๐๐ž๐ญ๐ฎ๐š๐ฅ๐š๐ง๐ ๐š๐ง ๐€๐๐ซ๐ข๐š๐ง ๐๐š๐› ๐Ÿ๐Ÿ

 Dan inlah lanjutan kisah Adrian 

"Let's dance in style, let's dance for a while
Heaven can wait, we're only watching the skies
Hoping for the best but expecting the worst
Are you gonna drop the bomb or not?


Let us die young or let us live forever
We don't have the power but we never say never
Sitting in a sandpit, life is a short trip
The music's for the sad men


Can you imagine when this race is won
Turn our golden faces into the sun
Praising our leaders, we're getting in tune

The music's played by the, the mad men
Forever young, I want to be forever young
Do you really want to live forever, forever and ever?
Forever young, I want to be forever young
Do you really want to live forever? Forever young


Some are like water, some are like the heat
Some are a melody and some are the beat
Sooner or later, they all will be gone
Why don't they stay young?


It's so hard to get old without a cause
I don't want to perish like a fading horse
Youth's like diamonds in the sun
And diamonds are forever


So many adventures couldn't happen today
So many songs we forgot to play
So many dreams swinging out of the blue
We let them come true"

Suara Synth-pop dari penyanyi Alphaville menghentak dari audio mobil silver yang melaju perlahan di jalanan Bringin-Kedungjati. Jalan aspal mulus sempit itu sepi, di kanan-kiri berderet-deret pohon jati. Tidak banyak lalu lalang kendaraan, hanya sesekali angkot dan truk bermuatan hasil pertanian atau kayu yang berpapasan.

Bu Kartika mengambil jalur memutar karena tidak ingin buru-buru pulang. Ia masih ingin menikmati perjalanan bersama Adrian yang siang tadi membuat tubuhnya berkelonjotan nikmat.

"Sepertinya enak menikmati udara segar di bawah pohon itu." Kata Bu Kartika tangannya menunjuk ke kerumunan pohon jati di sebelah kiri.

"Berhentilah kalau Ibu mau beristirahat sebentar." Sahut Adrian.

Mobil itu memberi sign ke kiri lalu menepi.

"Aahhhh..enaknya kalau bisa tidur sebentar saja." Ucap Bu Kartika yang menggeliatkan tubuhnya utk meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa agak menegang. Ia menurunkan sandaran jok lalu merebahkan diri memejamkan mata.

"Jalanannya sepi sekali." Kata Adrian menoleh kanan kiri. Jam digital di dashboard mobil menunjukkan pukul 15.40.

"Iya sayang, katanya jalanan ini setelah jam 5 sore nggak ada yang berani lewat, banyak perampok." Sahut Bu Kartika tetap memejamkan mata.

"Ooooo." Ujar Adrian.

Bu Kartika menoleh ke Adrian dan membuka mata.

"Ibu kepikiran sesuatu yang menantang Rian, hehehe."

"Apa Bu?" Tanya Adrian mengernyitkan dahi.

"Ngentot di dalam mobil." Bisik mesra Bu Kartika menggoda Adrian.

"Gara-gara tadi, Ibu kepikiran ngentot di mobil, lebih menantang daripada sekedar jilatin memek Ibu." Kata-kata Bu Kartika semakin seronok dan vulgar.

"Di sana tadi jalanan ramai Bu, jarang orang memperhatikan mobil yang berhenti di pinggir jalan, kalau di sini kan sepi, pasti orang curiga kalau ada mobil berhenti di tepi jalan gini."

Adrian agak ragu-ragu untuk menuruti keinginan Bu Kartika. Karena sebenarnya tadi siang ada yang mencurigai mereka saat berasyik masyuk di dalam mobil.

Bu Kartika keluar dan memajukan jok depan hingga mentok lalu berpindah ke belakang. Dinaikannya gamis itu hingga ke paha,menyenderkan tubuhnya lalu membuka kakinya yang dinaikkan di atas jok lebar-lebar.

"Memek Ibu pengen dientot kontol mu sayang.."

Bu Kartika mengusap vagina yang masih terbungkus cawatnya. Dia tidak perduli dengan keraguan Adrian. Nafsunya sudah beranjak naik sejak di acara pernikahan temannya tadi9 karena membayangkan bercinta di dalam mobil dengan Adrian.

Matanya sayu menggoda, bibirnya basah terbuka.Bercak di cawatnya mulai tercetak jelas. Pelan-pelan dia menurunkan cawatnya melewati kaus kaki dan sepatunya. Kerlingan mata dan senyuman genitnya semakin menggairahkan.

"Ibu..jangan nekat!" Gerutu Adrian.

Otak dan penisnya tidak sinkron. Keraguan hatinya tidak mendapatkan persetujuan dari penis yang menggeliat manja di dalam celananya.

"Sssshhhh..memek Ibu kangen kontol Rian..eeeennggggghhhh."

Desahan dan racauan Bu Kartika saat jarinya mengelus vaginanya sendiri membuat penis Adrian berontak kalang kabut.

Adrian bergegas melepas celana sekaligus celana dalamnya. Penisnya mengacung sempurna melihat pertunjukan erotis dibelakangnya, berpindah duduk di tengah2 jok depan dan mengocok penisnya.

"Mmmppphh..mmmppphhh..."

Bu Kartika memajukan bibirnya yang disambut dengan lumatan ganas mulut Adrian. Tangan keduanya masih sibuk dengan kelamin masing2.

"Kamu duduk sini sayang." Pinta By Kartika.

Bu Kartika menggeser tubuhnya ke kiri dan melucuti pakaiannya. Adrian bergerak pindah duduk di tengah jok belakang.

Kaki Adrian di rapatkan oleh Bu Kartika sehingga penisnya terlihat menjulang. Bu Kartika mengangkangkan kakinya. Tangan kirinya memegang penis yang keras itu dan di gesek-gesek kan di bibir vaginanya.

"Sssshhhh..keras banget kontol mu sayang..uuuuggghh." Desis Bu Kartika.

Adrian menyenderkan tubuh dan membiarkan tangan Bu Kartika mengocok pelan penisnya. Bibir vaginanya menjepit lepas kepala penis gagah itu.

"Sssshhhh..Ibu makin binal..eeeeggghhh."

"Bleeeeesss."

"Ooouuuucchhhhhh..mmmmmppphhhh."

Bu Kartika langsung melumat ganas bibir Adrian begitu ia menurunkan bokongnya menelan penis yang selalu mampu merobohkannya setiap kali beradu syahwat. Bokong itu tidak bergerak tapi otot vaginanya bergerak aktif seperti memijat penis Adrian

"Mmmmpphhh."

Adrian membalas lumatan, jilatan dan gigitan mulut Bu Kartika tak kalah ganas. Ia menegakkan badan, terus melumat bibir merekah itu sambil melepas kemejanya dan membuangnya ke samping.

"Aaaacchhh..empotan memek Ibu semakin lihai..eeeeccchhhh.." Kata Adrian memuji kegel Bu Kartika

"Aaaaaacchhhh..kontol mu selelu penuh di memek Ibu sayang..Uuuccchhh." ujar Bu Kartika sambil memaju mundurkan bokongnya perlahan. Tangannya menapak di senderan jok di sebelah kanan-kiri kepala Adrian.

Adrian yang kembali menyenderkan tubuhnya, mendongakkan sedikit kepalanya dan menatap wajah sendu wanita paruh baya itu. Tangannya mengusap lembut kedua paha mulus Bu Kartika.

"Eeeeccchhhh..goyangan Ibu semakin nikmat..eeecchhhh." Balas Adrian.

"Kontol mu dalem banget..Eeemmmmhhhhh.."

Bu Kartika merem melek merasakan penis yang mentok di dalam vaginanya.

"Pentil Ibu semakin membesar dan mengeras..ooocchhh. "

"Emutin sayang..oouuuhhh..jilatin..eeemmmhhhh..gigit penti Ibu..aaaccchh.." Pinta Bu Kartika.

"Sendiko dawuh Den Ayu." Sahut Adrian yang langsung membuka mulutnya mengemut puting coklat sebelah kanan. Menghisapnya kuat.

"Aaaaaacccchhhh...Adriaaaannn..Aaaacccchhh." Jerit Bu Kartika perlahan.

Ia gigit lembut puting kenyal itu diigoyang-goyangkan lidahnya di ujung puting itu, matanya menatap menggoda ke mata Bu Kartika yang semakin sayu. Tangan Adrian meremas payudara dan memilih puting kiri Bu Kartika.

"Eeeemmmmhhhh,,eeeeggghhhh.."

Gerakan maju mundur bokong Bu Kartika berubah menjadi turun naik. Mulut Adrian melekat erat di puting kanannya mengikuti pergerakan payudaranya bergoyang.

"Ooooooccchhh..ngentot sama kamu selalu nikmat sayang..aaaaacccchhh.." Racau Bu Kartika tanpa menghentikan gerakan bokongnya.

"Ssssshhh...Memek Ibu makin nikmat..aaacchhh.." Kata Adrian setelah melepaskan puting kanan Bu Kartika dari mulutnya.

Cukup lama pergerakan vagina Bu Kartika mencari kenikmatan. Racauan dan desahananya semakin seronok.

"Ooouuccchh..Ibu suka ngentot sama kamu sayang..aaaaccchhhh.."

Tak berapa lama kemudian,

"Eeeegghhh..dan kamuu..eeemmmhhh..selalu bisa bikin Ibu...Aaaaaaaccccchhhh...keluaaarrrr..." Jeritan perlahan Bu Kartika menandakan orgasmenya.

Adrian mengangkat dan menahan bokong lebar Bu Kartika lalu menyodokkan penisnya dengan cepat dan berulang-ulang.

"Eeehhhh..eeehhh...eehhhh.." Hentakan penis itu disertai dengusan nafas dari hidungnya.

"Aaaacccchhh...Adriaaaaannnn..gelii..geliii..aaaaaaccchhhh...lagiiii...Ibu dapat lagiiiii.." Tubuh Bu Kartika bergetar hebat.

Tanpa peduli dengan Bu Kartika yang sudah lemas karena orgasme berurutan, ia memutar tubuh Bu Kartika tanpa melepas penisnya. Bu Kartika membelakanginya kedua tangannya berpegangan jok depan kanan kiri.

"Angkat sedikit bokong Ibu." Perintah Adrian.

Bu Kartika yang merasakan kedutan hebat di vaginanya menuruti permintaan Adrian.

Adrian langsung menghentak-hentakkan penisnya dengan kuat. Tangannya memegang pinggang Bu Kartika.

"Eeeeggghh..eeeggghhh...eeeggghh.." Dengusan nafas di hidungnya semakin memanas.

"Aaammmpppuuunn...Adriaaaannn...aduuuuuhhhh.." Lenguhan Bu Kartika semakin meningkatkan ritme hentakan penis Adrian. Kedutan di vagina Bu Kartika makin cepat.

"Aaaaaacccchhhh..Ibu daa...paaaaatttt..aaaaaacccchhh.." Bu Kartika semakn lemas karena vaginanya kembali pipis.

Adrian mengangkat bokong Bu Kartika, belum juga orgasme itu reda.

"Bleeeesssss." Adrian kembali menurunkan bokong itu dan menghujamkan kembali penisnya dengan kasar.

"Aaaaacccchhhh..aaaaccchhhh..aaacchhh.."

"Eeegggghhhh...eeeggghhhh...eeegggghhh.."

Desahan dan dengusan itu menjadi melodi indah perjalanan ke puncak mereka yang semakin dekat. Kepala penis Adrian mulai mengedut seakan tidak sabar untuk memuntahkan isinya. Kedutan vagina Bu Kartika menimbulkan rasa geli yang amat sangat.

"Eeeggghh..saaa..yaaa..maaauu..kee..luuarr. buuu..eegghhh." Suara Adrian bergemetar. Sodokan penisnya mulai tidak beraturan.

"Iii..buuu..juu..***aa...saa..yaanngg..ooocchhh..oooccchhh.." Suara Bu Kartika melemah.

"Eegghhh..aaarrrrgghhh..aaaaaahhhhhhh"

"Crot..crot..crot..crot.."

"Bareng sayang...aaaacccchhhh..aaaacccchhhh.."

Tubuh keduanya mengejang dan bergetar hebat. Lahar panas Adrian menyemprot kuat rahim Bu Kartika. Semprotan itu membawa Bu Kartika ke awang-awang. Kenikmatan bercinta di mobil sungguh luar biasa bagi keduanya.

Tubuh Bu Kartika menindih Adrian. Tangan Adrian melingkar di perut Bu Kartika. Bu Kartika menoleh, tangannya memegang tengkuk Adrian.

"Mmmmpppphhhh"

Ciuman itu seakan menjadi pereda kegelian di sekujur tubuh mereka. Lelehan sperma bercampur cairan Bu Kartika menetes di jok dan karpet mobil.

"Nikmat banget..gila..Ibu nggak nyangka senikmat ini ngentot di mobil." Ujar Bu Kartika tanpa mengalihkan posisinya yang sedang dipangku Adrian.

"Sluurrpp..sluurrpp.." Lidah Adrian menjilati leher jenjang mulus Bu Kartika.

"Tergantung dengan siapa Ibu ngentotnya." Goda Adrian

"Ngentot dengan Adrian..eeemmmhhhh."

"Sudah sayang..nanti Ibu sange lagi..masih lemas..kenapa ngentot dengan mu, Ibu sampai harus terkencing-kencing sih??"

Pertanyaan yang absur.

"Karena saya selalu bisa memacu adrenalin Ibu" Jawab Adrian singkat.

"Ahhh..sepertinya ini kumpulan sensasi menantang sejak tadi pagi. Di kamar Fajar, di pinggir jalan raya dan sekarang di sini." Kata Bu Kartika seakan sedang berbicara dengan dirinya sendiri.

"Kamu bisa menantang dan memenuhi tantangan Ibu, itulah kenapa setiap ngentot dengan mu Ibu selalu terkencing-kencing sayang." Katanya lagi sambil tersenyum.

"Kenapa Ibu selalu memanggilku sayang setiap kita berduaan?

Ibu kan tidak menerima cinta ku?" Tanya Adrian sedikit penasaran sekaligus protes.

"Karena memanggil mu sayang lebih membuat memek Ibu berkedut-kedut daripada memanggil nama mu." Jawab Bu Kartika sambil mengerling dan tersenyum.

"Muach"

"Mmppphhh"

Keduanya kembali berciuman dengan mesra.

"Sudah jam 5 Bu..pulang." Kata Adrian samb memakai kembali pakaiannya.

"Kaki Ibu lemas rasanya..seharusnya Rian belajar nyetir ." Keluh Bu Kartika yang juga memakai pakaiannya.

"Ibu sih..lebih memilih mengajari saya ngentot daripada nyetir..hahaha." Sahut Adrian.

"Eehh..siapa ngentot siapa ini??" Mata Bu Kartika melotot manja.

Adrian hanya tertawa. Setelah merapikan pakaian,membersihkan bagian belakang mobil dan menyemprot parfum, mereka kembali berpindah ke depan.

Mobil itu melaju cepat di jalanan yang mulai gelap dan sepi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Triyana Ardistria, nama yang tertera di kartu nama yang Adrian simpan sejak hari minggu lalu. Ada nomor telepon rumah dan kantor yang tertera di sana.

Adrian memutar-mutar kartu nama itu di depan Wartel. Bimbang antara menelepon atau tidak. Ada beberapa orang mengantri di wartel yang mempunyai 2 bilik itu.

"Rian, kamu mau menelpon nggak?" Tanya Mbak Nining si pemilik sekaligus penjaga wartel itu.

"Kalau nggak nelpon mau dipakai Mas Lius." Kata Mbak Nining mengingatkan.

"Iya Mbak..sebentar ya Mas." Sapa Adrian yang berjalan masuk ke bilik.

Dipencetnya nomor telepon yang tertera di kartu nama yang dipengangnya.

"Tuuutt..tuuut..tuuut.." Hanya nada tunggu berbunyi beberapa kali lalu mati.

Dicobanya beberapa kali dan akhirnya teleponnya tersambung.

"Halo, selamat sore." Salam seorang wanita di nomoe yang dia tuju.

"Sore Bu, bisa bicara dengan Ibu Triyana?" Kata Adrian dengan suara gemetar. Dia grogi karena baru pertama kali menelpon seorang Ibu-ibu.

"Saya Triyana, maaf ini dengan siapa ya?" Tanya wanita yang bernama Triyana diujung sana.

"Saya Adrian Bu, keponakannya Bu Kartika." Ujar Adrian memperkenalkan diri.

"Hmmm..ooo..iya..saya ingat..kepenakannya Kartika kan? Hehehe." Suara Bu Triyana terdengar lebih pelan.

"Eeemmm..iya Bu." Adrian semakin grogi.

"Maaf kalau saya mengganggu istirahat Ibu, apa kita bisa bicara di telepon saja Bu? Saya nggak enak kalau mesti ke kantor Ibu." Adrian mencoba mengatur nafas agar gemetar suaranya tidak terdengar.

"Jangan, ada suami ku, besok aja kita ketemu selepas kamu pulang sekolah." Kata Bu Triyana seperti memerintah.

"Saya pulangnya enggak pasti Bu, soalnya ini sudah mau dekat EBTANAS." Jawab Adrian sambil mengetuk-ngetuk kartu nama yang dipegangnya.

"Eeemmm..Jam 11 temui Ibu di Sri Ratu Pemuda ya, jangan telat. Kalau telat Ibu bakal tanya Kartika soal mobilnya yang mogok." . Intonasi suaranya terdengar penuh tekanan saat mengatakan "mobil yang mogok".

"Iya Bu..iii..yaaa.." Adrian makin grogi mendengar kata Bu Triyana yang seakan mengancam.

"Ya udah Bu..saya tutup telponnya. Selamat sore Bu." Kata Adrian berpamitan.

"Adrian..hey.." Kata Bu Triyana lirih diujung telponnya.

"Iya Bu??" Jawab Adrian yang tidak jadi meletakkan gagang telpon di tangannya

"Jangan bawa kondom!" Kata Bu Triyana cekikikan.

"Kondom??? Apa itu Bu??" Tanya Adrian seolah bingung dengan perkataan Bu Triyana.

"Jangan pura-pura kamu!" Ketus Bu Triayana.

"Iii..yaaa..Bu." Balas Adrian yang semakin grogi.

"Ok..sampai jumpa besok Adrian.

"Ceklek."

Suara telepon itu pun terputus.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com