𝐏𝐞𝐬𝐨𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐢𝐤 𝐃𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐤𝐚𝐤 𝐓𝐢𝐫𝐢


 Nama aku Kipli, ceritaku ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibuku menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama.

Ternyata ayah tiriku ini punya 2 anak Perempuan yang kece dan seksi banget, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Stevi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Fani. Si Stevi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Fani paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara.

Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Stevi, ini juga aku sedang kecapean karena baru pulang sekolah.

”Stevi..!” entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar ya,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai deh surfing ke situs-situs bokep kesayanganku.

Tidak lama kemudian Stevi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau nanya pelajaran. “Pli, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja.

Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar filmnya Ameri Ichinose, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.
“Stev..! nih bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.

Stevi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film yang sedang aku tonton di komputerku.

“Heii.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.

“Eh.. iya, Pli kamu nonton film apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Stevi.

“Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.

“Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.

“Bener nih, kamu kagak bilang?” katanya ragu.

“Iyaa janji!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.

Stevi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya yang aduhai dan sangat menggoda sampai-sampai aku ngaceng maksimal.

“Stev, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.

“Pernah lah, noh aku punya VCD-nya banyak,” jawabnya begitu.

Wah gokil juga nih cewek, sebenarnya aku sih udah gak heran, tapi yang bikin aku kaget dia terang-terangan dan dengan polosnya berkata seperti itu padaku yang sudah mulai sange ini. aku pun bertanya padanya,

“Kalau praktekin langsung udah pernah belom?” tanyaku.

“Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sih sering.”

Wahh makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia.
Bagaimana caranya si “Kevin” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku terpuaskan.

Melihat payudaranya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang juga, dan si Kevin pun makin tidak terkontrol dia sudah ingin keluar dari sangkarnya.

“Stev, kamu terangsang yah, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.

“Iya nih Pli, bentar yah aku ke kamar mandi dulu,” katanya begitu.

“Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.

“Kasihanilah si Kevin,” kataku.

“Kamu udah gila ya? Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak deh,” katanya sambil meninggalkan kamarku.

“Jehh, Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut deh,” kataku memancing.

Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas Payudaranya dan tangan kirinya menggosok-gosok Vaginanya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah.

Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku.

Kemudian kembali melanjutkan menciumnya, tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.

Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kamu aku mah diamana aja juga oke yang penting ngewe,” kataku.

Tak kusangka ia berani menarik Penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Pli, kamu tiduran, kita pake ’69′ mau gak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya.

Ia mulai menindihku, didekatkan Vaginanya ke mukaku sementara Penisku diemutnya, aku mulai mencium dan menjilati Vaginanya yang sudah keluar sedikit cairan kental itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.

Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di Payudaranya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya.

“Jangan hentikan Pli.. Aahh.. percepat Pli, aku mau keluar nih! ahhh.. ah.. aahh.. Pli.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dan kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.

“Stev, sekali lagi yah, aku belum keluar nih,” pintaku kepadanya.

“Bentar dulu yah, aku lemas nih,” jelasnya.

Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati Vaginanya.
“Stev, aku masukkin sekarang yah,” kataku sambil memasukkan Penisku perlahan-lahan. Namun kelihatannya Stevi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat.

Vagina Stevi masih sempit sekali, Penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya lebih dalam lagi, dan akhirnya berhasil Penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.

“Jangan Pli.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.

“Kamu udah mens belom?” tanyaku.

“Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.

Sambil aku masukkan Penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,

“Kalau gitu kamu kagak bakalan hamil.”
“Ah.. ah.. ahh..! sakit Pli, aaa.. ah.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aahh..!” katanya berteriak nikmat.

“Tenang aja cuma sebentar kok, Stev mending doggy style deh!” kataku tanpa melepaskan Penis dan berusaha memutar tubuhnya. Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai ku genjot
Penisku dalam Vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon setiap gerakanku dengan menaik-turunkan pinggulnya.

“Ahh.. a.. aa ach..” teriaknya.

“Sakit lagi Pli.. a.. aa.. ach..”

“Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas Payudaranya

“Pli,. aah pengen.. aaah.. a.. keluar lagi Pli..” katanya.

“Tunggu sebentar yah, aku juga pengen nih,” balasku.

“Cepetan Pli, enggak tahan nih,” katanya semakin menegang.

“A.. ah.. aahh..! yah kan keluar.”

“Aku juga Stev..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya Croott.. Croooott.. Croot.. aku keluarkan didalam Vaginanya Stevi.

Kucabut Penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.

“Stev kamu enggak perawan yah,” tanyaku.

“Iya Pli, dulu waktu lagi masturbasi pake Dildo nyodoknya kedaleman jadinya pecah deh,” jelasnya, Pli ingat loh, jangan bilang siapa-siapa ya, ini rahasia kita aja.”

”Iyalah tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”

“Siapa sih yang bisa nolak si Kevin” katanya mesra sambil tersenyum.

Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Stevi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Stevi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu.

Kadang tengah malam aku ke kamar Stevi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah. Kali ini kelihatannya Stevi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukannya.

Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku. Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV.

Dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi sial malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian ada sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.

“Stevi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Stevi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.

“kamu mulai nakal, dari tadi aku nunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam 02.34, dan ayah udah tidur sejak jam 01.49 tadi,” katanya mesra sambil memegang Penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.

“Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.

“Kamu tidak sadar yah, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan si Kevin, aku emut yah?.”
Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.

“Stev! jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Kevin’ nanti dia keluar duluan!”

“Aku udah kepengen banget Pli!” katanya lagi.

“Mending seperti biasa aja, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.

Aku mulai menjilat-jilat Vaginanya yang telah basah sambil tanganku meremas-remas Payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap Vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.

“Aah.. ahh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.

“Pli! kamu pinter banget nemuin itilku aku jadi makin sange, a.. ahh.. ahh..”

“Kamu juga makin pinter ngulum ‘Kevin’,” kataku lagi.

“Pli, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yah, aa.. achh..” katanya sambil mendesah cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa a.. aah..” . Tapi Pli aku.. ma.. u.. keluar nih! Ah.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari Vaginanya.

“Kayaknya kamu harus dua kali deh!” kataku sambil merubah posisi.

“Yaudah deh, tapi sekarang kamu masukin yah,” katanya lagi.

“Bersiaplah akan aku masukkan Kevin sekarang ke Memek kamu,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.

“Ach.. a.. ahh.. Pelan-pelan dong!” desahnya ketika kumasukkan penisku.

“Inikan udah pelan Stev,” kataku sambil mulai menggenjot. Stev, kamu udah terangsang lagi belom?” tanyaku.

“Bentar lagi Pli,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memintaku untuk sambil menciumnya.
“Sambil ciuman dong Pli!”

Tanpa disuruh dua kali aku langsung menciumnya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir. “Stev kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.

”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah. Pli pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”

“Ah yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat genjotanku.

“Ah.. be.. ner.. kok Pli, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus.

“Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.

“Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Pli,” katanya. Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.

“Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar deh,” kataku menyadari bahwa spermaku sudah mengumpul di ujung.
“Achh.. ach.. bentar lagi nih.”

“Tahan Pli!” katanya sambil mengeluarkan Penisku dari Vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.

“Aku juga Pli, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke Vaginanya.
Sambil Penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan..
“Ahh.. a.. ahh.. ahh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.

“Aku juga Pli..” katanya sambil menjepit tanganku dalam Vaginanya. Ah.. ah.. aa.. ah..” desahnya. Aku tidur di sini yah?, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.

Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar mandi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Stevi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Fani, dan anehnya siang-siang begini si Fani di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.

“Siang Pli! baru pulang? Stevi mana?” tanyanya.

“Stevi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh kamu sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yah?”

“Aku pulang tadi malem sekitar jam 03.08,” katanya.

“Pli, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”
Wah gawat sepertinya Fani dengar desahannya Stevi tadi malam.

“Ah tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.

“Pli!” panggilnya, “Temenin aku nonton VCD dong, aku males nih nonton sendirian doang gak ada teman,” katanya dari kamarnya.

“Bentar ya!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa emang?” tanyaku sesampai di kamarnya.

“Liat aja, nanti juga kamu tau,” katanya lagi.

“Kamu lagi nungguin seseorang yah?” tanyaku.

“Aku, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Nah liat filmnya udah mulai.”

“Loh inikan..?” kataku melihat film Bokep yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.

“Aku tau kok yang semalam itu, Kamu mau enggak sekarang main sama aku, aku lebih pengalaman dari Stevi.”

Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.
“Fani, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sih,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok Vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet Payudaranya yang super besar.

“Kamu pinter deh, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari Payudara dan Vaginanya.

“Kamu mau ngapain, kan lagi asyik nih?” tanyaku.

”Kamu gak sabaran yah, Aku buka baju dulu terus kamu juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.

Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.

“Tubuh kamu bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan montok.
Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang Penisku, dan mengarahkannya ke Vaginanya sambil berdiri.

“Aku udah enggak tahan Pli,” katanya.

Kuhalangi Penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan Vaginanya dengan tangan kiriku.

“Nanti dulu ah, beginikan lebih asik.”

“Ach.. kamu nakal Pli! pantes si Stevi mau,” katanya mesra.

”Lalu tiba-tiba”

“Kipli..! Fani..!! lagi dimana kalian?” terdengar suara Stevi memanggil dari luar.

“Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sih? woii.. nyaut ngapa lu pada”

“Masuk aja Stev, kita lagi pesta nih,” kata Fani.

“Fan! Entar kalau Stevi tau gimana?” tanyaku.

“Biarin aja, katanya dan ketika itu aku melihat Stevi di pintu kamar sedang membuka baju.

“Eh guys, aku ikutan yah!” pinta Stevi sambil mengelus-elus Vaginanya.

“Pli kamu kuat gak?” tanya Fani.

“Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuh si Stevi udah sange kayaknya ngeliat kita,” kataku.

“Stev cepet sini emut nih ‘Kevin’,” ajakku. Tanpa buang-buang waktu Stevi langsung datang mengemut Penisku.

”Mending kita tiduran, biar aku dapet Vaginamu,” kataku pada Fani.

“Ayo deh!” katanya kemudian mengambil posisi

Fani meletakkan Vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap Vagina Stevi yang sedang mengemut Penisku. “Stev, aku maenin Vaginamu,” katanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Stevi ia langsung bermain di Vaginanya.

Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Fani menegangkan pahanya, dan.. “Ah.. a.. aah.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di Vaginanya.

“Sekarang ganti Stevi yah,” kataku. Kemudian aku bangun dan mengarahkan Penisku ke Vaginanya dan masuk perlahan-lahan.

“Ach.. aach..” desah Stevi.

“Kamu curang, Stevi kamu masukin, kok aku engga?” katanya.

”Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Stevi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.

“Yang cepet dong goyangnya!” keluh Stevi.

Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.

“Fan, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yah, aku.. mau keluar ah.. aa.. a.. ah..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.

“Ayo Pli nunggu apa lagi!” kata Fani sambil mengangkang mampersilakan Penisku untuk mencoblosnya. “Aku udah terangsang lagi.” Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya. “Gimana enak penisku ini?” tanyaku.

“Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.

“Kayaknya kamu gak lama lagi deh,” kataku.

“Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yah!” terangnya.

“Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.

“Ah.. a.. aah.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah. “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..”

“Aku.. keluar.. ah.. ahh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku.

“Ach.. aah.. aku.. ah.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi Penisku dalam Vaginanya.

Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.

“Pli aku mandi dulu yah, udah sore nih.”

“Aku juga ah,” kataku.

“Pli, Stev, lain kali lagi yah,” pinta Fani.

“Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Pli!” kata Stevi.

“Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.

“Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Fani mulai mengelus-ngelus Penisku. Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi.

Jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Fani atau hanya Stevi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com