POV: AiLing
Sepanjang malam aku hubungi Asen tetapi handphone dalam keadaan yang tidak dapat dihubungi. Tidak tahu kemana perginya padahal keluarga sedang dalam kondisi yang darurat. Aku mengirimkan pesan padanya agar segera datang ke rumah sakit karena papanya sedang kritis dirawat di rumah sakit di ruang ICU. Saat ini suamiku dalam keadaan koma, tidak sadarkan diri, kata dokter suamiku kena Stroke karena dia ada riwayat darah tinggi.
Kemaren siang, Afuk pulang ke rumah dengan muka yang panik dan pucat. Kutanya padanya apa yang sebenarnya terjadi tapi dia tidak mau menceritakan bahkan aku sempat dimarahi. Untuk menghindari pertengkaran kuabaikan saja agar suasana rumah tetap tenang. Hingga sore harinya, tiba-tiba ada segerombol polisi datang kerumah untuk menangkap suamiku dan ditahan di kantor polisi akibat kedapatan bahwa bisnis oli suamiku adalah bisnis gelap dan penipuan. Selama ini oli gudang yang dijual adalah oli palsu. Beberapa pelanggan sudah mengadukan ke pihak berwajib dan kemaren sore polisi baru berhasil menemukan suamiku.
Ternyata dalang dari semua bisnis gelap ini bermula dari ko Ahuat, teman baik suamiku yang sudah lebih dulu tertangkap pagi harinya. Gara-gara mendapat kabar itu, Afuk menjadi panik dan pucat. Tidak disangkanya sore harinya, suamiku sendiri dikejar polisi sampai ke rumah. Bahkan gudang oli yang biasa beroperasi langsung disegel oleh polisi. Barang-barang yang ada digudang semua disita sebagai barang bukti. Elena dan Ayen yang sedang berada di gudang pun ikut dibawa ke kantor polisi dan ditahan di sana.
Dalam kondisi seperti ini pikiranku kosong, aku sangat panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Kebetulan kubuka handphone ada pesan masuk dari bang Anwar, tidak ada pilihan lain selain minta tolong padanya. Untunglah bang Anwar bersedia menolongku. Kami bersama menyelesaikan persoalan ini di kantor polisi. Aku memohon pada pihak kepolisian agar memberi keringanan dan melepaskan semua anggota keluargaku.
Karena suamiku turut aktif memasarkan dan menjual barang palsu dari dalam sampai keluar kota maka terhitung pelanggaran berat. Untuk dapat bebas dari tahanan maka kami harus membayar dana yang sangat mahal agar dapat dibebaskan dari rumah tahanan. Namun demi keutuhan keluarga, aku sendiri memutuskan untuk mengeluarkan seluruh tabungan keluarga untuk menebus suami, Elena dan Ayen. Sebenarnya seluruh tabungan kami itu tidak cukup untuk menebus mereka semua, tapi karena dari pihak kantor polisi merasa iba dan kasihan dengan kondisi keluarga kami, maka mereka menyetujui melepaskan semua anggota keluargaku dengan seluruh dana yang kami miliki.
Malam harinya sepulang dari kantor polisi, suamiku marah besar dan semua masalah ini dituduhkan kepadaku. Aku sangat terpukul saat suamiku mengataiku wanita bodoh yang tidak berguna karena sudah memutuskan sepihak untuk membayar uang tebusan hingga seluruh tabungan kami ludes. Menurut suamiku, angka uang tebusan yang dikeluarkan tidak sebesar itu. Seharusnya dana tebusan itu masih bisa dinegosiasi agar tidak perlu menghabiskan seluruh tabungan. Tidak tahu karena aku ini wanita bodoh yang tidak pengalaman berurusan dengan kepolisian atau suamiku yang asal bicara karena sulit menerima kenyataan.
Malam itu kami hanya tinggal di rumah besar tapi sebenarnya kami sudah menjadi orang miskin yang tidak memiliki uang sepeser pun. Demi bertahan hidup untuk beberapa hari, aku terpaksa meminjam sedikit uang dari bang Anwar yang sebelumnya secara ekonomi masih di bawahku.
Meratapi kondisi ini, suamiku adalah orang yang paling tidak bisa menerima kondisi ini. Semua kebanggaan dan kekayaannya telah lenyap. Semua hasil perjuangannya mengembangan bisnis oli drum telah sirna. Suamiku tidak sanggup menerima kenyataan pahit ini sehingga menyebabkan dia sangat tertekan dan menyalahkan semua yang bisa disalahkan. Kemarahannya meluap-luap, semua barang-barang di rumah dihancurkan. Aku sebagai istrinya ikut menjadi sasaran utama amukan amarahnya, aku ditampar dicaci maki dan dipukul dan dilempar barang-barang yang dapat diraihnya.
Masih terbayang kuat dalam pikiranku, bahkan perih di pipiku masih terasa saat ini karena ditampar suamiku. Plaaakk...plaaakkk....!!
"Pukimak kau... !!! Istri bodoh pembawa sial....!! Uang hasil keringat darah suami dihabiskan dalam satu malam.... !!! Pukimak lu... benar nasib sialll punya istri otak tolol... !! Aku dimaki dengan ucapan kotor dan makian yang sangat merendahkan harga diriku.
Aku dituduh suami bagai seorang yang berhati jahat tanpa mau mendengar penjelasanku. Padahal semua yang kulakukan tanpa niat buruk.
"Lingg.....Ini pasti lu dibodoh-bodohi sama laki-laki pribumi yang namanya Anwar itu... lu dengar pasti apa katanya.. sebelum perceraian kita disahkan ke pengadilan lu pasti mau bikin aku jadi miskin... benar-benar wanita bodoh...!!! Mau aja diajari sama lelaki pribumi berotak licik..!!!
"Fuuukk... bang Anwar itu menolong kita biar lu jangan sampai dipenjara... lu itu orang gak tahu berterimakasih... udah ditolong malah nyalahkan orang...!!! Aku membela bang Anwar karena penilaian suamiku terlalu negatif terhadap ke bang Anwar. Rasanya sangat tidak pantas bang Anwar yang berniat membantu malah dituduh yang buruk sampai berlebihan begitu.
"Heii !!! Jalangg !!! Keluarrr lu dari rumah ini..!!! Lu udah dipelet sama si Anwarr.... berani membela dia di depan ku... MATI SAJA KAU...!!! KELUAR DARI RUMAH INII.... !!! TIDUR SAJA DI KUBURAN...!!! MAAATIII SAJA KAUUU LINGGGG...!!! Bentak Suamiku menjerit-jerit yang dipenuhi amarah yang meluap-luap sampai tak terkontrol.
Tiba-tiba,
Uhuukkk....uhukk....uhuukkk....uhuukkk......!! suamiku tersedak setelah dengan amarahnya membentakku lalu tergeletak ke lantai.
Untung kami keburu membawa suamiku ke rumah sakit terdekat walaupun secara fasilitas masih sangat minim yang penting nyawa dapat diselamatkan dulu.
"Maaaa...!!! Apa yang terjadi ?? Bagaimana kondisi Papa sekarang...?? akhirnya Asen tiba di rumah sakit dan kuceritakan seluruh kejadiannya.
Seorang dokter ditemani dua suster datang menghampiriku.
"Selamat Sore Bu Linda... kondisi pasien saat ini dalam keadaan darurat.. jadi pasien harus segera dioperasi... tidak ada pilihan lain Bu..." kata Dokter serius.
"Tapi Dok... aku tidak punya dana untuk biaya operasi...." ucapku pasrah.
"Maaf Bu... jika anda ingin suami anda selamat saran saya sebaiknya dioperasi... soal dana tidak lebih penting dari nyawa suami anda..." tegas dokter.
"Betul apa kata dokter Linggg.... sebaiknya ko Afuk dioperasi... soal dana nanti kita pikirkan bersama..."saran bang Anwar, kebetulan aku bersama bang Anwar yang setia menemaniku dalam kondisi tertekan begini.
"Kalau begitu baiklah dok... saya ikuti saran dokter..." kataku lalu bang Anwar mengelus punggungku memberiku rasa tenang atas keputusan yang kuambil.
Setelah kutanda tangani surat persetujuan operasi maka malam itu juga suamiku menjalani operasi selama berjam-jam.
Selama proses operasi suamiku aku ditemani bang Anwar. Perasaan kuatir terus mengerogoti hatiku, untung ada bang Anwar yang merangkul tubuhku sesekali aku dipeluk olehnya. Pelukan bang Anwar cukup menenangkan perasaanku.
Akhirnya dokter keluar dari ruang operasi dan menghampiri kami. Hatiku kuatir menanti apa yang akan diucapkan dokter.
"Bagaimana dok..?? Tanyaku
"Tenang Bu.. sejauh ini operasi berjalan dengan lancar... sekarang kita menunggu suami anda bangun.." kata dokter
"Berapa lama suami saya akan bangun...?? Tanyaku.
"Saya tidak bisa pastikan... mungkin belum secepat itu..ibu berdoa saja..." kata dokter.
"Baiklah dokter... terimakasih banyak...!!! Ucapku.
"Sama-sama Bu.. saya permisi dulu..." pamit dokter.
"Betul kan kataku... semua akan baik-baik saja.. kalau operasinya lancar... ko Afuk pasti segera bangun..." ucap bang Anwar.
"Tapi dokter bilang belom pasti kapan bangunnya.." ucapku.
"Tenang dulu Lingg.... abang akan menemani Aling selama menunggu ko Afuk bangun...oke?! Ucap bang Anwar dan kubalas dengan anggukan kepala.
Tidak terasa langit sudah gelap dan kusuruh Asen pulang dulu. Biar aku saja yang berjaga selama Afuk masih dirawat di ruang ICU.
Selama di rumah sakit, keluarga pasien hanya boleh beristirahat di ruang tunggu. Tidak ada tempat tidur pendamping pasien selama pasien masih dalam perawatan di ICU.
MEWFD9R_t.jpg
Bang Anwar
Aku dan bang Anwar duduk berdua di kursi panjang ruang tunggu. Di sana terdapat beberapa keluarga pasien ICU lainnya yang juga berjaga. Kuperhatikan kondisi rumah sakit ini memang tergolong Rumah Sakit umum yang tergolong menengah kebawah. Fasilitasnya tidak terlalu lengkap. Sangat jarang ada pasien orang Tionghoa di sini karena kebanyakan orang kami berobat di Rumah Sakit berkelas dan lebih mewah. Meratapi kondisi keuanganku, rasanya tidak mungkin untuk membawa suamiku dirawat di rumah sakit yang mawah. Sedangkan di rumah sakit yang begini saja aku sudah kesulitan biaya.
Waktu semakin malam, tubuhku mulai terasa lelah. Rasanya aku ingin berbaring di ranjangku yang nyaman. Namun sebelum suamiku bangun rasanya aku harus bertahan dengan ketidaknyamanan ini. Selain itu aroma dan suasana di rumah sakit ini sangat tidak nyaman buatku.
Kepalaku agak pusing karena kelelahan fisik dan emosi. Kusandarkan kepalaku ke lengan bang Anwar yang besar dan berotot. Dengan inisiatif bang Anwar merangkal tubuhku hingga aku dirangkul ke dalam dekapannya.
Hawa rumah sakit terasa dingin, apalagi aku hanya mengenakan kaos oblong pas badan yang bahannya agak tipis supaya nyaman, karena suhu ruangan di luar cukup panas. Karena pakaianku agak tipis, warna dan bentuk bra yang kukenakan sedikit kelihatan tembus. Sedangkan bagian bawah aku mengenakan celana ponggol cewek sebatas paha yang santai dipakai di rumah.
Bang Anwar menyadari kalau aku kedinginan, maka dia meminjamkan aku selimut. Kubalut tubuhku dengan selimut sambil duduk bersandar di kursi panjang ruang tunggu.
Aku merasa kasihan juga dengan bang Anwar yang juga mulai merasa kedinginan meskipun badannya cukup besar. Kutawarkan untuk berbagi selimut dengannya, lagipula selimutnya terlalu lebar untuk dipakai sendiri. Maka kami berdua duduk bersama di kursi panjang dengan berbagi selimut yang menutupi seluruh tubuh kami, menyisakan kepala.
Dari dalam selimut, kembali bang Anwar memelukku hingga kepalaku bersandar di dadanya yang bidang. Terasa kehangatan tubuh bang Anwar ditambah kehangatan selimut mambuatku benar-benar merasa nyaman. Aku tidak peduli kalau payudaraku yang kenyal menempel erat pada dada bang Anwar. Lagipula masih tertutup pakaianku.
Lama kelamaan aku merasakan ada sesuatu yang mengeras dan membesar dari bawah, tepatnya di area selangkangan bang Anwar. Jelas aku tahu kalau itu kelamin bang Anwar sedang bereaksi, namun aku pura-puridak tahu dan tetap menutup mata melanjutkan tidurku dalam posisi memeluk tubuh bang Anwar.
Ah, dalam keadaan setengah terlelap, sebuah telapak tangan kasar menyusup kedalam celanaku yang lingkar pinggangnya dari karet elastis sehingga tangannya bebas mengusap pantatku yang mulus. Bongkahan pantatku sesekali diremas-remas.
Sebatas sini masih kubiarkan bang Anwar melakukannya. Melihatku tidak ada pelawanan, bang Anwar makin berani meneruskan aksinya.
Jarinya mulai memaksa menyusup ke lipatan selangkanganku. Sshh.. jarinya menyentuh lubang anusku.
Kutangkap pergelangan tangan bang Anwar dan menahannya. "Ahh Bangg..jangann banggg...." bisikku agar tidak kedengaran orang sekitar.
"Kenapa sayanggg....?? Tanyanya pelan
"Gelii banggg..." jawabku pelan.
"Makanya jangan ditahan biar makin enakk..." bisiknya dan tanpa aba-aba jarinya terus menjalar kini menyentuh bibir vaginaku. Secara refleks aku sedikit tersentak bagai tersengat listrik akibat sentuhan jemari bang Anwar.
"Aaaah...Jangannn banggg... nanti ketahuan orang..." sempat aku dibuat terkejut.
"Lu nikmati saja Linggg... jangan banyak gerak..."bisiknya mencolek rongga vaginaku.
"Gakkk banggg.... aku lagi gak pengen... " mencoba menahan tangannya semakin masuk ke dalam celanaku.
"Kenapa gak pengenn sayanggg....?! Tuhhh...keringg bangett memek lu Lingggg...." ucapnya sambil memaksa memainkan jarinya.
"Suamiku lagi sakit begini jadi aku sedang banyak pikiran jadi gak mood gituan bangggg.... hentikan bangggg...."
"Justru itu Linggg... ini abang bantu lu biar pikiran lu lebih rileks... lu pasti sudah lama gak gituan...makanya memek lu kering begini..." jelas bang Anwar terus mencolek-colek kemaluanku.
"Jangann banggg... disini banyakkk oranggg nanti malu kalau kedapatannn...."
Bang Anwar terus memaksa sedangkan aku mencoba menghentikan. Tangan kami bergerak-gerak adu silat di balik selimut yang menutupi tubuh kami.
"Aaaahhh...jangan banggg....geliii bangettt aaahhhh....." jemari bang Anwar berhasil menembusi vaginaku menyentuh klitorisku. Tubuhku bergetar pasrah saat titik sensitifku dimainkan oleh bang Anwar. Aku semakin tak berdaya menahan sensasi kenikmatannya.
"Bagusss sayangggg... memek lu mulai keluar lendir... keluarin yang banyak biar pikiran lu lebih tenang menghadapi masalah ini...." bisik bang Anwar. Memang aku sudah lama tidak merasakan kenikmatan ini sejak aku putus hubungan dengan Mas Hafiz. Telah sebulan lebih aku gak mood soal berhubungan badan karena tekanan batin yang kualami. Malam ini bang Anwar memancing gairahku kembali yang telah sebulan lebih kupendam. "Aaaaahhh...!! akhirnya aku orgasme dibuatnya.
"Terusss... keluarrrinnn semuaaaa sayanggg.... jangan ditahannn....baguussss.... " ucap bang Anwar terus mengobok-obok vaginaku mengurus semua cairan cintaku.
"Baguss Linggg..... banyaaakkk keluarnyaa... sekarang udah lebih enakkan bukannn....?! tanya bang Anwar dan kuanggukan kepalaku.
Celaka, tidak jauh dari tempat duduk kami, seorang lelaki misterius menatapku dengan tajam lalu melempar senyuman mesum padaku. Perawakannya kurus tinggi berkulit gelap dengan mata yang besar menatapku. Kami sempat bertemu pandang sesaat, lalu aku tidak lagi berani menatapnya. Jangan-jangan sejak tadi dia telah menyadari perbuatan kami dan terus melihat pada kami. Sesekali aku mencoba melirik ke lelaki itu, tapi tatapannya padaku belum putus. Aku semakin serba salah ditatap seperti itu. Namun aku merasa aman karena berlindung dalam dekapan bang Anwar hingga tertidur nyenyak hingga pagi.
........
"Linggggg.... Linggg... !!!! Bangunn !!!! Aku terkejut begitu pula bang Anwar. Baruku sadari itu suara ibu mertuaku membangunkanku dari pelukan bang. Ibu mertuaku datang bersama papa mertua dan anakkuVelin.
"Siapa laki-laki pribumi ini...?! tanya Ibu mertuaku.
"Ohh.. anu Maa.. ini temanku.. yang bantu aku selama di rumah sakit...." jawabku gugup.
"Afuk kenapaaaa... ???? Koq bisa sampai begini....!!!!??? Kenapa baru sekarang aku diberitahu...?? Kalau Velin gak beritahu, pasti sampe hari ini aku belum tahu Afuk masuk rumah sakit... istri kayak apa kau ini...?! marah ibu mertua.
Kujelaskan semua kepada mereka, malah aku juga yang disalahkan oleh ibu mertua.
"Dasar istri pembawa sial lu Linggg.... tahu gitu kalian lebih cepat cerai pisah rumah biar anakku gak mendapat petaka begini... aku sudah suruh dia cepat diurus perceraian kalian di pengadilan tapi selalu beralasan sibuk bisnis....malang benar nasib anakku...!!! Ngomel ibu mertuaku yang membela suamiku.
"Tapiii Maaa.... dengar dulu penjelasanku....!! Aku mencoba membela diri.
"Tuh.. tuh... Mama belum selesai bicara lu udah mau menyela.... betul-betul menantu tidak beradab... tidak tahu sopan santun....!!! Pantas anakku bernasib siap dapat istri kayak lu....!!! Bentak ibu mertuaku dan aku pun terdiam. Aku tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan dan cara ibu mertuaku menuduhku mirip dengan suamiku. Sifat dan emosi mereka memang sangat mirip. Untung ada papa mertuaku yang mencoba menenangkan ibu mertuaku, tapi bukan membelaku. Bang Anwar pun menepuk-nepuk dan mengusap pundakku untuk menenangkanku.
"Teruss lu koq masukin Afuk ke rumah sakit murahan begini...?! Lu mau Afuk cepat mati ya.. biar bisa ikut laki pribumi ini...?!?! tuduh mertuaku.
"Dengar dulu Maaa... dia ini teman aku yang ikut bantu... bukan siapa-siapa...!!! sanggahku.
"Gak perlu menyangkal lu Linggg.... Mama sudah dengar dari Afukkk.... begitu Afuk sudah sembuh kalian langsung cerai saja...!!!! tegas mertuaku.
"Ada apa Linggg....?? tanya bang Anwar yang tidak mengerti ucapan bahasa dialek ibu mertuaku.
"Gak ada apa-apa banggg...!!! balasku.
"Apanya gak ada apa-apa... abang lihat lu dimarahi koq bilangnya gak apa-apa...!!! ucap bang Anwar ingin membelaku.
"Sudahlah banggg... jangan memperumit masalahku... sekarang keluargaku sedang tidak baik-baik banggg... tolong abang jangan ikut campur dulu... aku mohon bang Anwar segera pergi dari sini....!!! tegasku. Dengan terpaksa aku mengusir bang Anwar untuk membuktikan kepada mertuaku bahwa aku tidak ada hubungan apapun dengan bang Anwar.
"Tapii Linggg....!!!
"SUDAHLAH BANGGG...!!!! Pergi abang dari sini...!!! bentakku mengusir bang Anwar sampai menarik perhatian orang-orang di rumah sakit.
"Oke..okee... baiklah...abang pergi sekarang... jaga dirimu Linggg...." pamit bang Anwar dan pergi.
Walaupun aku sudah mengusir bang Anwar, mertuaku tetap saja tidak percaya padaku.
"Pagi Bu... ada kabar baik...suami ibu sudah bangun..." ucap seorang suster.
"Wah.. syukurlahh..!!! Kalian bisa segera cerai..." ucap ibu mertuaku dengan semangat. Kami semua minta izin masuk ke dalam ruang ICU melihat keadaan suamiku.
Walaupun suamiku sudah bangun, namun kondisinya masih jauh dari pulih. Menurut penjelasan suster berdasarkan keterangan dari dokter, bahwa pemulihan suamiku tidak dapat berlangsung cepat. Butuh waktu lebih satu tahun. Untuk saat ini sebagian besar anggota tubuh suamiku belum mampu leluasa digerakkan. Sehari-hari harus menggunakan kursi roda sebagai alat bantu. Bicaranya pun masih belum jelas. Kinerja otaknya belum dapat berfungsi sempurna. Setelah keluar dari rumah sakitpun, suamiku masih perlu menjalani fisioterapi.
Mendengar kondisi suamiku, ibu mertuaku menunda rencana cerai kami. Betapa egoisnya ibu mertuaku. Dia mendesakku mengurus suamiku selama dia sakit. Tidak jelas berapa lama aku harus mengurus suamiku yang ingin menceraikanku.
Pihak rumah sakit akan segera memindahkan suamiku ke kamar rawat inap pasian. Di kamar pasien terdapat tiga ranjang pasien dan semua terisi pasien yang sedang dirawat. Masing-masing pasien ada keluarga yang menjaga. Setelah semua pemindahan suamiku ke kamar pasien sudah beres, mertuaku pun meninggalkan rumah sakit. Dia berpesan, kalau masih mau tinggal dalam keluarga ini, baik-baiklah merawat suamiku sampai dia sehat kembali. Kata mertuaku, mudah-mudahan suamiku membatalkan rencana cerainya. Mertuaku menyerahkan semua keputusan perceraian pada suamiku tanpa mau turut mencampuri urusan rumah tangga kami.
Malam harinya ada seorang masuk ke kamar pasien, ternyata orang itu lelaki misterius yang mengintaiku sejak semalam. Bagaimana dia bisa masuk ke kamar ini? Siapa dia ?
Lelaki ini minta izin untuk beristiahat malam ini di kamar pasian yang suamiku tempati bersama dua pasien lain. Alasannya diluar terlalu dingin, dia orang kampung tidak kuat dengan hawa dingin AC. Istrinya sedang tidak sadar dirawat di kamar ICU.
"Maaf saya keberatan anda di sini...!! Tolakku.
"Hei Bu..!!! Anda tega sekali mengusir orang yang minta tolong... mentang-mentang anda orang kota jadi nolak orang kampung kayak kami ini... !!! Protes keluarga pasien lain.
"Betul itu Pakkk.... anda minoritas di sini jadi tolong anda bersikap baik dengan orang susah kayak kami ini... atau anda kami usir dari kamar ini....!! Ancam keluarga pasien lain. Tentu aku takut mendengar ancaman mereka, dan terpaksa menurut keinginan mereka. Lelaki misterius itu menatapku tersenyum merasa menang membuatku merasa terganggu.
Hatiku bertanya di manakah bang Anwar. Kuhubungi dia tapi selalu berbunyi: "Telepon yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan". Apakah bang Anwar benar-benar pergi meninggalkanku.?
Keberadaan lelaki tersebut sungguh sangat terancam. Tatapannya yang diikuti senyuman sinis setiap kali kami bertemu pandang membuatku merasa risih. Namun ada sesuatu yang aneh dibalik perasaan terancam ini. Timbul rasa penasaran dalam diriku, apa niat lelaki misterius itu dibalik sikap anehnya itu. Sepanjang malam aku gak bisa tidur berjaga-jaga karena penasaran bercampur takut dengan lelaki itu. Sejauh ini lelaki itu masih belum berani bertindak terlalu jauh karena ada keluarga pasien lain di dalam kamar pasien ini.
Keseokan harinya salah satu pasien telah meninggalkan kamar pasien itu karena telah diizinkan pulang oleh rumah sakit. Rasa kuatirku akan ancaman semakin tinggi karena semakin sedikit orang yang berada dalam kamar pasien ini. Maka semakin aku tidak berani untuk tidur lelap karena merasa terancam yang diikuti rasa penasaran semakin kuat pula.
Kuhubungi bang Anwar masih saja belum dapat tersambung dengannya.
Hari berikutnya, menyusul pasien satunya lagi pun meninggalkan kamar ini. Kini di kamar pasien ini hanya tinggal suamiku dan aku yang berjaga. Namun seharian ini aku tidak melihat lelaki misterius itu berkeliaran. Mungkin dia juga sudah meninggalkan rumah sakit, pikirku. Walaupun rasanya agak lega, namun di balik itu tersimpan sedikit rasa kecewa.
Sudah dua malam aku tidak tidur, malam ini aku sudah tidak kuat untuk terjaga. Berhubung ranjang sebelah sedang tidak ada yang gunakan, akupun membaringkan tubuhku untuk melepas rasa kantuk yang amat sangat.
"Bangg Anwarrr.... akhirnya abang kembali padaku... abang kemana saja...?!
"Aaaahh.... ssshhh.....aaahhh enaaakkk banggg..... aaaahhh....aaaahhh....!!!
"Terusssinnn bangggg....aaaahhh...!!!
Kurasakan bang Anwar meremas kuat payudaraku. Jarinya mencolek vaginaku dengan kasarnya. "Aaaahhh...pelaaann bangggg.... aaaahhh....pelaaann ahhh banggg....!!! Celanaku ditarik kebawah dengan tergesa-gesa. Selangkanganku merasakan hawa dingin AC tanpa menutup lagi. Vaginaku dilasak oleh penisnya, tanpa jeda langsung memberiku peneterasi dengan goyangan yang cepat.
Tubuhku bergoncang membangkitkan kesadaranku. Kubuka mataku, oh ternyata lelaki misterius itu sedang menggenjotku di atas ranjang pasien. Aku hendak berteriak tapi mulutku disumpal dengan sebuah kain yang baunya aneh. Kedua tanganku dicengkram dengan kuat dan ditekan di atas kepalaku hingga ketiakku terekspose di depannya. Sedangkan tangannya yang satu lagi meremas payudaraku yang tersingkap namun masih tertutup bra.
Genjotannya begitu cepat dan kakiku hanya bisa meronta-ronta tanpa bisa memberi perlawanan apapun. Dalam keadaan begini tidak ada yang bisa menolongku. Suamiku di sebelahku sedang tertidur, kalaupun dia terjaga dia juga gak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi fisiknya.
"Hmmm...mmmhh.....mmmhh...!!! aku hanya bisa menjerit dengan mulut tersumpal sambil mengeleng-geleng kepala. Bodohnya aku kenapa aku sampai bisa lengah dan ketiduran. Bahkan aku seperti bermimpi bahwa yang menyetubuhiku itu bang Anwar. Andai lelaki yang menyetubuhiku ini bang Anwar tentu aku akan merelakan tubuhku. Namun lelaki yang sedang menyetubuhiku ini lelaki yang tidak kukenal sama sekali. Lelaki ini kasarnya bukan main bagai orang kesetanan birahi sedang memperkosa aku.
"Hhmmm....mmmm.....mmmmhh....!! Suaraku tertahan sumpalan kain di mulutku. Kutatap wajah mesum lelaki kurus tinggi mengagahiku sampai lidahnya terjulur keluar menikmati alat kelaminnya keluar masuk vaginaku.
Besar penis lelaki ini cukup membuat vaginaku sesak dan terkadang sakit karena kasarnya mengenjotku. Untung vaginaku cepat merespon dengan mengeluarkan lendir untuk mengurangi rasa sakit gesekan penis di vaginaku. Perlahan rasa sakit ini berubah jadi nikmat bahkan jauh lebih nikmat sejak aku sebulan lebih tidak merasakan batang jantan lelaki di dalamku.
Penis lelaki yang sedang keluar masuk ke dalamku bukan milik lelaki yang kuharapkan. Namun aku ini masih wanita dewasa normal yang membutuhkan tempat untuk menyalurkan nafsu kewanitaanku. Lelaki yang tidak kuharapkan ini berhasil memancing birahiku meskipun dengan paksa. Aku benci diperlakukan begini tapi tubuhku tidak mampu menolak kenikmatan yang telah lama tertahan butuh pelampiasan.
Tubuhku tidak lagi menolak penetarasi yang diberikan lelaki misterius ini. Sayangnya lelaki ini bukan lelaki yang peka. Dia tetap mengenjotkan dengan paksa tanpa melepaskan tubuhku agar lebih leluasa menikmati persetubuhan ini. Semakin kencang aku dipompa oleh lalaki pribumi yang tidak kukenal ini hingga akhirnya dia puas menumpahkan spermanya ke dalam rahimku lalu dengan bergegas dia membenarkan pakaiannya lalu keluar dari kamar pasien ini. Menurutku dia juga terkejut telah berhasil menyetubuhiku sekaligus takut terciduk oleh suster yang setiap saat bisa masuk ke dalam kamar untuk memeriksa pasien. Semoga dia pergi dan tidak kembali datang menggangguku. Suamiku masih tertidur dengan tenang tanpa terusik oleh persetubuhan barusan.
Dalam kekecewaan, kulayangkan pandanganku ke langit-langit merenung apa yang barusan terjadi. Terus terang aku belum mendapatkan kepuasan dari persetubuhan tadi. Lelaki itu terlalu terburu nafsu memuaskan dirinya. Akan tetapi aku tahu diri kalau aku tidak dapat menuntut dari lelaki yang tidak kukenal. Kenapa bukan bang Anwar yang menyetubuhiku, padahal kemaren malam dia yang mulai mengusik birahiku? Kemana perginya bang Anwar saat aku masih membutuhkan dia? Hatiku menjerit ingin memohon maaf padanya. Sejujurnya aku tidak berniat mengusirnya dari hidupku, aku hanya ingin menghindari masalah tidak semakin rumit. Dalam rasa bersalah ini aku semakin sulit tidur, malam ini aku membutuhkan pelukan hangat bang Anwar.
Sepanjang malam aku gelisah hingga pagi menyingsing tubuhku terasa amat lelah. Untung siang ini Elena datang untuk menggantikanku berjaga sehingga aku bisa beristirahat sejenak. Asen tampaknya tidak peduli dengan keadaan suamiku, karena dia sudah tahu Afuk bukan ayah kandungnya. Begitu pula dengan Erika tidak datang mengunjungi papanya, karena dia termasuk anak yang menyimpang kepahitan terhadap suamiku. Dia lebih memilih lebih baik tinggal bersama ibu kandungnya daripada ayah kandungnya. Suamiku termasuk seorang yang gagal menjadi ayah bagi anak-anaknya.
Malam ini masih belum ada pasien yang mengisi kamar berkapasitas tiga ranjang ini. Memang rumah sakit ini termasuk sepi karena sudah lama berdiri tapi minim fasilitas dan dokternya pun terbatas. Pelayanan rumah sakit inipun sangat tidak ramah dan bersahabat. Banyak rumor negatif tentang rumah sakit umum ini. Jangankan orang Tionghoa seperti kami, terkadang orang pribumi pun jarang mau memilih berobat di rumah sakit ini. Karena itu, orang-orang di rumah sakit ini termasuk staf dan tenaga medis maupun keluarga pasien merasa aneh dengan kehadiran kami. Mau bagaimana lagi, kami tidak punya pilihan karena rumah sakit ini yang terdekat dan tergolong lebih murah dari segi biayanya. Dalam kondisi suamiku yang belum stabil pasca operasi tidak memungkinkan untuk pindah ke rumah sakit lain yang lebih layak.
Tengah malam seorang suster memeriksa keadaan suamiku. Setelah suster itu keluar dari kamar maka waktunya untuk beristirahat. Sebelum tidur, aku ke kamar mandi untuk pipis di kloset duduk. Di tengah semburan air seni ku, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka ke dalam. Ternyata lelaki pribumi yang misterius itu masuk dan menyaksikanku sedang duduk di kloset dengan posisi celanaku tersangkut di lututku.
"Mau apa ke sini....??!!! KELUARRR....!!!! teriakku.
Dengan langkah cepat lelaki ini mendekatiku yang masih dalam posisi duduk di kloset. Mulutku disumpal paksa dengan kain kotor yang sama. Aku berusaha membuang kain kotor itu namun lelaki ini cukup cekatan dalam melumpuhkanku. Aku didudukkan paksa ke kloset duduk, kedua tanganku dicengkramnya dengan satu tangannya, dan tangan nya yang satu lagi langsung menyusup ke dalam vaginaku yang masih basah oleh bekas air seniku.
"Mmmmmmhhh...mmmmhhhh....mmmhhhh.....!!! kepalaku bergeleng-geleng saat jemarinya menembus lubang vaginaku. Kemaluanku dicongkelnya dengan jarinya yang kurus panjang dengan getaran cepat.
Tubuhku merespon perbuatan lelaki hitam kurus ini dengan getaran pula. Kemaluanku mulai memproduksi cairan cinta hingga akhirnya vaginaku muncrat banyak akibat nafsu yang semalam belum tuntas. Tubuhku bergetar hebat sambil mengigit bibir.
"Permisi..!!! ada suara suster dari luar masuk ke kamar pasien membuat kami kaget. Lelaki itu dengan cepat melepas aku lalu menahan pintu kamar mandi yang memang sudah rusak gak bisa dikunci dari dalam agar suster itu tidak sampai masuk ke dalam kamar mandi.
"Apakah keluarga Pak Afuk di kamar mandi...?? sahut suster dari luar depan pintu kamar mandi. Pria itu tampak panik dalam situasi ini.
"Iyaaa Sus...!!! Saya lagi buang air besar...!!! jeritku dari dalam kamar mandi setelah melepas kain yang menyumpal mulutku.
"Baik Bu... infusnya sudah saya ganti yang baru ya...!!! kata suster dari luar.
"Terimakasih suster...!!! ucapku. Lalu kedengaran suara pintu tertutup, menandakan suster sudah keluar dari kamar pasien dan lelaki itupun merasa lega.
Aku masih duduk di kloset belum sempat menaikkan celanaku, dan lelaki itu mendekatiku lalu jongkok berhadapan denganku.
"Dasar bajingan kau banggg....!!! kutampar pipi lelaki kurus tinggi itu. Lelaki ini benar-benar misterius dan tidak mau bicara padaku. Dengan gesit, lelaki itu mempelorotkan celanaku sampai lepas dari sepasang kakiku. Kemudian pantatku ditarik mendekati tubuhnya dan terpaksa pahaku kubuka agak lebar agar lututku tidak menabrak tubuhnya.
Matanya melotot, lidahnya menjilati bibirnya seakan lapar menyaksikan vaginaku yang berbulu lebat namun tertata rapi. Pahaku semakin dibuka lebar lalu wajahnya terbenam di antara selangkanganku.
"Aaaaarrrgghhh...!!! Pelannn bangggg... jangan rakus gituuu...aaarrrrhhh....!!! ucapku.
Jujur, birahiku telah bangkit. Kusodorkan memekku dinikmati pria asing ini. begitupula dengan lelaki ini benar-benar sudah dirasuki oleh nafsunya. Wajahnya seakan ingin masuk ke dalam rahimku melalui lubang vaginaku. Tanganku meremas rambutnya yang tipis dan ikal.
"Aaaaaaaahhh...!!! lagi-lagi aku orgasme dibuat lelaki pribumi ini. Semburan cintaku mengenai wajah lelaki itu dan dia tidak merasa jijik sama sekali.
Kepala lelaki itu keluar dari selangkanganku. Wajahnya bercucuran cairan kewanitaanku dari hidung sampai ke dagunya. Lidahnya me jilati bibirnya yang juga tercipratan cairan orgasmeku.
Lalu lelaki berdiri di hadapanku dan menurunkan celana ponggol dan celana dalamnya ke lantai sehingga batang kejantanannya menyembul keluar. Ukuran penis lelaki ini tidak dapat dianggap sepele seperti umumnya kejantanan pribumi. Tidak salah kata orang-orang kalau lelaki bertubuh kurus memiliki penis yang lebih panjang.
Aku berniat ingin menyepong kemaluannya membalas apa yang baru saja dilakukanya terhadapku tapi bukan itu keinginan lelaki ini. Dengan sedikit terburu-buru aku didudukkan ke lantai, dengan cepat dia menindihku langsung mengarahkan penisnya masuk ke dalam lubang vaginaku.
"Aaaahhh...aaaahhh....!!! erangnya saat penisnya mengesek vaginaku yang sudah basah.
Tampaknya lelaki ini sudah lama tidak bersetubuh dengan wanita, nafsunya mengebu-gebu ingin menyalurkan nafsunya padaku.
"Aaahhh....aaahhh....pelan-pelann banggg...." bisiku namun tidak dihiraukannya. Tempo genjotannya tidak berkurang bahkan semakin cepat.
"Aaaaaagghhh..!!! lelaki itu ejakulasi di dalamku setelah 15 menit mengenjotku. Dengan bergegas lelaki ini mengenakan kembali pakaiannya ingin beranjak lagi dari kamar mandi.
"Tunggu banggg...!!!! kuhalangi dia membelakangi pintu kamar mandi.
"Kenapa neng...!? sikapnya seakan mau menantangku.
"Kurang ajar sekali abang ini... abang pikir aku ini wanita apaan ?! Habis disetubuhi langsung pergi gitu aja?? ucapku.
"Emangnya neng ini lonte?! Mau minta aku bayar baru boleh pergi..??? senyumnya sinis.
"Bajingan kau banggg...!!! Aku bukan wanita murahan... tapi abang bikin aku jadi murahan...!!! ujarku.
"Lu itu wanita cina emang murahan... gampang dientot...hehehehe....!!! ucapnya sinis.
"Jaga mulut mu...!!! Dasar pribumi bajingan...!!! balasku kesal.
"Kau yang jaga mulut kau itu...!!! Bilang aja kalau minta dientot lagi... dasar jalanggg...!!!
Lelaki ini melangkah mendekatiku dengan wajah marah. Ucapanku sepertinya menyinggung perasaannya. Matanya yang bulat besar melototiku membuatku menjadi takut.
"Abang ini siapa sebenarnya..?! Kemaren abang bilang istri abang sedang dirawat di ruang ICU..?! Emang itu beneran..??? tanyaku memberanikan diri.
"Itu betul neng... istriku sudah lama dia sakit keras jadi sudah lama saya ngak ngentot.... emangnya kenapa..?!! Jelasnya.
"Kenapa abang berani sekali dekati aku...? Apalagi ini kita lagi di rumah sakit, gimana kalau kedapatan sama orang....!!?
"Hehehe... soalnya neng itu lebih gampang diajak ngentot... wktu malam itu neng mau aja memeknya dimainin sama bapak orang kita yang kemaren itu..."
"Maksud abang itu bang Anwar ya...?!
"Saya ga kenal sama dia... tapi kulihat neng mau aja memeknya dimainkan sama itu orang... pasti neng ini gampang di ajak ngentot kayak filem porno cina yang sering kutonton...." jelasnya.
"Sialan lu banggg... itu cuma filem, aku mau digituin kan aku memang udah kenal sama bang Anwar... kalau sama abang ini aku belum kenal tapi abang berani sekali dekati aku...."
"Dasar jalang tapi jual mahal kau neng... buktinya abang sudah berhasil entot memek kau biar gak kenal... hahahaha...!!! ledeknya. Aku terdiam mendengar pernyataannya. Begitu bodohnya diriku sampai kurelakan tubuhku disetubuhi lelaki gak kukenal ini.
Rasanya malu sekali dikatain begitu oleh lelaki asing itu. Pikiranku tersadarkan kalau aku belum keburu mengenakan celanaku, area bawahku masih terbuka. Aku hendak mengutip celana dalamku, tiba-tiba pergelangan tanganku ditangkap olehnya. "Tunggu dulu neng....!!!"
Aku berdiri saling berhadapan dengannya, dia hendak melepaskan pakaianku.
Di detik ini aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Aku sama sekali tidak kenal latar belakang lelaki yang dihadapanku ini. Jantungku berdetak kuat berhadapannya dengan lelaki misterius ini. Namun dibalik itu, ada gejolak birahi yang muncul dari diriku. Sekujur tubuhku menjadi kaku menunggu sentuh lelaki asing ini untuk mengauli tubuhku.
Hatiku yang terdalam berbisik padaku, aku ingin disetubuhi lelaki ini meskipun aku tidak tahu bagaimana nantinya lelaki ini akan memperlakukan aku. Dorongan seksual dalam tubuhku mendadak bangkit. Aku tidak mengerti ada apa dengan diriku. Apakah aku mengalami kelainan seksual.
"Sebenar dulu... siapa nama abang...?! tanyaku sebelum mengizinkan dia menarik pakaianku.
" Ujangg !! jawabnya.
"Apa ?! bang Ujang..?! jawabku merasa koq namanya sama dengan lelaki lain yang kukenal. Mungkin ini nama yang umum digunakan pria pribumi. Kutarik keatas sedikit pakaianku dan dilanjutkan bang Ujang hingga pakaianku melewati kepalaku. Tidak sabaran payudaraku yang masih terhalangi oleh bra dicumbu oleh bang Ujang.
"Buru-buru amat banggg... behaku belum dilepas..." kataku tapi tidak dihiraukan. Tanganku ke belakang, kulepaskan sendiri pengait bra. Begitu bra aku sudah renggang dari tubuhku, bra itu ditariknya dibuangnya agar bang Ujang bebas meraih payudaraku yang putingnya sudah mengeras. Putingku langsung menjadi sasaran, diisapnya bagai bayi kelaparan.
"Aaaaahhh....aduuhhh...!!! jangan kuatt-kuattt isapnya bang.....!! Rakus sekali bang Ujang menyedot sambil meremas buah dadaku. Disela-sela itu, tanganku mencari batang penisnya yang panjang itu. Ternyata sudah keras berdiri tegak masih tersimpan di dalam celananya. Kugosok penis itu hingga bang Ujang makin kesetanan dan dia menurunkan celananya sendiri dan aku membantunya menaikkan pakaiannya melewati kepalanya. Kini tubuh kami berdua sudah sama-sama polos.
Tubuh bang Ujung memang hitam dan kelihatan agak kurus. Kuarahkan dia duduk di kloset dan aku naik ke atasnya. Sekali lagi penis panjangnya menembus vaginaku dan mulutnya masih mengincar kedua bukit kembar ku dengan rakusnya.
Aku memang wanita bodoh. Bang Ujang ini bukan lelaki yang kukenal tapi aku menyerahkan tubuhku disetubuhi olehnya. Tidak tahu kenapa sejak bang Anwar membuatku orgasme dengan jarinya, tubuhku dikuasai gejolak birahi yang menuntut pelampisan. Seharusnya kulakukan bersama dengan bang Anwar, tapi aku tidak tahu dimana keberadaannya. Yang ada hanya lelaki yang baru kuketahui namanya bang Ujang. Salahkah aku kalau aku menikmati persetubuhan ini ?!
Dalam hal bercinta, bang Ujang memang tidak terlalu ahli. Dia masih tidak mampu mengendalikan nafsunya dalam memuaskan lawan mainnya. Terlalu terburu-buru menurutku. Terpaksa aku harus mengarahkan lelaki ini agar kami sama-sama merasakan kepuasan yang sesungguhnya. Kami kejar-kejaran mencapai klimaks hingga meraihnya dalam waktu yang berdekatan.
Rasa sulit dipercaya. Kalau dipikir, lelaki ini sama sekali tidak menarik dalam banyak hal. Dia tidak sehebat lelaki yang pernah tidur denganku. Kelakuannya terhadapku sama sekali tidak baik, malah aku merasa terancam dengan gelagatnya. Anehnya, bagaimana bisa aku menikmati persetubuhan dengan seorang lelaki asing.
Setelah selesai, aku mengantar bang Ujang keluar sampai di depan kamar pasien. Dari lorong deretan kamar pasien, beberapa suster datang mendekat. Ternyata mereka sedang mencari bang Ujang. Sepertinya sesuatu sedang terjadi.
Keesokan harinya aku dengar kabar berita bahwa istri bang Ujang tidak tertolong dan meninggal dunia. Sejak itu aku tidak bertemu dengan bang Ujang lagi. Hatiku turut berduka dengan kepergian istrinya.
Sampai hari ini aku masih mencoba menghubungi bang Anwar, hingga akhrinya tersambung.
"Halo Linggg....!!
(aku terdiam tidak percaya akhirnya kudengar suara bang Anwar)_
"Halo bangggg... hiksss..hikksss.... maafkan aku sudah mengusirmu....hikksss...!!!
"Jangan nangis sayanggg... abang bisa maklum keadaan Alinggg....
"Abang dari mana saja...?! Kenapa berhari-hari gak bisa aku hubungi...??
"Oh maaf sayanggg.... abang pulang kampung... maklum di kampung gak ada signal jaringan... tapi ini abang sudah pulang koq sayang, lagi ada proyek di lapangan... kamu masih di rumah sakit ??? gimana kondisi suaminya...???
"Iya aku masih di rumah sakit... kondisi Afuk masih belum stabil... masih perlu dikontrol dokter perkembangannya.....tapi aku udah capek bermalam di rumah sakit... ngak tahu sampai kapan aku baru bisa pulang rumah... "
Malam ini bang Anwar berjanji akan temani aku bermalam di rumah sakit. Tidak sabar aku menantikan kehadirannya, ingin rasanya aku berbaring dalam pelukannya. Tubuhku lelah sekali setelah beberapa malam ini tidak bisa tidur pulas. Rasanya ingin pulang ke rumah namun tidak ada yang menggantiku berjaga di rumah sakit. Sudah menjadi tanggungjawabku sebagai seorang istri untuk selalu menemani suami yang sedang sakit.
Hari ini, aku minta tolong Asen untuk mengantarkan pakaian gantiku dari rumah ke rumah sakit. Waktu sudah jam 8 malam tapi Asen belum juga tiba.
Setengah jam setelahnya, "Mama...!! sapa Asen tiba di rumah sakit.
"Lama sekali Sennn....!!! Mama sudah nungguin dari siang kenapa malam baru tiba di rumah sakit..?? aku mengomel sekaligus kesal.
"Sorry Maaa.... aku nungguin bang Anwar pulang kerja sekalian ke sini Maaa..." alasannya.
"Apaaa?! Teruss mana bang Anwar..??!
"Lagi parkir mobil Maaaa...!!! jawab Asen
"Linnggg!!! panggil bang Anwar menyusul. Mendengar suara bang Anwar, rasa kesalku mendadak reda berganti bahagia.
"Maaf sayanggg... hari ini abang sibuk sekali tangani masalah pembanguan perumahan di lapangan..." ucap bang Anwar agar terburu-buru.
"Oh gapapa banggg.... pekerjaan jauh lebih penting jadi gak masalah banggg...."
"Siapa bilang pekerjaan lebih penting... semua sama pentingnya... biar kerjaan belum beres malam ini abang harus temani Aling sesuai janji abang...." ucap bang Anwar tersenyum.
"Ah abang bisa ajaaa....ya udahh kalian nunggu dulu ya... aku mau mandi dulu..." kataku.
"Maaa... ini tas berisi semua pakaian ganti Mama.... tapi jangan mandi di rumah sakit dongg.... gak nyaman.." ucap Asen menyerahkan ransel sekolahnya berisi baju gantiku.
"Loh..?! Kalau gak mandi di sini emang bisa mandi di mana..?! tanyaku aneh.
"Ayo ikut abang sayanggg... kita ke tempat yang lebih nyaman biar lu bisa bersih-bersih...." ajak bang Anwar.
"Eh tunggu... aku gak boleh tinggalin suamiku sendirian di sini..." kataku.
"Tenang Maaaa... malam ini biar aku aja yang nemani papa... Mama ikut aja sama bang Anwar saja..." saran Asen.
"Tapiii....!!!
"Udahh Maaa... gak usah tapi tapi segala... pergi sanaaa... biar aku saja yang bermalam di sini...!!! desak Asen.
"Jaga mama aku ya banggg....!!! pesan Asen ke bang Anwar.
"Beres dekk... hahahaha...!!! Baik-baik kau di sini, kalau ada apa-apa boleh hubungi abang... ok?! balas bang Anwar. Kuperhatikan sikap bang Anwar dengan Asen terasa begitu dekat bagai keluarga?! Aku turut bahagia merasakan hubungan mereka.
Akhirnya kuputuskan mengikuti permintaan mereka dan aku ikut bang Anwar pergi mengunakan mobil milik kami. Rupanya tadi bang Anwar mampir dulu ke rumah, lalu berangkat bareng Asen menggunakan mobil kami.
"Kita kemana banggg....?? tanyaku.
"Pokoknya ikut saja Linggg... tempat nya tidak jauh dari rumah sakit koq...." jawab bang Anwar.
Dalam hati aku berpikir, kemana bang Anwar hendak mengajakku?
Kenapa hubungan bang Anwar dengan anakku bisa sedekat itu ? Sejak kapan mereka begitu ?