𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟐𝟎

 


Sinar mentari menyeruak masuk ke dalam sebuah kamar melalui jendela dengan kaca kalo yang sedikit terbuka. Tanpa adanya tirai membuat cahaya itu bebas menyoroti tubuh seorang remaja yang telentang telanjang. Penis yang menjulang hampir menyentuh pusarnya menandakan kesehatan alat reproduksinya. Urat-urat kekar itu menonjol seakan memamerkan kekuatannya. Hal yang sudah biasa semenjak penis itu menunjukkan kegunaan utamanya selain hanya untuk pipis.

"Adriaaaaannn!!!"

Suara seruan keras dari balik pintu mengagetkan remaja yang sedang asyik membuat peta pulau-pulau di bantalnya.

"Tidur Bu!!" Sahutannya tidak kalah seru.

"Tidur kok nyahut!!" seru ibunya sengit

"Ngelindur!!" Adrian menitipkan bantal ke telingannya

"Bruk..bruk..bruk.!! Bangun!!!" Gedoran pada pintu kamarnya membuat Adrian bangun.

"Iya..iya..bentar!!"

Penis yang tadinya begitu gagah langsung loyo dan bersembunyi di balik CD dan celana kolor biru begitu mendengar kemarahan si ibu dari balik pintu kamar.

"Ini kan hari minggu Bu." ucap Adrian setelah membuka pintu.

"Tadi Fajar ke sini, nyuruh kamu ke rumahnya." Kata Ibunya masih emosi.

Adrian mengernyitkan dahinya,

"Eh..suruh apa ke sana Bu?" Tanyanya.

"Nggak tau lah, cepatan mandi!!" Gemboran si ibu telak menghantam gendang telinganya.

"Bapak dengar suara ibu nggak tadi?" Tanya Adrian saat bertemu bapaknya di ruang keluarga.

"Enggak." Jawab Bapaknya menggeleng santai memejamkan mata mendengarkan alunan Walang Kekek.

"Makanya kalau nyetel Langgam jangan keras-keras!!" Sahut Ibunya dari dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi.

"Iya Pak!!" Sahut Adrian dari kamar mandi.

Bapaknya tetap menggelengkan kepala dan memejamkan mata. Telinganya dipenuhi suara merdu Waldjinah.

"Pak, pergi dulu." Pamit Adrian setelah mandi dan berpakaian rapi (Kaos metal berwarna hitam dan jeans belel sobek itu pakaian formalnya).

"Bangun tidur, mandi, makan,minggat??!!" Ketus Bapaknya sambil memberikan tangannya untuk dicium.

"Pak.." Kata Adrian sambil alis nya bergerak-gerak memberi kode.

"Apa???" Bapaknya tidak mengerti kode yang diberikan Adrian

"Saku.." Rengek Adrian sambil menciumi tangan Bapaknya.

"Mau kemana sih kamu?" Tanya bapaknya sambil merogoh kantong mengambil dompet.

"Ke rumah Fajar Pak." Jawab Adrian tersenyum sumringah melihat lembaran-lembaran biru yang dihitung bapaknya.

"Ngapain ke sana??" Tanya Bapaknya lagi sambil memberikan satu lembar uang berwarna biru.

"Satu lembar pak??" Tanya Adrian menghiraukan pertanyaan Bapaknya.

"Injak-injak punggung Bapak dulu kalau mau lebih." Kata bapaknya sambil berbaring di tikar.

"Terima kasih Pak. Rian pergi dulu." Kata Adrian lalu mengeloyor ke luar dan pergi.

"Ck..ck..ck.." Decak Bapaknya yang jengkel karena ditinggal pergi pas sudah siap-siapnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Teng..teng..teng.."

"Kulonuwun.."

Suara sapaan Adrian setelah mengetuk pagar.

"Siapa?" Pertanyaan itu berasal dari suara nge-bass seorang Bapak yang keluar dari rumah.

Bapak itu berbadan tambun,berkulit putih dan berwajah tampan. Hanya mengenakan sarung dan kaos dalam.

"Mirip Fajar, ini pasti bapaknya." Adrian membatin. Adrian tidak berpikir apa-apa saat itu.

"Mmm..kamu Adrian temannya Fajar?" Tanya si bapak sembari membuka pagar.

"Iya Pak, Fajarnya ada?? Tadi saya diberitahu Ibu saya kalau Fajar mampir ke rumah menyuruh saya datang ke sini."

"Iya..Bapak yang menyuruh kamu ke sini. Fajarnya ke rumah Fauzie." Jawab Bapaknya Fajar.

Adrian agak kaget dan mulai panik.

"Apa bapaknya Fajar tau soal hubungannya dengan Bu Kartika?"

"Mati lah!!"

"Masuklah Adrian." Kata Bapaknya Fajar mempersilahkan.

"Duduk dulu, Bapak panggilkan Ibu dulu." Kata si bapak yang langsung masuk ke kamar.

Deg..deg..deg..

Adrian mulai grogi dan keringat dingin mulai keluar dari jidatnya.

Tak berapa lama, keluarlah Bu Kartika.

Memakai gamis lebar berwarna coklat terang dan jilbab yang berwarna sama membuat Adrian pangling.

Bu Kartika terlihat berbeda,

"Tapi kenapa Bu Kartika berpakaian formal begini" batin Adrian.

"Bu." Sapa Adrian.

"Rian." Balas Bu Kartika.

"Lho..Fajar nggak ngomong apa-apa tadi?" Tanya Bu Kartika heran melihat pakaian yang dikenakan Adrian.

"Pak..tadi Bapak pesan apa ke Fajar?" Tanya Bu Kartika melongok ke dalam kamar.

"Ya sesuai pesan Ibu, menyuruh Adrian ke sini." Sahut si bapak dari dalam kamar.

"Haduuuhhh."

"Bentar Rian." Kata Bu Kartika lalu masuk ke kamar Fajar.

Rian diam membeku di ruang tamu. Detak jantungnya masih kencang karena ketakutannya.

"Sini Rian!" Seru Bu Kartika dari dalam kamar Fajar.

Adrian bingung dan masih tetap membeku di sofa.

"Rian, coba pakai pakaiannya Fajar." Kata Bu Kartika yang berdiri di depan pintu kamar anak pertamanya.

Rian segera mendekat ke kamar.

"Mau ke mana Bu? Kok saya harus ganti baju?" Tanya Adrian.

"Pak!! Gini kan jadi Ibu jadi telat gara-gara Bapak salah nyampein pesan!!" seru Bu Kartika. Tidak ada kata sahutan apapun dari dalam kamar.

"Mau ngajak kamu ke kondangan teman Ibu. Fajar nggak bisa karena ada janjian sama Fauzie. Vena sudah diajak pergi Chandra jalan pagi. Bapaknya ngantuk. Si kecil gak mau ikut, main game di laptop bapaknya." Terang Bu Kartika.

Jantung Adrian serasa lega, pikirannya mampu mengantisipasi kondisi dengan cepat.

"Cepetan ganti baju, Ibu tunggu di kamar."

Saat Bu Kartika mau keluar Adrian langsung menyergap pinggang Bu Kartika dan memepetkannya ke pintu.

"Mmmppphhh"

Adrian dengan rakus melumat bibir merekah Bu Kartika sebagai pelepasan dan kelegaan atas kepanikannya tadi.

Bu Kartika kaget dan sedikit meronta, tapi lumatan Adrian dan himpitan tubuh Adrian membuatnya tak berkutik.

"Mmmppphhh.."

Bu Kartika membalas lumatan itu dengan ganas pula.

Mereka tidak peduli dengan keberadaan si bapak dan si kecil di kamar sebelah.

"Lepas Rian, ganti baju dulu." bisik Bu Kartika dengan nafas tersengal-sengal.

"Temani dong Bu.." ucap Adrian sambil membelai bokong Bu Kartika.

"Kamu nekat sayang." Kata Bu Kartika gantian membelai penis Adrian yang masih di dalam sarangnya.

"Ibu seksi banget pakai gamis." Bisik Adrian sambil mengemut ujung telinga Bu Kartika.

Bu Kartika mendorong Adrian masuk ke kamar Fajar. Menurunkan resleting sekaligus celananya. Adrian membuka sendiri kaosnya.

Bu Kartika berjongkok di antara lemari yang terbuka dan penis Adrian yang masih terbungkus Ric Sony nya.

Membelai penis yang sudah menegang lalu menurunkan Ric Sony itu. Penis itu keluar berayun begitu terbebas dari bungkusan kain.

"Kontol yang selalu sombong kalau ketemu Ibu." desis Bu Kartika.

"Emmmmpppppp." Bibir merah itu langsung menyergap kepala penis itu dan menyedotnya.

"Eeeeuuuhhhhh." lenguh Adrian

"Ambil kemeja coklat bergaris itu Rian" Kata Bu Kartika pelan.

"Cleegh..Cleegh..Cleegh. " Mulutnya bergerak maju mundur mengulum penis Adrian.

"Sssshhhh..oooohhh" desis Adrian.

Ia mengambil kemeja coklat bergaris dan memakainya.

Tangannya mengancingkan kemeja sambil pinggulnya bergerak seirama dengan gerakan mulut Bu Kartika.

Pemandangan yang erotis itu terlihat dari cermin besar yang menjadi pintu lemari. Seorang wanita setengah baya bergamis dan berhijab mengulum penis seorang remaja yang sedang memakai kemeja. Tangan Bu Kartika gemas meremas pantat Adrian. Kadang-kadang seperti menahan gerakan pinggul Adrian saat penis itu masuk ke kerongkongannya.

Tangan Adrian berpindah ke kepala Bu Kartika,menahan kepala itu lalu menggerakkan pinggulnya agak cepat. Kepanikan yang sempat melandanya lalu berganti dengan kelegaan dan nafsu yang membuncah akibat tampilan Bu Kartika membuat puncak kenikmatan Adrian tidak memakan waktu lama.

"Sssshhhh...sssshhhh...aaaaahhhh"

"Crot..crot..crot.."

Tangan Bu Kartika memukul-mukul paha Adrian dan matanya melotot saat muntahan pejuh itu menerjang kerongkongannya. Adrian menekan kepala Bu Kartika sehingga penisnya masuk santan dalam seakan menembus kerongkongan.

"Uhuk..uhuk..uhuk.."

Bu Kartika terbatuk-batuk saat Adrian menarik penisnya keluar dari mulut Bu Kartika.

"Maaf..Ibu nafsuin banget..saya jadi gak tahan.." Ujar Adrian pelan sambil memakai celana kain berwarna krem yang tergeletak di ranjang.

"Pejuh mu masuk semua, banyak banget..gila kamu." bisik Bu Kartika sambil mengelap bibirnya.

"Mppppphhhhh."

Adrian membungkuk dan kembali melumat bibir merah yang memudar.

Bu Kartika keluar lalu masuk ke kamarnya dan membereskan lipstiknya yang belepotan serta hijabnya yang agak awut-awutan. Suaminya tertidur dan si kecil asyik dengan Zuma.

"Dik..Ibu pergi dulu ya."
"Pak..Ibu berangkat dulu." Pamitnya sambil mengecup pipi sang suami yang mendengkur.

Adrian sudah siap di depan pagar. Setelah Bu Kartika mengeluarkan mobil dari garasi, mereka pun pergi.

"Kondangan ke mana Bu?" Tanya Adrian begitu masuk mobil.

"Ke Bringin, Salatiga sayang." Jawab Bu Kartika.

................................

"Sepongan Ibu makin nikmat." Kata Adrian setelah mobil itu meninggalkan rumah Bu Kartika.

"Untung tadi suami ibu tidur!" Gerutu Bu Kartika.

"Kontol mu benar-benar tidak tau situasi dan kondisi Rian." Ucapnya lagi agak kesal.

"Lihat tete ibu dibalik gamis bikin kontol saya tak bisa dikendalikan Bu." Balas Adrian membela diri.

"Sepertinya ada yang beda dengan kontol mu, makin panjang sayang, rasanya sampai mentok di tenggorokan." Kata Bu Kartika sambil tangan kirinya mengelus ujung celana Adrian.

Adrian memegang tangan itu lalu menciumnya.

"Andai saya tidak terlambat lahir..saya akan berusaha keras untuk mendapatkan Ibu." Kata Adrian. Tangannya terus menggegam telapak tangan Bu Kartika dan menatapnya mesra.

"Terlambat mu sudah kelamaan tapi tetap bisa mendapatkan Ibu" Balas Bu Kartika menatap Adrian dan tersenyum genit.

"Buka resleting mu." perintah Bu Kartika tanpa menatap Adrian.

"Hah?? Serius Bu?" Tanya Adrian kaget.

"Cepetan..keluarin kontol mu!" Kata Bu Kartika gusar.

Adrian bergegas menurunkan celana dan CD nya, mempeihatkan penis yang masih lunglai karena terkena KO mulut Bu Kartika.

"Dia tidak berdaya sepertinya Bu." Kata Adrian sambil tersenyum.

"Itulah kenapa Ibu menyuruhmu mengeluarkannya..dia butuh belaian tangan yang dicintainya." Goda Bu Kartika sambil tangannya mengelus peler dan penis itu lembut.

"Dia sudah tidak mencintai Ibu." Balas Adrian.

"Halah..tadi dia langsung menyombongkan dirinya begitu ketemu Ibu." Ejek Bu Kartika.

"Tadi dia khilaf Bu." Balas Adrian tidak mau kalah.

"Khilaf?? Tuh..dia menggeliat..hhahaha."

"Ssssshhhh.." desis Adrian akibat elusan lembut naik turun di penisnya.

Bu Kartika melepaskan elusan dan meminggirkan mobilnya. Tanpa bicara Bu Kartika menaikkan gamis lebarnya hingga ke atas lutut dan tanggannya langsung bergerak melepas cawatnya.

Adrian hanya menatap bingung perbuatan Bu Kartika. Otak mesumnya mampu menangkap sinyal dengan cepat.

"Pindah ke belakang Bu." Ujar Adrian

"Ngapain??" Kata Bu Kartika heran,

"Cepatlah Bu." Kata Adrian memburu dan menarik lengan kiri Bu Kartika agar berpindah dari depan ke bangku belakang.

"Ehhh..maksud Ibu bukan begini sayang." Sahut Bu Kartika agak bingung karena yang ada dipikirannya tadi menyuruh jari Adrian mengelus vaginanya saat mobil tetap melaju.

"Sebentar Rian." Kata Bu Kartika menurunkan gamis lalu keluar dari mobil dan berpindah duduk di belakang.

Jalanan Bawen-Salatiga sangat ramai. Jalur cepat itu membuat kendaraan melaju dengan cepat dan suara knalpot kendaraan yang lalu lalang membisingkan telinga.

"Sluurrpp..slurrppp.."

"Sssshhhh..aaaaahhhh..memek Ibu suka jilatan mu sayang..ooouuucchhh.."

Suara desisan dan desahan Bu Kartika terdengar erotis saat jilatan lidah Adrian naik turun di vaginanya. Kakinya mengangkang di kedua pundak telanjang Adrian, badannya telentang di jok belakang kiri mobil yang terparkir di pinggir jalan. Adrian duduk di karpet karet mobil,kedua tangannya menopang pantat lebar Bu Kartika dan wajahnya tepat di depan vagina yang mulai merekah.

"Aaaaahhh..geli banget Riaaann..eeeeehhhhhh.."

Racau Bu Kartika ketika lidah itu bergoyang mengenai klitorisnya. Esapan mulutnya semakin membuat bokong Bu Kartika mengejar mulut dan lidahnya seakan tidak mau dijauhi.

Jempol Adrian menekan klitoris itu dan lidahnya menyeruak masuk menjilati rongga vagina yang semakin terbuka.

"Ooouuuuhhhh..Adriaaaaan...sssssshhhhh.."

Dingginnya AC serasa kalah dengan suhu tubuh Bu Kartika. Keringatnya mulai keluar, membuatnya menurunkan resleting gamis yang berada di belakang tubuhnya untuk mengurangi kegerahan. Gamis lebar itu berkumpul di perut Bu Kartika. BH coklat itu pun ikut terlepas dan payudara besar itu menggantung bebas.

Adrian dengan sigap memindahkan tangannya meremas kedua payudara itu dan menjepit kedua puting itu diantara kedua jari manis dan jari tengahnya.

"Sssshhhhh...sedot itil Ibu sayang..eeeeggghhhh." Racauan seronoknya malah membuat nafsunya sendiri meningkat pesat.

Dua jari kiri Adrian berpindah menggantikan lidahnya masuk dan mengocok vagina Bu Kartika dengan lembut. Bibirnya menyedot klitoris Bu Kartika.

"Aaaaaaaahhh...Adriaaaaannn.." lenguh Bu Kartika, kegelian di vaginanya semakin menjadi-jadi.

Kocokan kedua jari Adrian berubah cepat dan jempolnya menekan menggoyang klitoris Bu Kartika.

"Eeegggghhh...eeeegggghhh...sssshhhhh.."

"Ibu suka foreplay Rian??" Tanya Adrian berbisik dengan kedua jari mengocok cepat vagina Bu Kartika.

"Suuu...suuu...kaaaa...eeehhh...eegggghhh" Jawab Bu Kartika dengan gemetar.

"Memek Ibu basah banget..becek." Bisik Adrian lagi sambil menjilat bagian dalam telingan Bu Kartika.

"Ooouuuuhhhh...Adriaaannn."

Wajah Bu Kartika memerah menatap Adrian pasrah dan tubuhnya mengigil kegelian, Peluh di dahinya menetes jatuh ke mata.

Lidah Adrian langsung menggoyang puting kanan Bu Kartika.

"Aaaaahhhhh...ampppuuunnn...geli bangeeet...aaaaaaauuuuuuhhh."

Kocokan jari Adrian bercampur cairan kenikmatan Bu Kartika menghasilkan suara kecipak.

Adrian menyedot kuat puting kanan yang mengeras itu.

"Ibu piiii..piiiisss...oooooggghhh..aaaaggghhhh."

Jerit gemetar lirih Bu Kartika disertai lelehan cairan kenikmatannya membasahi tangan dan menetes di karet karpet mobil. Tubuhnya melengkung ke atas dan bergelinjang untuk beberapa saat. Nafasnya terengah-engah.

Adrian mengambil tisu di dashboard lalu membersihkan vagina dan peluh Bu Kartika. Diciumnya kening Bu Kartika, dipandanginya wanita cantik paruh baya itu.

"Ibu cantik sekali kalau pas orgasme, seksi dan hot." Kata Adrian sambil tersenyum.

"1 - 1 ya Bu. Hehehe." Lanjutnya.

Bu Kartika hanya mampu tersenyum.

"Cium Ibu sayang." Pinta Bu Kartika.

"Mmmppphhh."

Mereka berciuman dengan lembut dan mesra. Kemudian berpelukan dengan erat. Adrian menciumi pipi Bu Kartika.

"Saat ini Ibu takut jatuh hati padamu Rian." Kata Bu Kartika memejamkan mata.

"Janganlah Ibu membuka luka hati saya." Balas Adrian sambil menciumi pipi dan rambut Bu Kartika.

Bu Kartika melepaskan pelukan lalu menatap wajah Adrian.

"Ibu bakalan cemburu kalau tau kamu ngentot wanita lain sayang." Ucap Bu Kartika

Adrian hanya diam dan merapikan pakaiannya.

Dia tidak mau lagi jatuh untuk kesekian kalinya untuk kembali mencintai Bu Kartika

Bu Kartika merapikan pakaian dan berdandan kembali di dalam mobil. Setelah itu mereka berdua pindah ke depan dan melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di lokasi pernikahan Adrian cenderung menjauhi Bu Kartika yang asyik bercengkerama dengan para koleganya.

Adrian menoleh karena tepukan di bahunya,

"Tadi mobilnya mogok ya Dik? Kamu bukan anaknya Kartika kan??" Tanya seorang Ibu bertubuh montok.

"Saya keponakannya Bu." Jawab Adrian dengan gugup.

"Keponakan atau kepenakan?" Goda ibu itu dengan kerlingan genit.

"Mobil mogok tapi kok mesinnya nyala ya?" Gumam ibu itu di depan Adrian.

"Kacanya gelap, nggak kelihatan dalamnya, cm dengar ada suara-suara aneh dari dalam." Bisik ibu itu menempelkan bahunya ke Adrian.

Adrian diam membisu, wajahnya semakin gelisah.

"Ini kartu nama saya, temui saya hari kamis di kantor saya."

Adrian mengambil kartu nama yang disodorkan ibu itu, tanpa membacanya dimasukkan kartu nama itu di dompetnya.

"Saya hanya ingin bersuara aneh seperti Kartika." Ujar ibu itu meninggalkan Adrian.

"Kamu sudah makan Rian?" Tanya Bu Kartika setelah selesai berfoto bersama mempelai.

Adrian cuma menganguk. Dan mereka pun pulang.

BERSAMBUNG ...


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com