𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟐𝟐


Mendung menggelantung di langit yang suram. Mentari gagal membelah gerombolan awan hitam yang setiap bulan Februari mengambil alih kekuasaan mentari atas langit.

Seorang remaja duduk resah di tangga sebuah pasar swalayan terbesar di kota Semarang. Sweater hitam menutupi baju seragam di baliknya. Kepala yang tertutup topi hitam menunduk, tangannya memainkan sebuah kartu. Lalu lalang orang-orang yang ke luar masuk swalayan itu sangat ramai.

Saat mendongakkan kepalanya, ia melihat sesosok wanita yang berdiri di ujung tangga. Wanita itu berkaos putih dan bercelana jenas biru muda ketat.Rambut yang hitam berombak itu tergerai dengan poni di dahinya. Tubuhnya montok dengan payudara dan bokong besar yang tercetak di kaos dan celana jeans nya. Perutnya berlemak. Adrian menduga wanita itu seumuran Bu Kartika, ia bangkit dan mendekat.

"Bu Triyana." Sapa Adrian dari samping.

"Hai Adrian, kamu dari tadi? Ibu dari tadi di sini nyariin kamu." Cerocos Bu Triyana.

"Barusan datang kok Bu." Sahut Adrian berbohong. Ia sudah hampir setengah jam menunggu.

"Mobil ku parkir di belakang, ayo!" Ajak Bu Triyana berjalan dengan cepat ke parkiran mobil. Adrian mengekor dibelakangnya.

"Kamu naik apa ke sini?" Tanya Bu Triyana sesampainya di parkiran.

"Motor Bu?" Jawab Adrian singkat, ia masih grogi dengan Bu Triyana.

"Kita gak akan lama kok Adrian, masuk." Ajak Bu Triyana setelah membuka kunci pintu mobilnya.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil Katana hitam. Mobil itu berlalu dari parkiran.

Adrian hanya berdiam diri menundukkan muka saat mobil itu berjalan menyusuri jalanan Kota Semarang. Bu Triyana pun sepertinya canggung ingin memulai pembicaraan. Mereka hanya berdiam hingga tak terasa sudah mulai meninggalkan Kota Semarang ke arah barat.

"Kita mau ke mana Bu?" Tanya Adrian bingung karena Bu Triyana tidak bicara sama sekali.

"Ibu juga nggak tau mau ke mana." Jawab Bu Triyana.

Kecanggungan Bu Triyana karena tidak pernah berduaan dengan lelaki lain. Apalagi dengan seorang lelaki remaja.

"Maaf Bu..apa yang Ibu dengar di mobil Bu Kartika kemarin?" Adrian memberanikan diri bertanya.

"Suara aneh seperti desahan..hehehe." Jawab Bu Triyana. Pertanyaan Adrian seakan memecah kecanggungannya.

"Ibu hanya bisa mendengar tidak berani melihat, apalagi kaca film nya gelap." Lanjut Bu Triyana.

"Ibu sendirian waktu itu?" Tanya Adrian penasaran.

"Aku hafal mobil Kartika makanya meminta suami untuk berhenti sebentar saat melihat mobilnya terparkir di tepi jalan, maksudku ingin bertanya ada apa kok mobilnya berhenti di pinggir jalan raya, aku yang turun, suami cuma di mobil." Jawab Bu Triyana singkat.

"Ngapain kalian saat itu?" Tanya Bu Kartika dengan curiga. Intonasinya meningkat.

"Suami Ibu nggak curiga?" Tanya Adrian mengacuhkan pertanyaan Bu Triyana.

"Nggak, Ibu bilang mobilnya kosong, kami berhenti agak jauh." Jawab Bu Triyana.

"Jadi, apa yang kalian lakukan saat itu?" Bu Triyana mengulangi pertanyaannya.

Adrian hanya diam menatap jalanan yang mereka lewati. Dia ragu untuk menjawab yang sejujurnya.

"Apa maksud Ibu ingin bersuara aneh seperti Bu Kartika? Suara aneh seperti apa yang Ibu dengar?" Tanya Adrian setelah beberapa saat. Ia masih belum mau menjawab pertanyaan yang diajukan Bu Triyana dua kali itu.

"Saya akan menjawab pertanyaan Ibu setelah tau apa maksud Ibu." Adrian mulai menekan Bu Triyana. Ia harus tau apa maksud dari Bu Triyana mengajaknya berduaan.

"Heehh.." Bu Triyana menghela nafas.

"Baiklah, aku menduga Kartika bercinta di mobil karena mendengar desahan dan jeritan manja Kartika. Saat itu aku kaget, ternyata Kartika punya variasi bercinta yang liar bersama suaminya." Ujar Bu Triyana mengawali maksudnya.

"Aku lebih kaget lagi setelah lihat dia masuk bersama kamu, aku berpikir berarti Kartika tadi mendesah bukan sedang bercinta dengan suaminya, tapi dengan mu." Lanjut Bu Triyana.

"Aku gak menyangka Kartika lebih liar dari dugaan ku semula. Kartika itu wanita yang bisa menjaga diri dengan baik. Aku tau, karena aku teman kerjanya sudah lama."

"Dan aku sama sekali tidak menyangka kalau yang membuat dia mendesah seperti itu hanyalah seorang remaja belasan tahun."

"Aku terburu nafsu karena memberi mu kartu nama ku dan sekarang mengajak mu entah ke mana. Aku takut tapi cemburu dengan Kartika."

"Aku seperti pencuri yang memanfaatkan situasi demi sesuatu yang sepertinya tidak berani ku lakukan."

Penjelasan panjang lebar itu sepertinya telah berakhir, dan Bu Triyana meminggirkan mobilnya ke kiri lalu berhenti dan menempelkan kepalanya di setir.

Adrian hanya diam membisu. Ia tidak menyangka kalau perbuatannya dengan Bu Kartika diketahui teman Bu Kartika dan lebih gila lagi, yang memergoki menginginkan yang sama seperti yang dia lakukan dengan Bu Kartika.

"Apakah insting Bu Kartika terbukti??"

"Apakah aku akan menjadi seorang petualang di area dewasa bersama teman-teman Bu Kartika?"

"Apakah benar aku akan menjadi Pemangsa wanita dewasa yang usianya jauh di atas ku?"

"Atau kah aku mampu menghentikan ini semua untuk membuktikan kepada Bu Kartika kalau dia salah??"

Pertanyaan-pertanyaan itu mengerumuni pikirannya. Seorang remaja dengan dilematika syahwat yang menantang sekaligus menakutkan. Resiko yang tidak sebanding jika ia ketahuan.

"Sepertinya kamu pecinta musik Rock ya?" Tanya Bu Triyana memecah kesunyian.

"Iya Bu." Jawab Adrian singkat.

"Grup band Rock apa yang kamu suka?" Tanya Bu Triyana lagi mencoba mencairkan suasana.

"Ibu suka musik Rock jg? Banyak grup band Rock yang saya suka Bu." Jawab Adrian antusias.

"Emmm..nggak terlalu suka juga..aku lebih suka lagu slow rock atau pop." Kata Bu Triyana.

"Kita berhenti dulu di sini, sekali lagi aku tanya, kamu ngapain waktu di mobil sama Kartika?"

Adrian ragu untuk menjawab,

"Eeggghhh..saya jilatin memeknya Bu." Jawab Adrian pelan, matanya menatap tajam mata Bu Triyana yang juga sedang menatapnya. Sepertinya Bu Triyana tidak masalah dengan kata seronok Adrian.

Kerutan di dahi Bu Triyana muncul, seakan tidak percaya dengan ucapan Adrian.

"Hanya itu?" Tanya Bu Kartika lagi.

"Iya Bu" Jawab Adrian tegas. Dia sudah tidak mau menutupi lagi kejadian bersama Bu Kartika. Toh saat ini dia hanya berdua dengan Bu Triyana.

"Mendesah seperti itu hanya karena dijilati memeknya?" Tanya Bu Triyana seolah tidak percaya.

"Iya Bu." Jawab Adrian

"Apa Ibu juga mau merasakannya sekarang juga?" Kata Adrian tegas seakan ingin membuktikan pernyataannya tadi.

"Hahahaha..tidak..tidak..saya hanya bercanda waktu itu."

"Lalu kenapa Ibu meminta saya membawa kondom? Ibu mengira saya ngentot dengan Bu Kartika dan Ibu ingin mencobanya?" Desak Adrian semakin berani melihat kecanggungan Bu Triyana.

"Bicara mu se-seronok ini dengan Kartika?" Tanya Bu Triyana mengalihkan pembicaraan.

"Iya, kami lebih bernafsu saat bercinta dengan bahasa seronok dan vulgar. Kontol, memek, ngentot, nyepong, itu bahasa kami saat bercinta." Intonasi suara Adrian berubah, lebih pelan dan menggoda.

Jiwa petualang remajanya lebih mendominasi pikiran dan kalbunya. Kecerdasan otak mesumnya mampu menjawab pertanyaan2 yang tadi sempat mengerumuni pikirannya. Dia hanya mengikuti insting nya.

"Hmmm.." Gumaman Bu Triyana disertai desiran birahi yang lapat-lapat menggerayangi syaraf-syaraf tubuhnya.

"Kartika hebat bercintanya?" Tanya Bu Triyana memancing.

"Ibu sudah mendengar sendiri kan desahannya, menurut Ibu akan sebinal apa Bu Kartika saat dientot kontol saya, jika hanya dengan lidah saya aja desahannya seperti itu." Jawab Adrian entah menyombongkan dirinya atau memuji kebinalan Bu Kartika.

Bu Triyana terbengong.

"Remaja ini liar dan berbahaya." Ia membatin.

"Sepertinya kita hentikan pembicaraan ini, Ibu hanya ingin tau apa yang terjadi di mobil Kartika, itu saja." Kata Bu Kartika, hatinya bergemuruh, otaknya berperang. Mengembangkan syahwat yang diam-diam berkembang vs pulang dan tidak peduli dengan remaja ini lagi.

"Kita pulang saja." Katanya lagi sambil mengarahkan mobilnya kembali ke jalan raya.

Adrian hanya diam, dia semakin bingung dengan wanita setengah baya ini. Adrian pun nekat.

"Saya suka tubuh semok Ibu." Kata Adrian mengagetkan Bu Triyana.

"Kamu merayu ku agar aku mau bercinta dengan mu?" Tanya Bu Triyana.

"Bukannya Ibu yang tadinya kepingin ngentot dengan saya?!" Jawab Adrian geram karena kebingungannya akan sikap wanita setengah baya itu.

"Sudah ku bilang, aku cuma bercanda saja." Tukas Bu Triyana agak sengit.

"Benarkah?? Bagaimana jika saya mengelus paha Ibu seperti ini??" Tangan kanan Adrian menggerayangi paha kiri Bu Triyana yang masih tertutup jeans.

"Jangan kurang ajar kamu!!" Bentak Bu Triyana menyingkirkan tangan Adrian dengan sengit.

Tangan kiri Adrian menangkap tangan kiri Bu Triyana yang mencoba menepis tangannya yang mengelus paha itu. Tangannya meremas pelan pangkal paha Bu Triyana.

Mata Bu Triyana melotot. Laju mobil itu sedikit oleng karena ulah Adrian.

"Adrian..lepaskan..ini di jalan raya!!" Bu Triyana panik dengan kenekatan Adrian.

"Menepi Bu, nanti saya lepaskan.." Jawab Adrian dengan remasan berulang-ulang di ujung selangkangan Bu Triyana.

Bu Triyana langsung meminggirkan mobilnya. Dan Adrian pun melepaskan cengkeramannya.

"Bagaimana kalau kita kecelakaan hah!!!!!" Seru Bu Triyana marah.

"Saya mau membuat Ibu mendesah lebih daripada Bu Kartika" Jawab Adrian pelan. Sorot matanya memperlihatkan nafsu yang besar.

"Aku nggak mau!!" Ketus Bu Triyana.

"Percuma saya beli ini!!" Adrian melemparkan dua buah kondom yang dibelinya ke atas dashboard mobil di depannya dengan kesal.

"Awalnya saya terkejut mendengar permintaan soal keinginan Ibu untuk bisa bersuara aneh seperti yang Ibu dengar di mobil Bu Kartika. Saya lebih merasa takut karena ketahuan daripada bernafsu dengan permintaan itu. Saya memilih menelpon dari pada menemui Ibu karena kepanikan dan ketakutan saya. Godaan Ibu mengenai kondom saya anggap serius karena berharap Ibu tidak memberitahukan kejadian itu kepada siapapun. Setelah mendengar penjelasan Ibu tadi saya baru paham kalau Ibu sebenarnya ingin mengajak saya bercinta. Tapi ternyata saya salah, Ibu takut untuk bercinta dengan saya, Ibu bimbang dengan keinginan Ibu sendiri. Membuat saya gemas dan mencoba merangsang Ibu." Adrian berterus terang dengan keadaannya.

Bu Triyana mendengar penjelasan panjang Adrian dengan kemarahan yang membara. Muka yang putih itu terlihat memerah karena campuran berbagai perasaan, marah, takut, panik dan desiran gairah yang mulai bangkit kembali.

Desahan suara temannya terngiang-ngiang kembali di telinganya. Gempuran syahwat semakin gencar menyerangnya. Dia masih mencoba untuk bertahan tapi desahan binal temannya semakin keras terngiang. Hanya karena lidah seorang remaja, seorang wanita yang terlihat alim bisa berubah menjadi seliar itu benar-benar membuatnya penasaran ingin membuktikan. Dan remaja itu sekarang bersamanya. Berdua di dalam mobilnya. Dia adalah orang yang tidak biasa dengan mudah ditundukkan. Dia butuh sesuatu yang mampu membuatnya tidak berkutik walaupun dia saat ini juga ingin merasakan kenikmatan.

"Tidak semudah itu membuat ku bergairah, kita baru saja ketemu lalu kamu mengira bisa begitu saja bercinta dengan ku, aku ini ibu-ibu dan kamu masih remaja. Mungkin kamu sudah diajari banyak sama Kartika, tapi aku bukan dia yang gampang horny. Membuat ku horny butuh waktu lama, tidak secepat kilat begini." Ujar Bu Triyana, menolak tapi ingin. Ibu-ibu emang banyak yang gengsi dengan nafsunya sendiri.

"Baiklah Bu, mari pulang saya sudah nggak mood untuk berdua bersama Ibu." Ketus Adrian.

Bu Triyana diam, menenangkan diri dari ketegangan yang baru saja ia alami. Kebimbangan kembali menyelimutinya. Gairahnya semakin tinggi tapi gengsinya juga besar. Harus dia akui, dia tidak pernah bisa mendesah seperti yang dilakukan temannya. Dia bosan dengan kelemah lembutan yang setiap hari dia dapatkan di rumah. Kelemah lembutan itu tidak mampu membuatnya mendesah kenikmatan. Dia menginginkan ketegasan dan kekuatan saat bercinta.

"Remaja kurus ini apa mampu??"
"Apa dia tau bercinta seperti apa yang aku inginkan??"
"Dia hanya seorang remaja yang baru belajar bercinta, walaupun dia mampu membuat Kartika mengerang nikmat tapi aku bukan Kartika yang menyukai kelembutan."

Suara hati Bu Triyana seperti meremehkan Adrian.

"Ibu pernah bercinta dalam keadaan tangan Ibu terikat di ranjang??" Tiba-tiba Adrian berkata sambil meliriknya sekilas.

"Eh..apa??" Tanya Bu Triyana kaget seolah apa yang dipikirkannya bisa terbaca oleh remaja ingusan ini.

"Apa Ibu pernah bercinta tangan Ibu tergantung di gantungan korden jendela?" Adrian seolah menggambarkan fantasi yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.

Bu Triyana semakin tercengang dan terhenyak dengan pertanyaan-pertanyaan Adrian.

"Apakah itu fantasi yang belum pernah kamu wujudkan bersama Kartika?" Tanyanya menyelidik.

"Tidak, saya tidak akan melakukan itu terhadap Bu Kartika kalau dia tidak memintanya." Jawab Adrian melirik tajam.

"Lalu kenapa kamu menyakan hal itu kepadaku?" Tanya Bu Kartika lagi.

"Saya membawa ini." Adrian mengeluarkan segulung pita berwarna biru dari saku celananya.

"Saya hanya sekedar ingin tau, kalau Ibu sudah pernah mungkin bisa memberitahu seperti apa sensasinya." Jawab Adrian dengan tenang.

Pertanyaan iseng Adrian ternyata berefek besar bagi puting payudara dan vaginanya. Putingnya terasa membesar,vaginanya berkedut-kedut. Bayangan kenikmatan beserta sensasinya menyeruak ke dalam pikirannya. Keberaniannya untuk menuntaskan rasa cemburu dan penasarannya terhadap kenikmatan yang ia dengar di mobil temannya beberapa hari lalu. Syahwat mulai menyergapnya.

Mobil itu melaju lurus tidak memutar balik untuk pulang seperti keinginan Adrian.

Selamat Datang Kendal.

Gapura besar sebagai penanda masuk ke Kota Kendal yang berada di perbatasan bagian barat Kota Semarang telah terlewati. Tanda membelok ke kanan Katana hitam itu menyala persis di depan sebuah kolam renang berplank Tirto Arum.

"Kenapa malah berhenti di sini Bu?" Tanya Adrian setelah Katana itu berhenti di parkiran.

"Wujudkan fantasi mu." Jawab Bu Triyana lalu mematikan mesin mobil.

"Di kolam renang??" Tanya Adrian keheranan.

"Iya..seberani apa kamu untuk mewujudkan fantasi-fantasi seksual ku.." Jawab Bu Triyana tersenyum senang melihat keraguan Adrian

"Apa maksud Ibu??" Adrian semakin tidak mengerti.

"Kamu ingin bercinta dengan ku kan??"

"Aku punya fantasi-fantasi seksual yang tidak pernah ku wujudkan, sekarang saatnya mewujudkan itu dengan mu" Kata Bu Triyana mendekatkan wajahnya persis di depan Adrian.

"Seberani apa kamu yang telah menantang dan mengajak ku bercinta dengan mu!" Desis Bu Triyana.

Wajah yang memerah dan mata yang berbinar seakan menunjukkan semangat dan gairah yang sama besarnya.

Adrian hanya diam menatap pipi bulat seperti bakpao dan bibir merah yang tipis dan mungil. Geliat penisnya menyadarkannya untuk berbuat sesuatu.

"Cup..slurrpp..mmmppphh."

Tanpa berkata apapun Adrian langsung menyergap bibir mungil itu. Mencium dan mengulum bibir itu. Bu Triyana yang kaget gelagapan. Ia menarik dirinya dan mendorong pundak Adrian.

"Tidak semudah itu Adrian, tidak di mobil ini." Ucap Bu Triyana lalu keluar dari mobil.

Adrian gemas bukan main.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com