Kudengar suara alarm dari ponsel menggaung mengganggu isi telingaku. Suara itu berhenti, tanda ada yang mematikannya. Aku tahu itu karena durasi alarm ku bisa kuprediksi, dan aku yakin yang mematikan alarmku adalah istriku, Maya. Kubuka kelopak mata ini dan sedikit kesilauan dengan cahaya lampu kamar yang menyerang mata. Aku merasa nyaman dengan kepalaku, tapi ini terlalu nyaman, kenyal dan berisi. Kutoleh ke samping dan aku terkejut.
“Astaga!” seruku.
“Oh.” Maya menoleh ke belakang dan tersenyum, “Udah bangun.”
Ternyata kepalaku terbaring di atas betis istriku yang sedang tengkurap di kasur. Dan yang membuatku kaget karena pas aku menoleh, aku berhadapan langsung dengan selangkangan istriku.
Tapi ini memang bukan hal yang aneh. Istriku memang suka tidur memakai lingerie, dan kali ini memakai lingerie putih kesayangannya. Aku terdiam sejenak, melihat vaginanya yang tertutup dengan celana dalam. Sebuah vagina yang sudah ‘Dicoblos’ 2 pria lain selain aku sebagai suaminya.
Walau tidak 100%, aku yakin kalau Maya mengidap ekshibisionis. Itu terbukti dari perbuatannya yang tidak tanggung-tanggung sampai berhubungan badan dengan pria lain. Meski begitu, ada sedikit yang membuatku lega walau tak pasti.
Menurut penelitian, 40% pengidap ekshibisionis akan tetap mencintai pasangan utama. Meski pun ia mendapatkan kepuasan seksual dari orang lain. Dan pengidap yang termasuk dalam katagori 40% itu tergolong sedikit, namun segala perkataan Maya yang mengatakan kalau sangat mencintaiku saat ngentot dengan tua bangka kemarin, setidaknya mengurangi rasa khawatirku.
Aku duduk di atas kasur dan melihat istriku asyik memainkan ponsel pintarnya. Merasa aku melihatnya membuat istriku juga buru-buru beranjak dari tempatnya tengkurap.
Dan puji Tuhan, melihat gaya dia seperti merangkak diatas kasur seperti ini mampu membuatku kenyang menelan air ludahku. Maya terlihat sangat seksi, padahal sudah puas aku melihat tubuhnya ini.
“Papa nanti pergi mengawas lagi?”
“Ah, iya,” aku mengiyakan dan mengingat tugasku di desa ini untuk mengawasi pekerja ayah mertua ku.
“Kalau begitu papa mandi dulu ya? Biar mama isi air bak nya dulu, sekalian mau bikin sarapan,” ucapnya sembari turun dari kasur.
“Ide bagus,” jawabku sambil menguap.
Maya lalu keluar kamar dan aku segera menyerap ‘nyawa’ ku yang tercecer di kasur. Lalu aku beranjak dan melihat jagoan kecilku sepertinya tertidur pulas di tempat tidur bayi nya. Kudengar suara air mengalir mengisi bak, yang membuatku segera keluar dari kamar.
Begitu keluar, aku segera menuju ruang tengah untuk menghidupkan TV agar suasana rumah ini tidak begitu sepi. Itu memang kebiasaanku, aku benci suasana sepi.
Aku segera berjalan menuju kamar mandi yang dekat dengan ruangan dapur. Kulihat Maya masuk dari pintu belakang dan membawa 2 buah handuk, 1 nya ia berikan padaku dan 1 nya ia taruh di bahu kursi.
“Siang sempat pulang, Pa?” tanyanya.
“Lihat dulu ya, kalau ruwet mungkin sore nanti papa pulang.”
“Kalau gitu, misalkan siang nanti papa ga pulang. Biar mama aja ke sana, nganter bekal makan siang papa,” Maya tersenyum.
Inilah kenapa aku sangat menyayangiku istriku. Dia segala pengkhianatannya, ia sangat perhatian kepadaku. Aku mendekatinya dan memeluknya dari belakang.
“Aku sayang kamu, Maya,” bisikku dan kukecup pipinya.
“Hm,” dia tersenyum dan memegang tanganku yang memeluknya, “Gombal pagi.”
“Hehehe,” aku mengecup pipinya lagi.
Aku hendak menuju kamar mandi dan istriku berkutat dengan ponsel nya, selagi menunggu rebusan air mendidih. Kulihat sejenak keran air di belakang yang dibetulkan Pak Bogo kemarin, dan kembali masuk ke dalam.
Dan di dalam aku melihat Maya begitu fokus memandang ponsel nya, namun tangannya yang memegang buah pisang menarik perhatianku. Karena Maya tidak memakan pisangnya, tapi mengulumnya keluar masuk, bahkan liurnya menempel pada ujung buah kebanggaan bangsa monyet tersebut.
“Maya.”
“Iya?” Maya terkejut dan melihatku.
“Kenapa pisangnya digituin?” aku tertawa untuk memancingnya.
“Apa sih,” dia juga tertawa.
“Kalau mau, ‘Pisang’ papa saja yang mama gituin.”
“Ihh, apa sih. Ga mau! Mandi sana!” Maya mendorong punggungku untuk masuk ke dalam kamar mandi.
Dikamar mandi aku sedikit kesal mendengar ucapan Maya. Dia tidak mau mengulum kontolku, tapi kemarin dia dengan nikmat mengulum kontol pria lain. Peyot pula kontolnya.
Ah sudahlah. Aku lebih baik mandi dulu. Kubuka seluruh bajuku dan kugantung di gantungan pintu, dan suara berisik air keran ini begitu riuh didengar.
Dikamar mandi inilah aku melihat Maya dan Pak Bazam bersetubuh. Aku melihat ventilasi atas yang kugunakan mengintip, dan begitu lama kumemandang ruang pengkhianatan ini.
Daripada menjadi beban pikiran maka aku memutuskan untuk mandi. Dan sialnya sabun cair di kamar mandi habis, aku memanggil Maya dari dalam untuk mengambil sabun cair isi ulang yang ditaruh di lemari ruang tengah.
“Maya, tolong ambilkan sabun cair, habis.”
Tak ada tanggapan, mungkin karena suara air yang berisik ini menghalangi pendengarannya. Aku meminta lagi dengan suara keras namun lagi-lagi tak ada tanggapan. Padahal keberadaannya tadi di dapur, yang dekat dengan kamar mandi ini. Mustahil kalau dia tidak mendengarnya.
Aku melingkarkan handuk di bagian bawah dan segera keluar sambil memanggil namanya.
“Maya.”
Dan memang, tak ada sosok istriku di dapur ini, sebagai gantinya aku mendengar bunyi grasak-grusuk di depan. Penasaran aku mencoba berjalan ke arah sumber suara, dan tak lupa kututup pintu belakang yang lupa kututup.
Setelah itu aku segera berjalan ke arah sumber suara, dan aku melihat lingerie putih istriku berada di ruang tengah. Merasa aneh, aku terus meneruskan perjalananku menuju ruang tamu, karena tadi suaranya grasak-grusuk tadi ada di situ.
“Maya!” aku terkejut, “Kamu ngapain?”
Bagaimana aku tidak terkejut kalau aku melihat istriku bertelanjang bulat diruang tamu. Maya terlihat salah tingkah dan mencoba menutupi bagian payudaranya.
“Papa, kok nggak jadi mandi?”
“Gimana mau mandi, sabun habis. Dari tadi dipanggil ga dijawab. Kamu ngapain telanjang di sini?”
“Oh itu...” Maya terlihat berpikir sejenak, “Oh, tadi mama mau nunggu giliran papa mandi. Mama buka aja lingerie mama dan menunggu disini. Nih handuknya.”
Aku mengangguk dan memang melihat handuk putihnya di atas meja. Dan aku melihat ada sebuah kotak yang bertuliskan ‘Morning Pill’, aku merasa asing dan bertanya.
“Itu apa, Ma?”
“Oh, ini,” Maya mengambil kotaknya, “Ini obat pelangsing.”
“Obat pelangsing?” aku tertawa, “Kurang langsing apalagi memangnya, mama?”
“Udah deh, mandi cepet, biar gantian,” suruhnya.
Aku mengiyakan saja. Namun aku perhatikan kayaknya salah 1 sofa panjangku agak maju ke depan, dan samar-samar aku mencium bau keringat yang bau sekali. Tak mungkin Maya memiliki bau ini karena istriku ini sangat bersih. Kutinggalkan istriku dan mengambil sabun cairku. Di dalam perjalanan menuju kamar mandi aku mulai curiga, tampaknya ada sesuatu terjadi. Aku masuk ke dalam kamar mandi dan mulai memikirkannya.
Tapi belum aku memikirkannya, samar-samar aku mendengarkan bunyi langkah kaki. Aku lalu mengintip dari lubang kunci dan melihat istriku masih bertelanjang bulat dan diam-diam membuka pintu belakang. Setelah itu ia kembali masuk ke dalam dan membiarkan pintu belakang itu terbuka. Aku semakin curiga. Kenapa dia membuka lagi pintu belakang? Bahkan dia kembali masuk ke dalam? Atau tadi sebelumnya ada pria yang masuk saat aku dikamar mandi? Dan dia membukanya lagi agar pria itu mudah untuk keluar rumah?
Wah kacau! Semenjak kejadian kemarin, pikiranku selalu negatif. Untuk mengusir rasa penasaranku, maka aku kembali membalut tubuh bagian bawahku dengan handuk. Pelan-pelan kubuka pintu kamar mandi dan mencoba mengintip ke arah ruang tamu. Alisku mengerut, karena kulihat kaki istriku ada di bawah. Seolah dia sedang tengkurap di situ.
Pikiranku semakin kacau. Diam-diam aku mengendap setelah menutup pintu kamar mandi, aku terus berjinjit berjalan menuju pintu ke garasi. Karena di garasi ada sebuah kaca 1 sisi yang bisa melihat suasana yang ada di ruang tamu. Yang di mana maksudnya, hanya dari arah garasi saja bisa melihat apa yang ada di dalamnya.
Dan betapa hancurnya pikiranku saat melihat apa yang terjadi.
Bisa terlihat jelas kalau ada Pak Bogo disitu yang sudah telanjang bersama istriku. Dan istriku dengan nikmatnya menjilat kontol hitam Pak Bogo yang kuakui ukurannya lebih besar dariku. Kontol berwarna hitam dan memiliki urat besar itu dengan nikmat dikulum dan dijilat oleh mulut indah istriku.
Sial! Bagaimana pikiran negatifku benar-benar terbukti!? Dan kenapa Pak Bogo bisa ada di sini!?
Bisa dibilang inilah pertama kalinya aku melihat Pak Bogo dan istriku berhubungan badan setelah dari dulu aku mencurigainya.
Kulihat pak Bogo yang berbaring mulai memosisikan dirinya untuk duduk, kepala istriku juga asyik naik turun diselangkangannya, matanya terpejam, menandakan ia begitu nikmat melakukan blowjob terhadap bapak kekar berkulit hitam ini. Tangan besar itu mulai meremas-remas payudara besar istriku, istriku membuka matanya dan melihat pak Bogo. Senyumnya merekah dan lidahnya begitu lincah bermain dikepala kontol pak Bogo.
“Suka sekali sama kontol saya ya, dek?” tanya Pak Bogo.
Maya tak menjawab, tapi dari kelakuannya yang begitu sedap melahap penis besar dimulutnya itu sudah menjadi jawabannya.
“Hehehe,” pak Bogo meremas-remas payudara istriku, “Benarkan kata saya, dek Maya pasti ketagihan. Bukan cuma dek Maya satu-satunya yang pernah disodok sama kontol saya ini.”
“Mmmhhhhhjhj sllrrrrrppp!!” suara Maya menghisap kontol itu dengan liur begitu seksi didengar. Ini benar-benar menyakitkan! Sekaligus menyenangkan. Lebih tepatnya menyenangkan penisku! Berengsek!
Kenapa kontolku malah tegang melihat pengkhianatan ini??
Pak Bogo lalu berdiri dan bangsatnya adalah, Maya masih saja mengulum kontol hitam pria ini. Bahkan saat Pak Bogo berjalan saja Maya mengikuti, seakan ia tak mau melepaskan hisapan pada kontol pria selain suaminya ini.
“Aman tampaknya,” kata Pak Bogo mengintip bagian dalam. Sepertinya pak Bogo memastikan diriku masih ada di dalam kamar mandi.
Dan Maya masih berlutut di depan kontol pak Bogo, istriku sepertinya benar-benar bernafsu dengan kontol itu.
Istriku melepaskan kulumannya, ia jilat batang kontol itu dari bawah sampai atas dan sekarang ia melahap sangkar kontol itu dengan lahap.
“Hehehe, gimana rasanya di entot sama Pak Bazam kemarin, dek?”
Maya menjelingkan matanya ke atas dan cemberut. Tangannya masih mengocok-ngocok kontol pak Bogo.
“Mas Bogo kenapa ngasih tahu pak Bazam sih? Dia jadi minta jatah deh.”
“Keceplosan, sewaktu pak Bazam berkata melihatmu sangat seksi membersihkan kotoran kucing di teras hehehehe.”
“Nggghh,” Maya menggigit bibir bagian bawahnya, “Mas, yuk, nanti keburu suamiku selesai.”
“Yuk apanya?”
“Mas, ayo dong,” Maya memelas.
“Apa? Mas ga ngerti,” Pak Bogo menyeringai puas.
“Ayooo,” Maya terlihat memohon.
“Lakukan seperti yang Mas pinta dong, kan dek Maya yang chat tadi mau dientot sama mas.”
Apa? Chatting? Jangan bilang kalau sedari tadi Maya berkutat dengan ponselnya untuk chattingan sama pak Bogo?! Dan apa maksudnya permintaan Pak Bogo kepada Maya??
“Masss,” Maya tampak terengah menahan nafsu, “Ayoo, pengeeen.”
“3 kali salah, hahaha,” Pak Bogo lalu berjalan dan duduk di atas sofa.
Dan kulihat istriku buru-buru menghampiri, dan lebih gilanya dia memegang kontol Pak Bogo dan mengangkang ditengah-Nya.
“Eets! Siapa suruh?” Pak Bogo mencegah Maya.
“Mass! Ayo dong? Udah ga tahan! Nanti suami Maya selesai,” pinta istriku lagi, ia berjongkok di depan kontol pak Bogo dan menjilat kepala kontolnya.
“Kan mas bilang di chat kalau dek Maya harus binal, sekarang sudah 3 kali salah karena tidak mau melakukannya, jadi dek Maya harus dihukum.”
“Ngggg,” Maya memelas manja.
“Mau dientot ga?”
Maya mengangguk pasrah. Tak pernah kulihat istriku bertingkah seperti ini. Lalu kulihat pak Bogo tersenyum puas. Dan dengan tangkasnya ia menjepit ke 2 puting payudara Maya dan ditariknya ke atas.
“Mas!! S..sakit!!” Maya merintih dan berdiri karena tarikan itu.
“Hehehehe.”
Pak Bogo lalu berjalan sambil menarik puting susu Maya yang kuyakin sangat kuat ditekannya, itu bisa dilihat dari rintihan Maya dan mau tak mau mengikuti karena putingnya dijepit. Pak Bogo berjalan ke arah pintu dan membuka lebar 2 pintu rumah kami. Maya ditarik dan disuruh berdiri di tengah pintu yang terbuka itu!
“Sekarang dek Maya joget di sini,” perintah Pak Bogo sambil menepuk bokong istriku.
Gila!! Kau menyuruh istriku berdansa telanjang bulat? Di hadapan tempat umum?
Maya juga tampak keberatan, “Tapi kan...”
“Tenang, ini masih jam setengah 5. Tidak seperti di jalan yang sana, di sini tidak akan ada orang yang berlalu lalang.”
Ya memang sih seperti yang kau katakan. Tapi kan siapa tahu ada kemungkinan ada orang lewat?! Kulihat Maya melihat keluar, kanan kiri, seolah ingin memastikan.
“Yaudah deh,” Maya menyanggupi. Apa???? Apa kau sudah gila Maya???!!
“Hehehe.” Pak Bogo duduk di sofa, mengocok penisnya. “Ayo joget, yang seksi.”
Kulihat Maya berdiri dengan kaki menganga lebar, ia liak-liukkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri, dan tangannya meraba tubuhnya dari bawah sampai atas. Mempertontonkan tubuh bagian belakangnya yang telanjang bulat ke arah luar.
Gila! Gila! Gila!
Ini sudah gila!
GILA!!
Bukan gila karena Maya melakukan itu, tapi kontolku sendiri! Kenapa kontolku malah semakin tegang melihat atraksi istriku ini?!
“Sssshhhh ahhhh,” Maya mendesah, ia menggigit bibir bagian bawahnya melihat kontol pak Bogo, dan gerakan tubuhnya semakin liar untuk berjoget tanpa busana.
“Ya, bagus, amoy pintar,” Pak Bogo terlihat semangat mengocok penisnya sendiri.
Bahkan Maya semakin menjadi, ia berjalan mundur ke belakang sehingga keberadaannya sekarang di teras rumah. Ia berbalik badan, meliuk-liukkan tubuhnya turun sampai dia berjongkok dengan posisi mengangkang, tangan kirinya digunakan untuk meremas payudaranya sendiri dan tangan kiri untuk mengelus vaginanya itu.
“Ouuhhhh, ssssshhh, nggghhhh,” desah Maya semakin binal.
Dan CEEEEERRRRR!!! Astaga! Maya orgasme?!! Padahal dia hanya melakukan hal remeh, tunggu, dia kan di luar dan telanjang bulat, apa karena sisi ekshibisionisnya yang membuatnya orgasme seperti itu?!?
“Buset, dek Maya? Cepat amat?” bahkan Pak Bogo saja kaget.
Maya yang terduduk dilantai dengan kedua paha terbuka lebar menoleh ke belakang, raut wajahnya sayu dan ia menggigit bibir bagian bawahnya lagi.
“Dek Maya benar-benar lacur!” Pak Bogo berdiri dan tertawa, “Ayo, atraksi terakhir. Tunjukkan memek lacurmu itu ke arah sana!”
Maya menurut, astaga. Dengan susah payah dia berdiri lewat pegangan pintu. Setelah itu ia berbalik badan, membungkuk, melebarkan ke 2 kakinya, dan ke dua tangannya terarah kebagian belakang dan membuka lebar pintu vagina ke arah jalanan.
Melihat itu aku tersungkur. Lututku menyentuh lantai garasi. Frustrasi? Salah satunya, karena aku tak menyangka Maya rela melakukan itu demi bisa bersenggama dengan pak Bogo. Tapi yang membuatku tersungkur seperti ini bukan karena itu, tapi karena lutut kaki lemas dan cairan sperma mengental keluar dari ujung penisku sendiri.
Gila! Aku sampai berhasil coli hanya karena melihat atraksi istriku seperti itu!!
Kulihat Pak Bogo tertawa. Ia memeluk Maya dan menggendongnya.
“Nggggg, ayooo,” pinta Maya saat penis Pag Bogo menyentuh area selangkangannya dari posisi digendong seperti itu.
Pak Bogo menutup pintu rumah kami dan menurunkan Maya ke lantai. Dia pergi sejenak untuk melihat bagian dalam, memastikanku masih berada di kamar mandi. Setelah itu dia menyeringai menghampiri Maya sambil mengocok penisnya sendiri.
“Ayo, dek Maya. Seperti yang bapak minta tadi di chat!”
Maya terengah-engah dan mulai berkata dengan suara lemah.
“Mas, ayo ngentot...”
Mendengar itu membuat mataku membulat. Aku baru pertama kalinya mendengar Maya mengatakan kalimat rendahan nan kampungan itu dari mulutnya. Karena biasanya dia kalau meminta berhubungan badan denganku tak pernah mengucapkan kata itu.
“Apanya yang dientot, dek Maya?” Pak Bogo terus menggodanya.
“Memek Maya, ayo dong, mas. Maya ga tahaan, cepet entot Maya!”
“Nah gitu dong, jelas,” Pak Bogo mulai berlutut di hadapan.
“Iya! Ayoo, masukin kontol mas ke memek Maya!” Maya semakin binal meminta dengan kata-kata norak itu.
“Mau sih, tapi memeknya tertutup rapat begitu. Dibuka dong.”
Dan tak kusangka-sangka, Maya sendiri yang membuka lebar pintu vaginanya. Seolah tak sabar menunggu kontol hitam besar berurat itu memasuki liangnya yang merah muda.
Pak Bogo juga tak mau berlama-lama kulihat. Ia mengarahkan penisnya itu dan menggesek-gesekkan kepalanya penisnya di vagina Maya.
“Nngghhh, masss, masukiiiin...”
“Hehehehe.”
Dan akhirnya di depan mataku dari posisiku ini, kulihat kontol hitam besar berurat itu melakukan penetrasi di vagina istriku. Kulihat betapa sempitnya vagina Maya menerima penis sebesar itu, bahkan Maya sampai meremas payudaranya sendiri dengan kuat serta kepalanya yang menadah.
“Waaaahh! Ini baru namanya memek! Kontol bapak serasa dipijit-pijit!” ulas Pak Bogo setelah membenamkan semua penisnya ke dalam vagina Maya.
“Sssshhhhh!! Aaaaahh! Gilaaaa!!” racau Maya.
“Gila apa, dek?”
“Kontolnya.... Mas ssshhhh... sesaaaaak!!”
Kulihat Pak Bogo belum memompa vagina istriku, tangannya yang kasar itu meremas-remas payudara istriku, terus diremasnya sampai-sampai susu Maya keluar dari puting merah mudanya itu. Dengan cepat Pak Bogo mengulum pentil kiri istriku, untuk menikmati ‘Sarapan Pagi’ berupa susu yang penuh nutrisi
“Mmmmmmmm,” Maya menggigit bibirnya menerima aksi Pak Bogo.
“Slrrrrrppp!!”
Bisa kudengar Pak Bogo mengisap puting istriku dengan kuat, dia lepas sejenak kulumannya dan memainkan ujung pentil istriku dengan ujung lidahnya. Ia kembali meremas-remas payudara Maya sembari berbicara.
“Kok nggak habis-habis susunya, dek? Padahal dulu rasanya udah bapak hisap abis waktu di WC warung.”
“Hihihihi,” Maya cekikikan mendengar pertanyaan ****** itu, “Ayoo cepet, mas. Nanti suami selesai mandinya.”
“Belum kenyang nih.”
Lalu Maya memegang kepala Pak Bogo dan menariknya agar mulut pria tua hitam itu menyucup puting payudaranya lagi. Pak Bogo pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan terus menyedot susu dari payudara Maya.
“Nngghhhhh, pelaan-pelaan hisapnyaa,” kata Maya dengan nada binal.
“Sllllrrrrppppp-sllrrrrppp!!!”
“Iyaaa, teruuusss, nnnngghhh,” Maya memejamkan mata dan menggigit bibirnya lagi.
Pak Bogo kemudian menyucup puting payudara Maya sebelah kanan dan melakukan hal yang serupa. Pria tua ini kemudian menjilati seluruh payudara istriku sehingga liurnya begitu banyak membasahi kulit putih Maya. Dia jilat terus sampai ke atas dan menikmati leher jenjang yang Maya miliki. Diposisinya itu perlahan-lahan bokong Pak Bogo mulai bergoyang, tanda ia mulai memompa Vagina istriku.
“Nnngghhhhhhh!” istriku pun melenguh.
Melihat hal ini membuat kontolku berdiri lagi! Sial! Aku merasa sedang menonton film porno saja jadinya! Apalagi aku melihat penis Pak Bogo yang keluar masuk itu menarik mundur bibir vagina Maya sedari tadi, yang menandakan betapa sesaknya vagina itu tertanam sebuah kontol besar. Perlahan demi perlahan genjotan itu semakin cepat. Pinggul Maya sampai naik ke atas namun di tekan lagi perutnya oleh Pak Bogo.
“Oouuuhh!! Enak sekali pepek mu, dek!!”
“Aaaaaahhhhh!!! Masss!! Enaaaakk!!!”
Semakin cepat dan semakin cepat, sehingga bunyi benturan antara kelamin mereka bisa kudengar dari dalam garasi ini.
PLOOK! PLOOK! PLOOOK! PLOOK!! PLOOOK!! PLOOOKOK!
“Gilaaaaahhh!!! Enaaaaaakkk!! Aaaaaahhh, mmmhhhh aaaaahhh ahhhhu!!
“Enak pepekmu, dek Maya!!” Pak Bogo begitu semangat memompanya, “Kalau begitu, uuuuhhh!!! Tiap bapak pulang ronda!! Dek Maya ouuuhhh!!! Harus mau di entot bapak yaa?”
“Iyaaaahh, nngggghhh, mmmmm aaaahh ahhhhhh ahhh!”
“Enakan kontol bapak atau kontol suamimu??”
“Enaaaaakkk!!! Nngggghhhh!!”
“Enakan siapa??”
“Mas Bogooo!! Eennggghhh teruss, Mas!!! Aaaaahhh aahhhh!!”
“Kalau Pak Bazaam!!”
“Ennaaaaakkkk!!”
“Apa?”
“Enaaaakkk!!! Semuaaa kontol enaaaakkk!!! Aaaaahh!” desah Maya
“Hehehehhe dasar lonte!”
Aku yang mendengarnya juga pasti akan mengucapkan hal yang sama. Ini berarti Maya tak peduli kontol-kontol siapa yang memasuki vaginanya. Ah sial! Gara-gara ini aku semakin horny dan semakin cepat juga mengocok kontolku sendiri. Pak Bogo sedikit melambat memompa vagina Maya dan beranjak dari tubuh istriku ini. Dan bisa terlihat keringat duniawi membasahi tubuh mereka berdua di dalam kemaksiatan rumah tangga.
“Maaass, jangan berhentiii,” pinta Istriku.
“Tukar posisi, lonte,” Pak Bogo mencium istriku sejenak.
Setelah mencium istriku, Pak Bogo menarik mundur penisnya dam berdiri. Ia berbaring di atas sofa dan meminta Maya menaikinya. Istriku dengan cepat mendekati, ia lalu berdiri dan mengangkang tepat di selangkangan Pak Bogo dan BLEES! Kontol itu kembali memasuki vagina istriku.
“Ngghhhhhhh,” Istriku merem melek dan menggoyangkan pinggulnya.
Tak tinggal diam, Pak Bogo memegang pinggang istriku dan menariknya ke bawah. Dia kembali menikmati payudara istriku dan menghisap susu di dalamnya.
“Ouhhhhhhh, ssssshhhhh,” Istriku merem melek.
Pak Bogo melepas kulumannya dan tertawa kecil, “Nah, gitu. Pintar kamu.”
“Mmmm aaahh, aaaahhhh.”
Pak Bogo mendorong payudara istriku sehingga istriku mutlak terduduk di selangkangannya. Istriku terus menggoyangkan kontol itu dengan vaginanya sementara pak Bogo asyik menampar-nampar payudara istriku.
“Dasar lonte! Udah punya suami masih saja ngentot sama orang lain!”
“Nnggg iyaaahh, mmmhhh aaahhh ahhu!”
“Enak lonte?”
“Iyyyaaaaahh, enaaakk, nngghhhh aahhh!”
“Besok-besok diajak ngentot harus mau ya?” Pak Bogo memainkan ke 2 puting istriku.
“Aaaaahh ahhhhhh!!”
“Eh jawab!!” Pak Bogo menarik keras puting istriku.
“Iyaaaaahhh!!!” istriku melengking nikmat.
“Gitu dong,” Pak Bogo mengunyel-unyel payudara istriku, “Mulai sekarang kalau saya mau ngentot, kamu harus siap ya?”
“Iyaaaahh, ngggg ahhhh ahhhh!”
“Kenapa kamu harus siap??”
“Ngghhhhh karenaaa ahhhh aahahhhh akuu lonteeee, ngghhhhh!!”
“Apa tugas lonte?”
“Aaahhh ahhhh dientoottt!!!”
“Pintar!!” Pak Bogo tersenyum puas.
Sekarang Pak Bogo menyilangkan tangannya sebagai bantal dan menikmati service istriku yang asyik memompa penis dengan vaginanya. Maya memegang pantatnya sendiri dan semakin kencang bergoyang. Lama kelamaan goyangan Maya semakin brutal, sampai-sampai Pak Bogo memegang kembali pinggang istriku agar mudah mengimbanginya.
“Aaaahhh ahhh, maasss, aku mau keluaaarrr!!” racau Maya.
“Sama!!”
“Aaaaahhh aaaahhhh!! Mas Bogo!!! Enaaaaakkk!!”
Aku juga semakin cepat mengocok penisku! Luar biasa, aku tak pernah terangsang hebat seperti ini melihat istriku sedang bersenggama dengan pria lain! Sperma yang keluar nanti adalah tanda kehormatanku untuk kemaksiatan erotis ini! Kulihat Maya bergegar tubuhnya, matanya merem melek, mulutnya menganga dan dia berkata.
“Aku kheluaaaaaaarrrrr!!!”
Tubuh Maya bergetar hebat yang membuat Pak Bogo kesusahan mengendalikan tubuh istriku ini. Maya ambruk di atas tubuh Pak Bogo sedangkan Pak Bogo masih asyik memompa vagina istriku.
“Anjinnngg!!! Pepekmu nikmat sekaliii!!!” Pak Bogo juga bergegar-gegar tubuhnya yang menandakan dirinya orgasme.
Hanya saja penisnya itu masih berada di dalam vagina istriku! Hei! Apa kau bermaksud menghamili istriku?!! Kulihat Maya juga menyadari hal itu, dengan tenaga yang ada Maya berusaha beranjak untuk lepas dari penis Pak Bogo. Terlihat dinding Vagina ikutan tertarik yang menandakan betapa sesak vaginanya itu menerima kontol besar milik pak Bogo.
Vagina Maya akhirnya lepas dari belenggu kontolnya pak Bogo, dan terlihat cairan kenikmatan mengalir dari vaginanya Maya yang bercampur dengan sperma milik pak Bogo.
Dada istriku naik turun setelah selesai menikmati hubungan badan ini, ia lalu melihat pak Bogo dengan suara tersengal-sengal.
“Mas, beneran gapapa?”
“Tenang saja, kan tadi udah saya kasih. Sekarang cepat bersihkan.”
Istriku lalu melangkahi tubuh Pak Bogo dan tengkurap di sampingnya. Maya mulai menjilat sperma yang tercecer di atas penis pak Bogo, ia menghisapnya sampai habis, dan yang terakhir dia mengulum penis Pak Bogo untuk ‘Pembersihan’ atas hubungan seks yang nikmat baginya.
Sial!
Aku tak pernah melihat Maya seliar ini! Bahkan dia tak pernah menghisap penisku! Pak Bogo lalu beranjak dan memakai celananya, ternyata dia menaruh celananya dibalik sofa yang tadi kucurigai. Sepertinya memang tadi dia bersembunyi di situ. Maya lalu duduk dan membuka isi kotak yang bernama ‘Morning Pill” itu, dia sobek salah 1 tempatnya dan segera ia minum dengan dorongan air minum yang ada di situ.
“Dengan itu kamu tak bisa hamil, jadi santai saja.” Kata Pak Bogo.
“Makasih ya, mas,” Maya tersenyum kepada Pak Bogo
Selagi Pak Bogo memakai celana, kulihat Maya mengambil handuk dan mengelap keringat serta vaginanya.
“Kalau begitu saya pulang dulu, takut suamimu keluar lagi,” Pak Bogo memandang ke dalam, “Tapi kok suamimu lama sekali ya mandinya? Apa ini kebiasaannya?”
“Ga tau, iya ya, tumben-tumbenan.”
“Saya pulang dulu, habis ronda, ngentot, enak ini kalau tidur,” Pak Bogo meremas erat payudara kiri istriku.
Maya menahan tawanya dan beranjak. Aku juga bersiap-siap untuk masuk kembali setelah puas coli melihat atraksi istriku tadi. Aku mengendap-endap ke arah pintu dan mencoba melihat dalamnya dulu. Kulihat Maya mengantar Pak Bogo ke pintu belakang, dan mereka sempat melirik kamar mandi yang masih menimbulkan bunyi air keran yang riuh.
Maya dan Pak Bogo lalu keluar. Dan aku diam-diam mulai masuk ke dalam, mendapatkan begitu banyak kesempatan dengan cepat aku mengendap-endap sambil membungkuk, membuka pelan pintu kamar mandi dan kembali masuk ke dalam ruangan ini. Kudengar pintu belakang tertutup, dan aku mendengar suara langkah mendekat.
“Pa?” panggil Maya sambil mengetuk pintu.
“Ya?!” aku tentu saja kaget.
“Tumben lama mandinya?” tanyanya.
“Ah, papa,” aku bingung mencari alasan, “Papa ketiduran!” Sungguh alasan yang ‘Masuk Akal’ sekali.
“Ketiduran?” Maya bahkan terdengar tertawa, “Kok bisa ketiduran di kamar mandi sih, Pa?!”
“Papa juga heran.”
“Ada-ada saja,” Maya masih tertawa, “Berarti belum mandi kan?”
“Begitulah.”
“Tunggu sebentar ya.”
“Kenapa?”
Aku bingung, bahkan tak ada jawaban dari Maya. Aku tak ambil pusing, kembali aku mengingat kejadian tadi. Mengingat pengkhianatan Maya yang membuatku ereksi. Sial! Walau benci, tapi aku mengakui kalau aku terangsang hebat melihat perbuatan Maya dan Pak Bogo tadi. Maya begitu binal, liar dan rela disebut lonte! Ada juga yang membuatku marah!!
Pertama, ternyata Maya berbohong soal kotak tadi! Itu ternyata pil yang diminum oleh kaum wanita agar tidak hamil! Dan yang kedua! Dia tidak mau menghisap dan menelan spermaku, tapi dia bersedia melakukannya kepada pria lain.
Anjing!
Kemarahan ini terkumpul di kepalaku! Aku berniat mandi untuk melupakannya tapi suara ketukan pintu mengagetkanku.
“Pa, buka.”
Aku tentu saja tertegun, kubuka pintu dan kucium bau wangi yang semerbak dari tubuh istriku. Kurasa dia menyemprotkan banyak minyak wangi ke tubuhnya untuk menutupi hubungan badan terlarang tadi. Namun yang bikin aku lebih tertegun adalah, istriku ikutan masuk dengan telanjang bulat dan menutup pintu.
“Kenapa, Ma?” tanyaku, dan aku melihat payudara istriku begitu memerah akibat diremas remas kuat sama pak Bogo tadi.
Istriku tersenyum menahan tawanya, ia lalu berbicara. “Ya mandi sama-sama. Sudah lama kita tidak mandi bersama.”
“Apa?”
“Dan,” istriku mendekat dan mengelus selangkanganku, “Mama pikir mama mau melakukannya?”
“Maksudnya?”
Dan maksudnya bisa dilihat dari perbuatan istriku. Ia berjongkok dan mengeluarkan penisku dari handuk. Ia kocok penisku dan tersenyum, ia menoleh ke atas dan berkata.
“Mama mau menghisap penis papa.”
Mendengar itu membuatku kaget dan bahagia bukan main! Setelah beberapa tahun menjalin hubungan asmara! Akhirnya istriku mau mengulum penisku!
“Kenapa?” aku bertanya karena penasaran.
“Masa ditanya lagi?” dia tertawa.
“Ya kan dulu mama tak pernah mau.”
Maya tersenyum dan menjawab, “Karena mama sayang papa. Mama ingin membahagiakan papa, apalagi dari dulu papa juga ingin dihisap kan penisnya?”
Mendengar itu membuat rasa bahagiaku bertambah berkali-kali lipat! Tak kusangka akhirnya Maya bersedia mengulum penisku!
Marah?
Apa itu marah?
Persetan dengan marah!!
Kupegang kepala istriku dan berteriak di dalam hati.
“AYO HISAP KONTOLKU! MAYAAAAA!!!”
*****************
Selesai mandi dan beres sarapan. Aku bergegas untuk segera pergi ke tempat aku mengawasi pekerja ayah mertuaku yang sedang menggarap sawah yang jauh tempatnya dari rumah ini. Sekarang istriku sedang menidurkan anak kami di depan TV, dan penampilan Maya sungguh tak pernah berubah dari dulu. Selalu seksi dan modis bagiku. Karena sekarang dia memakai celana pendek putih dengan atasan pink yang cocok dengan kulit putih mulusnya.
Dan dia selalu memakai topi berbentuk kepala anjing di saat mau menidurkan anak kami, karena anak kami ini begitu senang melihat ibunya yang terlihat lucu dan menggemaskan ini saat menidurkannya.
“Mau makan siang apa nanti, sayang?” tanyanya.
“Terserah mama saja. Mudah-mudahan papa bisa pulang nanti.”
“Kalau pun enggak, biar mama yang ke sana nganter bekal,” Maya tersenyum, “Sayurnya mama banyakin ya?”
“Boleh.”
Setelah anak kami tertidur, Maya mengantarku keluar dari rumah. Ciuman tentu saja kamu lakukan sebagai rutinitas.
“Oh, itu tukang sayurnya. Mama beli sayur dulu,” Maya menunjuk mamang tukang sayur yang sedang mendorong gerobak sayurnya.
Aku mengenal mamang sayur itu. Dia berkulit agak sawo dan agak gemuk lehernya bernama Pak Komar, memang rutinitas dia sehari-hari berjualan berkeliling. Aku tentu saja menyapanya saat dia mendekat.
“Pagi, Pak Komar.”
“Pagi, sudah mau pergi?” tanyanya.
“Iya.”
Sedikit bincang-bincang terjadi. Aku lalu berpamitan untuk mengambil motor di garasi dan Maya mulai mencari-cari sayur yang diinginkan di gerobak. Aku lalu mendorong motorku dan melihat istriku masih asyik mencari-cari sayur. Sedangkan Pak Komar tak berkedip sampai menelan ludah melihat penampilan istriku. Aku tertawa karena sudah terbiasa. Setidaknya Pak Komar tidak seperti Pak Bogo dan Pak Bazam, tidak semesum itu memperlakukan istriku.
“Saya pergi dulu ya.”
“Iya, sayang,” Maya tersenyum memandangku dan kembali memilih sayur.
“Pergi dulu, pak.”
“I-iya,” balas Pak Komar.
Aku menghidupkan mesin motorku dan segera pergi. Dan aku mengingat kalau rokok ku mau habis. Aku lalu memutar arah menuju jalan besar karena di desa ini tak ada yang menjual rokok favoritku.
Di jalan besar, aku berniat jalan-jalan sejenak. Karena sudah lama aku tak jalan-jalan sepagi ini di daerah ini. Cukup lama aku berjalan-jalan sampai akhirnya aku berniat untuk buang air kecil.
Kutepikan motorku dan memasuki hutan kecil untuk membuang hajatku dan segera pergi karena jalanan ini cukup sepi. Takut-takut motorku dicuri nantinya pas aku kembali. Asyik-asyik memberi pupuk pada salah 1 pohon besar, tiba-tiba aku mendengar suara.
“Ouuuuhhh, mmmmmmhhhh!!!”
Aku tercekat. Dan menoleh ke arah sumber suara yang tak jauh dari tempatku. Aku melihat kanan kiri dan menutup pengait celanaku.
“Aaaaaaaahhhh!!! Ngghhh jangan digigiiit!!”
Alisku mengerut, karena itu adalah suara desahan wanita muda. Penasaran, maka perlahan-lahan aku mulai mendekat. Setelah kutelusuri beberapa tanaman lebat hutan ini, aku terperangah melihat apa yang kulihat. Kulihat seorang wanita muda cantik tidak memakai sehelai pakaian apa pun, dan hanya memakai rok abu-abu seperti rok anak SMA. Dan yang membuatku kaget adalah ada 2 orang pria tua asyik menikmati payudara wanita muda ini.
“Sllrrrrrrpppp!!!!!’”
“Sslrrrrrrrrrrrrpppp!!”
“Aaaaaaaaaahhhhhh!!” wanita muda ini memejamkan mata dan menadahkan kepalanya ke atas.
Dan kulihat ke 2 tangan wanita ini asyik mengocok penis mereka berdua selagi ke 2 pria tua ini asyik ‘Menyeruput’ payudaranya.
“Gila! Gede banget!” bapak sebelah kiri senyumnya mengembang meremas payudara wanita muda ini.
“Dek, tak bisa nih. Ngentot saja yuk?!” pinta pria tua sebelah kanan.
“Enak aja!” wanita muda ini tampak marah.
“Tapi bapak enggak tahan lagi dek! Dikocok terus!” “Kan bayarannya hanya untuk ini!”
“Gimana kalau kayak yang adek lakuin sama pak Narjo dulu?”
“Hmm, tapi tambah ya?” pinta wanita itu.
“Beres!!”
Wanita ini lalu menidurkan diri, yang entah sejak kapan ada kardus di situ sebagai pembaringan. Setelah wanita ini berbaring, bapak yang di kanan tadi segera mengangkang di payudaranya, sementara bapak sebelah kiri berlutut di sebelah kirinya.
“Cepet sini kontolnya!” wanita muda itu menunjuk payudaranya.
Lalu bapak itu mengapit penisnya di payudara wanita itu, sedangkan tangan kiri sang wanita mengocok penis pria yang berlutut di sebelah kirinya.
“Kenyal!!” bapak yang penisnya diimpit payudara tampak senang bukan main.
“Neng Frieska memang oke!!”
Akhirnya kuketahui nama panggilan wanita itu. Frieska, wanita yang cantik, dan mempunyai ukuran payudara yang hampir mirip dengan punya istriku, besar. Dan kulihat Frieska melakukannya begitu profesional!
Apakah dia lonte?
Karena tadi kudengar mereka membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan ‘Harga’.
Atau kah dia diperkosa?
Kayaknya itu tidak mungkin. Mau apa pun itu, aku harus menghormati usahanya. Maka kukeluarkan penisku ini dan coli sambil melihat aksi mereka.
Lama mereka melakukannya sampai akhirnya bapak yang mendapat jatah tit fuck tak dapat bertahan lagi. Muncratan sperma dari ujung penis tua nya tersebut dan menggenang di payudara Frieska.
Berikutnya bapak yang 1 nya, dia juga akhirnya muncrat dan menyemprot wajah Frieska dengan sperma.
“Iiiihhh! Jangan di muka!!” sergah Frieska.
“Ya maaf, dek, tak terkontol, eh, terkontrol, hehehe.”
Melihat Frieska yang mengomel sebagai emosi anak mudanya membuatku merasa lucu melihatnya. Dan terima kasih juga untuknya, akhirnya aku juga keluar sperma dari hasil coli yang berfaedah.
Kulihat bapak-bapak itu mulai berberes-beres. Sedangkan Frieska mengelap wajahnya dengan handuk kecil milik salah 1 bapak tadi. Ia lalu meraih sesuatu di bawah, sebuah BH dan seragam putih. Dan dari roknya berwarna abu-abau, maka fix, dia memang masih SMA.
“Sekali-kali ngentot dong dek Frieska,” kata Bapak yang dikocok tadi.
“Iya nih, udah sering juga.”
“Kalian tahu harganya,” Frieska yang sudah memakai seragam lalu menadahkan tangannya, “Sekarang mana?”
Kulihat bapak ini memberikan uang masing-masing 70 ribu. Frieska menerima uang itu dan ditaruhnya dalam saku celananya.
“Udah beres kan? Sekarang sana!” usir Frieska sambil berkacak pinggang dan melotot.
“Galak amat, jadi pengen bapak entot!”
Frieska menendang bokong bapak itu dan ke 2 bapak itu pergi sambil membawa cangkul. Sepertinya mereka pekerja yang tak jauh dari tempat ini, yang jelas bukan tempatku karena aku tak pernah melihat mereka berdua.
Frieska yang sudah mengancingkan kancing atas lalu menoleh, menoleh ke arah tempatku mengintip.
“Udah puas ngintipnya?”
“Eh?” aku terkejut.
Frieska tiba-tiba berlari ke tempatku, menyibak beberapa tanaman liar dan melotot memandangku yang tertangkap basah.
“Kau pikir aku nggak sadar ya?” matanya melotot.
Dan aku terdiam kaget. Mataku membulat dan terus memandang dirinya. Astaga, dari dekat wanita ini benar-benar cantik.
“Kenalin,” aku malah mengajaknya berkenalan.
“Siapa yang mau kenalan??!” dia marah lagi, “Kenapa kau mengintip?!”
“Itu.....”
“Sebentar,” dia berjongkok dan mengendus endus selangkanganku.
Seumur-umur hidup baru kali ini selangkanganku diendus wanita. Wanita ini berdiri dan melotot memandangku.
“Coli ya?!” tanyanya.
“Enggak!”
“Jangan bohong! Aku mencium bau sperma di celanamu!”
“Ya.... ya iya sih,” aku terpaksa mengakui.
“Oke!” dia menadahkan tangannya, “30 ribu!”
“Apanya?”
“Coli dengan aku sebagai objeknya! 30 ribu!” dia melotot.
“Apa?!”
“Ayo cepet!”
“Masa bayar?”
“Kalau nggak mau bayar! Coli sendiri! Imajinasi! Jangan dengan mengintip tubuhku!”
“Ya....”
“Tak ada yang gratis kalau bisa melakukan sesuatu yang terbaik!”
“Kau mengakui dirimu jago membuat orang coli?” wajahku datar memandangnya.
“Ya! Itu keahlianku!”
“Ya sudah-ya sudah, 30 ribu kan?”
“Lebih juga boleh.”
“Apa itu tidak terlalu murah?”
“Bukan urusanmu!”
“Ada kembalian? Duit gede soalnya.”
“Ikhlas kek!”
Aku menghela nafas dan hendak mengambil dompetku. Namun aku tak merasakan keberadaan dompetku di celana.
“Dompetku ketinggalan ”
“Apa?!” Frieska melotot, “Lalu gimana?”
“Ya... gimana ya....bon dulu boleh?” baru kali ini aku meminta bon dari jasa coli.
“Enggak!”
“Ya gimana, dompetku ketinggalan di rumah.....”
Frieska terlihat sebal dan berpikir.
“Nomor hp dan alamat rumahmu!” pintanya.
“Untuk?”
“Tagihan!” dia melotot.
“Ya sudah-ya sudah.”
Aku memberikan nomor HP dan alamat rumahku. Dan ia catat di ponsel pintarnya. Setelah itu aku berkata kepadanya.
“Bagaimana kalau kuambil dulu uangnya, dan kasih alamat untukku memberikannya?” saranku.
“Ya sudah!”
“Namamu?” tanyaku.
“Bukankah bapak tadi menyebutkan namaku saat kau mengintip?”
“Oh, benar Frieska ya?”
“Udah tahu nanya!!” bentaknya.
Dan baru kali ini aku dibentak objek coliku tadi. Aku lalu menuju motorku terparkir dan sepertinya aman-aman saja, dan Frieska juga mengekor di belakangku untuk sampai di jalan besar ini.
“Mau kuantar?” tawarku.
“Tak butuh.”
Dia menuju sebuah pohon yang bersemak, dan ada sepeda rupanya yang disembunyikan di situ. Ia menaiki sepeda itu dan menghampiriku.
“Kutunggu di alamat yang kuberikan nanti!” Frieska melotot lagi.
“Ga bosan marah melulu? Cantik-cantik galak amat.”
“Bayar atau aku ke rumahmu dan memberitahu orang rumahmu kalau kau memperkosaku! Gimana?” ancamnya.
“Kau mau memfitnahku demi 30 ribu?”
“Lakukan saja!”
Setelah itu Frieska pergi dan aku melihat bokong tergeal-geol ke kanan kiri di saat mengendarai sepedanya itu.
“Ditambah 20 ribu kalau kau terus menatap pantatku!!” teriaknya sambil menoleh ke belakang.
Buset nih anak!
********************
Merasa akan menjadi masalah nantinya maka aku iyakan saja permintaannya. Kunaiki motor dan kukendarai untuk pulang ke rumah mengambil dompet. Hampir mendekati rumahku, kulihat gerobak sayur pak Komar terparkir di seberang jalan rumahku. Dan aku berhenti tak jauh dari rumahku. Kulihat pintu rumahku tertutup pintu depannya dan bingung mencari keberadaan Pak Komar.
Lalu mataku membulat, karena aku sempat melupakan kalau istriku ekshibisionis. Dan pikiran negatif tentu saja menyerangku karena ini. Buru-buru aku menaruh motorku dan segera berlari menuju rumah. Suasana disini memang sepi jam segini, tapi itu tak menghentikanku. Aku melompati pagar dan melihat keadaan. Tak ada yang aneh. Aku berputar dari arah garasi ke belakang dan melihat daun pintu belakang terbuka. Aku menelan ludah.
Perlahan demi perlahan aku mendekati dan aku melihat 2 buah sendal jepit yang tidak ku kenal. Aku mengintip ke bagian dalam dan tak melihat keberadaan manusia sedikit pun. Memberanikan diri maka aku masuk ke dalam. Kulihat ada bungkusan sayur yang berhamburan beserta terong yang entah kenapa basah, dan terong itu tergenang di sebuah genang air yang entah dari mana datangnya.
Aku lalu melihat baju dan celana Maya tadi tergeletak di ruang tengah. Tepat di dekat anakku yang sedang tertidur di depan TV. Aku terengah-engah sampai akhirnya aku mendengar suara dari arah kamarku.
“Aaaaaaaaaaahhhhh! Ngggg ahhhh ahhhhh aaaahhhhhh!!” dan itu adalah suara Maya yang mengerang nikmat.
Lututku melemas saat mendengar suara istriku itu. Dan tak hanya suaranya milik istriku saja.
“Gimana pak Komar? Enak kan?”
“Luar biasa pak!! Bapak mau coba??”
“Untuk bapak saja, saya sudah pernah.”
“Ouuiihhhhhhh pelaan-pelaaaaan!!! Nngghhhhhhh aaaaaaaahhhhu ahhhhhh!!!”
Aku tercekat. Itu adalah suara Pak Bazam dan pak Komar. Sial! Tak ada celah bagiku untuk mengintip, lalu aku berinisiatif untuk mengintip dari jendela luar. Aku keluar dari pintu belakang dan segera berlari ke samping. Di dekat jendela kamarku, perlahan aku mengintip dengan irama nafas yang berat. Dan saat aku mengintip, mataku hampir copot melihat yang terjadi.
“Anjiiiing!! Enak bangeet!! Tahu kalau ada lacur kayak gini udah saya pake dari dulu!!” Pak Komar bertelanjang bulat dan menyodok sebuah lubang pantat dengan penisnya.
“Untung bapak putar balik tadi! Dapat enak-enak kan? Hahahaha?!” dan Pak Bazam menyodok sebuah Vagina dengan penisnya.
WHAT THE FUCK!!! YANG MEREKA SODOK ITU ADALAH LUBANG PANTAT DAN ISTRIKU SECARA BERSAMAAN!!!
“AAAAHHHHHHH!!!!” Maya lagi-lagi mengerang keenakan.
BERSAMBUNG