๐๐ž๐ฌ๐ข๐๐ž ๐’๐ญ๐จ๐ซ๐ฒ ๐๐ž๐ญ๐ฎ๐š๐ฅ๐š๐ง๐ ๐š๐ง ๐€๐๐ซ๐ข๐š๐ง

 


Ini adalah cerita  sampingan dari series petualangan adrian

POV Roy
Kami duduk di rooftop sebuah cafe yang lumayan bagus di pinggiran kota Garut. Karena masih sore, cafe itu terlihat sepi. Hanya ada 3 pasangan yang berada di rooftop. Kami mengambil tempat duduk di paling pojok belakang. Pemandangan alam di bawah kami sangat indah. Secangkir kopi di hadapan ku dan segelas jus mangga di depan Bu Lilis. Aku tidak berhenti menatapnya. Usia 40 tahun tidak mengurangi kecantikannya. Kulitnya bersih dan putih terlihat mulus.

"Kamu tau darimana Pak Farid ke Bandung sore ini." tanya beliau.

"Semua udah tau kok Bu, beliau mengatakannya di Grup WA kantor." Jawab ku.

"Kenapa sih kamu mendangin aku terus, iya aku sudah tua, kamu pasti nggak terlalu suka kan nongkrong sama emak-emak." Katanya dengan malu-malu.

"Siapa bilang? Kalau boleh gandeng pun Ibu akan kugandeng sekarang juga. Biarpun emak-emak tapi kalau lihat dandanan Ibu sekarang siapa yang percaya Ibu sudah berusia 40th." Kataku merayu.

Aku pun heran dengan perasaan ku sendiri, dadaku berdebar saat berduaan dengan beliau. Rasa yang sama seperti waktu pertama kali aku menembak istriku saat awal pacaran. Wanita ini sudah berusia jauh di atas ku, statusnya istri mentor kerja ku. Apakah aku jatuh cinta pada wanita setengah baya di depan ku ini???

Obrolan dan candaan berlangsung selama hampir setengah jam hingga akhirnya,

"Roy, aku...eh..aku..aduuhh..bisa gak kita pindah tempat ngobrol? Aku takut ada orang yang mengenali ku di sini."

Bu Lilis sepertinya ingin membicarakan sesuatu yang serius. Kupegang jarinya, dengab bergandengan tangan kuajak beliau beranjak dari cafe itu.

"Ke Hotel?" Tanyaku setelah di dalam mobil.

"Terserah kamu." Jawabnya.

Kuparkirkan mobil di depan sebuah hotel, setelah check in kami pun diantar ke kamar. Aku memeluk beliau dari belakang setelah pintu terkunci.

"Roy, aku mau ngomong dulu." Katanya sambil menyenderkan kepalanya di bahuku.

"Bicaralah Bu Hajjah,saya mendengarkan." Sahutku dengan tanganku mengelus-elus tangan beliau.

"Apakah kamu menyukai Roy?"

Sebuah pertanyaan klasik yang sepertinya tidak perlu diberikan jawaban melalui kata-kata. Jari kanan ku meremas lembut jemarinya dan tangan kiriku menolehkan kepalanya.

"Muuuaaaacchh" kucium lembut bibirnya penuh perasaan.

Ciuman yang hanya kulakukan dengan istriku tercinta. Kulakukan saat ini dengan istri tercinta orang lain. Karena Bu Lilis menyambut ciuman ku, akupun melumat bibir tipis itu dengan semangat.

"Mmmppphhh..mmmppphhh...mmmppphhh.."

Lidah kami beradu, ludah kami bercampur dan bertukar, bibir saling menghisap. Ciuman kami menjadi panas karena gelora gairah kami.

Kami terengah-engah saat penyatuan bibir kami terlepas.

"Roy..mppppphhh..mmmpphhhh.."

Bu Lilis kembali melumat bibir ku kali ini dengan ganas, tangan ku meremas bokongnya dengan gemas. Lumatan bibir kami semakin ganas. Bu Lilis mendorong ku hingga setengah badan ku telentang di kasur. Dengan gesit beliau melucuti pakaian ku hingga aku hanya memakai sempak.

"Setelah malam itu, aku tidak bisa melupakan kenikmatan itu Roy, aku selalu menginginkannya." Katanya sambil melucuti sempak yang jadi pertahanan terakhirku.

Aku diam saja menikmati kebrutalan Bu Lilis, aku sangat menyukai apa yang dilakukannya saat ini.

"Inilah yang membuat Ibu tidak ingin bercinta dengan mentor mu." Katanya saat ia mengocok kontol ku yang mulai keras.

"Muaaaccchhh..sluuurrrrppp.."

Beliau menciumi kepala kontolku, menjilati batangnya dengan penuh nafsu. Aku hanya bisa memejamkan mata menikmatinya.

"Cleeegg..cleeeggg..cleeeeggg."

Bu Lilis menyepong kontol ku dengan ganas, kunaikkan kepala ku mengintip perbuatannya. Wajah Bu Lilis yang putih berubah kemerahan, matanya jalang, dan mulutnya tersenyum genit saat ia memamerkan permainan lidahnya di kepala kontol ku.

"Bu Hajjah binal..aaaaaahhhh...eeeeeggghhhh.."

Aku hanya bisa mendesah karena sepongan Bu Lilis benar-benar membuat seluruh tubuhku terasa kesemutan. Kepala berhijab itu naik turun dengan liar berusaha keras menaklukkan batang kokoh ku.

"Bu Hajjaaaahhh..enak banget sepongan mu Bu..eeeggghhh..aaaaaggghhh.." aku meracau dan mendesah karena serangan bibir Bu Lilis

Aku tidak mau dikendalikan oleh beliau, aku yang harus mengendalikannya. Aku bangun dan melepaskan kontolku dari lumatannya. Aku naik ke atas bed dan berlutut sambil mengacung-acungkan kontol ku.

"Bu Hajjah.." panggilku dengan senyuman mesum.

Bu Lilis langsung menungging dan kembali menyepong kontolku. Dengan berpakaian lengkap dan hijabnya, Bu Lilis terlihat sangat hot saat tangannya mengocok kontol ku dan kepalanya maju mundur

"Eeegghhhh..eeeeggghhh..." Desahku.

"Plak..plak..plak.." kutampar bokong semok Bu Lilis yang masih memakai jeans.

"Uuuggghhmmmppp.." lenguh Bu Lilis tertahan kontol ku yang masih disepongnya. Setelah beberapa menit, kutarik tubuhnya, kulucuti semua pakaiannya hingga beliau pun bertelanjang bulat. Ku dorong pelan hingga Bu Lilis telentang di bed. Kuarahkan wajah ku tepat diantara selangkangannya, dan kuciumi memeknya.

"Roooyyy..aku suka lidah nakal mu...aaaaaaggghhhhhh.."

Bu Lilis berseru saat lidah ku menjilati bibir memeknya, memek yang tidak berbau dan tanpa bulu. Memek kehitaman yang dalamnya berwarna merah. Itilnya terlihat.

"Oooouuuugghhh...Rooooyyyyy...aaaaaggghhhh.."

Jeritan mendesah Bu Hajjah semakin kencang saat itilnya kujilati dengan ganas. Lidahku bergerak cepat menggoyangkan itilnya.

"Enak Roy..enak bangeeeettt..terus Rooyyy.."
Kurasakan cairan agak asin saat lidah dab bibirku bermain dengan cantik di memeknya. Aku tidak mau beliau orgasme dengan mulutku.

Kuarahkan kontol ku yang sudah tegang maksimal.

"Bleeesssss."

"Oouuuggghhh..eeeggghhh.."

Desahan kami berbarengan saat kontolku masuk memenuhi seluruh rongga dalam memeknya.

"Mmmppphhh..mmmpphhh.."

Kulumat bibirnya tanpa penetrasi kontol ku di memek nya. Aku ingin menikmati percintaan ini dengan penuh perasaan. Kugoyang perlahan kontolku sambil terus kulumat bibirnya. Kulepaskan lumatan ku dan kupandangi wajahnya dengan senyum.

"Roy takut jatuh cinta sama Bu Hajjah." Ucapku dengan terus mengentotnya perlahan.

"Uuggghhh..apa mungkin kamu bisa mencintai ku Roy..oohhh.." sahutnya.

"Ibu adalah wanita idaman saya. Wajah cantik keibuan, kulit putih bersih dan mulus, tete yabg besar, bokong yang seksi terutamaa.." aku sengaja tidak meneruskan ucapanku.

Wajah Bu Lilis semakin merah dan tersipu malu, ia sepertinya menyukai pujianku.

"Eeegghhh..terutama apa Roy..uuuhhhh..uuuhhh.." tanyanya sambil merem melek.

Kuatur entotan ku, kepala kontolku kutarik dan kugoyangkan maju mundur tanpa penetrasi yang dalam, setelah 5 gerakan,

"Terutama...memek Bu Hajjah yang masih rapet ini..heegggghhhh.."

Kuhujamkan keras dan dalam kontolku,

""Aaaauuugghhh...Rooooyyyy..." Jerit Bu Lilis hingga matanya melotot.
Kuulangi lagi gerakan ku,

"Gila kamu Roy..yang tadiiii..ooooohhhh.."

"Yang tadi kenapa Bu Hajjah?" Tanyaku menggoda sambil tersenyum.

"Yang tadi enaaaaaakkkk...aaaauuuhhhh..Roooyyyy.."

Bu Lilis mendongakkan kepalanya hingga tubuhnya melengkung ke atas. Tete besar yang membusung seakan menantang mulutku untuk melahapnya. Dan mulut ku melumat habis kedua tete nya, menjilati putingnya dan entotanku meningkat ritmenya..

"Ooouuugghhh..Rooooyyy..ampuuuunnn." jerit Bu Lilis semakin menggila. Kepalanya bergoyang- tak beraturan.

Entah setan apa yang merasuki ku, aku seperti bukan diriku saat bercinta, pengalaman ku bercinta tidak sehebat ini dengan istriku, bahkan cenderung membosankan. Tapi terhadap dua wanita setengah baya yang sudah kuajak bercinta aku mampu menampilkan performa luar biasa yang mampu mengeluarkan nafsu terliar mereka

Hentakan pinggul ku kuperkuat, ritme nya kuperlambat untuk memaksimalkan penetrasi kontol ku.

"Aaauuuhhhhh..aaauuuhhh..Rooooyyy..dalam benget kontol mu..aaaaaahhh.." desahan dan racauannya tak pernah berhenti.

Kedutan di kontol ku semakin menguat, karena terlalu bersemangat dan sudah sange sejak pertama menjemput Bu Lilis aku tidak mampu bertahan





Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com