Pov: Afuk
Sial betul hidupku. Kenapa semua jadi begini. Bisnis keluarga yang diwarisankan yang telah kujalani bertahun-tahun telah bangkrut. Kali ini kucoba untuk bangkit dari keterputukan dengan bisnis oli drum. Di masa bisnisku lagi naik daun tiba-tiba ditutup paksa oleh polisi.
Ini semua gara-gara Ai-Ling si wanita pembawa sial yang kunikahi. Keputusan menikah dengan Ai-Ling sungguh kesalahan besar. Sejak aku cerai dengan Mei-Cen, aku sudah gak berniat menikah lagi. Tapi ibuku bilang kalau gak menikah kita sudah lansia gak ada yang merawat. Karena aku turuti nasehat Ibu ku makanya aku menikah. Aku dijodohkan dengam Ai-Ling, anak kedua dari teman ibu-ku.
Menurut info yang ku dengar, Ibunya Ai-Ling sudah ditinggal sama Bapaknya sejak kerusuhan 98. Rumah mereka dijarah dan Bapaknya menyelamatkan diri, tinggal Ibunya dan kakak pertamanya diperkosa sama pribumi-pribumi yang menjarah rumah mereka. Untung Ai-Ling dan adik perempuannya berhasil bersembunyi.
Sesuai tradisi kami, anak paling besar harus nikah lebih dulu. Kata jujur Ibu Ai-Ling, sebenarnya dia berniat ingin menjodohkan anak pertamanya kakaknya Ai-Ling denganku. Tapi karena kakaknya Ai-Ling telah gak perawan akibat diperkosa, maka Ai-Ling saja yang dijodohkan denganku.
Keluarga kami sangat menghargai kejujuran ibu Ai-Ling, maka orangtua kami pun setuju menjodohkan ku dengan Ai-Ling anak kedua mereka. Pertimbangan keluarga kami itu, mereka kuatir kalau penikahanku ditunda lagi, aku akan susah nikah karena statusku yang duda dan sudah berusia paruh baya.
Kata ibu-ku, dia kasihan dengan kondisi ibu Ai-Ling yang ditinggal suaminya begitu saja.
Awalnya aku ragu mau menikah, tapi aku digoda Bapakku katanya penampilan Ai-Ling cukup cantik dan lumayan juga kalau aku yang berstatus duda masih bisa dapat perawan.
Ibuku menambahkan, kalau dipikir-pikir pernikahan ini cukup membanggakan keluarga kami. Karena berita perceraianku dengan Mei-Cen membuat citra keluargaku menjadi buruk. Menurut ramalan Shio, aku yang shio harimau sangat cocok dengan shio Ai-Ling yaitu Kuda.
Mendengar semua nasehat orangtuaku, membuatku terdorong untuk mempertimbangkan baik-baik. Kulihat foto-foto Ai-Ling memang seorang wanita keturunan Tionghoa yang cantik. Dalam pandangan lelaki, wanita yang cantiknya seperti Ai-Ling pasti banyak pria yang minat menikahinya. Jika kuperistri dia masih lumayan bisa menikmati kecantikan dan keperawanannya. Akhirnya aku tergoda untuk mengambil keputusan menikahi Ai-Ling tanpa menyadari bahwa keputusan itu adalah kesalahan besar yang membawa kesialan dalam hidupku saat ini.
Sekarang hidupku semua hancur akibat keputusan itu. Bisnisku yang kedua pun ikut hancur dan Ai-Ling menggunakan semua keuangan keluarga untuk diserahkan pada polisi dengan alasan menebusku, Elena dan Ayen dari tahanan polisi. Padahal dengan jumlah uang sebanyak itu aku bisa bangkit kembali membuka bisnis. Namun semua sudah terlambat.
Tabunganku habis dan aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Pikiranku buntuh saat aku berpikir untuk bangkit dari keterpurukan dengan tabungan yang kosong sama sekali.
Semua itu gara-gara istriku Ai-Ling, si wanita bodoh pembawa sial. Aku tidak bisa menerima keadaan ini. Aku sangat marah ingin mengusir wanita sial itu, aku ingin segera cerai dengannya. Tidak tahunya aku malah diserang penyakit stroke yang membuat hampir seluruh tubuhku lumpuh.
Semua orang berpikir aku ini sudah gila ataupun cacat mental, padahal otakku masih mampu berpikir. Hanya seluruh anggota tubuhku saja yang tidak mampu kugerakkan. Aku harus berjuang agar segera pulih, dengan begitu aku bisa mengurus perceraianku dengan Ai-Ling agar semua nasib sial keluar dari hidupku.
Makin lama kutunda perceraianku, makin rumit masalah dalam rumahku. Ai-Ling kini malah membawa lelaki pribumi yang bernama Anwar ikut campur dalam masalah keluargaku.
Sejak dulu aku dan semua anggota keluargaku sangat menutup diri dengan orang pribumi. Kami membatasi diri dalam berurusan dengan mereka. Hanya untuk urusan sama-sama untung saja, itupun harus berhati-hati.
Buat kami, orang-orang pribumi itu hanya datang cari masalah dengan kami orang keturunan cina ini. Jika buka toko pasti minta uang keamanan. Berkali-kali belanja dan berhutang sering tidak bayar. Sering mengganggu kenyamanan tempat tinggal kami. Mereka itu cocoknya cuma dipekerjakan dengan gaji murah.
Dari awal aku sudah curiga dengan lelaki yang namanya Anwar itu. Dia itu salah satu pelanggan toko bangunan dulu. Aku sebenarnya tidak mau berurusan banyak dengan dia. Sering mampir ke toko bukan untuk belanja, melainkan suka mengajak Ai-Ling untuk ngobrol.
Sudah kunasehati Ai-Ling berulang, agar jangam banyak bicara dengan Anwar tapi dia tidak mau nurut malah selalu meladeni lelaki itu bicara panjang lebar. Tidak tahu apa yang dibicarakan. Makin lama mereka semakin dekat dan ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku. Hal itu kusadari setelah aku pulang dari rumah sakit menjalani perawatan akibat penyakit tipes selama seminggu.
Sepulang dari rumah sakit, beberapa tetangga bilang bahwa ada pria pribumi yang datang ke rumahku. Sewaktu kutanya ke Ai-Ling siapa pria itu, kata Ai-Ling itu tukang AC yang diminta tolong benerin AC yang rusak di rumah. Kasihan Evelyn masih bayi kalau tidur kepanasan kalau AC rusak. Terpaksa aku terima saja jawabannya karena tidak ada bukti itu benar atau bohong.
Suatu kali dalam suasana hari raya imlek tahun Ular, Ai-Ling memberikan angpao ditambah bingkisan imlek buat Anwar. Secara pribadi aku merasa aneh. Kenapa dari semua langganan toko hanya Anwar yang diberi bingkisan padahal Anwar bukan pelanggan potensial. Kutanya apa alasan Ai-Ling, katanya karena "Anwar itu shio ular, jadiku berikan dia bingkisan imlek biar dia makin rajin ke toko ...maksudnya biar dia makin sering beli barang di toko kita."
Menurutku alasan Ai-Ling itu janggal. Bukankah sebaliknya, justru pelanggan yang potensial yang harus diberikan bingkisan biar makin banyak belanja, bukan pelanggan yang lemah seperti Anwar. Kejanggalan berikutnya, waktu Ai-Ling menjawabku kayaknya intonasinya seperti orang serba salah dan asal menjawab. Kejanggalan lainnya adalah, kenapa dia bisa sampai tahu shio nya Anwar. Terhadap orang pribumi mana ada kaitannya dengan kepercayaan shio.
Sempat aku mencuri dengar candaan mereka, "Selamat imlek bang... ini tahunnya abang, tahun ular..." ucap Ai-Ling sembari memberikan bingkisan imlek.
"Jadi Aling suka sama ular hitam abang...?!" ucap Anwar meledek Ai-Ling.
"Dasar abang nakal.... suka dong bang....kan ular abang rasanya kayak coklat hitam... hehehe..." balas Ai-Ling.
Waktu itu aku tidak mengerti maksud ucapan mereka soal ular coklat hitam. Setelah berpuluhan tahun, malam ini aku baru mengerti apa maksud ular coklat yang disukai Ai-Ling.
Di Kamar Tamu
Hari minggu ini, Ai-Ling minta Elena yang merawatku karena dia ingin pergi rekreasi bersama Anwar. Sepulang rekreasi dalam keadaan basah kuyup akibat kehujanan, Ai-Ling naik ke lantai atas bersama Anwar, sedangkan aku dibaringkan Elena di kamar bawah, yang biasa dihuni oleh buat tamu. Lama sekali kutunggu Ai-Ling mandi membersihkan diri hingga aku ketiduran.
Tidurku terganggu saat aku mendengar suara desahan Ai-Ling. Suara desahan itu mengiringi mimpiku sedang bersetubuh dengan Ai-Ling saat malam pertama. Ternyata suara itu bukan mimpi, rupanya Ai-Ling sedang dicumbu Anwar di sebelahku. Ai-Ling hanya mengenakan celana dalam mininya.
"Linggg.... suami lu bangun tuhh...." ucap bang Anwar pertama menyadari aku terbangun oleh aksi percumbuan mereka. Bukannya Ai-Ling minta berhenti malahan "Biarinn... terusinnn aja banggg....!!! ucap Ai-Ling. Betul-betul wanita jalang. Berani sekali dia membiarkan tubuhnya dinikmati lelaki pribumi biadab di depanku. Biarpun wajahku keliatan seperti orang gila, tapi aku masih waras.
"Bannnggg... jilatin memekkk ku sayannngggg...."
"Oooooohhhh... teruusssss....ooohhh bangggg.... lebihhh dalaaammm jilat nyaaaa.....oooohhh.....!!! Ai-Ling keenakan merasakan jilatan Anwar.
Biadabnya Anwar, dia malah memaki aku dengan kata "Bodoh" karena tidak mau menjilati memek Ai-Ling, dia juga menghina kontolku yang gak disunat. Mendengar hinaan Anwar, malah Ai-Ling semakin menyodorkan memeknya untuk dijilati Anwar.
"Ouuuhhh.....Sssssshhhh....uuuhhh.....sssshhh aaaahhh....ssssshhh..." Ailing mendesis keenakan.
"Linnnggg... isap kontol abang di depan suami lu sayangggg...." perintah bang Anwar. Ai-Ling menurunkan celana pendek milikku yang dipakai Anwar hingga kontolnya keluar
"Besaran mana dibanding dengan punya koh Afuk....?? tanya Anwar.
"Punya abang lebih besar... lebih hitam lagiii... hihihihi...." jawab Ailing sambil tertawa geli.
Melihat reaksi Ailing mengisap kontol Anwar, barulah aku mengerti bahwa inilah yang dimaksud percakapan hari imlek tahun ular dulu tentang ular coklat hitam. Karena ukuran kontol Anwar benar-benar mirip ular berwarna coklat kehitaman. Ailing mengulum kontol Anwar sangat lahap bagai anak kecil yang mengisap batang es krim panjang rasa coklat kesukaannya.
Puas kontol Anwar disepong AiLing, disuruhnya AiLing nunggu menghadapku. Ai-Ling dientot dari belakang. Sambil dientot dari belakang, disitu AiLing mengungkit masa lalu sambil mendesah mengaku kalau dia lebih suka kontol pribumi Anwar dari pada kontolku.
"Fuukkk...!!! Lu masih ingat yang pernah lu perbuat terhadapku...? Masih ingatkah lu pernah suruh Pak Imron untuk menyetubuhiku di kamar kita...?? Kalau lu emang suka liat aku disetubuhi lelaki pribumi, sini liat aku disetubuhi bang Anwar... jujur aja penis pribumi lebih nikmat daripada punya lu Fukkk..." bisik Ai-Ling sinis mengaku kalau dia orgasme dibikin kontol Anwar. Suka tidak suka harus kuakui kontol Anwar memang jauh lebih besar daripada punyaku.
Meskipun aku sangat marah dan kesal, tersimpan rasa cemburu yang membara dari dalam hati. Anwar telah merebut istri yang telah kunikahi hampir 20 tahun. Namun apa dayaku untuk mempertahankan Ai-Ling di saat aku dalam keadaan tidak berdaya. Hanya mampu mencoba meredam rasa cemburu yang bercampur dengan kemarahan terhadap mereka berdua yang tengah bersetubuh memupuk cinta dan nafsu.
Rasa cemburuku semakin membara dan penasaran saat, Ai-Ling diajak Anwar untuk melanjutkan persetubuhan di kamar atas dan meninggalkan aku sendirian di kamar tamu. Semalaman hatiku cemburu bercampur panas dan semakin panas terus memaki Ai-Ling si wanita jalang pembawa sial dan Anwar si lelaki pribumi keparat. Perbuatan mereka malam ini sungguh bikin malu keluarga besarku kalau sampai ketahuan orang.
Sejak malam itu, Anwar punya kunci rumahku dan bebas keluar masuk tapa izin. Ai-Ling selalu mengenakan pakaian seksi dan hari-hari AiLing dipenuhi dengan ngentot bersama Anwar di berbagai sudut ruang di rumah ini tanpa peduli keberadaanku. Mereka bagaikan pengantin baru yang sedang mabuk asmara. Yang membuat aku kesal, mereka malah sengaja ngentot di dapanku, sesekali mereka berdua menatapku, merendahanku, bahkan menghinaku. Mungkin itu membuat mereka merasa puas.
Pintu Depan
"Tokk...tokk...tokk... sayanggg....!!! panggil Anwar dari luar. Bergegas AiLing membuka pintu depan.
"Loh bangg..?! Kunci yang kuberikan abang letakkan di mana..?? tanya Ai Ling.
"Maap sayanggg... ketinggalan di tempat proyek.. abis tadi abang terburu-buru udah pengen pulang...." ucap Anwar.
"Kenapa buru-buru mau pulang bangg...?? tanya AiLing sembari menutup pintu depan.
"Cuuuuppp...cccuuuppp....aaahh banggg....mmmhhhh....." mendadak bibir Ai-Ling dikecup Anwar dengan mesra, pelan-pelan mendesak tubuh Ai-Ling hingga punggungnya rapat ke dinding.
"Abang gak sabar pengen ngentot sama lu sayangggg....cuuuppp....mmmhhh...cuuuuppp...." ucap lembut Anwar melanjutkan kecupan mesranya.
Beberapa saat setelah mereka berciuman mesra, AI-Ling mendorong lembut dada Anwar dan melepaskan ciuman.
"Kita lanjut ke kamar yukkk..." Ai-Ling menarik tangan Anwar hendak melangkah menuju ke kamar. Belum sampai tiga langkah, tangan Ai-Ling ditarik kembali dengan paksa hingga tubuhnya menabrak dada Anwar.
"Abang mau di sini saja...mmmhhh....mmhhhh....cuuuuppp...." ucap Anwar kembali melumat bibir Ai-Ling. Kali ini permainan bibir mereka menjadi semakin liar.
"Ada suamiku bangggg...." ucap Ai-Ling.
"Abang mau di sini karena ada suami lu sayangggg...."balas si Anwar biadab sekilas memandang ke arahku. Nafas mereka makin gak karuan saat mulut mereka saling berpadu.
Tangan Ai-Ling turun ke bawah mencari kontol Anwar.
"Bangggg...si ular udah bangun.... rupanya si ular hitam yang pengen buru-buru pulang yaa.... hihihi" bisik Ai-Ling nakal sambil menurunkan relsleting celana Anwar. Dikeluarkan kontol Anwar dari kolor nya.
"Iyaaa sayanggg... dia pengen masuk ke gua Ai-Ling..." disingkap rok gaun tidur Ai-Ling, dipelorotkan celana dalamnya. Salah satu kaki Ai-Ling diangkat tinggi.
"Aaaarrrhh....uuuhhhmmmm...." leguh keduanya merasakan kelamin mereka bersatu.
Anwar mulai melakukan penetrasi ke memek Ai-Ling dengan keadaan berdiri di depan pintu. Setelah beberapa gaya lagi mereka mengaduh kelamin sampai keduanya merasa puas tanpa perlu melepas semua pakaian mereka.
Sesuatu yang tidak pernah ku lakukan selama pernikahanku. Kebiasaan kami melakukan hubungan seks hanya di ranjang kamar.
Dapur
Aksi yang tidak jauh beda terjadi juga di dapur. Waktu itu AiLing sedang memasak mempersiapkan makan siang. Sedangkan aku sedang berada di ruang tamu.
Seseorang membuka pintu dan itu si Anwar yang siang-siang mampir ke rumah.
Tanpa pedulikan keberadaanku, dia langsung masuk menjumpai Ai-Ling di dapur.
Dipeluknya Ai-Ling dari belakang yang sedang memotong sayur terong.
"Masak apa sayanggg....?? Ucap Anwar mengejutkan Ai-Ling.
"Ehh...bang Aan, tumben siang begini udah pulang....aku mau masak terong nih..." jawab Ai-Ling.
"Masakan lu selalu enak bikin lidah abang bergoyang gak mau henti...." puji Anwar
"Makasih sayang buat pujiannya.. selama aku menikah dengan Afuk gak pernah sekalipun dia puji masakanku...." ucap Ai-Ling.
Menurutku masakan AiLing memang bisa dibilang enak, tapi gak perlu juga dipuji, terlalu berlebihan. Yang penting istri itu harus mengerjakan tanggungjawab layaknya istri. Itu cukup.
"Waahhh... besar sekali terongnya kayak punya Abang... hehehe..." goda Anwar genit.
"Idihhh.... masa iya sih banggg.... hehehe..." balas Ai-Ling tertawa manja.
"Iyaaa dong sayanggg.... terong abang rasanya lebih manisss looo.... sini lu cicipin punya abanggg...." Dibalik tubuh Ai-Ling lalu dipaksa jongkok. Anwar membuka celananya dan Ai-Ling pun inisiatif membantu , disodor kontol nya ke wajah Ai-Ling. Dipaksa Ai-Ling menyepong kontolnya dan Ai-Ling nurut aja. Benar-benar Anwar keparat. Siang-siang udah bernafsu.
Mmmhhh....mmmhhh..." suara Ai-Ling tersumpal kontol Anwar.
"Jilatin sayangggg...." perintah Anwar dan Ai-Ling jilati kontol Anwar dari pangkal sampai ke ujungnya. Betul-betul menjijikkan Ai-Ling jalang ini. Bikin malu keluarga, mau aja di suruh jilat kontol pribumi.
Kurang lebih 15 menitan berlalu, Ai-Ling disuruh berdiri lalu dituntun ke meja makan. Semua pekakas makan disingkirkan Anwar hingga berjatuhan lalu tubuh Ai-Ling dibaringkan di atasnya.
"Lingggg... Abang pengen nyicip kerang rebusmu yang merah merah itu...." ucap Anwar genit.
"Hah..? Kerang rebus merahh..?? Ai-Ling bingung.
"Bego banget lu Linggg.... maksud Abang itu memek sayanggg.... kerang itu kan banyak lendirnya kayak memek lu..." jelas Anwar menarik kolor Ai-Ling.
"Dasar lu banggg.... terbuka aja kenapa...?! Buat abang apa sih yang aku gak boleh...." ucap Ai-Ling mengangkat pantatnya, memeknya didekatkan ke Anwar.
Dijilati memek Ai-Ling yang menurutku terlalu menjijikan. Wajahnya seakan masuk ke dalam lubang memeknya. Buatku memek itu bau, antara bau kencing atau busuk. Rasanya di lidah kayak keju busuk. Bagaimana lelaki pribumi itu begitu menikmati bau memek yang menjijikan itu. Terus terang aku belum pernah mau menjilati memek Ai-Ling.
Pengalaman pertamaku merasakan memek itu punya Mei Cen, istri pertamaku itupun hanya beberapa kali saja. Padahal Mei Cen juga sering minta tapi kutolak hingga dia gak berani menyinggung soal jilmek. Aku yakin kalau semua rasa memek itu sama aja baik Mei Cen maupun Ai-Ling.
'Sruuuuppp....mmmmhhh....mmmhhhh..... memek lu selalu basah yaaa Linggg....mmmhh...." ucap Anwar sembari mengerjai selangkangam Ai-Ling.
"Oouuuhhh banggg..... jilatnyaaa lebihh dalammm ooohhh... yaaahhh gituuu...ooohhh...." desah Ai-Ling.
"Lu sukaaa digituin bukannn.... suami lu gak pernaahh jilatin kayak abang begini kannn....?!?!
Lidah Anwar terjulur bergoyang mengelitik liang Ai-Ling. "Ooooggghhh... ssuuukaaa aaaggghh....Afuukkk gakk pernahhh mau jilattinn memek aku bangggg...aaaarrgghh...enakkkk bangetttt.....!!! Erang Ai-Ling.
"Kasiann lu Linggg dapat suami payaaahhh....andai abang jadi suami lu pasti memek Ai-Ling abang manjain sampe becek gini...." ujar Anwar merasa diri lebih baik dariku.
"Baaaannngggg..... masssuuukiinn dongggg....!!! Pinta Ai-Ling. Dengan bergegas Anwar mengeluarkan senjatanya panjang, dengan posisi berdiri dihujam ke memek Ai-Ling yang terbaring di atas meja makan.
"Sssshhh aaaaahhh....lebih dalam laggiii....!!! Erang Ai-Ling, tubuhnya bangkit dan tangannya melingkari dan memeluk pinggang Anwar erat agar kontolnya menyusup lebih dalam. Beberapa saat Ai-Ling merasakan kontol Anwar bersarang di dalam rongga memeknya.
"Memek lu gigit banget sayang... nikmat sekali memek mu..." ujar Anwar sambil membelai rambut Ai-Ling.
Keduanya saling melepas pakaian mereka hingga keduanya telanjang bulat siap beradu kelamin di ruang makan.
"Goyannnnggg banggg... goyanggginn akuu...." pinta Ai-Ling, kedua kaki nya melingkari pinggang dan tangannya merangkul leher Anwar. Dalam posisi berdiri, Anwar mengoyang pinggulnya mengenjot memek Ai-Ling maju mundur. Sekujur tubuh Ai-Ling bergetar dihentak sodokan Anwar. "Aaaahhh...aaahhh...!!!
Puas menyetubuhi Ai-Ling di ruang makan, Anwar pun kembali kerja di proyek dan Ai-Ling melanjutkan kesibukannya di dapur dengan suasana hati riang gembira. Tidak kusangka Ai-Ling begitu menyukai cara bercinta Anwar yang kasar dan tidak mengenal waktu dan tempat.
Makin hari persetubuhan Ai-Ling dengan lelaki pribumi itu makin liar. Mereka bahkan berani becinta di teras yang beresiko dilihat orang yang lalu lalang di luar pagar. Meskipun mereka tidak sampai telanjang, aku yakin orang yang melihat juga tahu mereka sedang apa.
Hingga suatu malam, malam-malam Anwar datang bersama sekelompok anggota kerjanya seperti merayakan sesuatu, menurut pendengaranku sepertinya mereka capai suatu target proyek tertentu. Aku tidak tahu berapa jumlah mereka karena aku sudah berbaring sendiri di kamar bawah yang bersebelahan dengan ruang tamu dimana Anwar dan sekelompok anggotanya sedang berpesta minuman keras. Aku tidak bisa menyaksikan pesta mereka, hanya bisa mencuri dengar suara mereka. Terdengar dari benturan suara-suara botol dan obrolan mereka yang merujuk pada pesta miras.
Semakin lama candaan mereka mulai bersinggungan dengan hal yang rasis dan mesum. Ai-Ling menjadi sasaran dalam obrolan mereka. Mendengar obrolan para kuli-kuli pribumi itu, secara pribadi marah dan ingin mengusir mereka keluar dari rumah ini. Namun aku tidak berdaya dengan fisik lemah yang hanya terbaring lemah di ranjang kamar bawah. Anehnya, Ai-Ling sama sekali tidak merasa tersinggung, malah dia rela direndahkan para lelaki pribumi dengan godaan mesum. Ada apa dengan Ai-Ling ?!
Mendekati tengah malam, mereka semua masuk ke dalam kamar tempat aku berbaring.
"Loh... cik Aling, siapa itu ?? tanya salah seorang dan mereka semua tersentak melihatku.
"Itu suami sah nya Dinn...!!! Namanya koh Afuk...!!! jawab Anwar dengan intonasi yang menyindir.
"Yang bener saja cikk... beneran itu suami cicik...??
"Bener bang dia suamiku...tapi sudah mandul dan sudah gak waras...!!! jawab Ai-Ling.
"Hahahaha... kelihatan sih cik dari mukanya bego kayak orang sinting...terus kita mainnya di sini aja bang...?? tanya seorang yang lain.
"Yaa..!!! Kita bantu Ai-Ling balas dendam ke lakiknya... biar suaminya lihat biniknya dikerjai orang...betul begitu Linggg..??! tegas Anwar.
Pribumi bangsat !!! Makiku dalam hati. Ternyata mereka sengaja ingin memancing amarahku. Andai aku bisa bergerak akan kubunuh mereka. Dengan tertawa cekikikan mereka melucuti pakaian seksi Ai-Ling. Tidak sampai 1 menit, Ai-Ling sudah telanjang bulat karena dalamnya hanya memakai kolor mini tanpa beha.
Di depan mataku, Ai-Ling sedang berdiri dikelilingi para lelaki pribumi yang setelah kuhitung ada 5 orang tidak termasuk Anwar. Setiap bagian tubuhnya yang putih mulus bebas disentuh dan diraba oleh tangan-tangan jahil kuli pribumi yang kasar. Sedangkan Anwar duduk di kursi menyaksikan tubuh Ai-Ling dijamah anggotanya.
"Tunggu apa lagi kalian... cepat kalian semua lepasin pakaian...." perinah Anwar.
"Baaaanggg...!!! panggil Ai-Ling ragu.
"Jangan takut sayangggg... abang ada di sini.. malam ini kita balas semua kebencian lu sama suami lu yang payah... dia pantas mendapatkan semua ini... suami lu telah menyia-nyiakan lu sehingga dia harus menyaksikan istri yang diabaikan dinikmati lelaki lain... biar suami lu menyesali perbuatannya selama ini...." Anwar menegaskan.
Satu per satu mereka mengeluarkan kontol mereka dan Ai-Ling jengkok hingga 5 kontol hitam tersodor di depan wajahnya. Dengan cekatan Ai-Ling mengosok dan mengecup mengulum sambil menjilati para kontol pribumi secara bergantian sesekali menatap padaku dengan pandangan tersirat kemarahan. Tatapan itu sangat memancing amarahku ingin menampar pipinya sambil memakinya. Benar-benar wanita jalan lu Ling...!!! Tidak tahu malu... gak punya harga diri...!!! makiku dalam hati. Ai-Ling sedang bermain-main dengan amarahku.
Hingga satu per satu dalam kurun waktu yang berdekatan, kontol mereka menyemprotkan sperma putih kental ke wajah dan sekujur tubuh Ai-Ling. Semua kuli pribumi itu tertawa puas menodahi Ai-Ling dengan sperma mereka yang meleleh di permukaan tubuh putih mulus istriku sambil berjalan keluar dari kamar ini, "Bagus sayangggg.... !! kata Anwar merangkul Ai-Ling keluar dari kamar menyusul mereka. Ini penghinaan terburuk yang pernah kuterima dari seorang istri yang ingin mempermalukan suaminya.
Tidak lama setelahnya, merekapun bubar dan keluar dari rumahku, kecuali Anwar. Saat tinggal mereka berdua di ruang tamu, mereka bersetubuh. Aku tidak bisa melihat secara langsung, namun dari suara desah-desahan yang keras, mereka sepertinya mereka sudah dirasuki nafsu membara.
Beberapa hari berlalu, akhir-akhir ini Ai-Ling semakin malas merawatku begitu pula dengan Elena. Mereka sepakat mendatangkan seorang ibu-ibu yang kuperkirakan berusia 60 tahunan tapi masih sehat untuk merawatku, yang ku dengar dipanggil Mpok Tuti. Dengan begitu, setiap malam Ai-Ling dan Anwar bisa tidur berdua di kamarku, sedangkan aku di sini di temani mpok Tuti. Sesekali suami mpok Tuti yang dipanggil Wak Tatang datang membersihkan pekarangan.
Sialnya mereka bilang ke mpok Tuti bahwa aku ini koko nya Ai-Ling yang ditinggal istri, sedangkan suaminya itu Anwar. Mereka bilang kalau aku sebagai kakaknya Ai-Ling sangat mendukung hubungan kawin campur beda suku Ai-Ling dengan Anwar. Mereka sering menunjukkan kemesraan di depan mpok Tuti sehingga tidak jarang mpok Tuti sering lapor ke aku tentang gerak gerik aksi percumbuan sampai persetubuhan mereka tanpa merasa bersalah, karena dia pikir itu akan membuatku senang, malah sebaliknya itu justru membuatku amat cemburu dan geram.
Semua berubah, Ai-Ling yang dulu ku kenal begitu kalem kini berubah jadi binal. Begitu pula dengan anak kebanggaanku, Asen. Dia baru saja pulang karena keesokan harinya dia akan masuk sekolah. Aku terkejut melihat pertumbuhan fisiknya yang sekarang sangat tidak memperlihatan dia seorang anak keturunan Tionghoa. Secara postur badan Asen makin besar dan berisi, tapi kulitnya makin gelap dan sudah mulai ikut gaya preman pribumi dengan tato di beberapa bagian badannya. Lebih tepatnya si Asen lebih mirip Anwar daripada aku.
Hanya Evelyn yang tidak berubah banyak. Secara fisik Evelyn makin bertumbuh dari seorang gadis ke arah wanita yang makin dewasa. Bentuh tubuhnya makin mempesona layaknya perempuan Tionghoa yang sudah matang. Melihat kondisi kesehatanku yang memperihatinkan, kini Evelyn memutuskan untuk masuk ke SMK Kesehatan. Katanya dia kelak mau kuliah kedokteran. Buatku ini cita-cita yang baik karena dokter biasanya bisa menghasilkan banyak uang. Kini harapanku beralih kepada Evelyn, bukan lagi Asen.