𝐌𝐚𝐲𝐚, 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤𝐮 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟎𝟒

 


Akan ada 2 POV dalam PART 4, POV penulis dan POV Gio. Dalam POV penulis akan diceritakan apa yang terjadi pada Maya sebenarnya pada PART 1, PART 2 dan PART 3. Sedangkan POV Gio nanti melanjutkan kisah PART 3 yang terakhir kali.

***********
[POV penulis]
***********​

Setelah Maya melakukan ‘SARAPAN SEKS’ bersama Pak Bogo dan mandi bersama suami di pagi hari. Ibu 1 anak ini bergegas mengganti pakaian untuk dipakainya hari ini. Cukup lama wanita keturunan chinese ini memilih baju, akibat ‘Sarapan Seks’ yang dilakukannya tadi, membuat dia berpikir untuk berpenampilan seseksi mungkin gara-gara Pak Bogo yang menyebutnya ‘LONTE’ dan ‘BINAL’.

Maya sebenarnya tidak rela disebut seperti itu. Namun ada sensasi aneh saat dia dipanggil ‘LONTE’, apalagi saat berperilaku binal. Nafsunya semakin memuncak gara-gara itu, ditambah dia mengatakan kalimat ‘NGENTOT’ yang baginya kampungan untuk mengekspresikan gairah seks. Maya lalu memakai sesuatu yang berbau wanita dan sebisanya sangat seksi dilihat. Pertama dia memakai tank top coklat yang dipadukan dengan celana pendek berwarna hijau tua. Ia perhatikan dirinya pada cermin.

Seksi, namun dia merasa tidak menggairahkan.

Sebelum dia berganti baju lagi, dia memotret sejenak dirinya dengan pakaian itu sebagai koleksi foto pribadinya. Dia kembali memeriksa lemari pakaiannya dan menemukan pakaian yang cocok dengan keinginannya. Tank top pink yang dipadukan dengan celana pendek berwarna putih. Ia pakai pakaian itu dan kembali bercermin.

Senyum puas terukir melihat sosok tubuhnya yang begitu aduhai dilihat. Dan dia mengingat kalau dia mempunyai kaos kaki panjang. Ia pakai kaos kaki itu dan tak lupa memakai sepatu miliknya sebagai pelengkap, lalu Maya kembali melihat hasilnya sambil duduk di atas kasur.

Wanita ini lalu berdiri, berbalik badan untuk melihat bagian belakannya lewat bantuan cermin. Dan ia kembali menghadap ke depan dan merasa puas dengan hasilnya.

Melihat dirinya seperti itu membuat Maya merasa terangsang pada dirinya. Dia membayangkan bagaimana jadinya para pria-pria desa ini melihatnya berpenampilan seperti ini. Bahkan di Kota saja penampilan ini sudah cukup nakal dan liar bagi mata para pejantan. Membayangkan itu membuat Maya menggigit bibir bagian bawahnya sendiri dan memejamkan mata. Dia membayangkan dirinya dipandang dengan tatapan nafsu oleh para pria.

Membayangkan dirinya dilecehkan.

Membayangkan dirinya digoda dengan kata-kata kotor.

Dan lebih gilanya lagi, dia membayangkan dirinya dibawa paksa ke tempat sepi dan digrepe-grepe banyak pria gara-gara penampilannya itu. Deru nafasnya memacu deras, sampai suara Gio memanggilnya cukup keras.

“Maya! Ambilkan popok, tisu sama bedak. Dimas pup!”

Mendengar itu membuat Maya sadar dari lamunannya. Maya berkata, “Iya!” dan mengambil keperluan buang air besar anaknya.

Sebelum keluar dia melihat penampilannya lagi. Dia tidak mau penampilannya yang nakal ini dilihat oleh Gio, dia tidak mau pria yang dicintainya itu akan berpikiran dengan apa yang dia imajinasikan. Maya lepas sepatu dan kaos kakinya dan segera keluar dari kamar. Suami-Istri ini pun bekerja sama mengganti popok dan celana anak semata wayang mereka yang buang air besar. Melihat Gio yang begitu ceria berinteraksi dengan Dimas membuat Maya tersenyum dengan pandangan lirih.

Dikarenakan Maya merasa bersalah telah mengkhianati suaminya.

Sebenarnya ini sudah dia rasakan saat pertama kali berhubungan badan di toilet Warung Besar milik Pak Joko. Pikirannya sudah mau menolak hal itu, namun nafsu telah mengendalikan tubuhnya, apalagi waktu itu Pak Bogo menggesek bokongnya dengan penis dan menunjukkan penisnya yang luar biasa besar dan berurat di depan Mata.

Maka terjadilah Quicky Sex bersama Pak Bogo di toilet itu.

Maya tercekat sampai berusaha menutup mulutnya dengan tangan saat penis besar itu memasuki vaginanya. Dan betapa kuat sensasinya saat ada pria lain asyik menyusu dari payudaranya selain anak dan suaminya. Nafsu Maya benar-benar tak terkendali waktu itu. Hujaman penis Pak Bogo memberikan sensasi sesak dan nikmat tiada tara bagi vaginanya.

Namun Maya ingat dia masih di masa subur, dengan suara pelan dia meminta Pak Bogo untuk jangan keluar di dalam dan dikabulkan Pak Bogo. Pria kekar itu memuncratkan sperma nya di bokong Maya, bertepatan juga dengan keluarnya ‘CAIRAN DUNIAWI’ dari vagina Maya. Maya terengah-engah waktu itu sedangkan Pak Bogo dengan santainya memakai celana sambil mengatakan sesuatu.

“Kalau adek takut hamil, bapak ada pil yang bisa mencegahnya. Nanti bapak kasih sama dek Maya.”

Pak Bogo menepuk bokong Maya dan segera keluar dari toilet. Sekeluarnya Pak Bogo dari toilet, Maya menutup mata dan terengah-engah.

“Maafin Maya, sayang, maaf, maaf,” beribu kata maaf dia ucapkan dalam hati kepada Gio atas aksinya tadi.

Maya segera bergegas sebelum suaminya curiga di luar. Namun belum sempat berbersih-bersih, dia kaget mendengar bunyi ketukan pintu.

“Maya?” ucap Gio di luar.

“Iya, sayang!” ucap Maya membalas.

“Kok lama?”

“I-Itu, mama sakit perut. Kamu tunggu saja di luar, sayang,” ucap Maya yang cepat mencari alasan masuk akal.

“Iya.” Gio mengiyakan.

Maya buru-buru membersihkan diri dan segera keluar. Dan ia lega, karena Gio sepertinya tidak menaruh curiga, karena Maya lupa mengelap bersih sperma pak Bogo di bokongnya dan berharap suaminya tidak mencium aroma khas penjantan itu.

Lalu esok harinya dia terus mengingat kejadian di toilet itu, bahkan pada tengah malam saat suami dan anaknya tidur. Maya keluar kamar dan melakukan masturbasi akibat nafsu syahwatnya memuncak seperti ini. Setelah masturbasi dan terengah-engah. Dia mengingat masa lalu yang baginya sangat kelam untuk di ingat.

Sebuah kejadian di mana dia ‘DIJUAL’ mantan pacar kepada geng motor karena hutang.

Pagi hari dia diantar dan langsung ‘DIBANTAI’ ramai-ramai sampai malam menjelang oleh 8 orang secara bergilir. Dan yang membuatnya mampu bertahan sampai selama itu adalah gara-gara OBAT PERANGSANG yang diberikan 8 orang itu sebelum Maya di ‘EKSEKUSI’. Maya tidak bisa apa-apa, dia hanya insan wanita lemah baik dari mental mau pun dari fisik. Apalagi saat dia diancam untuk tidak melaporkannya oleh 8 orang itu.

Obat perangsang itu begitu kuat. Sangat kuat!! Hingga esok hari saja Maya masih merasakan rangsangan hebat pada tubuh dan vaginanya. 5 hari reaksi obat perangsang tradisional itu baru menghilang, namun tidak dengan efeknya. Gara-gara itu Maya suka masturbasi setelah dia putus dengan mantan pacarnya dan sebelum bertemu Gio saat dia pindah sekolah.

Mengingat itu membuat Maya terlihat sedih pada dirinya sendiri. Ia kembali ke kamar dan melihat suaminya pulas tertidur. Maya berbaring di samping suaminya, memeluknya dan mencium bibir Gio dalam tidurnya.

“Maafin Maya, Gio.....maafin Maya.....” ucapnya lirih.

Esoknya Maya beraktivitas seperti biasa namun ia melihat Gio tidak seperti biasa. Gio terlihat lebih banyak diam dan seperti memikirkan sesuatu. Maya berpikir mungkin karena jauh dari rumah asli makanya Gio seperti ini. Maya lalu berpenampilan cukup seksi dan ingin menyenangkan sang suami.

Dia juga ingat ada kotoran kucing yang menusuk hidung di teras dan belum dibersihkan. Mungkin itu bisa dijadikan kesempatan baginya untuk memperlihatkan penampilannya. Namun Gio lebih fokus sama ponselnya saat Maya menemuinya di ruang tamu, sedikit kecewa maka Maya melanjutkan niatnya di luar.

Di luar tak sengaja Pak Bazam melintas dan menyapanya. Sedikit bincang- bincang terjadi dan Maya mau melakukan tugasnya. Dan saat Maya hendak membersihkan kotorannya. Melalui pantulan kaca, ia melihat Pak Bazam masih di luar pagar. Sadar akan penampilannya yang seksi, maka Maya mencoba menggodanya. Ia perlihatkan lekuk tubuh dan gayanya yang aduhai saat membersihkan kotoran kucing. Dan Maya merasakan sensasi yang aneh saat melakukan itu.

Terangsang.

Maya sangat terangsang saat melakukannya setelah sengaja mempertontonkan keseksian tubuhnya. Dan ia melihat Pak Bazam terpukau melihatnya dari pantulan kaca. Maya tersenyum puas ketika merasa berhasil membungkam seorang pria dengan keseksian tubuhnya.

Maya lalu masuk ke dalam dan hendak mandi bersama anaknya. Dan dia berpikir untuk berpenampilan seksi lagi untuk suaminya agar suaminya itu senang melihat dirinya. Usahanya berhasil, apalagi saat dia menyusui anaknya ditemani Gio. Maya sangat senang melihat suaminya tergoda dengan dirinya.

Lalu ada bunyi ketukan pintu yang menandakan akan ada orang yang datang. Gio beranjak untuk menyambut, dan Maya membawa Dimas masuk ke kamar. Keluar dari kamar maka Maya menanyakan siapa yang datang kepada suaminya dari dalam.

Gio mengatakan kalau yang datang adalah Pak Bazam dan Pak Bogo.

Maya cukup kaget, tapi sirna seketika ketika suaminya meminta Maya untuk membuatkan air minum untuk tamu mereka. Selama membuatkan air minum, Maya berpikir hendak berganti pakaian yang cukup tertutup karena ada tamu. Apalagi pakaian yang dia pakai itu sebenarnya hanya untuk ditujukan kepada suaminya. Tapi mengingat Pak Bogo, membuat vaginanya berdenyut saat memikirkan hubungan badan terlarang di Warung Besar Pak Joko dulu. Nafsunya memuncak dan dia tak peduli lagi. Maka dia membawakan minuman itu ke ruang tamu dengan penampilannya itu. Sengaja Maya duduk di samping suaminya agar suaminya tak melihat apa yang akan dia lakukan. Maya berencana memberi ‘KODE’ kepada Pak Bogo agar menggagahinya lagi dengan perilaku yang ia lakukan pada pakaiannya kala itu.

Maya benar-benar hilang akal sehatnya, yang penting ia mampu memberikan ‘KODE’ kepada Pak Bogo dan berharap Pak Bogo mengerti, di mana mereka akan melakukan hubungan badannya nanti bisa dipikirkan belakangan.

Tapi sepertinya ‘KODE’ itu tak sampai yang membuat Maya sedikit kecewa, karena Pak Bogo berniat membantu membetulkan keran air rumah mereka. Setelah Gio dan Pak Bogo ke belakang rumah. Pak Bazam nyengir dan berkata kepada Maya.

“Kenapa tadi dek? Pengen ngewe lagi ya sama Pak Bogo?”

Maya terkejut bukan main mendengar ucapan pak Bazam.

“Maksud bapak?”

“Sudah. Jangan ditutupi. Kemarin dek Maya ngewe sama Pak Bogo kan di Warung nya Pak Joko?”

“Itu...” ucap Maya yang bingung.

“Meski Pak Bogo kayak begitu, soal kejujuran, dia itu nomor 1 di desa ini,” ucap Pak Bazam untuk melanjutkan.

Maya begitu resah mendengarnya. Apalagi gelagatnya tadi bisa menjadi bukti nyata dari ucapan pak Bazam. Kepalanya menunduk dan bingung.

“Mau saya tutup mulut tidak?” ucap pak Bazam.

Maya memandang Pak Bazam dan pria tua ini tersenyum penuh arti.

“Dengar-dengar dari Pak Bogo, katanya tete dek Maya ada susunya.”

Mendengar itu membuat Maya mengerti maksudnya. Pasrah, akhirnya dia berbicara.

“Benar bapak akan diam?”

“Pegang omongan bapak.”

Maya melihat sejenak ke arah dalam, setelah itu ia memandang Pak Bazam dan membusungkan dadanya. Pak Bazam dengan penuh semangat mendekati Maya dan duduk di dekatnya. Perlahan demi perlahan tangan tua itu mendekat dan menyentuh gundukan payudara itu.

“Luar biasa,” Pak Bazam kemudian mengelus-elus, “Benar-benar bulat susunya dek Maya.”

Maya hanya berdiam diri melihat ke 2 payudara dielus dan diraba-raba seperti itu. Pak Bazam terus melakukannya dan berucap.

“Pak Bogo juga bilang, katanya pentil dek Maya warnanya merah muda ya?”

“Kenapa?” ucap Maya bertanya dengan nafas sedikit mendesah.

“Bapak pengen lihat,” Pak Bazam nyengir.

Maya melihat ke dalam sejenak. Dirasa situasi aman, dia mengarahkan tangannya ke belakang dan memasukkan tangannya ke dalam baju untuk melepaskan pengait BH-nya. Setelah itu, dengan perlahan Maya mengangkat baju bagian kanannya ke atas dada, yang di mana payudaranya masih tertutup oleh BH. Tak sabar, Pak Bazam dengan segera melorotkan BH Maya.

“Wuiiihhh!!” mata Pak Bazam melotot.

Payudara yang besar, dengan puting merah muda di kulit yang putih bersih. Siapa juga pria yang tak akan melotot takjub melihatnya. Pak Bazam kembali memegang payudara Maya yang tertampang.

“Nnngghh,” kali ini Maya sedikit mendesah karena putingnya bertemu langsung dengan kulit tangan lawan jenis.

“Mantap sekali, dek!” ke dua sisi bibir pak Bazam melebar, “Sudah cantik, putih, bersih, dan teteknya, wow! Susah bapak jabarkan dengan kata-kata!”

Maya tersipu mendengar pujian itu, karenanya, ia rela payudaranya digerayangi pria tua ini.

“Hehehe,” Pak Bazam memencet-pencet pelan puting Maya, “Udah tegang saja ini, dek.”

“Hihihi.”

“Boleh?” Pak Bazam memainkan lidahnya di depan puting Maya.

Maya hendak melihat situasi dulu, tapi dia melihat suaminya hendak kembali ke ruang tamu. Dengan segera ia menurunkan bajunya dan memandang pak Bazam.

“Suami saya!” ucap Maya dengan suara pelan.

Mendengar itu buru-buru Pak Bazam kembali ke tempatnya, kakinya sempat menyeruduk sofa yang mengakibatkan agak sedikit kegaduhan. Gio muncul dan menanyakan apa yang terjadi. Tapi Maya dengan lihainya menguasai pembicaraan dan menanyakan kenapa suaminya kembali. Ternyata Gio hendak mengambil keran cadangan yang dipinta oleh pak Bogo di belakang. Setelah kepergian Gio, Maya melihat suaminya lagi dan Pak Bazam kembali mendekati Maya.

“Gimana?” Pak Bazam juga hendak ingin melihat ke dalam.

Maya dan Pak Bazam melihat sedikit tubuh pak Bogo sedang berjongkok untuk membetulkan keran. Dan mereka melihat ujung kaki Gio dibalik didinding yang seperti mengawasi pekerjaan pak Bogo.

“Aman,” Pak Bazam tertawa ringan dan memandang Maya, “Lanjut?”

Maya tersenyum tipis. Dengan perlahan ia memajukan tubuhnya dan membusungkan dadanya. Pak Bazam yang sudah tak sabar menurunkan kerah kaos putih Maya yang lebar sehingga payudara kanannya mencuat.

“Nnggghhhhh,” Maya mendesah kecil.

Mulut pria tua ini sudah hingga di payudaranya, disapunya puting itu dengan lidah di dalam mulut yang mengulum, untuk merasakan nikmat payudara istri orang lain. Sementara Maya bergerit nafsunya. Ia terangsang hebat membiarkan pria lain menjamah payudaranya itu selain anak dan suaminya. Betapa hebat nafsu yang ia rasakan hingga menerobos getaran pada vaginanya.

“Mmmhhhh!” Maya mengulum bibirnya menahan nikmat dan geli saat Pak Bazam mulai menyedot susu pada payudaranya.

Pak Bazam juga terlihat seperti orang yang tak pernah minum susu seumur hidup. Ia hisap terus susu Maya dengan mata melotot, sampai-sampai kedua pipinya kempot.

“Wuaaah,” Pak Bazam melepaskan cucupannya.

Ia cium sejenak puting payudara Maya dan menggesek-gesekkannya dengan telapak tangan.

“Sudah lama bapak tidak minum susu dari sumbernya langsung, hehehe,” dengan ujung lidah, Pak Bazam memainkan ujung payudara Maya.

Maya hanya menahan tawa kecil dengan senyumannya. Istri Gio ini hendak menoleh ke dalam dan Pak Bazam berniat membuka kerah kiri Maya dan menghisap payudaranya.

“Suami saya!!” Maya lagi-lagi mengingatkan.

Panik, maka Pak Bazam meloncat ke belakang dan sedikit menyenggol meja yang membuat kopinya sedikit bergoyang. Sementara Maya dengan cepat menaikkan kerah bajunya agar suaminya tidak melihat dirinya baru saja menyusui pria lain.

Lalu muncul Gio dan Pak Bogo secara bersamaan, dan mengatakan kalau mereka mau pergi ke Warung besar milik Pak Joko untuk membeli keran cadangan yang baru, sekalian membayar hutang bagi Pak Bogo. Sebelum Pak Bogo keluar, dia melihat Pak Bazam yang sepertinya melakukan kode dengan raut wajahnya, yang seolah ingin mengatakan.

“Yang lama! Saya mau ngentot sama istrinya nak Gio!!”​

Pak Bogo menahan tawa dan mengiyakan saja. Pria hitam kekar ini lalu pergi bersama pemilik rumah menggunakan sepeda motor. Meninggalkan Maya dan Pak Bazam berdua di ruang tamu itu.

“Dek Maya,” ucap Pak Bazam memanggil.

Maya menoleh dan melihat Pak Bazam menggesek-gesekkan bagian selangkangannya sendiri dengan tangan kanan.

“Kenapa, Pak?” ucap Maya bertanya.

“Masa nda tau?” alis Pak Bazam naik turun.

Maya tahu maksudnya, tapi dibenaknya ia ingin terus menggoda pria tua ini.

“Emmm, apa ya, pak?” Maya merapatkan payudaranya dengan kedua lengan tangannya.

Pak Bazam yang seperti kehilangan akal sehat main buka kancing celananya sendiri dan mengeluarkan ‘PUSAKA’ dibaliknya.

“Masa masih ndak tau?” Pak Bazam nyengir sambil mengocok penisnya sendiri.

Maya hampir tertawa melihat penis milik Pak Bazam. Hampir mirip seperti milik suaminya, normal, namun yang bikin wanita keturunan chinese ini menahan ketawanya adalah betapa keriputnya penis tua itu bahkan saat menegang.

“Bapak mau pipis? Di belakang ada WC kok,” Maya tersenyum memandang penis Pak Bazam.

“Dek Maya, ingat, bapak memegang rahasiamu,” ucap Pak Bazam yang lelah dengan semua ini.

“Pak Bazam, ingat, bapak melakukan ancaman loh. Bisa aja saya laporkan sama suami, polisi, istri bapak dan warga, sekalian Maya laporin bapak sama Pak Bogo,” Maya justru balik mengancam.

“Jangan begitulah,” dan Pak Bazam malah ketakutan.

“Hihihi ngancem sih,” Maya tertawa ringan.

“Ngapain juga melapor sama suamimu dan warga, kan dek Maya sendiri yang mau dientot sama Pak Bogo dulu.”

“Karena saya tahu risikonya,” Maya tersenyum, “Palingan saya dimarahi suami, kalau warga, hm, palingan kami diusir dari desa. Sedangkan bapak yang penghuni tetap desa ini? Hayoo, malu seumur hidup loh itu. Bisa jadi ayah saya juga memecat bapak dari perusahaannya. Kan sudah selama ini bapak menjadi pengawas sawah milik ayah saya.”

“Jangan gitu dong,” Pak Bazam lagi-lagi ketakutan.

Maya lagi-lagi menahan tawanya melihat kondisi penis Pak Bazam. Akibat pembicaraan ini, penis Pak Bazam tak lagi menegang, tapi merunduk malu merindukan bulan.

“Ayo dong, dek Maya! Kris! Bapak sudah tak tahan!”

“Kris?” Maya kebingungan.

“Itu, yang biasa di film barat. Kan ada tuh ngomong Kris saat anak mudanya memohon.”

“Please, Pak. Bukan Kris,” Maya menahan tawanya lagi.

“Itu maksud bapak!!”

“Hmm,” Maya menahan tawa lagi, “Memang bapak mau apa?”

“Mau ngentot sama dek Maya!” ucap Pak Bazam tak tanggung-tanggung.

“Oh, ML?”

“ML?” sekarang Pak Bazam yang kebingungan.

“Itu tadi, entot-entot. Saya nyebutnya ML,” Maya tersenyum, karena memang itu bahasa dia untuk berhubungan badan bagi orang kota sepertinya. Karena kalau kata ‘NGENTOT’, baginya itu kata yang paling norak dan kampungan.

“Oh” Pak Bazam mengangguk, “Yaudah, yuk dek!!”

“Hmm, kasih ga ya,” Maya terus menggodanya.

Pak Bazam lalu berlutut dan merapatkan ke 2 tangannya, “Kris! Dek! Kris!!”

Sudah ke sekian kalinya Maya menahan tawa. Dari Pak Bazam masih saja salah menyebutkan kata ‘PLEASE’, sampai memohon seperti ini agar Maya mau bercinta dengannya.

Maya berpikir sejenak.

Apakah dia rela memberikan vaginanya lagi kepada orang lain?

Yang di mana totalnya sudah ada 11 jenis penis yang sudah masuk ke dalam vaginanya (mantan pacar, 8 anggota geng motor, Pak Bogo dan suaminya sendiri)

Maya berpikir ini sudah sangat terlanjur. Dia sudah bermain belakang, terlebih lagi ada ancaman kecil yang ada pada diri Pak Bazam. Setelah berpikir maka dia memandang Pak Bazam.

“Boleh.”

“Ini dia!!” Pak Bazam dengan semangat berdiri hingga celananya melorot dan mengocok penisnya lagi.

“Dengan syarat.”

“Syarat?”

“Hm,” Maya mengangkat payudara nya sehingga menonjol, “Mau gak?”

“Sebutkan!” Pak Bazam melotot memandang payudara besar Maya.

Maya menurunkan payudaranya dan berucap, “Yang pertama. Bebaskan iuran biaya keamanan rumah ini.”

“Bisa diatur!”

“Yang kedua. Kurangi 70% biaya listrik dan air di rumah ini.”

“Loh, bagaimana cara menguranginya?”

“Dengan uang bapak dong,” Maya tersenyum, “Jadi setiap suami saya menitip bayar listrik dan air rumah ini kepada bapak. Bapak ambil 30% dan ditambahkan uang bapak untuk membayar tagihannya. Sedangkan 70%-nya kembalikan sama saya.”

“Ohhhh....”

“Tidak masalah kan? Kan gaji bapak juga gede dari ayah saya,” Maya tersenyum.

Pak Bazam menggaruk kepalanya dengan tangan satunya yang masih mengocok penis.

“Ya sudah. Ndak masalah!”

Maya lalu tersenyum dan berdiri. Ia tutup pintu rumah ini dan tiba-tiba melorotkan tubuhnya sehingga pantatnya condong ke belakang. Maya menoleh ke belakang, tersenyum dan menggeal-geolkan pantatnya kepada Pak Bazam. Melihat itu membuat Pak Bazam dengan beringas memeluk Maya dari belakang. Ia gesek-gesekkan penisnya itu ke pantat Maya dan meremas-remas payudara Maya yang menggoda.

“Aaaawwwwww, pelan-pelan dong,” protes Maya.

“Hehehe,” Pak Bazam menjilat-jilat leher Maya.

“Aaaaaahhh,” Maya mendesah dengan mata terpejam.

“Ayo telanjang dek,” Pak Bazam memegang pinggul Maya dan menyodok-nyodok pantat Maya yang masih memakai celana, “Udah ndak tahan lagi!”

“Di dalam aja, di sini panas,” ucap Maya karena cuaca memang panas, “Itu celana bapak jangan lupa.”

Pak Bazam menepuk bokong Maya dan mengambil celana yang ia pelorotkan, tak mau rugi, bapak tua ini menyicip kopinya terlebih dahulu. Sementara Maya sudah masuk ke dalam dan menghidupkan kipas. Ia terdiam sejenak dan berpikir perbuatannya ini benar-benar salah dan tentu saja akan mengecewakan Gio nantinya apabila suaminya itu tahu.

“Loh kok belum dibuka,” ucap Pak Bazam saat menyusul ke dalam.

Maya melihat Pak Bazam sejenak dan berpikir perbuatannya ini juga demi keuntungan biaya rumahnya. Gratis uang keamanan, serta potongan 70% untuk biaya listrik dan air. Sebuah tindakan yang berisiko namun membantu keuangan suami yang dia sayangi. Maya tersenyum dan mendorong tubuh Pak Bazam sehingga pak tua ini terduduk di sofa ruang tengah. Maya lalu duduk di pangkuan pak Bazam dengan penis pria ini di depan selangkangan.

“Ayoo!” Pak Bazam tak sabar sambil meremas gundukan payudara Maya.

Maya menurunkan 2 tali yang terhubung dengan celananya itu ke bawah. Pak Bazam yang sudah tak sabar membantu Maya untuk membuka kaos putih yang dikenakan wanita ini.

“Gunung Krakatau!” ucap Pak Bazam terpukau.

Karena akhirnya pria ini bisa melihat bentuk sempurna payudara Maya yang besar dengan ke 2 puting merah muda di tengahnya. Maya tersenyum dan mengangkat ke 2 payudara indahnya yang ia banggakan.

“Perasaan....”

“Apa? Apaaa?” mulut Pak Bazam melebar.

“Tadi ada yang nggak jadi minum sebelah sini,” Maya menggoyang-goyangkan payudara kirinya.

Mengerti maksudnya membuat Pak Bazam dengan lahap melahap puting kiri payudara Maya. Diremas-remasnya payudara itu dengan tangan, agar memompa susu yang terkandung di dalamnya.

“Ssssssss, aaaaaaahhhh,” Maya mendesah sambil merasakan Pak Bazam yang menyusu pada payudaranya.

“Hhffffrttt!! Sssllllllllrrrrrppp!!” Pak Bazam mengeluarkan suara menyeruput panjang, seolah puting Maya itu sedotan baginya.

Penis Pak Bazam semakin menegang dan Maya merasakan nafsunya mencuat. Vaginanya mulai basah dengan aksi binalnya. Ia memegang kepala Pak Bazam dan meremas-remas payudara kirinya untuk membantu Pak Bazam.

“Sssssshhhhh, ayoo, iseep,” ucap Maya memancing gairah.

Tanpa perlu disuruh, tua bangka ini memang akan melakukannya. Kempotnya pipi Pak Bazam saja menandakan ia ingin menghabiskan susu Maya sampai kering tak tersisa.

“Enak?” Maya tersenyum sambil mengelus kepala Pak Bazam.

Pak Bazam berhenti menyusui, menarik puting Maya dengan gigitan pelan sampai-sampai payudara Maya melancip ujungnya. Gigitan itu terlepas dan bentuk Payudara Maya kembali seperti semula.

“Segeeeer! Susu amoy memang juara! Susu cap bendera lewat!”

“Hihihi, masih ada kok,” Maya menuntun payudara kanannya ke arah mulut Pak Bazam.

Pak Bazam kembali menghisap susu Maya lewat payudara sebelah kanan.

“Oooohhhhhhhhh,” Maya menadahkan kepalanya ke atas dengan mata terpejam.

Tangan Pak Bazam mulai aktif menggoyang-goyangkan bokong Maya. Maya juga aktif menggoyang-goyangkan pinggulnya sebagai ekspresi gairahnya. Keringat mulai bercucuran pada tubuh ke 2 nya. Meski angin dari kipas angin mengenai mereka, namun api gairah dan nafsu terus membara.

“Ayo dek,” Pak Bazam memainkan ke 2 puting Maya, “Bapak pengen ngentot!”

Maya menurut saja. Ia beranjak dari pangkuan Pak Bazam dan hendak melepaskan celananya. Tapi dering suara ponsel dari celana pak Bazam menarik perhatian mereka berdua. Pak Bazam mengambil ponselnya dan terkejut karena istrinya yang menelepon.

“Sebentar dek.”

Pak Bazam menerima telepon itu dan Maya melihat penis Pak Bazam agak sedikit menciut karena suasananya teralihkan. Maya sedikit kesal karena rasanya perbuatan dia sia-sia membuat penis tua ini tidak menegang utuh. Tanpa perlu disuruh, wanita ini berjongkok, memegang penis pak Bazam dan mengocoknya pelan.

“Ohhhh mantap!” Pak Bazam keceplosan dan menjelaskan maksud kalimat itu kepada istrinya, “Ah itu! Mantap, mantap itu..... pak Bogo mantap! Dia bisa bergelinding di jalan!”

Maya hampir tertawa mendengar Pak Bazam memberi alasan absurd kepada istrinya. Merasa usahanya berhasil membuat penis itu terus menegang dan keras. Maya melakukan hal yang lebih gila lagi bagi dirinya dan Gio. Itu karena Maya hendak mengulum penis tua ini dengan mulutnya. Dan HAP! Tanpa perlu pemanasan seperti menjilat, meludah atau apalah. Maya langsung mengulum penis pria tua ini dengan mulutnya.

“Istimewaaaaa!!’ Pak Bazam lagi-lagi keceplosan dan berbicara kepada istrinya di ponsel, “Itu, B-b-bukan-bukan! Itu si Pak Bogo. Dia jago memanjat pohon. Mirip kera beneran. Bener, Bu. Mirip! Seperti satwa yang dilindungi!”

Maya bergetar tubuhnya menahan tawa dengan penis di dalam mulutnya. Liurnya mulai dikeluarkan untuk melumasi penis itu dari dalam, tak lupa ia menyapu batangnya dengan lidah. Merasa cukup, perlahan demi perlahan kepala Maya naik dan turun secara perlahan untuk melakukan pompa penis dengan mulutnya.

“Errggghh!!!” Pak Bazam menahan nikmat tiada tara saat penisnya di blowjob seperti itu, ia memegang kepala Maya seolah ingin menahannya sejenak, “I-Itu! Bapak lagi di pijit pak Bogo! Iyaaaa!! Di situuu!!”

Tapi Maya tidak berhenti, ia terus melahap penis itu dengan nikmat sampai- sampai matanya menutup menghayati blow job yang dia lakukan ini. Pak Bazam benar-benar kebingungan berbicara dengan sang istri sambil menahan nikmat yang ia dapatkan dari istri orang lain. Tangannya mulai beringas meremas-remas payudara Maya saat istri Gio masih asyik menikmati penisnya.

Percakapan telepon selesai. Dan Pak Bazam terengah-engah memandang Maya yang masih asyik mengulum penisnya.

“Astaga dek, sabar napa? Susah bapak menahannya!”

Maya melepaskan kulumannya dan tersenyum kepada Pak Bazam.

“Oh, gak mau? Ya sudah.”

“Mau dong!” Pak Bazam memegang kepala Maya dan menuntunnya lagi ke penis.

“Hihihihi,” Maya tertawa dan membuka lebar mulutnya untuk mengulum lagi.

2 insan manusia dengan umur terpaut jauh ini masih asyik melakukan pemanasan. Lidah Maya yang menyapu penis mampu membuat pak Bazam hampir kelojotan.

“Berhenti dek! Berhenti!”

“Kenapa??” ucap Maya bertanya.

“Bapak mau ngentot dulu, masa crot nya dimulut.”

“Hihihi enak ya?”

“Tentu saja!”

Maya lalu berdiri dan hendak membuka celananya lagi. Tapi pak Bazam juga berdiri dan memeluk Maya dari belakang sambil meremas-remas payudara Maya.

“Ngentotnya di kamar saja yuk, dek?”

“Di kamar ada anakku,” ucap Maya menoleh.

“Kan masih kecil, ya? Ya? Di kamar ya?”

“Ngg,” Maya menimbang-nimbang.

Maya akhirnya menyetujui. Pak Bazam ke toilet sebentar karena ingin buang air kecil, sementara Maya masuk ke dalam kamarnya. Pak Bazam yang selesai buang hajat mengambil dulu celananya tadi dan menyusul Maya ke dalam. Dan di dalam, Maya sudah telanjang bulat dengan gaya yang sangat menantang bagi Pak Bazam.

“Demi Tu-Haaaaaaaaaan!!!” Pak Bazam menepuk kasur 3 kali dengan gaya ‘ARYA WIGUNA’.

“Kenapa?” kata Maya sambil mengelus perutnya, “Ini kan yang bapak mau?”

Padahal pria ini sudah tua, tapi melihat ‘DAGING SEGAR’ dihadapannya ini membuat fungsi tubuhnya begitu memicu adrenalinnya. Itu bisa dilihat tak butuh 2 detik dia membuka bajunya setelah melempar celananya. Maya berdiri sejenak dan sengaja menonjolkan payudara nya untuk Pak Bazam. Karena Maya merasa Pak Bazam mau melakukan pemanasan ronde ke 2 di kamar pengantin antara Maya dan Gio ini.

Tapi perkiraan Maya salah, Pak Bazam mendorong tubuh Maya sehingga wanita ini kembali terbaring di kasurnya.

“Eh?” ucap Maya yang bingung.

Tapi kebingungannya itu bersifat sementara. Karena setelah itu Pak Bazam langsung melesatkan penisnya ke dalam vagina Maya yang sudah basah sedari tadi.

“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhh!!!” Maya mendesah panjang dengan serangan ini.

“Ooooohhh!!!” begitu juga Pak Bazam.

Mata Pak Bazam terpejam, dan senyumnya terukir senang. Itu karena ia merasakan penisnya dipijit oleh kedutan vagina Maya yang sudah sedari tadi terangsang.

“Pepek amoy memang juaraaaaa!”

“Nnggghhhh,” Maya sebal dan cemberut memandang Pak Bazam, “Ga sabar amat sih, pak! Sakit tahu!”

“Apa itu sabar? Kata dari kamus mana itu?” Pak Bazam perlahan mulai menggoyangkan pinggulnya.

Maya masih sebal dan kembali membaringkan kepalanya. Di dalam rasa sebalnya itu ia bisa merasakan penis pria tua ini mulai memompanya.

“Maafin Maya, mas Gio.....” batinnya.

Cuaca panas semakin terik membakar suhu. Seperti nafsu Pak Bazam yang terbakar begitu riuh.

“Aaaahhh! Gila! Enak sekali pepekmu Mayaaaa!” ucap pak Bazam.

Maya yang sedari tadi diam saja mulai merasakan nikmat pada vaginanya. Meski penis Pak Bazam membuat vaginanya tidak sesak seperti yang dilakukan Pak Bogo, namun wanita ini mulai menikmatinya.

“Ouuuhhh ssssshhh, nggghhhh,” Maya mulai melenguh.

“Enak! Akhirnya bisa merasakan pepek Maya! Made in Cina! Gong Xi Fa Cai! Angpau! Cibai! Babi Panggang! Cuan leeeee!!” Pak Bazam meracau aneh demi sensasinya.

“Sempat-sempatnya bawa ras, Pak, nggguhhhhhh,” keluh Maya sambil melenguh.

“Pepekmu enaaaaak!!” Pak Bazam semakin kencang menyodok vagina Maya.

“Ouuuuuuhhhhh!!” kepala Maya menukik ke atas.

Penis tua itu begitu kencang memompa vagina merah muda milik Maya, kecepatannya yang dilakukan pria tua ini mampu membuat Maya menggelinjang.

“Oouuuhhhh, paaaaakkkk!!”

“Enaaak ya dek Mayaa?”

“Iyaaaah, aaaaaahhhh ngggggg!!”

Suara PLOK! PLOK! PLOK! Terus beradu begitu konstan, kasur per ini saja tak mampu mengimbangi gerakan cepat nan instan. Keringat ke 2 nya mulai membasahi seprai. Antara keringat dari cuaca panas dan juga dari persetubuhan yang mengganas.

“Ouuuhhh, kenceeengin!!” ucap Maya, “Aaaahhhhh ahhhhhhh, kencengiiiiiin!!”

“Uuuuhh!! Sedaaaap!!” Pak Bazam merem melek.

Pak Bazam meraih ke 2 tangan Maya yang membuatnya semakin kencang mengguncang vagina istri Gio.

“Oooouuuhhhh, Paaaak,” Maya memandang Pak Bazam dengan mulut terengah.

“Apa sayaaang?”

“Enaaak, kontol bapaaaak, aaaaahhhhhh, kontooool bapaaaak di dalaam memek Mayaaaaa!” Maya bahkan sampai menggunakan kata-kata yang baginya kampungan seperti itu.

“Hehehehe!” Pak Bazam mengangkat kaki Maya dan menjilat-jilat betisnya, “Sllrrrpppp!”

“Ouuuuuhhhh ahhhh aaaaahhh!!”

Bunyi air di tempat sempit menarik perhatian Pak Bazam dan melihat vagina Maya semakin aktif mencekam. Punggung Maya menekuk.

“Maaauuu kelhuuu...”

Tapi Pak Bazam melepaskan penisnya dari vagina Maya yang membuat orgasme wanita ini tertunda.

“Bapaak! Kok dikeluarin sih?” Maya terlihat sebal.

“Sebentar, capek, hehehehe.”

Pak Bazam lalu memeluk Maya dan mencium bibir wanita ini.

“Nngghhhhh, ngghhhh,” desah Maya sambil bersilat lidah.

Lidah ke duanya saling menjilat-jilat dengan air liur dan tetesan keringat yang banyak dari tubuh mereka.

“Haus ndak?” ucap tanya Pak Bazam.

“Iya.....” Maya ngos-ngosan.

Pak Bazam lalu mengeluarkan ludah dari mulutnya dan mengarahkan ke mulutnya Maya. Dan lebih gilanya lagi, Maya membuka mulutnya untuk menyambut ludah pria ini. Air ludah itu pun masuk dan diminum oleh Maya.

“Lagi,” ucap Maya meminta, membuka mulut dan menjulurkan lidahnya.

Pak Bazam kembali mengeluarkan ludahnya sambil meremas-remas payudara Maya sehingga susu wanita ini lagi-lagi keluar dari ke 2 putingnya. Maya terus meminum ludah itu sampai akhirnya mereka berdua berciuman lagi. Diposisi itu, Pak Bazam berpindah ke samping sambil memeluk Maya, sehingga posisi Maya sekarang di atas. Setelah puas berciuman dan bersilat lidah, maka Pak Bazam berbicara.

“Sekarang dek Maya yang goyang ya.”

Tak ada suara balasan dari Maya. Wanita ini beranjak dan memegang penis Pak Bazam. Dan Maya sendiri lah yang mengarahkan penis tua itu ke dalam vaginanya.

“Ssssssssshhhhhhhhh,” Maya memejamkan mata menikmati penetrasi ini.

Tubuh Maya yang peluh dengan keringat, menjadi pemandangan yang nikmat bagi Pak Bazam untuk dilihat. Tangan pria ini menyentuh kedua payudara Maya dan meminta Maya untuk bergoyang.

“Nnngghhhhhj awwwwwwwwww,” Maya mendesah binal mendapatkan perlakuan ini.

“Enak lonte??”

Dipanggil ‘LONTE’ entah kenapa membuat Maya semakin terangsang. Gara- gara itu membuat dirinya bertingkah layaknya wanita panggilan.

“Enak, tuan?” Maya mengulek-ulek penis pak Bazam dengan vaginanya.

“Oohhh jangan ditanya lagi,” gara-gara itu Pak Bazam semakin bernafsu dan memegang pinggul Maya.

Begitu juga Maya, nafsunya semakin bertambah ketika dia bertingkah seperti itu dengan kata-kata.

“Nngghhhhh, kontol tuan enak di dalam memek Maya, ngghhhh,” Maya mendesah ringan dan mulai menaik turunkan pinggulnya.

“Pepekmu juga enak sayang!!” Pak Bazam terengah mendengarnya.

Maya meraih ke 2 tangan pak Bazam, dan dituntunnya tangan tua itu untuk menyentuh Payudara.

“Maya bikin enak terus ya, tuan...”

“Iya! Iya!!” Pak Bazam dengan semangat meremas payudara Maya.

Maya lalu mengatur kakinya hingga posisinya seperti berjongkok di atas kasur dengan penis menancap di vaginanya. Ke 2 tangannya ia tumpu di atas lutut pak Bazam, dari gayanya itu, membuat Maya mudah memompa penis Pak Bazam.

“Anjiiinngg!!” ucap Pak Bazam mengumpat, bukan mengumpat Maya, hanya ekspresi kenikmatan.

“Aaaaaaaahhhhh,” begitu juga Maya, yang sengaja mendesah.

Karena kasurnya terbuat memiliki bahan per, tentu saja membuat Maya semakin mudah dan mudah untuk melakukan gaya naik turun, yang awalnya lambat, lama-lama semakin cepat.

“Ooooohh!! Ooohhh ngghhhuh!!!” Maya semakin kuat mendesah.

“Gilaaa! Teruss! Enak lonteeee!!”

“Aaaaaaahhh tuaaaan, aaaaahhh aaaahhhhhhh!”

“Lebih cepaat!!” Pak Bazam menampar-nampar payudara Maya yang membal ke sana sini.

“Iyaaaaaaahh!!! Aaaaaahh ahhhhuu ahhuu!!”

“Lonteeeee!!!” Pak Bazam meremas dan menarik payudara Maya ke bawah agar menuju mukanya.

“Aaaaaaaaaaahhhh!!!” Maya semakin mendesah saat Pak Bazam mengemut puting payudaranya.

Sekarang gantian Pak Bazam yang memompa vagina Maya sambil menyusu payudaranya. Saking bernafsunya, tangannya yang memegang bongkahan pantat Maya itu terus dipacunya naik turun.

“Oooooohhhhhhh nngghhhhh!!” Maya merem melek dengan mulut menganga.

“Hmmmm hmmm sllrrpp!!” dan suara seruput dari mulut Pak Bazam yang menghisap payudara Maya semakin menjadi.

Suara PLOK! PLOK! PLOK! Akibat benturan kelamin mereka begitu nyaring terdengar. Desahan demi desahan dilalui, cucuran keringat semakin menjadi.

“Nungging sayanggg!!!” ucap Pak Bazam meminta sambil menepuk bokong Maya.

“Iyaaa!”

Pak Bazam lalu memindahkan Maya ke samping dan ia berdiri. Lalu Maya menuruti permintaan Pak Bazam dan mulai menungging di hadapannya.

“Loh,” Pak Bazam tampak terkejut, “Lubang pantatmu....”

Maya tahu yang dimaksud Pak Bazam, karena lubang pantatnya itu begitu melebar lubangnya karena sudah pernah bahkan sering dianal oleh suaminya dulu.

“Hmm,” Maya hanya tersenyum sambil menoleh ke belakang.

“Udah pecah juga dek?” Pak Bazam tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Hihihi,” Maya menganggukkan kepalanya.

“Wah wah,” Pak Bazam senyumnya melebar dan menggelengkan kepalanya, “Boleh? Bapak dari dulu pengen tahu rasanya.”

“Boleh.”

“Hehehe.”

Pak Bazam siap-siap dengan semua ini. Dia memegang bokong Maya, memegang penisnya dan mau diarahkannya ke arah lubang pantat Maya.

“Nnnngghhh,” Maya mendesah kecil dan memejamkan mata, saat kepala penis pak Bazam sudah memasuki lubang pantatnya.

Pak Bazam ingin melakukan secara perlahan untuk membenamkan penisnya itu di dalam. Dan saat baru setengah batang penisnya masuk. Mereka berdua mendengar suara motor yang tak asing dari kejauhan karena suasana di tempat itu sepi. Maya terkejut dan segera beranjak, menoleh ke belakang dan berkata.

“Suami saya pulang!!”

“Aduuuh! Belum masuk semuanya padahal!!” ucap Pak Bazam mengeluh.

“Pak! Cepat keluar, pak!” Maya segera turun dari kasur.

Mereka berdua panik. Pak Bazam buru-buru memakai celana dalam dan celana panjangnya. Begitu juga Maya, mengambil celananya tadi yang ada pengaitnya dan segera memakainya. Ia kebingungan mencari kaos putihnya tadi dan ia baru ingat kalau kaos putihnya tadi di luar. Maya segera mengelap tubuhnya dengan keringat dan melihat Pak Bazam kesusahan memakai celana kain hitamnya itu.

“Pak! Cepet!”

“Iya! Iya!”

Suara motor berada di depan rumah yang membuat mereka berdua semakin panik.

“Keluar di mana nih?”

Suara daun pintu depan terbuka yang juga membuat akal Maya terbuka untuk mencari solusi.

“Jendela!”

Pak Bazam yang belum sempat memakai baju segera berlari ke arah jendela. Dibukanya jendela itu dengan bantuan Maya dan Pak Bazam segera keluar dari kamar ini. Perlahan Maya menutup jendela itu dan kembali ke kasur sambil mengelap keringatnya. Bunyi ketukan pintu mengagetkannya dan suaminya memanggilnya dari luar. Sementara Pak Bazam yang berlari ke belakang rumah tampak mengeluh. Ia berkacak pinggang dan berbicara dengan penisnya sendiri.

“Tong! Anjing sekali, Tong! Belum crot, Tong! Lakinya datang pula! Haaaaaaaaah!” keluhnya panjang.

Dan selanjutnya seperti yang terjadi di PART 2.

Pak Bazam yang merasa tanggung, nekat masuk ke kamar mandi untuk melanjutkan persetubuhannya bersama Maya. Maya melayaninya dengan sukses, dan Pak Bazam adalah pria ke 2 yang telah melakukan anal kepadanya selama ini selain suaminya. Dan di kesempatan itu juga Maya memberikan nomor W.A nya kepada Pak Bogo secara diam-diam, begitu juga kepada Pak Bazam karena laki-laki inilah yang meminta.

***************​

Wanita ini melihat suaminya yang asyik bermain bersama anak mereka, yang membuat rasa bersalahnya semakin besar kepada Gio. Apalagi tadi pagi dia sendiri yang meminta Pak Bogo datang ke rumahnya untuk menyetubuhinya, karena Maya ingin kembali merasakan sesak pada vaginanya saat dicoblos oleh Pak Bogo. Gio kemudian hendak mengambil kemejanya di dalam kamar, sementara Maya menggantikan Gio untuk bermain bersama anaknya.

“Ulu-ulu, anak mama,” Maya memainkan hidungnya di kening anaknya.

Dimas (anak Maya dan Gio) terlihat tertawa diperlakukan seperti itu. Dan Maya mengambil aksesoris kepala yang ada di situ dan memakainya, Dimas terlihat semakin senang melihat ibunya memakai itu sampai bergoyang-goyang tangannya.

“Hihihi,” Maya juga senang melihat anaknya suka melihat dia memakai aksesoris itu di kepalanya.

Dimas adalah anak yang cepat lelah, tak perlu lama anak Maya dan Gio mengantuk lagi setelah puas tidur sebelumnya dan Maya menidurkannya dengan memberinya ketenangan dengan kasih sayang seorang ibu. Gio juga sudah keluar dan siap dengan kemejanya. Setelah menidurkan Dimas di depan TV, maka Maya mengantar suaminya yang ia cintai keluar rumah.

Di luar rumah, mereka berpapasan dengan pak Komar. Penjual sayur yang saban pagi melewati jalan untuk berjualan di tempat langganannya. Perbincangan ringan tentu saja terjadi antara Gio dan Pak Komar, dan Maya hanya tersenyum melihat suaminya yang supel/mudah bergaul dengan banyak orang. Gio lalu pergi ke garasi untuk mengambil motornya. Sementara Maya memilih sayur untuk Dimasak hari ini.

“Sawi seikat berapa, Pak?” ucap Maya bertanya.

“Ah itu! Gratis!” ucap Pak Komar yang tampak kaget tiba-tiba ditanya.

“Hah?” Maya juga kaget.

“Maksud saya, seikatnya 5 ribu,” Pak Komar tampak malu-malu.

Maya melihat gelagat Pak Komar dan menahan tawanya. Akhirnya dia tahu kalau Pak Komar sedari tadi memandang tubuhnya dengan balutan pakaian yang seksi ini. Gio kembali sembari mendorong motornya yang sudah dinyalakan untuk dipanaskan. Setelah Gio berpamitan dan pergi, maka Maya melanjutkan memilih sayur.

“Hm, terongnya kecil-kecil semua ya, pak.”

“Gede......” Pak Komar tak berkedip memandang payudara Maya.

“Mana yang gede, pak?” Maya mencari terong yang dimaksud.

“Itu... di badan dek Maya...”

“Hah?” dahi Maya mengerut.

“Oooh!! I-iya, kecil-kecil semua,” Pak Komar salah tingkah dan melihat terong-terong ungu miliknya yang memang berukuran kecil tapi panjang.

Maya melihat arah pandangan mata Pak Komar sebelumnya, dan dia lagi-lagi menahan tawa karena tahu gede apa yang dimaksud. Iseng ingin menggoda, Maya raih terong itu dan melakukan gaya mengocok dengan tangannya untuk mengocok terong itu.

“Kalau gede saya suka,” ucap Maya.

“Saya juga suka....” pak Komar terpana melihat tangan Maya yang mengocok terong itu.

Maya meletakkan terong itu dan meraih timun yang ukurannya besar. Dan lagi-lagi wanita ini mengocok badan sayuran itu dengan tangannya.

“Kalau segede ini saya suka,” ucap Maya tersenyum.

Pak Komar menelan ludah dan mencoba mengalihkan pandangannya. Maya lagi-lagi menahan tawanya melihat Pak Komar yang salah tingkah.

“Duh, jatuh!” Maya sengaja menjatuhkan ketimunnya.

Pak Komar menoleh dan melihat Maya berjongkok untuk mengambil ketimun tadi. Dan luar biasa pemandangan yang didapatkan oleh pak Komar. Belahan payudara yang bulat tertampang jelas terlihat dari atas sini.

“Maaf ya, pak,” Maya berdiri dan membersihkan ketimunnya dari debu.

“Terima kasih!”

“Terima kasih?” Maya bingung memandang Pak Komar.

“Terima kasih,” Pak Komar tampak terharu raut wajahnya dan memberikan tanda jempol kepada Maya.

“Apa sih, pak,” Maya tertawa.

Maya tentu saja tahu maksudnya. Karena tadi dia memang sengaja menjatuhkan ketimun tadi untuk mempertontonkan belahan dadanya dari atas dari payudaranya yang bulat.

“Terima kasih ya, pak,” ucap Maya yang selesai membeli.

“I-Iya dek.....”

Maya berjalan menuju rumahnya, namun dia ingin memberikan atraksi terakhir untuk pak Komar. Maya lalu sengaja menjatuhkan kantong sayurnya dan berlagak mengeluh.

“Duh jatuh.”

Pak Komar menoleh. Sementara Maya hendak memungut kantong itu. Namun wanita ini tidak berjongkok. Dia melebarkan jarak ke dua kakinya, dan membungkuk indah. Pak Komar menganga melihat lekuk tubuh dan bokong Indah Maya dari posisinya itu, air liurnya saja sampai ngences. Maya lalu berdiri dan bisa melihat bayangan Pak Komar yang melongo melihatnya di kaca jendela teras rumah. Maya menahan tawanya lagi dan berjalan masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

“Duh, kok aku bisa begitu ya, hihihihi,” Maya cekikikan di balik pintu.

Pak Komar lalu mendorong gerobaknya lagi, hanya saja begitu pelan dan wajahnya masih terpana melihat apa yang dilihatnya tadi.

“Adooh, tahu begini saya jualan di dekat sini sajalah.... baru tahu istrinya pak Gio penampilannya kayak gitu....” ujar Pak Komar pelan.

“Halo, pak Komar. Masih di sini.”

Pak Komar menoleh ke depan dan ternyata itu adalah Pak Bazam yang menyapanya.

“Oh, halo Pak Bazam. Iya, ini juga mau ke sana.”

“Hahaha, segar-segar nih,” Pak Bazam melihat dagangan pak Komar.

“Hehehe. Oh, bapak mau kemana?”

“Jalan-jalan saja hehehe. Sudah dulu ya pak Komar. Saya ndak tahan.”

“Ndak tahan?”

“Ndak tahan mau jalan-jalan hahahaha.”

“Oh iya-iya hahahaha.”

Pak Bazam melanjutkan perjalanannya, begitu juga pak Komar. Pak Komar berhenti sejenak untuk menyalakan rokok dan memikirkan tubuh Maya tadi.

“Seksinya, beruntung nak Gio...duh! Saya jadi tak tahan, apa sewa perek pangkalan lagi saja ya,” Pak Komar melihat tas pinggang untuk melihat uangnya.

Pak Komar mengeluarkan uangnya untuk menghitung pengeluarannya nanti. Ia menoleh sejenak ke arah jalan yang ia lalui tadi dan melihat Pak Bazam tiba-tiba membelok ke rumah Gio dan berlari ke samping rumahnya.

“Loh?” Pak Komar kebingungan, “Kenapa Pak Bazam ke situ?”

Pak Komar menaruh gerobaknya di tepi jalanan di bawah pohon rindang. Dan mencoba mencari tahu. Sementara Pak Bazam menunggu tak sabar pintu belakang terbuka dan saat pintu terbuka, tertampanglah kemolekan tubuh Maya dengan setelan seksi pada tubuhnya.

“Pak Bazam? Ada apa?”

“Ada urusan dong.”

“Urusan apa?”

“Mau menanyakan kebenaran. Benar tadi subuh dek Maya ngentot sama Pak Bogo?”

Mendengar itu Maya kecut wajahnya, ia melipat tangannya.

“Hmm, jadi ada apa nih?”

“Hehehe, boleh bapak masuk ke dalam?”

Maya menyiyakan saja. Saat masuk ke dalam, Pak Bazam melihat sayur dan pisau, sepertinya Maya tadi mau memasak.

“Di ruang tamu saja,” ucap Pak Bazam memberi usul, karena ia juga melihat Dimas tertidur.

Mereka berdua pergi ke ruang tamu. Tempat di mana Maya melayani nafsu seks Pak Bogo subuh tadi. Mereka berdua lalu duduk dan berbicara.

“Ngentot yok dek!” ucap Pak Bazam tiba-tiba saat pantatnya baru menyentuh sofa.”

“Ya ampun,” Maya sampai terkejut, “Basa-basi nggak ada, main ajak ML aja.”

“Habisnya bapak tak tahan dek hehehe. Apalagi saat mendengar cerita pak Bogo tadi pagi hehehe.”

“Ember amat sih pakai cerita-cerita segala,” ucap Maya cemberut.

“Jangan salahin bapak lah, pak Bogo sendiri yang cerita. Katanya juga dia udah ngasih pil itu ya dek?”

“Hmm,” mulut Maya manyun.

“Tenang dek. Daerah sini kan sepi, lagi pula bapak membawa apa yang dipinta dek Maya kemarin.”

“Maksudnya?” ucap Maya dengan 2 alis terangkat ke atas.

“Nih,” Pak Bogo mengeluarkan sejumlah, “Uang keamanan, dan uang 70% bayar listrik dan air yang dibayar nak Gio kemarin.”

Melihat itu membuat mata Maya membulat dan tersenyum.

“Sini,” ucap Maya meminta.

“Sabar, bapak kasih kalau,” Pak Bazam memainkan alisnya, “Bapak dapat jatah hari ini.”

Maya terus tersenyum, ia berdiri dan duduk di samping Pak Bazam.

“Jatah apa?” Maya menggoda dan memepetkan tubuhnya.

“Dek Maya ini sekali pura-pura ndak tau,” Pak Bazam memegang payudara kiri Maya.

“Hihihi,” Maya juga mengelus selangkangan Pak Bazam, “Ini ya?”

“Pinter hehehehe.”

Tangan Pak Bazam lalu diarahkan ke muka Maya, dimiringkannya dan mereka berdua pun berciuman.

“Mmhhh,” Maya merem melek dengan lidah bermain lidah dengan pak Bazam.

Selagi asyik berciuman, tangan Maya membuka ikat pinggang milik Pak Bazam dan membuka pengait celananya. Gara-gara kesulitan maka mereka menunda ciumannya sejenak. Pak Bazam membuka celananya sendiri dan Maya berdiri untuk membuka celana pendeknya. Pak Bazam tak jadi membuka celana dan juga berdiri, dia membantu Maya melepaskan BH nya dari dalam baju. Ia lepas dan tarik BH itu dari dalam dan dilempar ke sembarang tempat. Mereka duduk kembali dan tanpa basa-basi Pak Bazam mencaplok puting Maya yang masih memakai baju.

“Ngghhhhh, pak Bazam,” desah Maya sambil memegang kepala pria tua ini.

“Sarapan dulu,” kata Pak Bazam dan terus menyedot ke dua puting Maya.

Puting Maya menegang karena rangsangan ini. Merasa cukup, Pak Bazam meminta Maya untuk membuka celananya. Dan Maya dengan senang hati melakukannya dengan bajunya yang basah di bagian putingnya.

Setelah melorotkan celana pria tua ini. Maka keluarlah penis keriput yang kondisinya menegang naik turun.

“Hihihi lucu,” Maya tertawa melihat penis Pak Bazam yang naik turun saat keluar dari celananya itu.

“Kasih apresiasi dong kalau lucu.”

Dan Maya melakukannya. Ia mencium kepala penis Pak Bazam, kemudian lidahnya yang tercampur ludah menjilati kepala penis pria tua ini.

“Maka nikmat mana yang ingin didustakan!” Pak Bazam merem melek sambil berkacak pinggang.

“Sslrrrrrppp,” Maya menghisap kepala penis itu dengan irama suara liurnya.

Tak lama kemudian penis Pak Bazam menghilang. Bukan menghilang karena disunat Jin, tapi penisnya itu hilang terbenam di dalam mulut istri Gio ini. Maya begitu cekatan menghisap penis tua itu sampai-sampai Pak Bazam meremas kepalanya sendiri untuk mengekspresikan nikmat duniawi yang ia dapatkan.

Pak Bazam lalu mengangkat baju pink Maya ke atas dan meminta Maya berhenti sejenak menghisap penisnya. Pak Bazam berdiri di samping Maya untuk menciumnya dari atas, sementara penisnya digesek-gesekkan pada payudara Maya.

“Dasar lonte!” hina Pak Bazam.

“Hihihi,” Maya malah menerima hinaan itu dan menjulurkan lidahnya.

Mereka kembali berciuman dan bersilat lidah. Saat mau melakukan hal yang lebih jauh, tiba-tiba ada suara seseorang.

“Astaga.....”

Maya dan Pak Bazam kaget, dan mereka melihat Pak Komar melihat semua ini dibalik dinding ruang tamu. Sepertinya Pak Komar juga masuk lewat pintu belakang yang tidak ditutup tadi.

“Pak Komar?” Pak Bazam turun dari sofa dan Maya menurunkan bajunya lagi untuk menutup payudaranya.

“Apa yang kalian lakukan?” kata Pak Komar.

Buru-buru Pak Bazam menghampiri Pak Komar. Sementara Maya malu dan takut setengah mati. Karena semakin bertambah orang yang melihat kelakuan dirinya saat suaminya tak ada.

“Bagaimana ini?” batin Maya yang kalut.

Sementara percakapan antara Pak Bazam dan Pak Komar sepertinya mencapai titik kesepakatan.

“Yang bener?” Pak Komar tampak tak menyangka.

“Gimana?” ucap Pak Bazam.

Pak Komar melihat Maya dan menelan ludahnya. Ia kembali memandang Pak Bazam dan berkata, “Boleh.”

Setelah itu Pak Bazam menghampiri Maya dan berbicara 4 mata. Pembicaraan itu mampu membuat Maya sedikit tenang dan berkata, “Apa harus begitu?”

“Dari pada Pak Komar cerita ke orang lain?” ucap Pak Bazam untuk meyakinkan.

Maya merasa sudah tak ada cara lain lagi, dia mengangguk. Untuk menyetujui saran pak Bazam, yaitu Maya juga harus melayani nafsu seks nya Pak Komar.

“Sini, Pak. Dek Maya mau.”

Dengan salah tingkah Pak Komar mendekati mereka. Pak Komar duduk di samping Maya dan Maya tersenyum menyambutnya.

“Astaga....” Pak Komar menggeleng-gelengkan kepalanya memandang Maya.

“Apanya, pak?” ucap Maya bertanya.

“Saya ndak nyangka dek Maya....”

“Apa?” Maya tersenyum dan meremas payudara sendiri di hadapan pak Komar.

Pak Komar menelan ludah dan menggelengkan kepalanya.

“Jangan-jangan tadi dek Maya.... memang mau menggoda saya ya?”

“Entah ya,” Maya tertawa ringan dan menonjolkan payudaranya.

“Buset,” Pak Komar terpana melihat bulatnya payudara Maya.

“Kenapa di diemin pak? Ada susunya tuh,” ucap Pak Bazam memberitahu.

“Serius?”

“Ya serius!”

“Bener dek Maya?” ucap Pak Komar.

“Ga tau,” Maya mengangkat sedikit bajunya dan menggodanya, “Kenapa tidak bapak coba cari tahu sendiri.”

“Permisi,” Pak Komar mendekati Maya.

Maya menahan tawa mendengar pak Komar yang begitu sopan berbicara untuk tindakan yang bisa dibilang tidak sopan. Dengan perlahan tangan pak Komar memegang baju Maya dan Maya membiarkan Pak Komar melakukannya. Dan saat baju itu diangkat, maka mencuatlah payudara besar indah berputing pink milik Maya.

“Wuiiiih!!” Pak Komar melotot dan memandang Pak Bazam, “Merah muda, pak!!”

“Beda kan dengan puting lonte-lonte yang sering kita pakai di pangkalan?”

“Iya,” Pak Komar kembali memandang payudara Maya, “Indahnya....”

“Makasi,” Maya tersenyum.

“Izinkan saya,” ucap untuk pinta Pak Komar kepada Maya.

Maya lagi-lagi menahan tawa, tapi dia suka karena Pak Komar tergolong sopan walau izinnya itu untuk menyentuh payudaranya. Pak Komar mendekat dan menyentuh payudara lembut payudara Maya. Saat kulit ketemu kulit seperti ini membuat Maya terangsang.

“Ngghhhhhh,” Maya melenguh.

Sedangkan Pak Komar terlihat serius memegang payudara Maya.

“Hmm. Padat, namun kenyal. Tekstur tete dek Maya sepertinya elastis, untuk ukuran ini sudah proporsional. Lalu kelenturan kulit tete nya...”

Maya tak kuasa dengan semua ini. Untuk ke sekian kalinya dia menahan tawa, karena Pak Komar malah mengomentari payudaranya layaknya seorang juri di kontes pamer payudara. Pak Komar mengurut dan memencet bagian puting dan keluarlah susu milik Maya.

“Keluar susunya!” pak Komar terkejut.

“Kan sudah dibilang,” Pak Bazam terkekeh.

“Hihihihi,” Maya cekikikan.

“Mari kita coba rasanya,” Pak Komar mencolet susu Maya yang tumpah dengan ujung jari dan mencicipinya, “Tawar. Tapi penuh nutrisi dan protein yang tinggi untuk bayi.”

“Maaf ya, nggak ada gula disini,” Maya menunjuk payudaranya sendiri.

“Gila,” Pak Komar menggeleng sambil meremas payudara Maya, ia lalu memandang pemiliknya dan berkata, “Izinkan saya.”

“Hihihi,” Maya lagi-lagi cekikikan.

Dan tanpa basa-basi lagi Pak Komar mencaplok puting kanan Maya dan menikmati susu yang terkandung di dalamnya.

“Aaaaaahhhhhhhh,” Maya memejamkan mata dan tersenyum.

Pak Bazam yang melihat mereka juga tak mau kalah. Dia duduk di samping Maya dan mencaplok puting kiri Maya.

“Ngghhhhhhhhhhhhhhh!!” Maya melenguh hebat saat menyusui 2 orang pria yang berbeda sekaligus.

Pak Bazam dan Pak Komar tak menyia-nyiakan ini. Mereka terus menghisap susu Maya sampai-sampai pemiliknya kelojotan.

“Aaaaaaaaaaahhhhhhhhh!!!” Maya pun semakin binal desahannya.

“Puaaah, sedap!” kata Pak Bazam dan menyeka mulutnya.

Sementara Pak Komar masih asyik menyusu payudara Maya, dan Maya mendesis terus dibuatnya karena permainan lidah pak Komar begitu merangsang dan menyenangkan bagi dirinya. Maya berpindah posisi tanpa sedikit pun mengganggu aktivitas pak Komar. Wanita ini duduk mengangkang di depan Pak Komar dan terus menyusuinya dengan telaten.

“Iseeep, teruuuuss, nggghhhhhh.”

“Sllrrrrrrrrrrppp!!”

“Aaahhhhhh iyaaa, teruuussss, Maya sukaaaaaa!!”

Pak Bazam tak tinggal diam. Dia sudah membuka celana dan juga bajunya.

Dia menghampiri Maya dan menggesek-gesekkan penisnya di belahan pantat Maya.

“Ouuuuuuhhhhh,” Maya melenguh.

Pak Bazam menarik rambut Maya ke belakang dan menjilat-jilat pipi kiri wanita ini.

“Enak, lonte?”

“Iyaaaaahhhhh!!”

“Hehehe.”

Pak Bazam lalu memencet payudara kanan Maya dengan keras seolah ingin menguras abis susu di dalamnya agar bisa diminum oleh Pak Komar.

“Lagiiiii,” ucap Maya tiba-tiba.

Pak Bazam semakin kuat meremas payudara Maya.

“Aaarrrrghhh!!” Maya merintih dan menggeleng kepalanya, “Bukan sssshhhhhh!!”

“Ini udah paling keras lonte!” kata Pak Bazam.

Maya lagi-lagi menggeleng dan berucap, “Tarrikkk rambutkkuuu, ngggghhh!!”

“Oh...”

Pak Bazam kembali menarik rambut Maya seperti tadi, sekilas raut wajah nikmat dipancarkan oleh Maya.

“Lebih keraaaaaassss,” ucap Maya meminta.

Pak Bazam melakukannya lagi sesuai permintaan Maya, sampai-sampai kepala Maya menukik ke atas saking kuatnya jambakan pak Bazam.

“Iyaaaaaaahhhhhh!!”

Dan SEEEERRRRR!!! Maya orgasme, pak Komar kaget karena mengira Maya kencing di celananya. Pak Bazam juga kaget karena hal ini.

“Buset, segini bisa tekencing-kencing,” ucap Pak Bazam.

Maya juga tidak mengerti. Namun sensasi saat dirinya dikasari seperti tadi menambahkan sensasi baru dalam bercinta bagi dirinya.

“Aduuuh, saya buka dulu deh celana saya.”

Pak Komar menyingkir dan membiarkan Maya terengah-engah di sofa. Pak Komar membuka ikat pinggangnya dan kembali ke belakang. Sementara Pak Bazam sudah tak tahan lagi melihat tubuh indah Maya dari belakang.

“Ngghhhhhhh,” Maya melenguh lemah saat Pak Bazam menarik pinggulnya.

“Hehehehe.”

Penis tegang itu dipegang tangan, segera diarahkan ke tempat tujuan yang menanti.

Yakni vaginanya Maya.

“Ouuuuuuhhhhhhhhhhh!!” Maya mendesah saat Pak Bazam melakukan penetrasi di vaginanya.

“Mantap!!” Pak Bazam menepuk-nepuk pantat Maya, “Pepek lonte Amoy memang enak!!”

“Nnghhhhhhhh!!”

Perlahan sodokan-sodokan Pak Bazam mengikuti ritme yang pelan. Maya menggeliat menerima sodokan ini dan terus mengerang.

“Aaaahhhhhhh ahhhh, enaaaaakk, nnngghhhh!!”

“Pepekmu juara!!” Pak Bazam semakin kencang menyodok.

Maya memegang pantatnya sendiri, begitu juga Pak Bazam. Berkat tangan Maya seperti itu maka membuat Pak Bazam semakin mudah menarik tubuh Maya ke belakang.

Posisi ini memudahkan juga bagi Pak Bazam untuk memporak porandakan vagina Maya dengan rentetan sodokan penisnya.

“Enaaaak! Lonteeee!” erang Pak Bazam.

“Aaahh ahhhhh ahhhhh ahhhh!!”

Pak Bazam memegang kepala Maya dan memasukkan jarinya ke dalam mulut, jari itu pun diemut khidmat oleh Maya dengan mata terpejam.

Suara PLOK! PLOK! PLOK! Semakin nyaring terdengar, di saat aktivitasnya menyodok-nyodok vagina Maya dilakukan. Pak Bazam lalu berbicara.

“Pak Komar!! Ikut tidak?”

Tak ada jawaban, yang membuat Pak Bazam penasaran. Pak Bazam berhenti menyodok vagina Maya dan menuntun wanita ini untuk turun dari sofa.

Pak Bazam menyuruh Maya untuk berjalan menuju ke dalam dan Maya menurut. Dengan vagina yang masih tertancap penis, perlahan-lahan wanita ini berjalan ke dalam dan tidak ada pak Komar di sana.

“Di mana dia?” ucap Pak Bazam.

“Ngghhhhh, Pak, ayoooo,” Maya memelas agar vaginanya dipompa lagi.

“Ya sudah!” Pak Bazam mengabulkannya.

PLOK! PLOK! PLOK!

“Aaaahhh ahhhhh ahhhh ahhhh!!” desah Maya.

Pak Bazam menarik Maya ke belakang dan mereka berciuman dari posisinya itu. Selesai berciuman maka mereka bersilat lidah dengan lidah mereka masing-masing, tangan pak Bazam juga senantiasa meremas-remas payudara Maya.

“Aaaaaahhhhhhh, aaaaaaaaahhhhhh, paaak enaaaaak,” kata Maya dalam posisinya itu.

“Sllllllrrrrrrpppppp,” sementara Pak Bazam terus mengajak Maya untuk saling menjilat lidah masing-masing.

Asyik-asyiknya bercinta, akhirnya Pak Komar kembali masuk lewat dari pintu belakang.

“Waah, udah mulai saja,” ucapnya berkomentar.

“Dari mana memangnya tadi, Pak?” tanya Bazam sambil memompa vagina Maya.

“Ngambil terong cadangan dari gerobak tadi,” Pak Komar memegang terong ungu yang dia simpan di dalam gerobak untuk dirinya dirumah, sedangkan yang kecil dijual.

“Untuk apa, pak?”

“Tes,” Pak Komar memandang Maya, “Coba sini dulu.”

Dengan terpaksa Pak Bazam berhenti sejenak memompa vagina Maya, begitu juga Maya yang kecewa karena aksi seks ini berhenti. Pak Bazam mengajak Maya mendekati Pak Komar.

“Coba dek Maya jongkok sekarang,” ucap pak Komar menyuruh.

“Jongkok dek,” Pak Bazam membantu Maya berjongkok karena penasaran tes apa yang dimaksud oleh pak Komar.

Maya dengan berat hati berjongkok, begitu juga Pak Komar.

“Sebentar ya,” Pak Komar mengarahkan terong besar itu ke Vagina Maya.

“Uuuuughhhhhhh!!!” kepala Maya menukik ke atas, begitu juga tubuhnya. Itu dikarenakan Pak Komar hendak memasukkan terong besar itu ke vagina Maya dan kelihatan sulit karena terong itu besar.

“Tidak terlalu besar pak? Kenapa tidak di bagian kecil saja?” ucap Pak Bazam bertanya.

“Pepek wanita itu elastis, Pak. Mau penis sebesar apa pun bisa masuk, apalagi kalau sudah terbiasa,” Pak Komar menjelaskan.

“Oh begitu.”

“Ngghhhhhhhhh!!” sementara Maya merintih nikmat dengan apa yang dilakukan pak Komar.

Belum sampai terong itu masuk sepenuhnya, bahkan belum 1 menit. Tiba-tiba keluar begitu banyak cairan yang keluar dari vagina Maya yang menandakan dirinya orgasme untuk ke 2 kalinya. Pak Komar terkejut dan menjatuhkan terong itu dilantai. Dan terong itu terus tersiram oleh cairan kenikmatan Maya yang menggenang.

“AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!!” Maya melolong panjang dan mau ambruk, tapi dengan cepat ditahan oleh Pak Bazam.

“Wuiiii,” Pak Komar menggeleng, “Berarti bener ini.”

“Benar apanya, pak?” ucap Pak Bazam yang penasaran.

“Nafsu dek Maya meledak-ledak,” Pak Komar memandang Maya, “Dek Maya pernah melakukan seks yang lebih dari ini kan?”

Maya yang terengah-engah masih bisa berpikir. Dan jawabannya adalah YA, Maya pernah mengalaminya. Di saat dia diperkosa ramai-ramai oleh 8 anggota geng motor akibat ulah mantan pacarnya. Dari pagi sampai malam vagina Maya tak pernah sempat istirahat lama saat itu, apalagi efek dari obat perangsang tradisional yang dipaksa minum membuatnya semakin menjadi kala itu.

“Ya....” Maya menjawab dengan suara lemah.

“Udah bapak duga, pantas dek Maya cepet bener,” Pak Komar tertawa ringan.

“Wuiih! Sama siapa dek?”

Maya menggeleng lemah yang artinya dia tidak mau menceritakan pengalaman pahitnya kala itu.

“Yang pasti pak, nafsunya kembali meledak-ledak karena itu. Wanita kalau terus menahannya ya jadi seperti ini,” ucap Pak Komar, berdiri dan membuka bajunya.

“Artinya?” ucap Pak Bazam.

“Artinya, dek Maya tak peduli apa pun. Yang penting nafsunya tersalurkan!”

“Waaaahh!! Binal kali kau dek!!” Pak Bazam meremas-remas payudara Maya. Maya hanya diam saja dan membenarkan sedikit perkataan pak Komar, namun yang tidak pak Komar dan pak Bazam pahami adalah, Maya juga terangsang saat melakukan hal nakal sewaktu menggoda pria dengan lekuk tubuhnya. Karena Maya positif memiliki 2 kelainan seksual akibat trauma seksual pada masa lalunya

Yang pertama bernama EKSIBISIONIS.

Yang kedua bernama HYPER SEX.

Kedua hal ini yang menciptakan Maya sekarang akibat trauma pemerkosaan tanpa henti yang pernah ia rasakan dahulu dan semakin terbuka saat ia disetubuhi pria lain selain suaminya. ‘KUNCI NAFSU’ nya pun terbuka kembali, gara-gara itu Maya sekarang mengidap 2 kelainan tadi, dan 2 kelainan itu bercampur membentuk dirinya yang sekarang ini.

Yaitu menjadi WANITA BISPAK (Bisa Dipakai)

“Tapi kasihan juga ya,” ucap Pak Bazam yang baru kali ini iba melihat Maya kelelahan habis orgasme seperti itu.

“Iya, pak. Tapi percuma, pak.”

“Percuma apanya, Pak?”

“Coba bapak lepas dek Maya. Lalu kita berdiri di sampingnya. Cukup berdiri saja.”

Pak Bazam melakukannya. Ia menurunkan Maya untuk duduk dilantai, lalu pak Komar yang sudah telanjang berdiri di samping kanan Maya, sedangkan Pak Bazam sebaliknya. Maya dengan lemah menoleh ke kanan dan ke kiri, nafasnya tersengal-sengal dan dadanya kembang kempis naik turun. Tiba-tiba Maya berlutut, meraih ke 2 penis itu dan langsung menghisap penis milik Pak Komar.

“Ouuuuhhhh!!” ucap Pak Komar, “Tuh kan pak.”

“Arrrrhhh, kenapaaa??” ucap Pak Bazam di tengah keenakan dikocok penisnya.

“Nafsunyaaaa!! Oouuhh mantap dek Maya!!! Nafsunya yang membuatnyaa cepat puliihhh!!!”

Dan memang benar, Maya tak peduli. Apalagi ada kesempatan seperti ini maka dia bisa menyalurkan nafsunya yang masih ia miliki dan terpendam di dalam dirinya. Bagi Maya 2 kali orgasme itu masih tergolong sedikit, karena dulu sewaktu di perkosa ia orgasme lebih dari 10 kali. Apalagi faktanya adalah, wanita lah yang sebenarnya paling kuat dari pada pria dalam urusan ini. Jangan remehkan mereka.

“Ouuuuhhh! Hisapannya!! Lonte di pengkolan saja kalah!! Ouuuuhgg!!” Pak Komar mengerang nikmat saat penisnya di hisap Maya.

“Uuhhhh! Dek May!! Gantiaaaan!” pinta Pak Bazam.

Sekarang Maya menghisap penis Pak Bazam, kepalanya mundur ke depan dengan tempo yang cepat dan akurat. Pak Bazam sampai kewalahan menerima blow job dari wanita 1 ini.

“Slrrrrrrppppppppp!!” Maya terus menghisap dengan bunyi liur yang banyak dimulutnya, matanya terpejam, yang berarti wanita ini juga menikmatinya.

“Tes dulu, menghadap ke sana dek Maya!” Pak Komar menepuk pantat Maya. Maya lalu mengubah arahnya dan fokus kepada penis Pak Bazam. Lalu Pak Komar mengangkat pinggang Maya dan mau mengarahkan penisnya ke vagina Maya. Namun pria ini terkejut melihat lubang pantat Maya yang melebar.

“Buset! Buset! Buset! Udah jebol juga lubang pantatnya?? Wah! Wah! Kayaknya masa lalu dek Maya benar-benar keras ya pengalaman ngentotnya!”

“Udeehh! Tancap ajeee! Bacooot! Ouuuhhh!!” ucap Pak Bazam yang mengerang nikmat.

“Hehehehe, iya pak,” Pak Komar memandang Maya, “Izinkan saya.”

“Tancap! Minta izin segala!!” Pak Bazam kesal di tengah nikmatnya.

“Iya-iya,” Pak Komar juga sebal dimarahi seperti itu.

Perlahan-lahan penis Pak Komar memainkan ujung penisnya di gerbang vagina milik Maya.

“Nggghhhhh,” Maya melepas kulumannya dan menoleh ke belakang, “Paaaak, ayoooooo.”

“Hehehehe, apanya dek?” ucap Pak Komar.

“Ngentot!!” Maya kesal, “Cepat masukin kontol bapak ke memek Maya!!!”

“Garang pak,” Pak Komar tertawa kepada Pak Bazam, Pak Komar lalu menepuk pantat Maya dengan keras.

“Aaaaawwwwww!” Maya merintih kesakitan.

“Yang sopan minta nya! SD lulus tidak? Kan diajari tata krama!” Pak Komar menampar lagi pantat Maya dengan keras.

“Aaaaaaahhhh!!” Maya lagi-lagi merintih.

Ada 5 kali Pak Komar menampar pantar Maya sehingga pantat Maya yang putih mulus itu memerah.

“Pak....” Maya memelas, “Ayoooo, Maya ga tahaannn, ayooo......”

“Hehehehe, izinkan saya,” kata Pak Komar.

“Iyaaaa.... Ayoooo..... Entot Maya......”

“Oke!” Pak Komar hendak memasukkan penisnya ke vagina Maya, tapi dia kembali berbicara, “Izinkan saya.”

“Mau saya tampar pakai peler saya pak??” Pak Bazam kesal dengan kesopanan pak Komar yang selalu minta izin melakukan sesuatu.

Pak Komar mendumel, dan sesuai permintaan Maya. Maka Pak Komar dengan cepat mencoblos vagina Maya.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh!!” Maya melenguh panjang.

“Uuuoooohhh! Menjepit!!” Pak Komar merasakan sensasi luar biasa saat penisnya diurut-urut oleh vagina Maya.

Dan dengan cepar Pak Komar mulai memompa vagina Maya dengan ritme perlahan dahulu, sementara Pak Bazam memegang kepala Maya agar wanita ini kembali menghisap penisnya.

Suara PLOK! PLOK! PLOK kembali terjadi, sebuah suara indah bertemunya kelamin antara pria dan wanita. Pak Komar begitu semangat membombardir vagina istrinya Gio ini.

“Anjing!! Enak sekalii!!” erang Pak Komar sambil memegang pantar Maya.

“NNGHHHHH!! NGHHHHHHHHH!!” Maya juga mendesah sambil mengulum penis Pak Bazam.

Semakin lama semakin beringas. Maya lalu dibaringkan Pak Komar dan sekarang gantian Pak Bazam yang mencoblos vagina Maya, sementara Pak Komar di atasnya sambil memainkan payudara Maya.

“Aaaaaahhhh ssssssssss!!!” desah Maya.

“Gimanaaa pak pepeknya tadi?” ucap Pak Bazam.

“Mantap pak!” Pak Komar memandang Maya, “Aduh dek, cantik sekali kau ini. Amoy, seksi, nak Gio beruntung punya istri sepertimu.”

“Nghhhhhhhh aaahhhhh, iyaaaahhh, nggghhh,” di tengah desahannya itu Maya tersenyum dan senang dengan pujian itu.

“Kita juga beruntung pak! Bisa menikmati pepeknya! Hahahaha! Ouuuuhhhhh!! Ini pepeknya bisa nyedoooot!!!” ucap Pak Bazam.

“Kalau dek Maya jadi lonte di pengkolan sana, bapak yakin adek laris manis hehehe,” Pak Komar memainkan puting Maya.

“Aaaaaahhh ahhhhhhh ngghhhh aaaaaahhhh!!” Maya tak peduli percakapan ini.

Lalu suara Dimas yang terganggu tidurnya menyadarkan Maya. Dia menoleh melihat anaknya dan terlihat sedih. Dia memandang Pak Bazam dan berbicara.

“Paaak, tolong berhentiii sebentaarr, ngghhhh!!”

“Kenapa? Ouuuhg nikmaaat!”

“Berhenti dulu pak!!” Maya membentak.

Pak Bazam dan Pak Komar tertegun. Maya dengan wajah sedihnya berucap.

“Di kamar saja..... jangan di sini....”

“Kenapa?”

“Anak saya....” Maya memandang lirih Dimas.

Rasa sedih itu ada karena Maya tak mau Dimas melihat ibunya seperti ini. Dan hatinya serasa hancur apabila melihat kelakuan buruk ibunya ini meski pun Dimas masih balita. Mengerti akan pikiran Maya maka mereka sepakat pindah ke dalam kamar. Maya digendong ke 2 pria ini untuk masuk ke dalam, diturunkan di atas kasur dan Pak Komar menutup pintunya.

“Terima kasih ya pak,” Maya tersenyum.

“Sama-sama hehehehe,” Pak Bazam tertawa.

“Nih hadiahnya!”

Maya lalu menarik Pak Bazam sehingga pria ini terbaring di atas kasur, dan Maya segera berdiri membelakangi Pak Bazam, berjongkok dan memegang penis Pak Bazam untuk dimasukkan ke dalam vaginanya.

“Ouuuuhhhh dek Mayaaaaaaa!!” lenguh Pak Bazam.

“Ssssshhhhhhhh aaahhh,” Maya memutar pinggulnya untuk mengulek penis Pak Bazam, “Kalian boleh ngentot sepuasnya sama Maya hari ini.”

“Tak perlu disuruh!” Pak Bazam memegang pinggul Maya dan mulai memompa vaginanya.

“Aaaaaahhh mmmmmmhhh,” Maya memandang Pak Komar, “Pak siniiiii, ngghhhhh, Mayaaa, ouhhhhh, iseep!!”

Pak Komar segera menaiki ranjang dan berdiri di samping Maya, dan benar, Maya segera menghisap penisnya itu selagi Pak Bazam memompa vagina Maya dengan ganas. PLOOK! PLOOOK! PLOOOK!

“Nghhhhhhh!!” Maya kesusahan menimbangi goyangannya pak Bazam selagi berkonsentrasi mengulum penis Pak Komar.

“Ohhh!! Hohohohoho!! Enaknya disepong Amoy!!” ucap Pak Komar dan mengelus kepala Maya.

Bosan dengan gaya ini maka Pak Bazam membaringkan Maya di samping, dan kembali menggenjotnya. Sementara Pak Komar berbaring di samping Maya, memainkan klitoris wanita ini sambil berciuman.

“Aaaahhh aaaaaaahh,” Maya dibiarkan mendesah sejenak dan dicium lagi sama Pak Komar, “Mmmmmhhhhhhhh!!”

“Ohhh enaknya pepekmu dek Mayaaaa!!! Lonteeeee!!” erang Pak Bazam.

“Mmmmmmmhhhhhhhh!!!!”

PLOK! PLOK!! PLOK!!

Pak Komar melepas ciumannya sejenak dan protes.

“Pak, gantian dong. Masa bapak melulu!”

“Sebentaaarr, lagi enaaaaak nih!!” Pak Bazam berpacu dengan irama benturan kelamin.

“Tidak adil dong, kan bapak udah pernah nyicip. Pasti tidak hanya hari ini.”

“Saya bukan Presiden yang harus bersikap adil!! Ouuuhhhh!!”

Maya yang mendengar itu jadi merasa kasihan dan menoleh ke belakang.

“Ngghhh pak, gantiaaan aja, ngghhhhhh!”

“Ini lagi!”

Pak Bazam yang kesal lalu mengeluarkan penisnya dari vagina Maya, ia lalu menimpa tubuh Maya dan memasukkan lagi penisnya ke dalam. Setelah itu ia memutar sehingga sekarang Maya berada di atas tubuhnya.

“Nih!!” Pak Bazam melebarkan belahan pantat Maya, “Kan masih ada lubang 1 nya!!”

“Pak!!” Maya terkejut.

“Kan adil jadinya, lagian dek Maya kan sudah terbiasa kan?”

Maya terdiam. Memang wanita ini sudah terbiasa di anal. Hanya saja dia baru kali ini akan melakukan double penetration, yang di mana vagina dan lubang pantatnya akan disodok secara bersamaan oleh penis.

“Waaahh! Saya dari dulu pengen tahu rasanya!” Pak Komar semangat melihat lubang pantat Maya.

Mendengar itu bisa menjadi solusi bagi pria yang dikasihaninya. Maka Maya melebarkan belahan pantatnya dan berucap.

“Boleh kok kalau bapak mau.”

“Benar?!”

“Iya,” Maya melebarkan lubang pantatnya.

“Kalau begitu, izinkan saya,” senyum Pak Komar menukik keatas 2 sisinya.

Maya juga bersiap untuk pengalaman pertamanya ini. Pak Bazam diam sejenak agar memudahkan Pak Komar melakukan penetrasi ke dalam lubang pantat Maya.

“Ngghhhhhhh,” Maya melenguh saat kepala penis Pak Komar mulai memasuki lubang anusnya.

“Ohhhhh sempiiiiiiit!!”

Dan BLEES! Masuklah penis itu dengan mudah karena lubang pantat Maya sudah melebar. Pak Komar merasakan kedutan dari otot lubang pantat Maya yang begitu bergairah.

“Ssssshhhhhh, kasih liur dulu pakk, kan keriiing,” ucap Maya memberi usul karena dia pernah mengalami ini.

Pak Komar meludahi penisnya yang menancap di anus Maya. Merasa sudah siap, maka Pak Komar memegang pantat Maya dan mulai memompanya.

“NNNNGHHHHHHHHH!!!” Maya mendesih dengan mata tertutup.

“Anjing! Enak banget!!”

“AAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH!!” dan Maya mendesah panjang.

Betapa luar biasa pengalaman ini bagi Maya, dia merasakan sesak bukan main di saat ke 2 penis itu memasuki ke 2 lubangnya. Dia bisa merasakan penis Pak Komar keluar masuk di dalam anusnya sementara penis pak Bazam berdiam tegak di dalam vaginanya.

“Ouhhhh! Aaaahhh ahhh ahhhh!” Maya mendesah binal.

“Uuuhhhh! Lacur kamu dekk!!” hina Pak Komar kepada Maya

“Nnngghhhh iyaaaaa, akuuuu pelacuuurrr nghhhhhh!!!”

Pak Komar terus menggenjot dan Pak Bazam berdiam diri saja. Tadi dia berusaha ikutan menggenjot, tapi kalah dengan genjotan Pak Komar. Tapi bagi Pak Bazam tak masalah, malah dia sekarang terlihat santai.

“Aaaaaaaaaaahhhhh! Ngggg ahhhh ahhhhh aaaahhhhhh!!”

“Gimana pak Komar? Enak kan juburnya?” ucap Pak Bazam kepada Pak Komar.

“Luar biasa pak!! Bapak mau coba??”

“Untuk bapak saja, saya sudah pernah.”

“Ouuiihhhhhhh pelaan-pelaaaaan!!! Nngghhhhhhh aaaaaaaahhhhu ahhhhhh!!!”

Tapi Pak Komar tak perduli dan semakin menjadi-jadi memompa anus Maya.

“Anjiiiing!! Enak bangeet!! Tahu kalau ada lacur kayak gini udah saya pake dari dulu!!” seloroh Pak Komar.

“Untung bapak putar balik tadi! Dapat enak-enak kan? Hahahaha?!” Pak Bazam tertawa dan berusaha menyodok-nyodok vagina Maya walau susah.

“AAAAAAAAAAHHHHHHHHH!!” Maya mendesah hebat untuk sensasinya.

Maya benar-benar tak kuasa menahan gejolak gaya seks ini. Terasa nikmat bagi vagina dan anusnya. Pak Komar terus menerus menyodok lubang pantat Maya sedangkan Pak Bazam menyerah karena kalah goyangan dan kembali bersantai.

“Oh iya! Saya lupa ada janji sama Pak RT!” ucap Pak Bazam tiba-tiba.

“Loh,” Pak Komar menurunkan tempo genjotannya, “Terus bagaimana?”

“Saya duluan deh pak, biar cepat!”

Pak Komar mengalah dan mengeluarkan penisnya dari anus Maya, Maya yang ambruk di atas tubuh Pak Bazam lalu ditolak ke samping dan mengarahkan penisnya ke vagina Maya.

“Bapak mau cepat-cepat dek.”

“Iya,” Maya tersenyum.

Lalu penetrasi pun terjadi, saat memasuki vagina Maya maka dengan cepat pak Bazam menggenjotnya sekuat tenaga, sampai meremas-remas kedua payudara Maya dan tak lupa memencet putingnya sedemikian rupa, sehingga susu yang ada pada kedua payudara Maya muncrat ke mana-mana.

“Oooooooooohhhhh!!!” Maya memekik nikmat.

“Uuuuhhhhhhhhhhh!! Tete punya susuuuu!! Memeknya pun nikmat!!” kaya Pak Bazam dan semakin menjadi memuncratkan susu pada payudara Maya.

“Mmmmmm!!” Maya pun merem melek kenikmatan.

Tapi semakin lama pak Bazam semakin beringas menyodok vagina Maya dan semakin kencang meremas payudara istri Gio ini.

“AAAHHH AHHHH AHHH!!” desah Maya saat disodok dan dimainkan payudaranya.

“Oohhhhhhhh sedaaaap!!!”

“Enakkan pak memeeek Mayaaa? Ngghhhhh?” ucap Maya bertanya.

“Enaaak sekalii lonteeee!!”

“Nghhhhhhh iyaaaa aaahhhh ahhh ahhhhh!!”

“Ohhhh dasar pelacuuuur!! Pereek! Lonteee!! Kamu sukaaaa dientooot kan?”

“Iyaaaaa, ngghhhh, Mayaa, Aaaahhh ahhh, Maya sukaaa dientooooot!!”

Pak Bazam terus menggenjotnya dan Pak Komar duduk di atas kursi sambil melihat persetubuhan ini. Pak Bazam hampir mencapai limitnya dan berucap.

“Mau keluaaar deek!! Bapak keluariiin di dalaam ya??!!”

“Nghhhhh iyaaaaa, oooohhh ooooooghhhhhh!!”

Kaki Maya lalu melingkar di pinggang Pak Bazam seolah menahan pergerakan pria ini agar tak melepaskan penis dari vaginanya. Pak Bazam mencapai titik finis sampai akhirnya.

“Ooooooohhhh!!!”

CROOOOOT!! CROOOOOOT! CROOOOOOOTTTT!!!​

Bertubi-tubi air sperma menembak isi vagina Maya dan Maya bisa merasakan cairan itu menembak di dalamnya.

“Anjiiiingg!!!” Pak Bazam ambruk di atas tubuh Maya.

Maya tersengal-sengal dengan ini dan Pak Bazam meremas remas payudara Maya.

“Terima kasih dek Maya, kamu benar-benar perek paling nikmat di desa ini.”

“Iyaa.....” Maya tersenyum.

Pak Bazam segera beranjak dan Pak Komar hendak menggantikan posisinya. Terlihat cairan sperma milik Pak Bazam keluar dari vagina Maya dan cukup kental.

Pak Komar yang mau menggantikan posisi Pak Bazam gerakannya berhenti saat melihat Pak Bazam mengambil uang dari saku celananya dan memberikannya kepada Maya. Uang perjanjian kemarin (uang keamanan, dan 70% uang air dan listrik)

“Loh, bayar?” ucap Pak Komar bertanya.

Pak Bazam tertawa dan mulai iseng saat memberikan uangnya.

“Tentu saja. Mana ada yang gratis, iya ndak dek Maya?”

Maya menahan tawa menerima uang itu dan menaruhnya di bawah bantal. Sedangkan Pak Bazam segera keluar dari kamar mengingat janjinya dengan Pak RT.

“Saya kirain gratis,” kata Pak Komar, “Mana saya belum jualan lagi, uang belum ada.”

Maya lagi-lagi menahan tawa karena sepertinya Pak Komar termakan kebohongannya Pak Bazam. Maya hendak berkata kalau Pak Bazam tadi hanya bercanda, tapi Pak Komar dulu yang berkata.

“Bagaimana kalau saya bayar pakai dagangan saya?”

Maya terdiam dan berkata, “Maksudnya?”

“Ya, saya bayar pakai dagangan saya. Untuk seminggu! Jadi dek Maya terserah mau ambil apa! Mau ayam, sayur, ikan, apa pun itu gratis!!”

“Benar?”

“Iya!”

Maya tak menyangka mendapatkan penawaran yang menggiurkan ini meski dia juga harus memberikan tubuhnya yang menggiurkan. Namun dia berpikir, 7 hari berarti dia dan keluarganya di rumah ini bisa menghemat biaya pangan. Dan merasa tak sia-sia dia melakukan ini.

Pertama, dia mendapatkan free iuran keamanan, dan 70% uang listrik dan air kembali. Dan kedua, dia mendapatkan bahan makanan gratis selama seminggu. Semuanya itu sangat bermanfaat bagi dirinya dan suami mengenai pengeluaran keuangan. Maya tersenyum dan berkata.

“Baiklah.”

“Oke!!”

“Kalau minggu depan bapak minta jatah lagi, maka bayarannya sama. Yaitu seminggu, gimana?” Maya juga mulai menawar.

“Boleh!”

“Deal!” Maya tersenyum.

“Sekarang giliran bapak!”

Maya kembali berbaring dan bersiap menerima penetrasi dari Pak Komar, dan lagi-lagi Pak Komar memilih menyodok lubang pantatnya. Mungkin bagi Pak Komar ini baru pertama kali dan ingin orgasme di lubang pantat istrinya Gio ini. Desahan demi desahan. Erangan demi erangan. Akhirnya Pak Komar mencapai batasnya dan memuncratkan sperma nya di dalam lubang pantat Maya.

“Gilaaaa!!! Enak banget deeeekk!!” erang Pak Komar.

“Hnngggggg,” Maya tersenyum dan menutup mata.

Pak Komar menarik mundur penisnya dari lubang pantat Maya dan terlihat sperma keluar dari anusnya Maya.

Pak Komar yang masih duduk di atas kasur lalu berbicara dengan Maya yang masih terbaring di atas kasur. Ia raih celananya dan mengeluarkan uang untuk diberikan kepada Maya.

“Ini apa, pak?” Maya tersengal-sengal.

“Duit dek Maya tadi pas beli sayur. Kan tadi saya sudah janji bayarnya dengan dagangan saya. Jadi uang ini saya kembalikan.”

“Oh, jadi hitungannya dimulai dari sekarang?”

“Dek Maya mau tambah yang mau diambil?”

“Hm, ayam ada?”

“Ada, 1 utuh!”

“Boleh deh,” Maya tersenyum, “Sama cabai ya?”

“Boleh, nanti bapak ambilkan,” Pak Komar lalu mendekati Maya, “Bersihkan dulu.”

Maya menerima uang tadi dan mulai membersihkan penis Pak Komar dari sisa perzinahan yang barusan mereka lakukan.

Setelah selesai, Pak Komar segera keluar dari kamar untuk memakai pakaiannya kembali karena dia membuka bajunya di luar. Maya masih terengah- engah dan memikirkan kejadian barusan. Ia lalu duduk dan menghitung uang yang ada di tangannya.

“Haaaah,” ucap Maya dan melihat kasurnya, “Harus cepat-cepat diganti seprainya.....”

Ia lalu beranjak dan perhatiannya tertuju pada sebuah dompet di atas meja. Ia hampiri dompet itu dan mengenal betul dompet milik siapa.

“Ya ampun sayang, kok pakai acara ketinggalan sih!”

Dengan telanjang bulat, Maya mencari ponselnya untuk menghubungi suaminya. Setelah beberapa nada tunggu akhirnya telepon diangkat.

“Sayang, kamu di mana? Dompetmu ketinggalan,” ucap Maya.

“Oh, aku di jalan besar, Ma. Iya, papa tadi juga baru sadar dompet papa ketinggalan.”

“Jalan besar?” Maya duduk di kasur, “Memangnya papa mau kemana?”

“Mau coba cari kuliner gitu untuk dibeli, makan di rumah.”

“Tapi kan mama mau masak sayang,” Maya cemberut.

“Ya untunglah dompet papa ketinggalan hehe. Papa jalan-jalan saja dulu di sini, mungkin siang papa pulang.”

“Iya, hati-hati tuh. Eh, berarti papa ga ngawas pekerja dong!”

“Palingan seperti biasa, tak perlu diawasi.”

“Ih kan itu tugas ayah mama untuk papa,” Maya manyun.

“Hahahaha, ngomong-ngomong mama lagi apa?”

“Mama....” Maya berpikir sambil melihat ranjang perzinaan tadi, “Emm, mau cuci-cuci aja...”

“Oh begitu....”

“Kenapa, Pa?”

“Oh enggak.”

“Nadanya kayak banyak pikiran begitu.”

“Hahaha masa? Ga kok, sumpah. Enggak.”

“Hmm.”

“Oh iya, Maya.”

“Ya?”

Lama Gio tidak membalas sampai akhirnya suara suami Maya itu kembali terdengar.

“Aku mencintaimu......”

Mendengar itu membuat Maya terenyuh, mukanya sayu dan tersenyum.

“Maya juga mencintaimu, sayang.....”

“Kayak orang pacaran ya hehehehe.”

“Hihihi.”

“Kalau begitu papa lanjut jalan-jalan sebentar ya?”

“Iya. Siang langsung pulang ya, mama mau masak yang enak untuk papa!”

“Jadi ga sabar hehehe.”

Telepon terputus dan Maya mau segera berberes-beres dan menutupi bukti perzinaan tadi. Tapi dia berhenti sejenak dan melihat uang yang ia pegang. Ia tersenyum dan memasukkan semua uang itu ke dalam dompet suaminya. Ia hirup aroma khas suaminya yang menempel di dompet itu dan berkata.

“Sampai kapan pun Maya selalu mencintaimu, Gio.....”

Dan memang terbukti. Meski Maya memberikan tubuhnya kepada pria lain, namun hatinya tetap kepada suaminya. Tak berubah. Hanya saja ada 1 hal yang tidak Maya ketahui. Kalau Gio tadi melihat dirinya berhubungan badan dengan Pak Bazam dan pak Komar dibalik jendela.

**********​

********
[POV Gio]
********​

Setelah istriku menelepon, aku kembali bengong di tepi jalan besar ini. Aku benar-benar tak bisa berpikir jernih kenapa istriku bisa begitu mudah memberikan tubuhnya kepada pria lain. Terangsang tentu saja, meski aku tadi tak mengintip sampai habis. Aku tak habis pikir, kenapa Maya bisa melakukan double penetration seperti itu. Sebuah gaya yang biasanya kulihat di film-film biru. Perasaan marah, kesal dan kecewa tentu saja aku alami.

Hanya saja aku tak bisa menahannya terlalu lama untuk Maya. Aku benar- benar mencintai istriku tersebut dan bingung bagaimana mengubah perilaku istriku yang menyimpang karena mengidap ekshibisionis. Aku adalah contoh, pria bodoh yang ada di muka Bumi ini. Asyik-asyik melamun di bawah rindangnya pohon. Bunyi dering telepon di ponsel mengagetkanku. Ku lihat itu adalah nomor yang baru, kuangkat saja untuk mengetahui siapa pemilik nomornya.

“Hei!!! Mana uangku!!! Tukang Coli!!!” teriak seorang wanita muda diponsel, yang kukenal suaranya.

Sial! Aku lupa kalau aku masih ada urusan sama Frieska!

💦 BERSAMBUNG

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com