Pagi hari hujan deras menguyur saat aku terjaga. Suara gemercik airnya menenangkan dan memberi kesegaran baru kepada alam. Baru kusadari tinggal aku seorang diri di atas kasur. Kubuka handphone untuk melihat waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 pagi. Aku bangun kesiangan hari ini gara-gara semalaman bersetubuh dengan Mas Jaka hingga larut malam.
Di seluruh sudut rumah, tidak kutemukan Pak Dulah. Mungkinkah dia masih marah padaku. Bosan banget sendirian di rumah tanpa melakukan apapun. Kuperhatikan langit masih mendung, tapi hujan sudah mulai mereda menyisakan gerimis-gerimis basah. Daripada bosan di rumah lebih baik aku pergi ke rumah Lasri untuk mengajak dia ngobrol. Lagipula Mas Jaka pasti sudah berangkat subuh ke pasar untuk berjualan.
Karena hanya gerimis, maka aku berjalan ke rumah Lasti tanpa menggunakan payung. Sesampai di rumahnya, di ruang tamu anak bungsunya sedang bermain sendiri dengan mainannya.
"hhhmmm....nggghh.....nnngggghhh.....hhhmmm....."
"cepetan Pakkk....anakku sendirian diluarrr....aaahh...hhmmmm....mmm...."
"Sebentar lagggii mbakkk..... bapakkk belummm keluarrrr...."
Astaga, ternyata Lasti sedang digenjot Pak Dulah di kamarnya. Kubuka sedikit daun pintu kamarnya, kulihat tampak tubuh Pak Dulah sedang menindih Lasri membelakangiku. Keduanya sudah telanjang, namun Lasri masih mengenakan jilbabnya.
Pak Dulah: "Sudah lama bapak gak merasakan tubuhmu Sriii...."
Lasri : Sri juga sudah lama gak diberi jatah sama bapakk...aaahh...aaaahhh....
Pak Dulah : Suaminya kan bisa kasih jatah tiap malam...."
Lasri : Saya disiksa Pakkk... bukan dikasi jatah..."
Pak Dulah : Loh koq disiksa...?!
Lasri : Mas Jaka mainnya suka kasar... saya gak sanggup layani dia.... suamiku laki gak berperasaan kalau main.... hiks...hiksss...."
(tiba-tiba mereka menghentikan aktifitas mereka)
Pak Dulah : kasian kamu Sriii...
Lasri : Mas Jaka selalu bilang kalau saya ini istri gak berguna... gak bisa layani suami... gak bisa puasin syahwat suami..."
Pak Dulah : Siapa bilang dek Sri gak bisa puasin lelaki... kontol bapak saja enak sekali masuk ke lubang kamu dek Sri.... emangnya dek Sri tersiksa sama batang bapakk...??
Lasri : Tidak sama sekali Pakk... Sri ngerasain enak dimasukin burung bapak..."
Pak Dulah : Bapak terusin ya..."
Lasri : Terusin saja Pakkk.... saya sudah lama gak merasakan nikmat begini...hmmm.....hmmm...."
Pak Dulah : "kalau nikmat keluarin desahnya... jangan ditahan begini...."
Lasri : Nanti kedengaran tetangga Pakkk...hhmmm....emmm....mmm...."
Pak Dulah : Bapak tadi sudah keliling ke tetangga sekitar... semua lagi pergi... desah aja...."
"TANTE..!!!" tiba-tiba dari belakang aku dipanggil anak Lasri yang masih 4 tahun dengan polosnya.
Suara panggilan itu membuat Pak Dulah dan Lasri terkejut.
"Haaah....Linda ?! sejak kapan kamu di sana....??? mereka kaget terpaksa menyudahi permainan mereka.
"Ehhh...barusan saja aku di sini... ehh.. iyaaaa.... barusan saja... maaf mengganggu kalian...." ucapku panik sekaligus malu karena ketahuan mengintip mereka.
"Napa lu ngintip di sana neng... sekarang lu sudah lihat semua... tolong tutup mulutmu.... jangan bikin rumah tangga Lasri hancur...." kata Pak Dulah tegas.
"Iyaaa Pakk..iyaaa...aku bakal diam saja... aku janji..!!! ucapku menyakinkan mereka.
"Beneran ya Linnn... jangan beritahu mas Jaka... aku bisa disiksa sama dia....!!! mohon Lasri membenarkan posisi jilbabnya yang nyaris terlepas.
"Pasti Sriii.... aku jamin gak akan membocorkan semua ini....tenang saja..." kuyakinkan Lasri.
"Mama sama Om Dulah kenapa telanjang...?? tanya anaknya polos.
"Kamu keluar dulu ya nakkk... nanti mama temani kamu main di ruang tamu...." bujuk Lasri
"Iya nakkk... sini tante temani kamu main... jangan ganggu Mama sama om Dulah..." kuajak anak Lasri ke ruang tamu untuk bermain.
"Tolong neng jaga dulu anak mbak Sri... biar bapak selesaikan dulu urusan ranjang sama mbak Sri...!!! perintah Pak Dulah.
"Ah iya Pakkk... kalian lanjutkan saja...aku nemani anak ini..." kataku.
Pak Dulah : Sekarang dek Sri sudah bisa tenang... ada neng Aling yang jaga anaknya..... sini bapak teruskan...."
"Aaaahhhh....aaaaaahhhh....Pakkk...terussss pakkkk....." Lasri semakin berani mendesah.
"Jilbabnya hampir lepas....dilepas sajaaaa sekalian dekkk...."
"Gak bolehhh Pakkk...aaahhh...aaahhhh...."
"Kenapa bapak gak boleh lepasin...?? Apa karena bapak bukan suami dek Sri...??"
"Aaahh...iyaaaa Paaakkk...iyaaaa....aaahhh...."
"Bapak kasi tahu.. suami itu jangan cuma status... tapi perannyaaa...."
"Maksud bapak apa..??
"Suami adek emang bisa ngasi enak begini ke dek Sri...??"
(Hening sejenak)
"Mas Jaka sangat egois... dia cuma mau enaknya sendiri... orangnya kejam.... bapak lihat ini bekas luka akibat dipukul olehnya... saya bahkan pernah diikat akibat menolak bersetubuh dengannya.... mas Jaka itu lelaki kasar... sukanya ajak bersetubuh gak lihat waktu dan tempat... aku lagi gak siap tapi Mas Jaka minta jatah... kalau kutolak pasti aku disiksa dan dihina olehnya....hikssss...
"Oh ya...?! Emang Mas Jaka pernah minta jatah di mana selain di rumah ?
"Banyak Pak... saya pernah diajak Mas Jaka main di lumbung...di ladang...di sawah....di hutan..."
"Trus..?!
"Terus saya menolak Pak... buat saya kalau mau hubungan ranjang ya di rumah di kamar biar jangan kelihatan orang... gara-gara saya bilang begitu saya disiksa Mas Jaka....rasanya seperti diperkosa oleh suami sendiri... saya dipaksa mas Jaka sampai dia puas lempiskan nafsunya yang mengila....saya sudah lelah hati dan badan ladeni mas Jaka....hikss.."
"Kasian kamu dekkk.... memang ini sudah takirmu...
"Dek Sri pengen gak dipuasin cara bapak begini sama suamiii...??
"Pengenn Pak... tapi kalau sudah takdir mau bilang apa...."
"Dekkk Sriii.... adek juga harus tahu kalau bapak di sini juga takdir... anggap saja bapak suami dek Sriii.... sini bapakkk lepas saja jilbabnya....nahhh begini kan keliatan kecantikan sejati dek Sri...."
"Sini bapakkk terusin ya dekkk.. biar kita sama-sama enakkk... ini takdir kita dekkkk...aaahhhh....aaahhhh....."
"Terusin pakkkk....aaaahhhh....aaahhhh....!!!
"Lampiaskan kemarahan adek sama mas Jaka.... istri cantik begini kasian kalau disiksa... harusnya dibikin enak kayak gini....uuuhhh...uhhhh...!!!
"Aaaaahhh....aaaahhh....iyaaaaa Pakkkk....masss Jaaakkaaa suami jahanammm....tahunyaa siksaa akuuu.... aaahhh...aaahh...."
Selama mereka bersenggama di kamar, Lasri terus menjelekkan mas Jaka suaminya sembari mendesah mendapat kenikmatan dari Pak Dulah.
(beberapa saat kemudian) "Aaaahhh....aaaahhhhh....Pakkk Srii keluarrrrr.... !!!
"Dek Lasri keluarnya banyak sekaliii... pasti sudah lama gak dientot sampe keluar banyak gini kan....." ucap Pak Dulah.
Hujan pun sudah berhenti dan matahari siang kembali bersinar. Puas melepas rindu dan cinta, Pak Dulah keluar dari rumah Lasri tanpa perhatian padaku. Kutunggu Lasri membenahi diri setelah memperoleh kenikmatan tiada tara yang selama ini tidak pernah lagi dirasakan dari suaminya. Sebagai teman Lasri aku turut berbahagia karena kebutuhan batinnya telah terpenuhi.
Sepanjang hari sampai sore Lasri tidak memakai jilbabnya. Tampak memang kecantikan Lasri dengan rambut panjangnya yang terurai. Bukan berarti dia tidak cantik mengenakan jilbab, hanya saja ini pertama sekali aku melihat penampilan Lasri tanpa jilbab. Dia tampak banyak senyum dan ceria sejak persetubuhannya dengan Pak Dulah. Menurutku, emosi yang terpendam menekan hatinya selama ini telah dilepaskan oleh Pak Dulah.
Setelah cerita panjang dengan Lasri, aku baru tahu kalau Pak Dulah adalah teman baik ayahnya. Sejak dulu Lasri sudah mengenal Pak Dulah karena Pak Dulah sering datang kerumah ayahnya untuk ngobrol. Sebelum ayahnya meninggal, ayahnya sempat berpesan pada Pak Dulah agar memperhatian dan menjaga Lasri. Itu sebabnya Pak Dulah sengaja tinggal bertetangga dengan Lasri agar tetap dapat terpantau.
Dulu Lasri sangat menyayangi ayahnya, begitu pula sebaliknya. Ibu Lasri sudah lama meninggal. Lasri dibesarkan sendiri oleh ayahnya. Tidak disangka, Lasri jatuh dalam pelukkan teman ayahnya sendiri. Kasus Lasri sebenarnya mirip denganku. Mungkin persamaan masa lalu kami membuat kami cocok dan saling memahami. Kami sama-sama kehilangan figur ayah, Namun bedanya, ayah Lasri menyayanginya, sedangkan ayahku tidak pernah memberi perhatian.
Lasri mengaku, tadi pagi bukan pertama sekali dia bersetubuh dengan Pak Dulah. Sejak Pak Dulah memiliki istri, mereka sudah tidak pernah berhubungan demi keutuhan keluarga masing-masing. Lagipula Mas Jaka orangnya juga cemburuan dan Pak Dulah sudah punya dua istri. Tapi sejak ekonomi Pak Dulah bangkrut lalu ditinggal pergi istri keduanya dan istri pertamanya meninggal dunia, Lasri diam-diam kembali menjalin hubungan karena kasihan dengan kehidupan Pak Dulah yang kesepian. Setelah sekian lama diam-diam saling rindu, tadi pagi hubungan persetubuhan kembali dimulai.
Sembari Lasri curhat akan jeritan hatinya, dia terus menghujat kejelekan mas Jaka agar aku setuju dengan apa katanya dan berada dipihaknya. Kuakui Pak Dulah memang sangat berpengalaman dalam memanjakan dan memuaskan wanita, setelah beberapa kali aku bersetubuh dengannya. Cara bercinta Pak Dulah dan Mas Jaka memang berbeda. Namun aku yakin bukan berarti mas Jaka seburuk yang dikatakan Lasri maupun Pak Dulah. Batinku merasa ada sesuatu yang keliru dengan tuduhan Lasri terhadap mas Jaka suaminya sendiri. Kekeliruan apa itu ?! Aku sendiri belum tahu pasti, namun nuraniku berkata bahwa ini sebuah kesalahan.
Sore hari menjelang malam, mas Jaka pun tiba di rumah bersama kedua anak mereka yang sudah remaja. Kamipun menyudahi pembicaraan kami agar tidak kedengaran mas Jaka. Lasri dengan wajah tanpa dosa berpura-pura menyambut kepulangan suaminya yang tampak kusam setelah seharian bekerja. Akupun hendak mohon pamit dari antara mereka. Namun Lasri mengundangku makan malam bersama di rumahnya begitupula mas Jaka turut mengajakku. Dengan senang hati kuterima jamuan makan malam itu.
Kami semua duduk di atas meja makan, disusul mas Jaka dengan handuk tergantung di lehernya dan rambut basah karena baru selesai mandi. Selama kami makan tampaknya suasana agak kaku, tidak ada canda tawa. Kedua anak remajanya sibuk bermain hape sambil makan. Lasri sibuk menyuapi anak bungsunya, sedangkan mas Jaka sibuk makan sesekali melirik ke arahku. Beberapa kami bertemu pandang namun aku hanya melemparkan senyum simpul padanya sambil menikmati makan malamku.
Merasa diri sebagai pengganggu di tengah keluarga Lasri, maka kupastikan segera aku meninggalkan rumah Lasri.
Sesampai di rumah, Pak Dulah bersiap hendak pergi keluar.
"Bapak mau kemana....? tanyaku
"Bukan urusan lu neng....." jawabnya ketus.
"Jadi bapak masih marah saja aku.....?? tanyaku to the point.
"Tidak... bapak gak marah...." jawabnya singkat.
"Terus... kalau gak marah kenapa bapak menjawab aku kayak orang lagi marah begitu...?
"Bapak memang gak marah... tapi bapak sudah gak peduli sama eneng lagi.... terserah neng mau tinggal di sini atau pergi... itu urusanmu... kalaupun bapak mau kemanapun kamu gak usah banyak nanya... apa pedulimu neng...." tegasnya.
"Baik...kalau bapak sudah berkata begitu besok pagi aku segera pergi dari rumah bapak....!!! tegasku.
"Terserah kamu neng.... bapak sudah mau berangkat..." ucap Pak Dulah lalu pergi mengendarai sepeda motornya.
Ternyata Pak Dulah itu orangnya pendendam. Dia masih menyimpan kekesalannya padaku. Aku merasa malu tinggal di rumah ini. Jangan-jangan Pak Dulah pergi dari rumah karena ada aku di sini. Ingin rasanya aku pulang ke rumahku namun aku gak bisa kemana-mana. Jarak dari sini kerumah ku terlalu jauh. Aku pengen menghubungi Elena atau Asen, namun aku sudah kehabisan kuota maupun pulsa. Sekarang sudah malam, di daerah dekat sini tidak ada kios yang jual pulsa. Besok pagi aku akan pergi beli pulsa.
Waktu semakin malam. Jam dinding menunjukkan hampir pukul 11. Dalam kesendirian ini, diriku merasa aku telah diusir Pak Dulah dari rumah ini. Sungguh tidak tahu diri kalau aku tidur dalam kamar Pak Dulah. Aku cuma tamu dan selayaknya tidur hanya di lantai ruang tamu. Akupun mengenakan pakaian gaun kerja milikku sendiri yang kukenakan saat pertama sekali tiba di sini. Kukembalikan semua pakaian tidur daster milik mantan istri Pak Dulah.
Saat ini, aku benar-benar gak bisa beristirahat dengan nyaman apalagi tidur dengan gaun kerja. Dan seumur hidup aku tidak pernah tidur di atas permukaan lantai yang keras dan pemukaan lantai sangat dingin. Seharian ini langit tampak mendung, hembusan angin cukup kuat masuk ke rumah melalui cela maupun jendela. Sungguh kegelisahan yang kurasakan, tubuhku berbaring berputar sana sini. Rasa dingin ini membuatku ingin pipis. Males rasanya aku menggunakan toilet kampung yang kotor dan bau.
Aku terpaksa menuju ke toilet kampung yang letaknya agak jauh di luar rumah melewati pintu belakang. Lega rasanya melepaskan air seni yang sudah kutahan selama berjam-jam.
Keluar dari toilet kampung, sekilas kualihkan pandanganku ke arah ladang. Lampu pijar lumbung sayur dalam keadaan hidup di tengah kegelapan menarik perhatianku. Timbul dalam niatku ingin menuju ke lumbung itu karena merasa telah diusir Pak Dulah dari rumahnya. Kuberanikan diri melangkah dalam kegelapan menuju ke lumbung. Kudorong pintunya lalu masuk ke dalam, ternyata di sana ada Mas Jaka yang sedang bekerja.
"Eh, mas....?! Sorry mengganggu..." sahutku tersentak saat Mas Jaka juga kaget melihat kedatanganku.
"Ncik Alinggg.... tumben malam gini mampir ke lumbung..."
"Mas sudah biasa kerja malam...."
"Lasri koq gak bantuin...?
"Dia mah udah tidur nyenyak di kamar.... mana kuat dia bantu sampai jam segini...." ucap Mas Jaka sambil sibuk melanjutkan kerjaannya.
Malam itu mas Jaka yang telanjang dada dan mengenakan celana ponggol, sedang merapikan satu per satu semua keranjang sayur. Keringatnya bercucuran akibat mengangkat keranjang penuh sayur yang berat itu. Kuperhatian mas Jaka yang sedang bekerja keras memberiku kesan kalau mas Jaka ini sangat keliatan maskulin. Baru kusadari kalau ternyata tubuh mas Jaka cukup berbentuk. Bagian perutnya sedikit menunjukkan bidang sixpack. Kulitnya agak hitam karena sering terpapar sinar matahari saat bekerja di ladang. Sepintas aku menilai bahwa mas Jaka adalah seorang pria pekerja keras.
Tanpa sadar aku berpangku tangan dan melamun memperhatikan mas Jaka yang tengah bekerja, dan baru kusadari dia juga mencuri-curi pandang padaku. Jadinya aku tersenyum sendiri, rasanya aku menjadi malu saat dipandangi mas Jaka. Dia menerawang bentuk tubuhku dari kepala sampai ke kaki. Memang gaun kerja yang kukenakan model pas di badan sehingga memperlihatkan lekuk bentuk tubuhku.
"Cik Alinggg... kamu cantik sekali malam ini.... bikin mas gak tahan nih...."ucap Mas Jaka mendekatiku. Memang menurutku mas Jaka orangnya sangat terus terang. Dia tidak bisa menyembunyikan nafsunya. Dari perkataannya saja aku langsung tahu kalau dia ingin menyetubuhiku.
"Gak tahan mau apa mas...? tanyaku menggodanya.
"Apalagi Ling kalau bukan ngentot... hehehehe....." jawabnya mesum. Aku sudah tidak terkejut dengan ucapan Mas Jaka yang kasar dan sikapnya yang mudah terbawa nafsu. Tapi aku masih yakin kalau aku bisa mengendalikan dirinya. Mas Jaka melangkah pelan mendekatiku dengan senyum mesumnya bagai serigala mengincar mendekati mangsanya. Anehnya aku bukannya takut, tetapi justru memancing rasa penasaranku terhadap lelaki kampung yang ingin menghampiriku
Sewaktu tubuhnya mendekat ingin memelukku, kutahan dan sedikit kudorong dadanya. Dadanya basah bercucur keringat dan tercium bau yang kurang sedap sedikit menurunkan gairahku. Mesti begitu, aku sudah tidak bisa lari dari situasi ini. Kuputuskan untuk meladeni kemauan mas Jaka.
"Tunggu massss...." Aku jongkok dihadapannya lalu menurunkan celananya. Ternyata mas Jaka tidak mengenakan celana dalam. Ku keluarkan penisnya yang ternyata cukup panjang meskipun belum ereksi penuh.
Mas Jaka terdiam pasif memperhatikan apa yang akan kuperbuat terhadap batang kemaluannya. Kugenggam batang kejantanannya yang bulunya tidak terlalu lebat. Kudekatkan dimulutku, tercium sedikit bau pesing. Sempat aku terpaku ragu antara melanjutkan atau menghentikan. Namun Mas Jaka mendekatkan penisnya ke wajahku membuatku tidak punya pilihan selain melanjutkan.
Kujilati penisnya dari pangkal ke ujung kepala. Rasanya sedikit asin yang kuyakin aku telah menjilati bekas kencingnya. Rasanya menjijikkan sekali, aku tidak bisa berhenti sampai di sini. Penis sunat Mas Jaka semakin dijilat semakin memanjang dan mengeras. Sempat aku kaget menyaksikan ukurannya, ternyata panjang sekali dan kepala juga besar. Ternyata penis hitam ini yang dua hari terakhir ini masuk kedalam vaginaku. Tidak heran rasanya perih ketika Mas Jaka memaksa penisnya menusuk ke dalam lubang vaginaku.
"Srrruuuupppp....srrrruuuuupppp.....hmmmmm...hmmmmmm....."
"Aaaahhhh....enak cikkk....teruskan.......aaahhhh..... ternyata betina cina jago soal isap kontolll....." Ucapannya meskipun kasar justru membangkitkan semangatku untuk meneruskan permainan mulutku.
"Srrrrruuuuppp ..... aaaahhhh......ssrrruuuuppp.... aaaahhhh..." teringat sekilas kuisap penis Mas Jaka bagai mengisap es lilin rasa coklat yang sering kubeli sewaktu masih kanak-kanak. Sekarang aku sudah dewasa yang kuisap kontol lelaki kampung yang juga berwarna coklat. Dalam hati aku menertawakan diriku sendiri.
Kuisap penis Mas Jaka sambil sesekali melirik ke atas untuk melihat wajahnya. Dari atas Mas Jaka sedang mengintip belahan payudaraku yang membusung ke depan.
"Linggg... kenapa malam ini lu pake beha...? kemaren-kemaren lu gak pake...?? tanyanya. Kuakhir sepongan penisnya lalu berdiri berhadapan dengannya, namun jemariku masih di bawah mengelus-gelus penisnya.
"Kan gak masalah kalau aku pake beha... mas boleh lepaskan beha aku kalau mas mau...." ucapku lembut mengodanya.
Kubalikkan tubuhku dan menghentakkan kepalaku kesamping agar rambutku tersibak kelihatan leherku lalu berkata, " turunkan relsleting gaunku mas.... terus lepaskan beha ku...." tambahku semakin nakal.
"Hehehe...dasar keturunan pelacur lu cikkk...!!!" ucapnya serentak dengan tangannya menurunkan relsleting dari atas sampai kebawah. Jariku mengeser kedua tali tipis penyangga gaunku maka gaun kerjaku terjatuh bebas ke lantai. Mas Jaka pun membantuku melepaskan pengait bra ku dari belakang lalu kusambut bra yang terlepas dari depanku.
Dengan cepat sepasang telapak tangan meluncur dari belakang langsung mencengkram kedua bukit kembarku yang mulus.
"Tetak lu kenyal ncikk... mas suka tetek buatan cina gini... putih mulus... putingnya masih belum kemerahan....hehehee....." kyottt...kyottttt...." kuat sekali telapak tangan mas Jaka yang kasar meremas-remas payudaraku.
"Aaaduuhh masss... jangan kasar dongggg.... pijatnya yang lembut kenapa sihhh...?? aku merengek pada mas Jaka.
"Gak enak cikk kalau pelan.... gak puasss...." alasannya.
"Aaaaahhh...tapi sakittt masss kalau kasar gituuu....aaaahhhh...ssshhhh...."
"Sakit tapi enakk bukann... itu putingnya udah keras...kitikkk...kitikkk....hehehe..." mas Jaka mengerjai payudaraku. Dari belakang mas Jaka mencumbui leher dan telingaku, salah satu area yang sangat memancing birahiku.
Sungguh gairahku telah dibangkitkan Mas jaka. Kedua tanganku menyentuh kedua punggung tangan mas Jaka, mengikuti gerakan kedua tangannya yang asyik meremas payudaraku.
Kurasakan sesuatu yang keras menyentuh bokongku. Kulepaskan tanganku dari punggung tangannya menggejar penisnya. Ohh, penis yang keras dan panjang, jerit batinku saat jemariku menyentuh kejantanan mas Jaka.
Kuturunkan sendiri celana dalamku dan mas Jaka membiarkan ku menunduk untuk melepas celana dalamku.
"Mana memek lu... mas mau lihat isinya...."
Aku naik di lapak panggung kayu, membaringkan diri sambil melebarkan selangkanganku. Muncul kepala mas Jaka diantara kedua pahaku.
"Aaaaaahhh geli banget masss..." jarinya mencolek isi dalam vaginaku.
"Memek cina memang tiada duanya....selalu mas rindukan yang memek kemerahan begini...."
"Apa?! Dirindukan ..?! Emangnya dulu sering main sama cewe cina mas....?? tanyaku penasaran
"Hehehe...itu rahasia mas... lu gak bole tahu..."
"Koq gak bole tahu sihh...? kalo gitu aku jadi pengen pulang saja.... huh..." aku ngambek padanya.
"Oh jangan gitu dong...lu sikit-sikit main sakit hati... mirip sama istri mas.... bikin kesal mas saja....!!!
"Makanya jangan pake rahasia segala dong... aku aja udah buka semua sama mas... koq mas malah rahasiaan ma aku...hmmm...." ucapku memancing dia mengatakan yang sesungguhnya.
"Ok mas kasi tahu dah...tapi jangan bilang siapa-siapa... bisa-bisa mas kena tangkap sama polisi..." bisiknya.
"Apa sih... koq bisa hubungannya sama polisi...? diriku makin penasaran.
"Mas dulu tahun 98 itu pernah ikut menjarah rumah dan toko milik orang cina.... betina-betinanya mas perkosa sampai mereka jerit minta ampun... sejak itu mas baru rasain yang namanya memek cina... ternyata enak rasanya.... setelah semua sudah berlalu mas udah gak pernah ngerasain memek cina lagi... makanya mas merindukan masa-masa ngentot sama cewek cina... gitu cikkk..." jelas Mas Jaka.
"Masa mas berani sekali sendirian main perkosa aja....?? tanyaku.
"Gak sendiri dong cikk... waktu ini kami dari kampung ini berangkat ke kota sama kawan-kawan preman di pasar kampung cicik itu.... ada namanya Pak Imron yang sekarang ketua preman kita, ada juga bang Ucok waktu itu masih anak baru....sama anggota-anggota lainnya... sejak itu kami sembunyi di kampung sekitar sini sampai hari ini gak pernah tertangkap polisi.... mungkin cici gak kenal sama preman-preman itu...." jelas mas Jaka.
"Hah... siapa bilang aku gak kenal... aku kenal koq Pak Imron dan bang Ucok... oh ternyata kalian...?! aku kaget ternyata mereka saling kenal.
"Apa?! Cici kenal sama mereka...?? Kenal dari mana...?? mas Jaka kaget
"Kenal dong... dulu anaknya Pak Imron si Didit pernah kerja di toko kelontong aku... sekarang anaknya jadi pacar putriku... kalau bang Ucok itu aku kenal waktu aku belanja ke pasar...." jelasku.
"Jadi cici kenal mereka... cici gak diapa-apain sama mereka...?
"Diapa-apain apa maksudnya mas....?
"Preman-preman pasar itu paling demen sama cewe cina kayak lu begini... dulu udah berapa banyak ncik-ncik sama amoy-amoy diperkosa sama mereka..." jelasnya.
"Oh sama aku mereka mana berani... huh..?! terpaksa aku berbohong demi menjaga harga diriku.
"Bodoh kali mereka... kalo mereka gak berani... mas sih berani....hehehe..."
"Aaarrrgghh...gellliii masss.....aaaarrrhh....!!! Mas Jaka menjilati bibir vaginaku.
"Sssssshhhh.....sssshhh...aaaahh.....aaahhhhh....." lidahnya bergerak-gerak dalam lubangku.
"Aaaaahhh...yaaaahhhh di situ masss...aaaaahhhh...." sungguh nikmat, ujung lidahnya menyentuh klitorisku. Kedua tanganku memegang kepalanya agar sensasi ini jangan berhenti dalam selangkanganku.
"Massss....aku gak tahannn lagiii.....mo keluarrrr....aaaaahhh.....aaahhh......" mas Jaka berhasil membuatku orgasme dengan permainan lidahnya.
"Sialan lu cikk... banjir memek luuu.... asinnn....!!! area mulut dan pipi Mas Jaka belepotan cairan kemaluanku. Mas Jaka duduk di sampingku mengusap wajahnya yang basah.
"Ahhh...Maaaf massss... aku geli banget gak kuat nahan masss...aaahhh..."
"Hahaha..***k usah maaf segala....mas udah tahu kalo memek cina itu bentar aja udah muncrat... mas sengaja... dulu udah berapa banyak kami bikin cewe-cewe cina yang kami perkosa sampe muncrat banyak begini..." ucapnya bangga.
"Dasar nakal kalian mas.... awas kami balas baru tahu rasa kalian...." akupun bangkit lalu naik keatas paha mas Jaka. Tanganku mencari kejantanannya dan tanpa kesulitan lagi penisnya melasak ke dalam lubang kelaminku yang sudah basah. "Aaaahhh... besar juga punya mas....uuuhh...." aku bernafas panjang menyambut kelaminnya memenuhi rongga vaginaku.
"Jadi ini yang lu maksud dengan pembalasan....?? tantang mas Jaka.
"Mas..!!! Bukan cuma kalian yang punya nafsu... wanita juga punya...!!! tegasku lalu mengoyangkan pinggulku.
"Aaaaahhh....wanita cina kayak lu begini nafsunya memang besar.... paling jago ngentot....uuuhhh....anjinggg enak kali...."
"Diam lu mas.... rasain pembalasan wanita cina......hmmmm....hhhmmmm.....ssshhh...!! aku bergoyang diatas pangkuan mas Jaka.
"Isap nenenku masss.... hmmmm....hmmm...isappp masss...."bisikku pelan.
Sementara aku bergoyang makin hebat, wajah mas Jaka terbenam diantara kedua bukit kembarku. Kutopang kedua payudaraku dan kuarahkan ke mulut mas Jaka secara bergantian. Wajah Mas Jaka tampak seperti lelaki bodoh yang mengejar payudaraku. Kesal kuperlakukan begitu, mas Jaka melepaskan menarik tanganku agar lepas dari payudaraku, gantian kedua tangannya yang mencengkram kedua payudaraku dengan kuat.
"Aaaaarrrggghhhh....sakitttt...." aku mengerang kesakitan.
"Apa lu sakittt ncikkk...??? tanya mas Jaka.
"Nenenku sakittt mas.... pelan pelan remasnya massss....aaaaarrrgghhh.....!!!
Mas Jaka memang susah dibilangi. Orangnya memang keras kepala apalagi kalau sudah dikuasai nafsu. Aku terus bergoyang diatas pangkuan mas Jaka lalu kudorong tubuhnya hingga berbaring ke panggung kayu.
Tubuhku semakin bergoyang kencang sedangkan mas Jaka hanya memperhatikan betapa binalnya diriku yang berguncang-guncang meraih kenikmatan darinya. Sungguh ini nikmat sekali dan akhirnya lagi -lagi aku meraih klimaksku yang kedua dari suami Lasri. Maafin aku Lasri sudah meneguk kenikmatan ini dari suamimu.
Tanpa memberiku jeda beristirahat, Mas Jaka membalikkan tubuhku ke lapak panggung. Kakiku diangkatnya lalu diletakkan dibahunya. Penisnya langsung menerobos ke dalam vaginaku. Dengan kecepatan tinggi Mas Jaka memompa tubuhku. "Aaaaahhh.....aaaahhhh....!!! Tengah malam di dalam lumbung, suara kami bersahutan dalam desahan.
"GROOOOAAAAARRRRR!
Tiba-tiba suara guntur menggelegar memecah desahan kami. Tidak lama setelahnya, hujan deraspun menguyur.
"Terusin masss... jangannn berhentiii....aaaahhh...aaaahhh.....terussss....!!!
Suara hujan deras memenuhi dalam lumbung, desahan kamipun berlomba-lomba kian makin kuat tidak mau kalah dengan suara hujan. Aaaaahhh....aaaahhh.... !!! Gimanapun juga suara kami tidak mampu mengimbangi suara deras hujan yang menutupi suara desahan kami. Meskipun begitu, hujan tidak mampu menyurutkan birahi Mas Jaka maupun diriku untuk mengapai puncak kenikmatan sedang kami usahakan bersama. Goyangan mas Jaka seakan mengejar tempo suara hujan yang juga semakin lebat. Suhu dingin menjadi tidak terasa akibat terbakar oleh birahi kami sendiri.
Kutatap wajah Mas Jaka yang sudah terbakar nafsu membara. Genjotannya padaku samakin keras dan kasar. Hantakkan penetrasinya membuat seluruh tubuhku bergoncang. Anehnya, dalam suasana hujan begini aku menikmati persetubuhan dengan mas Jaka meskipun cara bersetubuhnya amat kasar. Naluriku berkata beginilah seharusnya lelaki.
Lasri istrinya telah salah menilai suaminya. Dia terlalu naif kalau berkata suaminya egois. Cara pandangnya terhadap seorang lelaki masih sempit. Menurutku Mas Jaka seorang lelaki normal yang butuh tempat untuk menyalurkan birahinya. Tidak heran jika istrinya tidak sanggup meladeni, emosi lelaki akan menjadi tidak stabil dan mudah terbawa amarah. Kasar itu adalah wujud keperkasaan seorang lelaki.
Lasri... lasri... kamu terlalu lemah untuk melayani keperkasaan suamimu, kataku dalam batin. Aku sedang merasakan betapa perkasanya suamimu. Kejantanannya amat tangguh sedang bercocok tanam dalam vaginaku. Aku berbeda dengan mu Sri, aku kini menyukai cara bercinta suamimu. Maafin aku Sri...malam ini dia milikku.
"Aaaaahhh...aaahhh.... terima peju mas ini cikkk....aaarrrgghhh...!!!! terasa dalam rongga vaginaku ada sesuatu yang hangat dari dalam sampai banjir keluar.
"Ihhh massss... banyak benar keluarnyaaa.....!!! terkejut kulihat spermanya yang putih berlumuran di selangkanganku.
"Aaaaahhh iyaaaa ncikkk....sudah lama Mas gak ngentot sampai sepuas ini...aaahhh...aaaahhh...."
"Aaahh masss....kemaren kan mas main sama aku di ruang makan Pak Dulah....?!
"Betul cik Linggg... tapi malam ini lu beda sama yang kemaren malam... mas jauh lebih puas malam ini... yang ini lu bener-benar liar kayak wanita jalang....."
"Mas baru ngerasain bukan pembalasan wanita cina...." ledekku.
"Nikmattt balasannya.... puas kali kontol mas ini....enak kalau punya istri kayak lu begini.. tiap malam mas entot sampe puas...." pujinya melebarkan tangannya hendak memelukku.
"Maaap yaaa...aku udah bersuami...." balasku sombong, kusandarkan diriku dalam dekapannya.
"Sialan... beruntung kali suami lu itu.... bisa ngentot puas tiap malam...."
"Maunya gitu... tapi suamiku lebih sering keluar kota...jujur sih kalaupun hubungan seks masih kalah jauh sama keperkasaan mas.... "
"Payahhh laki cina kalau gitu... kalah sama laki pribumi....hahahaha...." ledek mas Jaka
"Memang iya koq.... hahahaha...." balasku dan kami berdua tertawa bareng. Di luar masih hujan namun tidak sederas tadi. Karena kami sudah selesai bercinta, tubuhku menjadi terasa dingin karena hembusan angin masuk sampai ke dalam lumbung. Kami saling memeluk erat untuk saling menghangatkan tubuh kami.
Sempat kami terdiam kehabisan topik, kemudian mas Jaka tertidur dan mendengkur. Tampak dia sudah kelelahan bekerja mengurus lumbung dan memuaskan birahiku. Mas Jaka ini sebenarnya lelaki yang kuat dalam bekerja maupun memuaskan wanita. Semoga Lasri bisa melihat sisi positif dari suaminya.
......
"Ncikk Aling....ncikkk....!!! suara mas Jaka memanggilku ketika sedang tidur. Aku terbangun dan kulihat di luar masih gelap. Kulihat pula mas Jaka sudah berpakaian lengkap.
"Ncik... sekarang masih subuh....mas sudah mau berangkat ke pasar... lu cepat pulang ke rumah Pak Dulah sebelum matahari terbit...." kata mas Jaka. Teringat semalam Pak Dulah sudah berniat dalam hati ingin mengusirku. Aku tidak ingin lagi kembali ke rumahnya.
"Aku ikut mas saja ke pasar... tolong sekalian antar aku pulang ke rumah...." pintaku dan disanggupi oleh Mas Jaka.
Selama perjalanan kamipun ngobrol dan semakin akrab.
"Makasih ya... akhirnya semalam aku bisa tidur nyenyak..." ucap mas Jaka.
"Selama ini mas gak pernah tidur nyenyak....?? tanyaku.
"Mas jarang bisa tidur nyenyak... makanya mas lebih suka kerja malam....tidur sebentar langsung berangkat ke pasar...." jelasnya.
"Kasihan banget mas ini.... itu gara-gara mas jarang main sih sama mbak Lasri...."
"Habis gimana...?! Lasri jarang mau diajak ngentot... kalaupun mas paksa, dia mainnya juga terpaksa... mas gak bisa puas kayak semalam...."
"Kalo gitu nambah istri dong...." saranku.
"Parahnya si Sri gak setuju mas nikah lagi... kalau mas dikasi nikah lagi mas mau nikahi cewek cina kalau elu Linggg...." ucapnya yakin.
"Kayak aku...?! Kenapa harus kayak aku...?!
"Soalnya lu kan keturunan cina... kalau wanita cina itu gampang diajak ngentot....memeknya juga enak poll....buktinya semalam mas puas pokoknya..."
"Hmmm... abissss.... burung mas ini yang besar bangett.... hehehee...." kugangguin mas Jaka yang sedang mengendari mobil truk. Kuusap kemaluannya yang masih tertutup celananya.
"Ini yang mas suka dari wanita cina Linggg... betul-betul kayak pelacur....hehehehe...." ledeknya.
"Ihhh... nakal banget burungnya... cepat banget bangunnya....!!! tanganku merasakan penis Mas Jaka mengembang dan mengeras di balik celananya.
"Kontol pribumi ya gitu ncikkk.... paling doyan ngentot sama yang cewek bening-bening kalau lu....lu suka bukan sama kontol pribumi...."
"Ngak tuhh....biasa aja.....huh...." balasku.
"Gak suka kenapa celana mas lu buka cikkk....? sindirnya saat kubuka celana Mas Jaka dan kukeluarkan penisnya dari celana dalamnya.
"Pintar banget lu isap kontoll....aaaahhhh.....terusssin Linggg....aaaaahhhh.....!!! kujilati dan kuisap penis hitam Mas Jaka yang sudah keras. Pagi ini penis Mas Jaka tidak bau kayak semalam, ini pasti dia tadi pagi sudah mandi sebelum membangunkan aku.
"skrrrt....!!! mobil yang dikendarai mas Jaka tiba-tiba ngerem mendadak dan melaju lagi.
"Hati-hati mas... lihat jalan, jangan lihat aku..." tegasku.
"Gak bisa cikkkk... mulut cik Aling enak sekaliiii.....aaaahhh...mas gak bisa fokus...." ucap Mas Jaka.
Tidak seberapa lama, mas Jaka menghentikan mobilnya. Dan aku teruskan saja permainan mulutku pada batangnya yang panjang. Tangan Mas Jaka berpindah tadinya memegang setir menjadi memegang kepalaku. Tangannya mengerakkan kepalaku agar penisnya keluar masuk mulutku. Tapi tiba-tiba mas Jaka menghentikanku.
"Ling cepat bukan celana lu... mas sudah gak tahan....!! perintahnya.
"Mas... di sini sempit mas... di luar aja gimana....? tawarku. Perjalanan kami tiba sampai di hutan sawit. Langit belum terlalu terang karena matahari belum sepenuhnya terbit. Jalanan pun masih sepi.
Mobil truk mas Jaka berhenti di tepi jalan hutan. Saat kuturun, kulihat disebelahnya ada sebuah pohon sawit. Sementara mas jaka turun dari sisi yang lain, kutunggu mas Jaka datang padaku jalan memutar dari bagian depan mobil.
"Mas...masukin nya di sini saja tapi dari belakang ya...." kedua tanganku memegang pohon sawit itu dan pantatku kununggingkan ke arah mas Jaka. Di sini pasti gak akan kelihatan siapapun yang lewat karena dihalangi truk.
"Dasar pelacur lu Linggg...baru kali ini mas lihat wanita cina seliar ini..." ucapnya. Rok ku disingkapkan ke punggungku dan celana dalamku diturunkannya. Dengan bergegas Mas Jaka membuka celananya.
"Mas masukin ke lubang bool lu yaaaa...." ucap mas Jaka dan aku menggangguk setuju.
Detik detik penis Mas Jaka menembus lubang anusku rasanya perih hingga aku mendesis. "Sssssshhh...aaaaahhhh....!!!
"Sempittttt kali lobanggg pantat lu cikkk.... jepittt banget....aaahhh...aaahhh....!!! ucap mas Jaka.
"Sakittt masssss...aaaahhh....aaaahhhh.....!!! penisnya mengesek lubang anusku. Kedengaran suara "Plokkk...ploookk....plokkk...." tubuhku disentak dengan keras dari belakang.
"Plakkkk...!!! Dasar wanita cina jalang....!! Plakkk....!!! Pantatku ditepuk beberapa kali oleh telapak tangannya dan rambutku yang panjang ditarik ke belakang.
"Aduuuhhh massss...!!! Aduhhh...!! Sssssshhhh.....aaaaaahhh..." Siksaan ini justru membangkitkan birahiku. Bisa dibilang ini pertama sekali aku merasakan sensasi bercinta di luar atap rumah. Sungguh ini pengalaman yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
"Masssss.... massss..... !!! Tunggu bentar...." kuhentikan sodokan mas Jaka.
"Ada apa ?! Nanggung ini Ling...!! Mas Jaka agak kesal. Kuberbalik tubuhku berhadapan dengannya.
"Masukin ke memek aku dong Maass... cepetannn...!! desakku sambil mengelus selangkanganku.
Mas Jaka merapatkan aku bersandar di pohon sawit. Diangkatnya salah satu kakiku tinggi-tinggi. Kedua tanganku merangkul kepalanya. Aaaaaaahhh....!! Masuk, penis mas Jaka yang panjang itu sudah masuk ke dalam lubangku. Lalu tangannya yang satu lagi mengangkat kakiku yang lain. Lalu kedua tangannya mengendong tubuhku, aku duduk di lengan mas yang menopang beban badanku. Karena aku masih takut jatuh, kedua kakiku melingkari pinggangnya.
"Aaaaaahh...aaaaahhh...enakkkk massss.... aaaahhh....!!! kurasakan penisnya mengosok vaginaku langsung dengan tempo yang amat kencang walaupun tidak terjangkau pandanganku.
Tubuhku berguncang hebat rasanya seperti mau jatuh. Tanganku sempat lepas dari kepala Mas Jaka dan telapak tanganku dengan cepat menahan di pohon sawit yang di balakangku. Kedua tanganku memegang pohon sawit dan kakiku melingkar di pinggang mas Jaka yang sedang memberiku penetrasi. Pantatku sampai kuangkat-angkat agar penisnya lebih dalam menerobos vaginaku.
"Linggggg.... massss keluarinnn di dalammm yaaaa....aahhgghh....aaaghhh...!!!
"Aaaahhh...yyaaaaa massss......yaaaaaahhh...aaaahh...aaaahhh....." aku sudah diambang klimaks. Tanganku berusaha meraih leher Mas Jaka dan "Aaaaaahhhh..masssss...aaaahhhh...!!! Kupeluk erat mas Jaka sambil menjambak rambutnya di susul mas Jaka yang ejakulasi dalam rahimku. Mas Jaka lemas dan menjatuhkan dirinya ke tanah dan tubuhku menimpa di atasnya. Nafas kami berdua tersengal-sengal mencapai puncak kepuasan yang dahsyat di bawah pohon sawit.
"Awas baju mas jadi kotor looo...." kataku.
"Biarin saja... yang penting mas puas genjot lu..."balasnya puas.
Setelah kondisi kami sudah stabil, kami dengan bergegas membenarkan posisi pakaian kami dan melanjutkan perjalanan ke pasar. Kebetulan hari ini hari minggu, menurut Mas Jaka biasanya di hari Minggu banyak pembeli yang berdatangan dari kampung-kampung tetangga. Namun aku diantar Mas Jaka pulang ke rumah sebelum dia ke pasar untuk berjualan. Tidak sabar rasanya pengen pulang ke rumahku yang jauh lebih nyaman dari rumah Pak Dulah.
Sesampai di halaman rumahku, aku hendak membuka pintu rumahku. Tapi kenapa pintu rumahku tidak terkunci. Kudorong saja pintu rumahku dan terbuka.
Hah?! Ya Ampun..?! Kenapa rumahku jadi kacau dan berantakan begini ??
Tampak di meja tamu ada sampah-sampah makanan, bekas puntung rokok dan banyak botol minuman bir. Di lantai dekat puntu masuk berhamburan sendal yang tidak ku kenal.
Apa yang terjadi semalam di rumahku
Siapa yang sedang mengacaukan rumahku ?