๐๐ž๐ญ๐ฎ๐š๐ฅ๐š๐ง๐ ๐š๐ง ๐€๐๐ซ๐ข๐š๐ง ๐๐š๐› ๐Ÿ๐Ÿ—

Lagu Bee Gees yang diremix oleh Michael Bolton ini terdengar begitu melankolis mengalun dari Pioneer yang terpasang apik di dashboard Twin Cam. Sepasang insan berbeda usia tampak asyik bernyanyi bersama di dalam mobil yang melaju perlahan di senja itu.

"Selera musik mu sama seperti selera wanita mu, OLDIES, hahaha." Goda Bu Kartika.

"Yang tua penuh warna." Balas Adrian tersenyum cerah.

"Sejak kapan kamu menyukai yang tua-tua?" Tanya Bu Kartika.

"Sejak mencium bibir seorang wanita tua!" Jawab Adrian sambil meleletkan lidahnya.

Mereka tertawa bersama.

"Kenapa kemarin-kemarin Ibu menghindari saya hingga pesan ke Bu Anis dan Chandra segala?" Tanya Adrian dengan wajah masih cerah.

"Tidak semua hal harus dan butuh penjelasan sayang, yang penting kita sudah bersama seharian kan?" Jawab Bu Kartika.

"Ngentot sampai memek ibu terasa panas, hahaha."

"Kontol saya pun sudah gak punya nyali ini Bu..hahaha."

"Ngentot mu makin ngeri..untung Ibu rajin senam, kalau nggak bisa habis memek Ibu dihajar kontol mu."


Obrolan vulgar ini adalah hal yang diinginkan Bu Kartika. Ia merasa bebas mengatakan hal yang tabu/saru dengan Adrian. Mereka pun nyaman dengan ucapan-ucapan seronok saat berduaan. Dengan Adrian, ia seperti terbebas dari belenggu-belenggu etika semu yang harus ia jaga agar terlihat "baik dan sopan". Dengan Adrian, ia bebas bercinta dengan berbagai variasi yang enggan dilakukan oleh kebanyakan pasangan karena alasan dogma. Adrian baginya adalah sosok partner sex yang sebanding walaupun usianya jauh di bawahnya.


Banyak pasangan yang sebenarnya jemu dengan percintaan yang monoton, saat sang suami/istri ingin variasi baru dalam bercinta istri/suami enggan bahkan marah karena menganggap permintaan gaya bercinta itu aneh dan porno. Bagi yang mampu menahan diri bisa bertahan dan menekan keinginannya. Bagi yang tidak mampu menahan diri, mereka akan melakukan penyelewengan untuk bisa mewujudkan keinginan itu.


Sex bagi sebagian besar orang adalah hal yang tabu dan bukan bagian penting dalam sebuah hubungan rumah tangga. Tapi banyak masalah rumah tangga yang justru berawal dari perbedaan pandangan mengenai sex. Budaya di timur menganggap pembicaraan soal sex itu tabu dan tidak seharusnya dibicarakan, apalagi oleh pasangan yang sedang menuju ke jenjang pernikahan. Pengenalan karakter dijadikan hal paling utama saat, sedangkan pembicaraan mengenai orientasi sex dan pandangannya tidak pernah disinggung di saat sebuah hubungan menjadi semakin serius. Akibatnya, banyak terjadi kekecewaan karena kualitas sex diantara pasangan tidak sesuai harapan. Ini adalah realita kehidupan.


Bu Kartika tanpa perlu mengatakan kenapa dan apa kepada siapapun soal kehidupan sex dan rumah tangganya mendobrak belenggu semu yang selama ini mengikatnya. Rasa takut baginya justru menjadikan sensasi kenikmatan itu bertambah, sebuah petualangan dan tantangan yang meningkatkan gairah dan syahwatnya.


Bagi sebagian besar lingkungan sosial hubungan mereka salah dan berdosa. Tapi bagi Adrian dan Bu Kartika, semua hanyalah soal alasan, benar dan salah selalu akan menjadi perdebatan panjang dan ujung-ujungnya ancaman dogma dan sosial menjadi jurus pamungkas untuk menyelesaikan perdebatan itu.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Mobil itu berhenti di depan sebuah sanggar senam yang terlihat sudah sepi, pagar besi di depannya pun sudah terkunci. Di dalamnya, tergeletak sebuah motor Prima.


"Bagaimana kalau motor mu diambil besok pagi aja Rian?" Tanya Bu Kartika seakan enggan untuk mengetuk pagar. Ia sangat capek dan ingin segera pulang lalu tidur.


Kadang-kadang, sepertinya seorang ibu rumah tangga pun butuh waktu walaupun sejenak untuk menghibur dirinya sendiri. Mereka butuh hal baru hanya untuk hiburan bukan untuk melepaskan semua โฟyang dia punya.


"Baiklah Bu, saya juga malas mau bawa motor pulang." Jawab Adrian.


"Kebanyakan ngentot, lemas jadi malas, hahahaha." Goda Bu Kartika.


"Memek Ibu nikmat sih, hahaha." Balas Adrian.


"Adrian, kamu masih jatuh cinta sama Ibu?" Tanya Bu Kartika serius.


"Seperti kata Ibu, tidak semua pertanyaan harus dijawab. Yang penting saya benar-benar menikmati hari ini Bu."


"Ibu dulu begitu takut dan merasa bersalah karena merasa Ibu lah yang membuat mu jadi remaja yang dewasa sebelum waktunya. Tapi ternyata Ibu tidak perlu merasa begitu, kamu sendiri sudah mempelajarinya dari novel-novel dewasa yang kamu baca. Dan kamu mampu melakukan hubungan seksual yang lebih daripada Ibu padahal kamu belum pernah sekalipun merasakan itu."


"Dulu Ibu khawatir akan menjadi perusak masa depan mu karena entahlah, feeling Ibu mengatakan kamu akan menjadi petualang dengan orientasi seksual mu itu. Tapi sekarang Ibu merasa lebih tenang karena kadang seorang wanita memang butuh menyenangkan dirinya sendiri. Dan seorang remaja seperti mu bisa menjadi sebuah hiburan apalagi dengan bermacam variasi yang kamu tawarkan."


"Ini adalah terlarang dan aib, dan kesalahan terbesar Ibu adalah menceritakan dan meminta pertolongan Mbak Anis." Ujar Bu Kartika panjang lebar.


"Kenapa Ibu merasa curhatan ke Bu Anis adalah kesalahan terbesar Ibu?" Tanya Adrian


"Mbak Anis lebih hebat daripada Ibu kan ngentotnya?" Bu Kartika bertanya balik tanpa menjawab pertanyaan Adrian. Tekanan kata ngentot ia keraskan.


Adrian kaget, menatap Bu Kartika dengan tajam


"Ibu sudah tau sayang." Kata Bu Kartika.


Tangannya hanya mengetuk-ketuk stir mobil yang masih berhenti di depan sanggar.


"Mbak Anis menceritakan kepada Ibu soal ngentot kalian di Matahari." Kepalanya menempel di stir.


"Itulah kenapa Ibu mengajak mu ke hotel lain, Ibu kecewa karena Mbak Anis tidak bisa menjaga kepercayaan dan permintaan Ibu." Mata Bu Kartika terlihat berkaca-kaca.


Bu Kartika tetaplah wanita, walaupun ia tidak mencintai Adrian, ia tetap merasa sakit hati apabila ia dikecewakan.


Adrian hanya diam, pikirannya seakan blank mendengar penuturan Bu Kartika.


"Ibu lupa kalau Mbak Anis lebih mempesonakan, apalagi untuk remaja seusia mu, tubuhnya lebih menggoda dan mungkin saja permainan sex nya juga lebih hebat."


"Ibu seperti memberikan domba ke singa yang kelaparan."


Mata yang berkaca-kaca itu mulai menitikkan air.


"Kamu menikmatinya kan??!! Kamu lebih suka ngentot dengannya kan??!!."


Mata itu mulai sembab dan memerah saat menatap Adrian yang hanya diam menatap lurus ke depan. Wajah Adrian tanpa ekspresi apapun.


"Sebagai domba, apa yang bisa saya lakukan saat berhadapan dengan singa yang lapar selain menikmatinya?" Kata Adrian perlahan tanpa mengalihkan pandangan.


"Mungkin Ibu lupa dengan perasaan saya, mungkin Ibu tidak tau bagaimana getaran hati saya saat bercinta dengan Ibu. Mungkin Ibu tidak peduli bagaimana upaya saya untuk membuat Ibu merasa saya pantas untuk bercinta dengan Ibu. Mungkin Ibu tidak mengerti bagaimana kerinduan saya kepada kenangan bercinta kita. Di situlah perbedaan antara Ibu dengan Bu Anis."


"Sepertinya ketakutan awal Ibu soal Predator dan Petualang akan segera terbukti, dan Bu Anis akan menjadi awal dari petualangan saya." Kata Adrian dengan mimik wajah yang mengeras.


"Dengan Ibu saya merasakan sebuah kebahagian walaupun saya tau Ibu tidak membalas perasaan saya. Tapi saya tetap saja tidak bisa membunuh rasa cinta saya kepada Ibu. Dan saya belajar hal lain dari penolakan itu, saya hanya bisa menikmati sebuah hubungan seksual saat saya punya rasa cinta walaupun itu tidak akan saya perlihatkan atau ungkapkan. Saya belajar untuk mewujudkan perasaan saya dengan nafsu yang menggebu agar bisa mendapatkan kepuasan saat bercinta dengan wanita."


"Dengan Ibu saya bisa mewujudkan impian liar soal berbagai gaya dan variasi bercinta, dan itu adalah pelajaran sesungguhnya. Dan sepertinya itu berguna bagi saya di masa depan."


"Tapi, sepertinya inilah saatnya saya benar-benar menganggap Ibu sebagai salah satu arena petualangan saya." Tegas Adrian sambil menoleh dan menatap wajah Bu Kartika yang sudah menangis terisak.


Bu Kartika hanya bisa membisu dengan air mata yang semakin lancar keluar dari kedua matanya yang memerah. Dia tidak mampu berkata apa-apa lagi dengan ucapan Adrian.

Keduanya berdiam di dalam mobil yang berhenti di tepi jalan raya. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Suara pelan audio dan angin semilir dari AC mobil semakin menghipnotis mereka untuk tidak bergerak.

Bu Kartika berkali2 mengusapkan tisu untuk menghapus jejak air matanya. Adrian hanya bersedekap dan memejamkan mata.

"Tuk..tuk..tuk.."

Suara ketukan di kaca jendela mengagetkan Bu Kartika. Ia menurunkan kaca jendelanya.

"Mau ambil motor ya Bu?" Tanya si pengeruk setelah kaca itu menurun memperlihatkan wajah Bu Kartika.

"Eh..iya, maaf ya Pak kalau mengganggu istirahat Bapak." Jawab Bu Kartika dengan terbata-bata karena isakannya belum reda.

Bapak itu membuka pagar, mengeluarkan motor dan menaruhnya di sebelah mobil Bu Kartika.

"Terima kasih pak!" Ucap Bu Kartika dari dalam mobil. Si Bapak hanya menganguk sambil tersenyum, menutup pagar dan berlalu masuk ke dalam sanggar.

Adrian membuka pintu, saat akan keluar,

"Bentar Rian." cergah Bu Kartika.

"Kita selesaikan ini sekarang atau bagaimana?"

"Terserah Ibu, saya tidak suka ada tangisan lagi. Kalau mau dilanjutkan kita sudah harus tau posisi kita mulai saat ini." Tegas Adrian.

"Iya, sekarang Ibu sudah memahami itu. Maafkan kecengengan Ibu..yah..beginilah wanita..kamu nanti akan sering menghadapi yang seperti ini..hahaha." Sahut Bu Kartika dengan senyum cerah.

"Mpppphhhhh"

Adrian langsung melumat bibir Bu Kartika lembut dan dibalas dengan lumatan Bu Kartika penuh nafsu.

"Pulang Bu, nanti dicariin." Kata Adrian setelah melepas ciumannya lalu keluar dari mobil.

"Adrian..kamu kurang ajar !!!" Batin Bu Kartika.

Ia memejamkan mata dan mengatur nafasnya yang terengah-engah karena nafsunya langsung naik saat bibirnya dilumat Adrian secara tiba-tiba.

"Ciuman tadi adalah pelipur tangis Ibu tadi, sange nya anggap saja bonus untuk yang di rumah..hehehe." Kata Adrian sambil menaiki motornya yang sudah menyala lalu pergi dengan melambaikan tangan.

Bu Kartika hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum.

"Benar-benar bibit unggul." gumam Bu Kartika lalu menjalankan mobilnya pulang.

BERSAMBUNG



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com