereka menyesal telah menolakku.
"Banggggg.... entot aku dari belakanggg bangggg...!!! bang Anwar memenuhi keinginanku. Aku nungging dengan kepala menghadap kedua pria yang masih asyik menyaksikan permainan kami. Bang Anwar menyodokku dari belakang dengan hentakkan yang cukup kuat buat seluruh tubuhku bergetar.
"Aaaaaahhh...aaaaahhh...entot aku banggggg.... lebih kuattt lagiii bangggg.....aaahhh....ooouuuhhh.....!!!!!
"Aaaahhh...aaaahhh.....Makin binal aja lu Lingggg.... dulu lu gak sebinal ini, tapi lihat AiLing yang sekarangggg.... aarrrgghhh... abangg suka AiLing yang sekarangggg.... jauh lebih nakalll.... aaaagghhh....!!! bang Anwar makin semangat menusukkan dari belakang.
"Biarrrinnnn...biarinnn.... aku gak pedulii....!!! Cepattt entottt aku lebihh kencanggg bangggg...!!! Oooohhh....ooohhh.....sssshhhh aaahhhhh...aaaahhh....!!! Yanggg kuatttt...!!!!
"HAHAHAHA...!!! Dasarrr AiLinggg jalangggg..!!!! Abang makin cinta sama lu sayanggggg....!!!!
"Baaaaannngggg akuu keluaaaaaarrr...!!! Aaaaaahhhh....!!!! Aaaaahhhh....!!!!
Bang Anwar menghentikan sodokannya, tubuhku dibaringkan dan kembali melanjutkan genjotannya.
"Abang belum keluarrr sayangggg.... kamu masih kuatt kannn...?! tanyanya.
"Kuattt banggggg....terusssin ajaaaa.....aaaahhh....aaaahhh.....!!! jawabku tanpa menunggu lebih lama bang Anwar memberiku penetrasi dengan irama yang cepat. Sepertinya bang Anwar mulai menunjukkan tanda-tanda ejakulasi. Kurang lebih 15 menit lagi, kami mencapai klimaks dalam waktu yang bersamaan.
Rasa dari orgasme inilah yang telah lama terhilang dalam hidupku. Dulu aku sering dibuat begini oleh bang Anwar, malam ini rasa itu telah kembali padaku. Terimakasih bang...." ucapku dengan nafas terpatah-patah.
"Terimakasih kenapa sayangggg....?!
Setelah nafasku sudah mulai stabil kujawab dia, "Terimakasih karena abang yang paling memahami kebutuhan batinku..." jawabku.
"Tidak salah abang pilih AiLing menjadi istri kedua abanggg....." ucapnya.
"Huhh... dasar nakall lu banggg....!!! kucubit perut bang Anwar
"Gak mau aku jadi istri kedua abang...." balasku pura-pura menolak.
"Yakin Ailing gak mau jadi istri kedua bangggg...?! bang Anwar turun ke bawah tubuhku mencumbui perut sampai ke selangkanganku. Awalnya aku mencoba menahan geli atas perbuatannya, hingga aku menyerah dan kujawab: Mau bangggg....maaaauuuu....!!!! dan kami sama-sama tertawa: Hahahahahaha...!!!
"Maaf mengganggu banggg... kalau begitu kami permisi dulu...!! pamit kedua pria itu, sesekali melirik padaku dan kubalas lirikan itu dengan menoleh sinis ke arah lain.
Pagi harinya sebelum bang Anwar mengantarku kembali ke rumah sakit, rasa rindu membuat kami sempat mengulang permainan kami sekali lagi.
Sesampai di rumah sakit, rasanya semalam seperti sebuah mimpi indah yang selalu ingin kuulangi. Sekarang mimpi itu telah berlalu dan aku harus kembali menghadapi masalah terberat dalam hidupku.
Untung ada bang Anwar yang sudah membantu mencarikan biaya rumah sakit untuk pengobatan suamiku, akan tetapi hutang tetaplah hutang. Bagaimanapun juga aku harus membayar bang Anwar karena ini adalah tanggungjawab keluarga kami. Tidak boleh sampai memberatkan bang Anwar.
"Bagaimana aku harus membayar bang Anwar ? Dari mana aku mencari dana sebesar itu ?
"Benarkah uang sebanyak itu hasil penjualan tanah warisan di kampung bang Anwar ?