𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟕𝟖 ~ 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐒𝐮𝐚𝐦𝐢𝐤𝐮 𝐒𝐚𝐤𝐢𝐭 𝟒: 𝐊𝐞𝐬𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐨𝐛𝐚𝐭𝐢

 


 Pov: Ai Ling
Seumur hidupku belum pernah aku hidup sesusah yang sekarang ini. Kuratapi hidupku bagaikan seorang pembantu rumah tangga yang bekerja tanpa dibayar. Dulunya aku ini seorang nyonya yang mempekerjakan seorang PRT yang kami panggil dengan sebutkan kasar itu "Babu", sekarang aku sendiri harus menjalani kerja babu rendahan begini malah kerjaanku jauh lebih berat daripada Babu umumnya, karena selain mengurus urusan membereskan rumah aku harus mengurus suamiku yang cacat, hanya duduk dikursi roda menunggu dilayani. Yang paling menjijikan, aku harus mengurus dia buang air besarnya. Sungguh malang dan terhina nasibku.

Tiga hari berlalu sejak suamiku pulang dari rumah sakit. Belum sampai seminggu kujalani kehidupanku rasanya ingin mati saja. Untungnya ada Elena yang sedikit ikut membantu, karena gimanapun juga Afuk itu papa kandungnya dan dia harus sedikit ikut bertanggungjawab. Celakanya, Elena mendatangiku dan berkata bahwa dia tidak bisa lagi membantuku karena mau akan bekerja di bengkel bang Faiz membantu di bagian keuangan dan administrasi perbengkelan. Sebelumnya Ayen sendiri sejak gudang disegel oleh kepolisian, dia ditawari Pak Syamsul bekerja sebagai staf marketing.

Elena berterus terang bahwa dia jenuh merawat papanya. Akupun bisa memaklumi kondisinya, di masa mudanya dia harus bekerja dan mempunyai penghasilan demi masa depannya. Kuizinkan dia bekerja minggu depan. Kalau sudah begini, bagaimana dengan hidupku sendiri. Aku benar-benar tidak sanggup lagi menjalani hidup yang berat ini.

Aku hanya bisa menuangkan semua beban beratku dengan curhat pada bang Anwar, kadang melalui WA maupun bicara melalui telepon. Kadang aku harus sadar diri bahwa bang Anwar sedang sibuk bekerja mengurus proyek pembangunan rumah yang harus mengejar target. Bang Anwar seorang yang gigih yang bekerja tak kenal lelah sampai larut malam di lapangan. Kadang aku merasa malu karena mengganggu kerjaannya dengan selalu menelepon, tapi dengan sabar bang Anwar masih meladeniku.

Bang Anwar berjanji bahwa hari minggu ini dia akan membawaku rekreasi seharian untuk melepas penatku. Untung masih ada Elena yang mau menggantiku merawat papanya di hari minggu.

Minggu paginya aku menunggu bang Anwar datang menjemputku. Kuawali hariku dengan mandi dan berdandan sewajarnya, dan tidak lupa mengurus suamiku yang selanjutnya kuserahkan ke Elena lalu bersiap untuk berpergian. Namun tunggu berjam-jam, bang Anwar tak kunjung datang. Hingga hari mendekati siang, akhirnya bang Anwar tiba di rumah.

"Maaf sayangg... mendadak ada masalah penting di proyek... terpaksa aku harus mampir ke lapangan, setelah beres baru bisa ke sini..." jelas bang Anwar.

Aku yang tadinya kesal nyaris marah karena menunggu sejak pagi, setelah mendengar penjelasan bang Anwar karena urusan kerja maka apa boleh buat. Pada dasarnya aku yang merepotkan dia membawaku berpergian sampai mengganggu pekerjaannya. Tidak ada alasan bagiku untuk marah dan menerima permintaan maafnya. Lagipula melihat pakaian bang Anwar yang sedikit berdebu membuatku percaya padanya bahwa dia baru saja pulang dari lapangan berurusan dengan bahan banguanan.

Rasanya sedikit kurang nyaman saat bang Anwar mengajakku pergi dengan menggunakan sepeda motor miliknya. Kebiasaanku jika berpergian selalu naik mobil. Kebetulan mobil milik kami sedang dipakai Asen berpergian selama liburan. Suka gak suka aku harus naik motor bang Anwar. Untung aku mengenakan celana jeans yang ketat dan nyaman sehingga cocok untuk naik motor. Baju yang kukenakan kemeja tanpa lengan tapi masih tergolong cukup casual untuk berpergian. Aku cukup mengenakan jaket dan helm, keduanya milik Asen

Jaket Asen ini sudah gak dipakainya karena katanya sudah terasa sempit. Akhir-akhir ini tubuh Asen memang makin besar karena ikut program gym. Jaket ini dipakainya waktu masih kurus, namun jaket ini masih bagus dan pas buatku yang bertubuh langsing. Memang terasa agak sedikit ketat terutama di area dada karena payudaraku agak membusung ke depan. Meskipun aku sudah memakai jaket, namun masih sedikit tubuhku keliatan agak singset.

“Motor baru ya banggg….??? tanyaku basa-basi sambil mencoba naik ke motornya yang tampak baru dan mengkilap. Soalnya motor yang dikendarai bang Anwar sangat besar seperti motor balap., menurutku yang gak ngerti soal motor, Kulihat merek motornya itu “Tiger”.

“Betul Linggg… motor ini sengaja abang beli buat berpergian sama kamu….” jawab bang Anwar sembari menggenggam lenganku membantu naik keatas tempat duduk motor besarnya.

Rasanya agak canggung dibonceng bang Anwar dengan motor barunya. Tidak susah buat bang Anwar untuk mengembalikan mood aku yang tadinya sempat kesal. Karakternya yang jenaka sungguh membuat aku melupakan sejenak kesusahanku. Dikala di rumah suamiku yang duduk kaku di kursi roda bagai orang cacat gak bisa diajak berbagi.

Rusaknya jalanan kampung membuat perjalanan agak bergoncang sehingga sentuhan demi sentuhan tonjolan payudaraku pada punggung bang Anwar tidak terhindarkan.

"Ehm...ehm...gede banget sayanggg.... "

"Apa yang gede banggg....??

"Itu nenennya sayanggg... bikin otong abang bangun.... hehehehe...." ledek bang Anwar.

"Iiiihhh... dasar mesum lu banggg...huh...!!! kutepuk pundak bang Anwar lalu kucubit lengannya dengan kuat.

"Awww...awww... ampun sayanggg ampunnn.... hahahahaha....!!! aku tahu kalau pukulan maupun cubitanku bukan apa-apa buatnya. Bang Anwar hanya berpura-pura sakit, soalnya ototnya keras sekali.

Karena suasana hatiku kini semakin membaik, maka aku sengaja menempelkan payudaraku dengan memeluknya kuat. "Naaaahhh...rasaaainn lu bangggg.... !!!!

"Wowww... kenyaaalll nenen lu sayangggg.... abang sukaaaa...peluk yang kuat sayanggg...." pujinya.

"Abanggg fokus kalo bawa motornyaaaa...!!! balasku. Sepanjang jalan kami ngobrol dan bersenda gurau, bahkan obrolan mesum sudah menjadi bagian yang seru diomongkan. Ini bukan hal yang tabu buat orang dewasa seperti kami. Lagipula kami sudah sering bersetubuh, dan tidak ada lagi yang perlu kami saling tutupi.

Kami mampir ke sebuah warung lesehan yang cukup ramai untuk makan siang. Menurutku warung ini tidak terlalu bersih. Duduk makan dengan tangan di lantai buatku kurang nyaman. Kebiasaanku biasanya makan di restoran yang duduk di kursi dan memakai alat makan. Sebaliknya, Bang Anwar makan dengan lahap dan nyaman. Mungkin inilah cara hidup orang pribumi yang berbeda denganku. Aku hanya diam dan mencoba beradaptasi dengan suasana begini.

"Haloo... sabar dulu, ini kami lagi makan dulu di warung... habis itu segera meluncur ke TKP... oke?! bang Anwar menjawab telepon yang tiba-tiba masuk.

"Siapa itu banggg..?! abang mau kemana..?! tanyaku heran.

"Ini barusan anggota abang nelpon... habis ini abang akan ajak Ailing ke sebuah tempat rekreasi yang asyik... anggota abang sudah tiba di sana..." jelasnya.

"Apa..?! masa kita barengan sama anggota abang ?! tanyaku. Terus terang aku kurang nyaman karena aku tidak kenal dengan anggota bang Anwar.

"Kenapa sayangggg.... apa ada masalah..?! tanyanya.

"Ohh enggak banggg... nanya aja.." lebih baik aku diam aja. Setelah kami selesai makan, kami segera berangkat ke tempat yang dimaksud bang Anwar. Setelah kurang lebih setangah jam perjalanan, lokasinya agak masuk ke dalam jalanan kecil yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Rupanya tempat yang dimaksud adalah tempat rekreasi sungai yang ada air terjun yang tidak terlalu besar.

Di sana cukup banyak pengunjungnya namun tidak terlalu padat. Menurut info yang kudengar dari bang Anwar kalau lokasi ini belum banyak yang tahu. Pengunjungnya kebanyakan orang kampung sekitar.

Pantesan banyak pengunjung itu memandangku dengan tatapan aneh. Mungkin karena aku satu-satunya pengunjung yang keliatan beda termasuk anggota bang Anwar yang lagi duduk-duduk di tepi sungai beralas tikar anyaman bambu.

"Siapa itu boss....?! tanya salah seorang dari anggota bang Anwar.

"Kenalin ini istri simpanan abang..." bang Anwar dengan bangga memperkenalkan aku. Satu per satu mereka menyalamiku sambil tersenyum simpul, dan kurespon dengan rasa canggung pula. Kuhitung orang yang menyalami berjumlah 8 orang.

"Cantik banggg istrinya bossss... cina ya..?! tanya salah seorang.

"Tahu dari mana kalian dia itu cina...??? tanya bang Anwar.

"Habis kulitnya putih dan matanya agak cipit... udah pasti itu wanita cina kalo yang model gitu...."

Awalnya aku masih tidak mau banyak ngomong dengan mereka. Sejujurnya dari dalam lubuk hatiku sebagai wanita keturunan Tionghoa ada rasa gengsi untuk ngobrol dengan lelaki pribumi kuli rendahan kayak mereka. Andai aku bisa memilih untuk segera cabut, mungkin sudah kulakukan. Demi menghargai bang Anwar aku tetap bertahan.

Aku masih merasa risih dengan candanya mereka yang terasa garing di telingaku alias tidak lucu. Kuputuskan untuk turun ke sungai untuk merasakan aliran airnya.

Kulepaskan sepatuku dan kucelupkan kakiku kedalam air sungai yang jernih dan segar. Karena airnya cukup dangkal dan banyak juga pengunjung lain yang sudah sampai di tengah sungai, akupun memberanikan diri untuk melangkah lebih ke tengah dan duduk di sebuah batu besar menikmati keindahan alam yang sangat asri. Kupejamkan mata merasakan hembusan angin segar dengan percikan dari air terjun, sejenak cukup melegakan dan melupakan keadaan rumah dan suamiku dan semua kesusahan hidupku.

Aku sadar dari jarak yang tidak terlalu jauh, mereka sering memperhatikan gerak gerikku. Dari lubuk hati terdalam muncul pula rasa bangga karena dari tadi mereka terus mencari-cari perhatianku dengan candaan dan gombalan konyolnya.

"Linggg... kenapa menyendiri di sini...?! bang Anwar menyusulku.

"Lagi pengen menikmati suasana alam banggg.... seger udaranya... aku suka tempat ini.... makasih sudah mambawa ku ke sini..." kataku tersenyum dan sengaja aku mendekat kedekapan bang Anwar menyentuh dadanya. Hal itu membuat perhatian orang sekitar terutama anggota bang Anwar yang ikut menyusul ke sungai.

"Cit cuittt bangggg... kawinkan bangggg.... tungggu apaa lagiii...!!! sahut salah seorang dari mereka.

"Sabarr kaliannn... kawin juga liat-liat tempatt... hahahaha...!!! balas bang Anwar.

"Kalo kita orang liat cewek cina cantik gini pasti udah lupa tempatt bangggg.....hahahaha...!! canda mereka.

"Mau kukawini AiLing depan kaliannn....?! tantang bang Anwar.

"Apa-apaan kamu bangggg....!!! menjauh aku dari dekapan bang Anwar baru kusemburkan air ke wajahnya.

"Aduuuhhh Lingggg... jadi basah baju abang gara-gara lu....!!!

"Siapa suruh nakalll....?!?! candaku manja.

"Balasss bangggg... balassss.....biar basah si encikkk....!!! sahut salah seorang.

"Kalo abang gak mau biar kami yang balassss.....!!! tambah yang lain.

"Byurrrr....byuurrrr...!!! Splashhh.....sssspppllaaaahh...!!! Rasaaainnn ncici cantikkkk byuuurrrr..!!! beberapa orang menyerangku dengan cipratan air.

"Aduhhh...aduuuuhhh... janggannn.... hentikkaannn....!!! beberapa dari mereka menyemburku dengan air hingga membuatku pakaianku basah.

Sepertinya mereka gak mau berhenti menyemburku, bang Anwarpun malah turut membantuku menyembur ke anggotanya. Akupun makin seru menyibakkan air ke arah mereka dengan sekuat tenagaku hingga kami semua benar-benar basah kuyup.

"Ampunn... ammmpunnn... cukuppp...cukupp....!!! ujarku dan setelah puas membuatku basah mereka pun berhenti.

"Duuuhh....jadi basah dehhh..." keluhku tapi ada rasa senang juga bermain air bagaikan kanak-kanak.

"Tapi seru kan ciiikkk makin basah-basahan gini... hahahaha....!!!

Kini suasana antara aku dengan mereka menjadi lebih cair. Agaknya rasa gengsiku runtuh dan akhirnya aku membuka diriku bicara dengan mereka. Di tengah sungai kami saling bersenda gurau dan bercanda bahkan candaan mereka makin berani menyinggung ke arah yang dewasa. Tidak jarang mata genit mereka melirik ke cetakan bra di atas bajuku yang basah, termasuk bang Anwar. Bentuk bra ku berbentuk segitiga mini, hanya menutupi sepertiga payudaraku.

Bang Anwar makin berani menyentuhku di depan mereka dan kubalas pula menyentuh tangan bang Anwar sehingga membuat mereka makin penasaran terhadapku. Tatapan mata mereka makin tidak bisa lepas dari dadaku karena bukan hanya bentuk payudaraku tercetak dibalik pakaianku yang basah, warna kulit payudaraku pun terlihat jelas karena pakaianku berwarna putih.

Sesorang dari mereka berani bercanda, pasti warna kesukaan cik Aling itu merah mawar.. betulkan ..?! Sok tahu lu...!!! balasku. "Pasti itu cikk... soalnya keliatan warna merah di balik bajunya cicik... heheheh...!!! katanya. Dasar genit lu banggg...!!! balasku.

Tidak terasa hari mulai sore menjelang malam dan langit mulai mendung. Ini waktunya untuk segera pulang meskipun dalam keadaan basah kuyup. Kami semua beranjak dari sungai dan segera mengemas barang-barang kami lalu menuju ke sepeda motor masing-masing.

Akupun mulai kedinginan mengenakan pakaian basah. Terpaksa aku dengan harus melepaskan pakaian basahku dan menutupi tubuhku dengan jakat yang kering. Untung bra yang kukenakan tidak terlalu basah. Tidak peduli lagi beberapa dari anggota bang Anwar sempat menyaksikan tindakanku.

Di perjalanan pulang kami jalan bersamaan hingga satu per satu kami memisahkan diri karena arah yang berbeda. Cuaca makin mendung dan akhirnya hujan turun. Di belakang kami masih ada dua motor yang mengikuti. Tiba-tiba bang Anwar menemukan satu tempat berteduh, di sebuah rumah kumuh yang sudah tidak berpenghuni. Enam orang kami berteduh di sana menunggu hujan merada sambil berdiri.

Setengah jam menunggu, hari sudah gelap. Sebagai wanita ku merasa takut berada di tempat sepi dan gelap. Dengan manja aku mendekap kepada bang Anwar yang kuyakin dapat melindungiku. Kurasakan bahwa ada sesuatu mengeras, itu pasti penis bang Anwar. Kuberanikan diri untuk mengelus penisnya karena dalam keadaan gelap pasti anggotanya tidak akan melihat aksiku.

Bang Anwar menikmati perlakuanku dan tanganku semakin nekat masuk ke dalam celananya mencari kejantanannya yang perkasa itu. Kuraih senjata bang Anwar yang besar dan hangat itu dan kugosok dengan jemariku di dalam celananya.

"Nakalll sekali sayaaanngggg aaaahhh aaahhh...." bisiknya.

"Abangg sukaaaa...?! tanyaku pelan.

"Sukaaaahh sayanggggg aaahhh.... " bang Anwar mendesah.

"Aku teruskann ya bangggg....." bisikku.

"Lu gak takut ketahuan sama mereka....?! tanya bang Anwar.

"Gelap gini kan gak kelihatan banggg.. kalo ketahuan ya biarin aja...." jawabku tanpa berpikir panjang. Aku semakin nekat menurunkan relselting celana bang Anwar hingga celananya jatuh. Tangan bang Anwar juga mencoba menyusup ke dalam celanaku dan kubiarkan dia mengorek isi di balik celana dalamku.

"Aaaaahhhh sayanggggg pintar kali mainin kontol abanggggg....!!! tiba-tiba bang Anwar mengeraskan suaranya.

"Shhhh... jangan keras-keras suaranya...." bisikku.

"Lohhh kan katanya biarin kalo ketahuan...." balas bang Anwar. Secerca sinar putih dari layar handphone menyinari kami. Sepertinya kami sudah tertangkap basah sedang melakukan aksi tidak senonoh di dalam kegelapan.

"Waaahh si bos lagi enak-enak... teruskan ayooo teruskannn....!!! suhat salah seorang, yang lain ikut menghampiri dan mengarahkan sinar handphone nya ke arah kami.

"Terusssinnn sayangggg.... bikin mereka sirik sama abangggg...." bisik bang Anwar dan kuteruskan sesuai kemauaannya. Terus terang perkataan bang Anwar memancing rasa penasaranku akan apa yang akan terjadi. Suasana makin heboh dan aku nekat melepaskan jaketku hingga hanya mengenakan bra lalu jongkok di depan bang Anwar mengulum penisnya yang sudah berdiri tegak. Anggotanya semua memberi semangat kepada kami, tidak berani berbuat lebih.

Tangan bang Anwar bergerak ke punggungku melepaskan pengait bra ku. Dilepaskan bra yang kukenakan lalu melempar ke anggotanya. Bra aku jadi rebutan mereka membuat suasana semakin heboh.

"Tolonggg jangan arahkan cahaya ke sini...!!! sahutku.

"Aaaaahhh...tutup hape kaliaaannn...!!! perintah bang Anwar dan suasana pun menjadi gelap tanpa penerangan. Hanya cahaya kilat sesekali menerangi ruangan ini dan cahaya kendaraan yang melewati jalanan.

"Srrruuuppp.... mmmhhhh....mmmhhhh....."

"Oooohhh sayannnggg... makin pinter aja lu isap kontol abangggg....aaaahhh..." puji bang Anwar.

Kurasakan dari belakang beberapa tangan mulai menyentuh dan mengelus-elus punggungku. Ternyata empat pria itu sedang jongkok di sekelilingku. Tangan mereka makin lama makin berani, kini jemarinya bergerak menyentuh buah dadaku. Jemari mereka mulai menyentuh dan memainkan puting susuku. Payudaraku jadi rebutan kuli-kuli kasar, tangan-tangan mereka yang kasar bersaing meremas dan memainkan puting susuku.

Apakah aku masih punya harga diri sebagai seorang wanita keturunan? Bagaimanapun juga aku hanya seorang wanita normal yang masih bisa terangsang bila bagian tubuhku di sentuh, apalagi area payudaraku.

"Aaaaarrrghhh...!!! Enakkkk sekalii sayaaannggggg....!!! bang Anwar menghentikanku dan anggotanya yang tadinya menyentuhku pun menyingkir tubuh dariku. Mungkin karena merasa segan dengan bang Anwar. "Cukuppp segitu dulu sayanggg... nanti kita teruskan lagi....ayo kita pulanggg, hujannya sudah mulai berhenti..." ajak bang Anwar.

"Eh, iya banggg..." aku agak salah tingkah dan sedikit kecewa. Aku paham bahwa kami sama-sama belum puas dengan permainan kami, namun rasanya kurang nyaman melanjutkan dalam keadaan begini. Gelap dan banyak gangguan sana sini.

"Di mana beha ku... kembalikan donggg...!!! sahutku.

"Ini behanya tapi maap cikk..!! ternyata bra ku tidak bisa dipake lagi karena tali penghubung cap telah putus akibat mereka tadi tarik menarik saling berebutan. Terpaksa aku pulang hanya pulang tanpa bra. Anggota bang Anwar ingin mengintip bagian dadaku, namun kututup payudaraku dengan kedua tanganku, dan bang Anwar memungut jaketku lalu membantuku menggenakan kembali.

Kami melanjutkan perjalanan dan kami berpisah dengan anggota bang Anwar. Tidak terlalu lama setelahnya, mendadak hujan kembali turun menguyur jalanan dan membasahi seluruh tubuh kami. Karena selama perjalanan kami tidak menemukan tempat berteduh lagi, tidak ada pilihan selain kami terus melanjutkan perjalanan menerobos hujan karena tubuh kami pun sudah basah seluruhnya. Aku semakin kedinginan dan memeluk erat tubuh bang Anwar.

Demi keselamatan, bang Anwar melaju dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat hingga kami tiba di rumahku sekitar pukul 9 malam. Di ruang tamu, suamiku sedang duduk di kursi roda dengan wajah tak berdaya ditemani Elena yang tampak kelelahan.

"Ya ampun Maaa... koq kebasahan begini...?! Sambut Elena.

"Hujan turun deras sekali.. gak nemu tempat berteduh..." kataku mengigil kedinginan.

"Elu jugaaa Naa... keliatannya lu kewalahan ngurusin Papa lu sendirian... sorry yaaa....." tambahku.

"Gak apa Maaa... cepat Mama mandi dulu habis itu aku dah mo bobok... " ucap Elena.

"Ok Naaa... makasih ya.. tunggu sebentar Mama mau mandi dulu..." kataku bergegas menuju lantai atas mengambil handuk di kamar lalu masuk ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi ternyata bang Anwar sedang menungguku. Dia langung memelukku, menurunkan relsleting jaketku. Kubiarkan saja dia melepaskan seluruh pakaianku, lagipula aku memang mau mandi.

Akupun membantu bang Anwar melepaskan pakaiannya hingga kami berdua saling bertatapan tanpa busana.

Bang Anwar merangkul pinggulku dan wajahnya dibenamkan di antara lembah kedua bukit kembarku. Salah satu tangannya di belakang meremas bongkahan pantatku. Nafasnya tak karuan terbakar oleh nafsu yang sempat tertahan di rumah kumuh yang gelap. Di kamar mandi seluruh tubuhku terpampang jelas di matanya, dalam sekejap nafsu lelakinya bergelora tak mampu dibendung olehnya.

"Aaah hentikaaannn bangggg.... mmmmhhh..aaaahhhh...." Bang Anwar meneruskan tidak menghiraukan apa yang kukatakan.

"Aaaahh tolongg hentikannn banggg.... janngaann sekarangggg...... aaaarrrhh..... henntikkannn...."

"Kenapaaa sayanggggg..... liaaat jari abang.. ini lendirr memek lu sayannggg... kenapa minta berhentiii sayaanggg....?? ucap bang Anwar menunjukan jemarinya yang sempat mencolek rongga vaginaku dari belakang.

Sejujurnya akupun gak ingin berhenti. Aku juga ingin bercinta dengan bang Anwar. Namun aku merasa kasihan dengan Elena yang seharian mengantikan kesusahanku merawat Afuk. Jika kuladeni keinginan bang Anwar tentu akan membuat Elena menunggu lama, karena bang Anwar seorang lelaki perkasa yang tidak dapat dengan mudah dipuaskan. Setengah jam pun belum tentu cukup untuk memuaskan nafsunya yang besar.

"Bangggg... kita gakkk bisa lakukan sekarangggg... Elena sedang menungguku....aku harus mengurus suamiku dulu banggg...." kudorong pelan tubuh bang Anwar lalu mengambil sabun cari menyabuni tubuhku dengan tergesa-gesa.

"Baiklah sayangggg.... abang akan tunggu kamu.... ingat yaaa... abang sedang pengennn....!!! ucapnya seakan mengancamku, sambil menusap punggungku dengan sabun mandi.

"Iyaaa banggg... nanti abang tunggu aku di kamarku... kalau Afuk sudah tidur aku akan menyusul abang di kamar...." aku berbalik menyabuni tubuh bang Anwar.

Kami saling berhadapan saling mengosok tubuh kami. Semakin lama aku semakin terangsang tatkala seluruh bagian tubuhku dielus bang Anwar dengan sabun. Tidak mau kalah akupun mengosok penis perkasanya yang kerasnya bukan main. Namun kami harus saling menahan diri sampai waktu yang kami sepakati bersama. Sungguh cobaan yang amat berat menahan birahi dalam tubuh ini, aku yakin bang Anwar juga mengalami perasaan yang sama.

Selesai membasuh diri dengan air, aku segera mengeringkan tubuh dengan handuk dan hendak bergegas keluar dari kamar mandi.

Belum sempat melewati pintu kamar mandi, "Lingggg....!!! panggil bang Anwar dan aku menghentikan langkahku.

"Abang janji padamu, malam ini akan bikin kamu puas hingga semua kesusahan lu terobati...." ucap bang Anwar tegas dan aku meneruskan langkahku meninggalkannya di kamar mandi tanpa menjawab apapun. Dia tahu bahwa aku sebenarnya juga menghendaki persetubuhan, itu sebabnya aku harus bergegas menyingkir sebelum terperangkap dalam dorongan birahi kami.

"Maaa... papa udah kubaringkan di ranjang...tapi papa belum tidur..." kata Elena duduk di sofa ruang tamu menungguku.

Sejak suamiku pulang dari rumah sakit, selalu tidur di kamar bawah yang biasa dipakai untuk kamar tamu. Karena sehari-hari menggunakan kursi roda, akan sulit bila tidur di kamar atas. Hampir setiap malam pula aku menemani suamiku tidur di ranjang kamar bawah.

Elenapun segera masuk ke kamarnya untuk beristirahat dan aku berbaring menemani suamiku tidur. Kuperhatikan suamiku tidur terlentang menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

Setengah jam berlalu suamiku terlentang tanpa banyak bergerak karena bisa dikatakan setengah anggota tubuhnya masih belum bisa digerakkan. Matanya mulai tertutup, namun tidak lama setelahnya terbuka lagi. Begitu terus menerus sampai setengah jam berikutnya.

Lelah menunggu suamiku tertidur sampai akhirnya aku sendiri mulai mengantuk. Akan tetapi rasa kantukku sirna saat seseorang masuk ke dalam kamar ini dan tangannya meremas payudaraku.

"Aaaahhh bangggg.... hentiikannn...aaaahh...janggaannn..." kepala bang Anwar mencumbui area dadaku hanya mengenakan celana ponggol.

"Suami lu udah tidur sayangggg.....mmmhhh...."

Aku menoleh ke arah suamiku yang ada di sebelahku, memang Afuk sudah tertidur dan matanya sudah tertutup rapat dengan mulut sedikit terbuka. Tubuh bang Anwar hendak menindihku di atas ranjang.

"Bentarrr bang... kita ke kamar atas ajaa... nanti suamiku bangun...." ajakku dengan suara pelan.

"Jangannn... kita di sini saja...." tolaknya.

"Abang sudah gila yaaa...?! Gimana kalau suamiku sampai bangun...??? Tanyaku.

"Cuuuppp... ccuuuppp....hhmmm....sssrruuuupppp.....srruupp.....mmmhh......"bukannya menjawab pertanyaanku, malah dia memberiku ciuman panas hingga aku melupakan kekuatiranku kalau suami terbangun.

"Aaaarrgghhh....!! Tanpaku sadari jari bang Anwar menyusup selangkangan langsung menerobos ke rongga vaginaku. Aku memang masih mengenakan celana dalam,namun celana dalamku bentuknya mini dan penutup bagian selangkangannya sangat tipis. Jari Bang Anwar cukup mengeser sedikit telah bisa menjangkau area kewanitaanku.

Masih seperti dulu, mahir sekali jari bang Anwar dalam memainkan kemaluanku hingga becek. Antara bang Anwar yang mahir atau aku yang mudah terpancing birahi, yang jelas birahi kami sama-sama sedang tertunda.

Di sela-sela bang Anwar mencumbuku, sesekali aku menoleh ke suamiku untuk memastikan masih tertidur.

"AiLing sayangggg.... kenapa dari tadi lu liat ke Afuk melulu...?!? tanya bang Anwar menyadari gelagatku.

"Jangan sampaii ketahuan suamiku banggg....salah abang sendiri maunya di sini aja..." jawabku.

"Biar aja suami lu tahu kalau bininya sedang dientot sama abangggg.... biar tahu rasa diaaa...." tegas bang Anwar sembari mencumbuiku.

"Loh..?! Koq gitu bang?!?! Apa maksud ucapan abang...? kuhentikan cumbuan bang Anwar untuk meminta penjelasannya.

"Linggg... lu lihat baik-baik muka suamimu itu.... berapa kali dia pernah menjahati kamu ?! Berapa kali lu bentak olehnya...? Berapa kalo lu ditampar oleh nya..?! Masihkah lu takut ketahuan suami lu ? Abang sedang membantu AiLing untuk membalas perbuatan jahat suami lu...biar dia tahu rasa..!! Itu maksud ucapan abang... kamu paham?! " Perkataan bang Anwar membuatku merenungi nasib ku sebagai istri Afuk. Tidak salah apa yang barusan dikatakannya. Sudah berulang-ulang aku dianiaya Afuk.

"AiLing sayangggg.... lu itu jadi wanita sudah terlalu baik hati... untuk apa semua itu lu lakukan kalau hidup lu susah..??!! Ini saatnya lu harus lebih mencintai diri sendiri..." ucap bang Anwar meyakinkanku.

"Sssshhhh...aaaaahhhhh....bannnngggg.... pelann-pelaaaannn....ssshhhhh....." aku melenguh, jari bang Anwar kembali bergerak di dalam kemaluanku.

"Enakkkk bukannn..?! Nikmatiii sayaaannggg... uuuhh....memek lu sudahh basaaahh...."

"Srrruupp....lendir lu gurih rasanyaaa..." bang Anwar mengisap jari bekas vaginaku.

"Lohh?! Koq dimakan sihhh... jorokkk loo..." kataku.

"Jorokk apa nya sayanggg...?! Jorok itu kata suami lu..." Abang mencintai AiLing makanya memek nya basah... bukan kayak suami lu yang tahunya bikin mata lu basah dengan tangisan....kalau memek basah tanda wanita itu bahagia... tapi kalau mata yang basah itu tanda wanita itu sedih...sadarlah Linggg....!!!

Kuanggukan kepalaku lalu aku yang memulai merangkul kepalanya dan mengajaknya berciuman.

"Cuuuuupppp.....cccuuuuppppp....bbaaannnggg....srruuuupppp....." kupanggil dia sambari berciuman panas.

"Apaaa sayangggg.... mmmhhh...cuuuppp...."

"Akkuu cintaaaa samaaa abangggg....cuuuppp..mmmhhhh....cuuuupppp..." ucapku dengan perasaan bahagia. Kakiku kuangkat melingkari pinggang bang Anwar seakan tidak mau lepas apalagi jauh darinya. Aku tidak peduli lagi dengan keberadaan suamiku yang ada di sebalahku. Yang kuinginkan adalah dicintai seutuhnya dari seorang lelaki, tidak peduli dia itu lelaki pribumi yang berbeda dengan suamiku. Wanita butuh dicintai tanpa memandang suku maupun ras, asalkan lelaki itu bisa membahagiakanku.

Kami berdua semakin dikuasai nafsu sehingga aksi percumbuan kami semakin kacau. Gaun tidur ku kini telah dilucuti, karena aku tidak mengenakan bra maka yang tersisa hanya celana dalam miniku. Kupejamkan mata menikmati cumbuan bang Anwar inci demi inci turun dari payudara perut sampai ke area paha dalam.

"Linggg.... suami lu bangun tuhh...." ucap bang Anwar.

Kulirik sedikit kearah suamiku ternyata benar sudah terbangun. Matanya terbuka, kepalanya hendak diputar sedikit ke arahku namun agaknya kesulitan. Ekpresi wajahnya tampak datar, mungkin ingatan maupun pikirannya sudah terganggu atau dia sudah lupa dengan siapa istrinya. Masa bodoh dengan semua itu.

"Biarinn... terusinnn aja banggg....!!! tegasku mengingat semua ucapan bang Anwar memang bener. Apa hak suamiku melarangku menikmati cumbuan pria lain. Selama suamiku di luar kota aku gak pernah melarangnya untuk berhubungan dengan wanita lain. Akupun tahu kalau di sana dia punya wanita simpanan. Wanita itu beberapa kali menghubungi handphone Afuk, dan dari foto profil di WA-nya wanita itu orang pribumi sedang mengendong anak. Bisa jadi itu anak dari Afuk. Kuperiksa riwayat percakapan, hubungan mereka telah sampai di ranjang dan ada foto-foto berdua mereka habis bersetubuh.

Jadi apa salahku jika aku membalas perbuatan serong suamiku dengan sengaja membiarkan tubuh istrinya dinikmati lelaki pribumi. Kuturunkan celana dalamku dan disambut bang Anwar.

"Bannnggg... jilatin memekkk ku sayannngggg...."pintaku dan bang Anwar menyanggupi kemauanku.

"Oooooohhhh... teruusssss....ooohhh bangggg.... lebihhh dalaaammm jilat nyaaaa.....oooohhh.....!!! nikmat sekali jilatan bang Anwar.

"hhhmmm...emhhhh...eemmm....!!! suamiku bergumam dengan ucapan tidak jelas karena gangguan akibat sakit yang dialaminya.

"Kenapaaa kohh...?! memek istri lu enak sekali fukkk.... srruuuppp...srrruuuppp... kalau lu gak mau jilat biar aku yang jilattt... hehehe...." ledek bang Anwar.

"Iya banggg... Afuk gak mau jilati memek aku banggg... katanya jorok terus bau...." kataku.

"Bodoh kau Kohh..!!! Egois..!! Maunya kau punya dijilat... tapi punya istri gak mau lu jilat pake alasan jorok bau segala.... emang kontol lu gak jorok Kohhh....??? Aku dengar dari istri koh2 kalo kontol koh Afuk itu gak disunat... koh2 tahu gak kalo kulit khatan itu sumber penyakit... itu yang jorok dan bikin bau tahu ga koh...?? tegas bang Anwar.

Sembari bang Anwar bicara, ku sodorkan kemaluanku buatnya dengan angkat pinggulku seperti kayang.

Nih.. liatt Kohhh.... binik koh2 itu doyan memeknya dijilat kohh.... sini aku bantu jilatin buat koh Afukk....." Srrruuuppp.....guriihhh lendir binik ko Afukkk..... hhmmmm....hmmmmm...."

"Ouuuhhh.....Sssssshhhh....uuuhhh.....sssshhh aaaahhh....ssssshhh..." aku mendesis di kala lidahnya bermain-main di klitorisku, membuatku semakin gak kuasa menahan luapan cairan cinta dari dalam vaginaku.

"Linnnggg... isap kontol abang di depan suami lu sayangggg...." perintah bang Anwar. Kuturunkan celana pendek milik suamiku yang kupunjamkan padanya yang di dalamnya sudah tidak mengenakan celana dalam. Keluarlah batang kelamin lelaki yang kuidolakan sejak dulu. Kalau dulu aku bermain dibelakang suamiku, malam ini aku mainkan di depan suamiku. Dia tidak lagi berhak untuk protes karena dengan keadaaannya yang begini dia tidak lagi mampu memuaskanku.

"Besaran mana dibanding dengan punya koh Afuk....?? tanya bang Anwar.

"Punya abang lebih besar... lebih hitam lagiii... hihihihi...." jawabku sambil tertawa geli.

"Namanya juga kontol pribumi Lingggg.... pasti beda sama yang cina kayak suami lu.... hehehehe...." ucap bang Anwar bangga

"Diisaaappp sayangggg... manjakan kontol pribumi abang biar nanti kontol ini akan bikin lu keenakan...."

"Haaappp....mmmhhhh....ssssrrruuuupppp.....mmmhhhh.....aaaahhhh...." kumasukkan penis bang Anwar yang besar itu, namun tidak mampu kulahap semua karena lebih panjang dari rongga mulutku.

"Kohhh... binik lu pintar isap kontol yaaaa.... liat kontol pribumi langsung bersemangat... hehehe..."

"Bangggg... koq makin besar kontolnyaaaa...?!?! aku terkejut ternyata tadi itu belum ukuran maksimal.

"Hahahaha... ini baru ukuran kontol pribumi yang sesungguhnya..." ucapnya bangga.

Sekarang bang Anwar turun dari ranjang. Aku diminta nungging dan wajahku menghadap suamiku. Dari belakang vaginaku disodok bang Anwar. Tubuhku disentak-sentak seakan kepalaku melaju hendak menabrak tubuh Afuk yang bergumam seperti orang mengalami gangguan mental.

"Aaahhh...aaaaahhh....memek istri lu memang enakkk kohhh... apalagi dientot nungging begini....uuhhh...uuuhhh.... bodoh kali kalau istri sempurna begini disia-siakan...." ledek bang Anwar.

"Maaaaf kann aku Fukkk...!! kataku dengan bahasa dialek yang biasa kami pakai di rumah.

"Ini enakkk sekalii Fuuukkk... lu memang gak sebanding dengan bang Anwar... mungkin selama ini bang Anwar sering lu hina karena dia orang pribumi... tapi justru lelaki pribumi inilah yang tahu cara mencintai seorang wanita... mungkin tak semua wanita tapi paling tidak aku sendiri merasakan cintanya dan pengorbanannya buatku yang tidak pernah kudapati dari lu...." ucapku sembari digoyang bang Anwar.

"Mungkinn kita selama ini sudah terlalu sombong dengan merendahkan orang pribumi... semoga dengan kejadian ini pikiran lu berubah... tapi mungkin sudah terlambat bagimu tapi tidak bagiku... ooouuuhhh...ooohhh....aaaaahhh..... nikmaaatt Fuuukkk kontol bang Anwarrrr..... aaaahhh...aaahhh.....!!! Lelaki pribumi ini bikin aku orgasmee Fuuukk... aaaahhh....aaaahhh....!!!

"Sayaaannnggg gimana kalau kita lanjutkan di kamar lu....?? tawar bang Anwar menghentikan perbuatannya.

"Fuuuuukk... lu tidur sendiri dulu.... aku mau layani lelaki pribumi yang barusan bikin aku orgasme...ok?! pamitku sama suamiku.

Tubuhku dirangkal bang Anwar, dalam keadaaan telanjang kami melangkah bersama menuju kamarku. Sesampai di kamarku, kudorong bang Anwar duduk di ranjang dan kuterkam lalu naik keatas pangkuannya. Kami melanjutkan persetubuhan kami dengan posisi aku yang di atas, tanganku memeluk kepala bang Anwar hingga kepalanya diapit kedua bukit kembarku yang membusung. Kini bang Anwar telah menggantikan posisi suamiku yang biasanya bersetubuh di atas ranjang ini.

"Aaaaahhh uuuhhhh aaaaahhhh uuuuuhhh.....Linggggg..... binaaalll sekaliii luuu.....aaaahhh.....!!! kami mendesah desahan sejadi jadinya meluapkan birahi yang bergejolak tiada terbendung.

"Jalaaanggg lu Lingggg.... enakk kali goyangaannn luuuu....aaaahhh aaahhhh...!!! ucapan bang Anwar makin kasar semakin membangkitkan gairahku.

"Biarinnn...aaaahhh... abang sendiri jugaaa mesummm....aaahhh...aaaahhh.... gara-gara abanggg aku jadi jalannggg... bukan salahhh kuu....!!! balasku.

"Ini tidak salahh Lingggg.... justru abang suka wanita cina yang jalangnya kayak AiLing.... coba lu berbalik hadap ke cermin..." aku masih di atas pangkuan bang Anwar, kali pandangan membelakangi bang Anwar dan menghadap ke cermin meja riasku.

Kuperhatikan tubuhku yang putih mulus duduk diatas pangkuan bang Anwar yang warna tubuhnya kontras gelap. Tangannya dari belakang meremas kedua payudaraku. Jemarinya mempelintir puting susuku yang sudah mengeras sambil diusap

"Indah sekali tubuh lu Lingggg....ayoo mana AiLing yang binaaalll... goyang pinggulnya sayangggg.... aaayooo ..... naaahhh baguss begituuu....bagussss.... abang suka cara goyanggg nyaaa.... bagusss...."

Aku mengoyang pinggulku dengan nakalnya membelakangi bang Anwar, kami sama-sama melihat tubuh telanjang kami di depan cermin meja riasku yang besar. Mulutnya mencumbui leherku terasa geli mengenai kumisnya. Yang paling geli saat bang Anwar mengangkat kedua tanganku ke atas lalu dari belakang di menciumi ketiakku sambil di tusuk bulu kumisnya. "Aaaahh... kumisnya geli bangettt bangggg...." tapi dibalasnya "Tubuh lu wangi sayang jadi abang sukaaa...."

Semakin lama aku semakin binal dibikin bang Anwar bagai wanita kesetanan birahi. Kepalaku berbalik ingin mengajaknya kembali berciuman. Sejenak kami berciuman mesra, kini bang Anwar memintaku untuk berbaring karena sebentar lagi dia akan mengenjotku dari atas. Kubentangkan kaki ku selebar mungkin menyambut tubuhnya masuk diantara kedua pahaku sebagai tanda aku telah siap.

"Bangggg tunggu apa lagiii... jangan menyiksaku dongggg...cepat masukinnn...." bang Anwar mengesek-gesekan kepala penisnya ke bibir vaginaku. Ini sungguh menyiksa birahiku, karena vaginaku ingin segera merasakan batang kejantanan bang Anwar.

"Aaaaaaaahhhh...!!! batang kejantanan bang Anwar akhirnya masuk ke dalamku. Rongga vaginaku terasa penuh dan sesak oleh penis bang Anwar. Panjangnya terasa menyentuh rahimku. Sungguh nikmat dirasukin penis bang Anwar.

"Dasar bang Aan nakalll... kenapa dilama-lamain....?! aku mengerutu.

"Maaap sayangggg... kali ini abang gak akan mengecewakan lu... siap-siapp yaaaa....uuuh...uhhh....uhhh...aaahhh...aaaahhh....!!! bang Anwar mulai mengenjotku.

"Aaaahhh...aaaaahhh....aaaaaahhhh....oooouuhhhh....ooohhh...banggggg....!!! aku mengerang nikmat digenjot dengan kasar dan kuat oleh bang Anwar yang perkasa.

Aku tidak lagi memikirkan soal suamiku. Yang kurasakan kini adalah kenikmatan saling pagut dan lumat antara mulutnya dengan mulut Bang Anwar. Lidah dan ludah kami saling bertukar. Kelamin kami telah menyatu mengikuti arus syahwat birahi. Aku bersama bang Anwar mulai mengarungi lautan nikmat bagaikan malam pertama di kamarku. Desah dan lenguh saling bersahutan keluar dari mulutku maupun bang Anwar. Meskipun aku sudah bersuami tapi aku masih berhak mendapatkan kebahagiaanku sendiri. Tidak ada yang bisa mengganggu keindahan persetubuhan kami mengarungi nikmatnya nafsu birahi.

Kujambak rambut ikal bang Anwar dengan kuat, merasakan nikmat dilanda orgasme dari persetubuhan kami.Ternyata cairan kewanitaanku muncrat cukup banyak hingga tertumpah. Kuambil beberapa helai tissue untuk membersihkan selangkanganku.

"Abanggg belum puas sayannggg...." ucap bang Anwar.

"Lagi bangggg.... aku juga belum puas..." balasku.

Masih diposisi yang sama, bedanya kali ini bang Anwar mengangkat kakiku lalu diletakkan di atas bahunya sambil mengenjotku. Ada sensasi yang berbeda kali ini. Kali ini cara genjotan demi genjotan bang Anwar lebih lambat tapi hentakkannya lebih kuat menyentak hingga tubuhku terguncang.

Satu jam lebih kami bersetubuh di kamarku hingga keringat kami mengucur dan bersamaan cairan kelamin kami saling tertumpah dan bercampur baur dalam di dalam rahimku.

"Terimakasih bang sudah memenuhi janjinya...." kataku dalam pelukannya.

"Janji yang mana sayangggg...."

" Janji yang tadi di kamar mandi, kata abang mau mengobati kesusahanku.... Loh masa lupa sama janjinya sendiri...?! "

"Hahahaha... itu sudah keharusan seorang lelaki wajib menafkahi kepuasan istrinya...."

"Emang seriusan aku istrinya abanggg.... mengada-ngada aja abang ini, sampai ngaku sama anggota abang kalo aku ini istri abang...." bang Anwar terdiam sejenak.

"Lingggg...!!! panggilnya.

"Apa abang sayangggg....?!

"Abang mau nikah sama kamu sayanggg....tinggalkan saja koh Afuk...dan kita mulai membuka lembaran baru... lu bersedia gak..?! tanyanya serius.

Jawaban apa yang harus kuberikan pada bang Anwar ?
Apakah aku harus meninggalkan Afuk kemudian ikut bang Anwar ?

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com