𝐔𝐤𝐡𝐭𝐢 𝐀𝐫𝐢𝐧𝐚 & 𝐆𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐨𝐭𝐨𝐫 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟓

Kurasakan keringat mulai bercucuran dari pori-pori kulit tubuhku. Padahal kondisi pakaianku saat ini masih basah kuyup, tetapi anehnya malah justru saat ini aku merasakan kegerahan yang amat sangat. Rasanya begitu gerah hingga ingin sekali kutanggalkan pakaian berlapis yang kugunakan saat ini. Tanpa kusadari. Nafasku mulai tersengal-sengal, ditambah lagi kedua kakiku mulai gemetaran menahan perasaan gatal yang menyerang kemaluanku. Posisi jongkokku semakin tak karuan. Aku kesulitan menjaga keseimbangan tubuhku hingga akhirnya aku hanya bisa terduduk lemah.


“Kayaknya obatnya mulai bekerja. Heheheh...”, ujar lelaki yang menyekokiku dengan minunam keras tadi

*Obat? Obat apa? Apakah ia mencampurkan sesuatu ke minuman tadi?*, aku bertanya dalam hati

“Obat yang bikin cewek jadi gila itu? Lu masih ada?”, tanya salah satu diantara mereka

“Ada dong. Hahahaha..”, jawab lelaki itu

*Apa? Obat apa? Apa yang mereka berikan kepadaku....*, aku kembali ketakutan dan berpikir macam-macam

“Kalian kasih aku apa?”, tanyaku sambil bergetar

“Hehehe.. Sesuatu yang akan membuatmu jadi wanita sesungguhnya...”, goda lelaki itu

“Hahaha... Emang dia bukan wanita sesungguhnya? Lu kalau bikin perumpamaan suka ngaco”, komentar temannya

“Bodoamat heheheh...”, ujar lelaki itu terkekeh

Lalu lelaki itu mendekatiku dan memaksaku untuk kembali jongkok mengangkang. Tangannya kemudian diarahkan menuju vaginaku yang masih tertutup gamis dan celana pelapis kemaluanku.

“Gak gerah emang memek lu?”, kata lelaki itu sambil mulai meraba bagian kemaluanku yang masih dilapisi celamis pelan-pelaj

“Jangan kurang ajar!!”, akupun buru-buru merubah posisiku agar lelaki itu tidak menyentuh bagian intimku

Tetapi sayang, beberapa lelaki lain segera memegangiku dan mengunci tubuhku. Aku terus meronta tetapi hasilnya sama saja, kekuatanku sama sekali tidak sebanding dengan kekuatan mereka. Aku tidak terima mereka menyentuhku, aku tidak ridho tangan-tangan mereka berebutan menyentuh tubuhku. Beberapa dari mereka kurasakan mulai meraba bagian-bagian sensitif tubuhku.

“Aaaaahhhh... Sudaaahhh hentikan!!”, aku pun tanpa sadar mendesah sebentar sebelum akhirnya aku meminta mereka agar menghentikan pencabulan ini

“Mulut lu saat ini emang nolak, tapi gw yakin memek lu saat ini sedang keenakan bukan?”, goda lelaki itu sambil mempercepat kocokannya ke kelaminku yang masih terbungkus kain-kain pakaianku

“Ayo periksa memeknya!”, kata seorang anggota gang lainnya dan disetujui oleh seluruh lelaki diruangan itu

“Jangaaaannnn..”, pintaku sambil meronta sekuat tenaga

Tidak akan kubiarkan mereka melihat auratku yang paling intim itu. Aurat yang seharusnya hanya boleh dinikmati oleh suamiku kelak. Aku terus mempertahankan kehormatanku dan sekuat tenaga menepis dan merapatkan kedua kakiku agar tidak dibuka oleh mereka. Tanganku berusaha menahan celanaku agar tidak bisa mereka buka.

Aku yang dikeroyok banyak lelaki seperti ini tidak bisa berbuat banyak. Usahaku memberikan perlawanan sepertinya sia-sia saja karena tubuhku sudah diposisikan berdiri oleh mereka dengan kedua tanganku diangkat keatas. Lalu lelaki tadi mulai meraih gunting dan mulai merobek rok gamisku dari bawah hingga keatas! Kurang ajar, mereka benar-benar akan memperkosaku! Mereka terus tertawa menyebalkan sambil menyaksikan rok gamis syariku dirobek perlahan oleh kawannya. Aku ingin menangis tetapi air mataku sudah berhenti keluar. Yang tersisa hanyalah rasa marah akan kebiadaban mereka memperlakukanku seperti ini.

Kulihat rok gamisku sudah terpotong menjadi dua, tetapi masih ada celana gamis yang masih mengamankan kemaluanku untuk sementara waktu. Namun sayang, beberapa saat kemudian nasib celamis (celana gamis) yang kupakai sama saja dengan pakaian gamisku. Lelaki itu turut merobek celana panjang rangkepan itu dan ia potong menjadi begitu pendek seperti hotpants yang memamerkan kedua pahaku

“Punya paha mulus kok disembunyikan aja. Heran.. Heheheh...”, ujar lelaki itu sambil terus merobek celamis ku hingga benar-benar menjadi hotpant yang begitu pendek.

“Busyet mulus bener itu kaki... Enak tuh dielus-elus”, goda beberapa anggota gank motor sambil kurasakan tangan-tangan mereka mulai meraba kedua pahaku yang gemetaran

“Sudah cukup! Lepaskan saya!! Tolong.....”, pintaku sambil terus meronta

“Jangan banyak bergerak atau gunting gw malah ngelukai kaki mulus lu.. Diem!!!”, kata Lelaki itu sambil merapikan potongan celanaku agar panjangnya sama antara kiri dan kanannya

Aku terus meronta, tidak peduli gunting itu nanti bisa saja melukaiku. Aku tidak rela mereka membuka paksa auratku. Kuhindari ujung gunting yang terus mencabik-cabik pakaianku hingga semakin terbuka. Tetapi, hal itu tidaklah lama, karena sebuah tamparan memaksaku untuk kembali diam

*plak plak*

“Diem lu jangan gerak-gerak kontooll!!”, ujar pemuda yang mengguntingi pakaianku emosi

Setelah mengekspose kedua kakiku, lelaki itu mulai merogohkan paksa jemarinya masuk kedalam celamis serta celana dalamku. Harga diriku rasanya hancur saat kudapati tangan kasar itu mulai menjamah organ kewanitaanku. Kurasakan sejenak tangan kasar itu bermain-main pada bulu-bulu pubisku sebelum ia arahkan lebih dalam menuju inti kemaluanku

“Aaahhhh.. Mas....”, desahku saat tangan lelaki itu mulai meraba garis vaginaku

“Jancokk.. Udah becek aja lu.. Heheheh.. jembut lu keringetan”, kata lelaki itu saat menyadari vaginaku rupanya sudah basah

“Yang bener lu? Cewek cadaran gini emang bisa becek?”, kata teman-temannya

Beberapa lelaki mulai mendekatiku, lalu suasana menjadi semakin tak terkendali. Aku berdiri ditengah-tengah mereka dan kudapati tangan-tangan kasar itu mulai berebutan merengkuh vaginaku. Bahkan entah sejak kapan celana serta celana dalamku sudah dipelorot hingga lutut oleh mereka. Kurasakan vaginaku dicabuli dengan kasar oleh mereka. Jemari mereka dimasukkan ke dalam kemaluanku sambil tertawa-tawa seperti setan. Tangan-tangan kurang ajar itu terus memainkan vaginaku, menyiksa organ kemaluanku. Ada yang meraba, ada yang mengocok, ada pula yang menusukkan tangannya ke kemaluanku. Aku begitu merasa rendah saat ini, saat kubiarkan vaginaku dicabuli berebutan oleh mereka.

Aku merasa hancur saat memandangi vaginaku menjadi rebutan tangan-tangan para anggota gank itu. Vagina yang seharusnya kupersembahkan kesuciannya kepada suamiku kelak. Vagina yang sudah kujaga selama ini agar selalu perawan. Saat ini sama sekali tidak ada harganya dihadapan para anggota gang motor yang menculikku. Aku terus dicabuli dalam posisi berdiri. Kurasakan vaginaku sudah semakin becek dan hangat saja. Kedua kakipun rasanya sudah begitu lelah dan terus bergetar menerima perlakuan mereka ini

*Akhi Aldy.. Afwan ana... Ana... Tidak suci lagi... Ana ikhlas kalau akhi mencari akhwat lain yang lebih baik dan terjaga daripada ana.. Ana sudah kotor Akhi...*, kataku dalam hati sambil menitikkan air mata

“Aaahh.. Sudah mas.. Sudaaahhh.. Aahh... Ooohhh...”, aku mendesah dan tubuhku bergetar hebat menerima rangsangan nakal dan kurang ajar itu

Aku mengutuk diriku sendiri, begitu mudahnya tubuhku terangsang menerima pencabulan mereka terhadap kemaluanku. Begitu mudahnya imanku runtuh dan mulai menikmati dirangsang seperti ini. Vaginaku benar-benar tidak bisa berbohong, organ kemaluanku benar-benar becek dan terasa kedutan

“Sialan becek parah.. Memek Lonte cadaran jancokk..”, kata seseorang pria sambil menyusupkan dua jarinya kedalam vaginaku dan dikocoknya dengan kasar

“Tempik lonte. Njaluk (minta) kontol iki asuuu...”, kata seseorang yang lain yang juga turut menyiksa kemaluanku dengan tangannya

“Aaahhhhh... Akuuuu Mau pipissss...”, erangku saat kusadari vaginaku mulai semakin nyut-nyutan diperlakukan tak senonoh oleh mereka

Tubuhku tiba-tiba mengejang hebat, meliuk-liuk tak beraturan. Bibirku rasanya gemetaran berusaha mati-matian menahan cairan yang terasa ingin meledak keluar dari dari vaginaku. Tangan mereka semakin kemana-mana, menjelajah ke bagian kedua payudaraku dan mereka remas-remas dengan leluasa. Dirangsang demikian, pertahananku habis juga. Vaginaku sudah semakin kedutan dan bersiap mengeluarkan isinya

*sreeetttt sreeett currr currrrr* cairan vaginaku tumpah begitu deras

Cairan bening itu menyembur dahsyat dan jatuh menyusuri pahaku. Sebagian lainnya langsung muncrat mengenai celamis dan juga celana dalamku yang sudah dipelorot hingga lutut.

“Cok muncrat muncrat. Dasar memek jalang”, ujar seorang lelaki merendahkanku sambil memperhatikan vaginaku yang terus-menerus mengeluarkan isinya

“Hah.. Hah.. Hah...”, nafasku tersengal-sengal setelah dicabuli oleh tangan-tangan mereka

Belum apa-apa rasanya lututku sudah begitu lemas tidak sanggup menahan beban tubuhku. Ingin kududukkan tubuhku namun tidak bisa, karena tubuhku masih dipaksa mereka untuk terus berdiri. Terasa sekali vaginaku yang masih kedutan kini terasa sedikit perih, mungkin sedikit terluka karena kuku mereka yang sebagian memang tajam.

Aku mengutuk tubuhku sendiri. Bagaimana bisa dicabuli seperti itu vaginaku malah menikmati dengan muncrat hebat hingga menyembur keluar. Betapa malunya aku saat ini, aku yang seharusnya menjaga tubuhku dengan syariat malah dengan begitu jujurnya mengalami orgasme. Apalagi tatapan mata mereka memandangku begitu rendah yang saat ini seperti orang kejang-kejang. Vaginaku pun terus terusan kedutan dan begitu sensitif saat disentuh.

BERSAMBUNG


 

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com