Mama... aku minta Maaf Part 15

 


Pov Henry
Puas pamer kemesraan. Andre menggiring mama ke arah kasurku. Ia duduk, sedangkan mama masih berdiri di depannya. Lalui ia ciumi perut mama yang mulus itu. Perut yang pernah membulat karena aku, yang nantinya akan membulat lagi untuk 9 bulan lamanya. Mama pun membalas dengan mengelus pelan kepala Andre. Aku bisa merasakan kasih sayang yang mama salurkan di setiap elusannya.

Andre menjauh dari perut mama, ia duduk dengan bertumpukan kedua tangannya ke belakang. Kemaluan terhunus ke atas, menjulang tinggi bagaikan tiang bendera. Pre-cum sudah begitu banyak terkumpul di ujungnya. Kurasa kadar pejuku kalah jauh dengan precum Andre. Tidak mungkin mama belum hamil juga, atau jangan-jangan…… sudah ada janin disana.

“Tan…” panggil Andre.

“Iya sayang?”.

Andre mengedut-ngedutkan batang kerasnya, sehingga benda keras itu bergoyang-goyang, menjadikannya sebagai pancingan untuk mama agar meraihnya. Dan umpannya berhasil, satu sejari mama menyentuh kepala kontol Andre. Telunjuknya menyeka precum yang berada di ujung kontol Andre. Tanpa melepaskan pandangan matanya ke Andre, mama mengemut jari yang barusan mengambil banyak precum. Ia emut dengan pelan juga sensual, menggoda Andre. Aku yang melihat juga ikutan horny.

“Andre, tolong ambilkan satu bantal dong” pinta mama. Andre berikan satu bantal yang biasa dipakai sebagai tempat rebahan kepalaku. Mama letakan bantal itu di lantai. Ia taruh kedua lututnya di atas bantalku. Wah sial, ternyata mama gunakan bantal untuk alas kedua lututnya agar tidak sakit saat memberikan BJ kepada Andre.

Jari lentik mama melingkari batang Andre. Tanpa aling-aling, ia langsung memasukan kontol yang berada di depannya kedalam mulutnya. Mama sudah sangat nafsu sekali, karena kali ini buas sekali memuaskan batang keras itu.

Nampaknya dia sudah begitu sange karena sudah merendahkan aku dari tadi. Satu tangannya ia arahkan ke selangkangannya sendiri. Di tengah hisapannya ia melenguh sendiri. Bunyi basah nyaring terdengar dari selangkangannya. Meski tidak bisa melihat, pastilah bantal di bawah mama basah karena cairan kewanitaannya.

“Ughhhh….” geramku. Ku urut pelan kemaluanku, mencoba membangkitkannya lagi. Tak ingin kulewati momen spesial ini. Aku sudah terangsang sejak tadi karena sudah disajikan pemandangan indah, tubuh mama tanpa sehenang benang pun. Disuguhkan kedua puting yang di tindik, lubang anus tersumpal buttplug serta memek indah mama, sebenarnya membuat tidak tahan untuk tidak muncrat lagi untuk ketiga kalinya dalam hari ini.

Andre sibakan rambut mama, agar aku bisa melihat mama memainkan kontolnya dengan mulutnya. Hanya setengah yang bisa masuk, karena terlalu panjang dan besar. Bagian yang tidak masuk itu di urut oleh telapak tangan oleh mama. Tak lupa bola berkerut pabrik sperma Andre turut mama manjakan dengan lembut.

“Nyokap elu emang jago kalo ngisep kontol” ucap Andre, memuji kemampuan mulut mama dalam memuaskan kemaluan pria. Entah aku harus senang atau marah mendengar ucapannya. Yah senang kalau kebagian jatah juga, marah kalau nggak kebagian, hehehe.

“Puahhh….. Hihihi… kan mulut tante buat kontol besar kayak punya kamu aja”. *Slick…Slick…Slick… Mama menjilat-jilat kontol itu bagai es krim. Ia jilat dari pangkalnya hingga ke ujung moncong yang sudah berlendir hebat. Tak hanya menjilat, lidah mama mengitari kepala kontol Andre. Daging lunak basah berwarna merah mama, terlihat kontras dengan warna kulit batang kontol Andre yang cenderung agak kehitaman.

“Nghhh… yeahhhhh….shittt! Enak banget anjingggg….fuck!”. Mama membuat Andre mengerang-erang enak. Beruntung sekali makhluk itu pikirku.

Puas menjilati, mama kembali melahap benda itu bulat-bulat, dan melanjutkan blowjobnya. Dia tidak tersedak sama sekali, ketika mencoba memasukan dalam-dalam jauh ke teronggokannya. Beberapa detik mama melakukan deepthroat, bergumpal-gumpal saliva kental membasahi mulut dan bibirnya. Mama terlihat sangat seksi dengan muka belepotan.

Ia keluarkan kontol dari mulutnya, mengocoknya hingga cairan yang kental itu membasahi batang kontol Andre sepenuhnya. Kemudian ia kembali menyepong Andre lagi.

“Suka nyepong kontol aku kan tan?”.

“Hi-ha (iya).....swukah (suka)...” ucap mama di saat mulut masih ada kontol Andre.

“Mau ngisep punya Henry nggak?”.

“Owgah (Ogah)....jwijwik (jijik)...” ucap mama. Aku sudah tidak heran dengan jawaban mama.

Seraya kontolnya masih bersemayam di mulut hangat mama, Andre berucap kepadaku “lihat nyokap elu, mulutnya lagi penuh ama kontol gw, tapi sebentar lagi mulut bawahnya bakal penuh ama kontol gw”.

Aku mengerti maksudnya, yang tak lain adalah sebentar lagi dia akan menyetubuhi mama di depanku. Itulah yang ku tunggu-tunggu dari sejak aku menonton habis semua video buatan dia dan mama. Melihat mama bersetubuh adalah tujuanku sekarang, meski harus menerima berbagai hinaan dan cercaan dari mamaku sendiri.

“Elu mau lihat gw ngentot sama nyokap lu kan?”.

“Mau Dre…..” jawabku lesu. Senyuman tersimpul di wajah mama.

“Bakal gue liatin ke elu, betapa sukanya tante Santy gw entot, ya kan tante?” ucap Andre.

“Swukah (suka)...mwamah (mama)...swukah (suka)...diwentot (di entot)...” sahut mama dengan mulut masih penuh dengan daging keras.

Mama sudahi kegiatannya menghisapnya, lantas ia mendorong tubuh Andre hingga rebahan di atas kasurku. Ia naik ke atas tubuh Andre, merangkak di atasnya. Mata mereka saling berpandang, kepala mama semakin turun. Bibir mereka bertemu, saling melumat. Mereka saling menggerayangi. Mereka berdua tenggelam dalam cumbuan yang intim. Aku yang berada di dekat mereka, merasa terasingkan lagi seperti tadi.

Mama menarik mulutnya, masih menindih Andre, ia pegang kedua pipi Andre, dengan syahdu ia berucap “tante sayang kamu…. ”. Lalu ia mengecup bibirnya.

“Lebih dari Henry?” tanya Andre.

Mama menoleh ke arah ku sebentar, sebentar ia memperhatikan aku yang sedang terduduk di kursi sambil memegang penisku sendiri. Lalu kembali ia alihkan matanya ke Andre. Ia kecup singkat bibir Andre.

“Henry sudah nggak ada dalam hati tante, hanya ada kamu sekarang……” ucap mama dengan nada begitu yakin. Andre menoleh kepadaku, senyum penuh kemenangan terukir di wajahnya. Sementara aku hanya terdiam getir.

Mama lanjut menciumi seluruh wajah Andre. Ciuman mama pelan bergerak turun, hingga badan bidang Andre dikecup mesra. Lalu bibir basah mama turun dan turun lagi, hingga akhirnya mulut mama sampai di penis keras Andre lagi. Ia dorong kontol itu hingga menempel di perut Andre. Ia jilat-jilat bagian bawah kontol Andre bak es krim yang tidak pernah meleleh. Lidahnya menelusuri urat-urat yang bertaburan di sana. Erangan keluar dari mulut dari Andre. Bibirnya berturut-turut melayang kecupan di sekujur tugu keras itu.

Mama berdiri, meminta Andre untuk merubah posisi menjadi di tiduran di atas kasurku. Lantas orang yang telah melahirkan aku itu, naik ke atas tubuh Andre. Ia berjongkok diatas wajah Andre. Hanya berjarak beberapa jengkal, Andre menarik pinggul mama turun ke kepalanya. Belahan memek mama menjadi santapan. Lidahnya mengusap-usap permukaan memek mama, menjilat rakus. Lidahnya membelah-belah garis memek mama. Aku bisa melihat sari memek mama yang tumpah meruah ke mulut Andre.

Mama melenguh dengan merdu. Andre menyedot lubang memek mama kuat-kuat. Terdengar suara basah, ia menyeruput habis cairan memek mama.

Penisku yang kugenggam berkedut-kedut lumayan kuat, sensasi melihat mama bersama Andre membuatku terangsang maksimum. Aku mencoba bertahan untuk tidak ejakulasi sekarang, masih banyak yang ingin kulihat dari persenggamaan mereka yang gila dan panas.

“Henry…..” suara lembut mama memanggilku, membuyarkan pandanganku ke Andre yang sedang bermain di memek mama. Matanya terlihat sangat sayu, sambil dirinya terus melenguh.

“Ouhhhh….Hennn….Lidah Andre ngorek-ngorek memek mama…” lenguh mama. Ia mendongak, merasakan nikmat dari Andre. Mama bergoyang di atas Andre. Bisa dibilang muka Andre sedang di gilas memek mama yang basah.

Andre menahan pinggul mama, kemudian mengkokop seluruh permukaan memek mama. Mama dibuat meracau tidak karuan-karuan. Bibir memek mama dan clitoris terjebak dalam tangkapan mulut Andre. Tak bisa kubayangkan apa yang dilakukan oleh lidah Andre disana. Yang pasti mama di buat merem melek olehnya.

“Andreeeeee……yesssss….suckkk….myyyyy…clittttt….isepppp….Ahhh! Ahhh!.” racau mama.

Mama pun menambahkan rangsangan ke dirinya sendiri dengan menarik-menarik kedua puting bertindik nya. Adegan di depanku ini membuat aku semakin gila dan nafsu, sekuat tenaga aku tidak mau menyentuh penisku. Tak ingin isi pelerku sia-sia. Aku masih mau lihat persetubuhan yang sesungguhnya.

“Aduhhh… akuhhh… sudah nggak tahan lagiiihh.…ahhhhh….Ahhhh….” seru mama. Tubuh mama bergetar diatas kepala Andre. Ia meraih orgasmenya. Ini pertama kali melihat mama orgasme secara langsung. Mama terlihat menggairahkan kala rasa nikmat menerpa seluruh tubuhnya. Andre hebat sekali pikirku, hanya dengan mulut saja sudah bikin mama ngecrit enak. Vaginanya menyemburkan cairan kewanitaannya ke mulut Andre. Andre meminumnya dengan lahap. Aku juga mau meneguk lendir mama.

Selesai orgasmenya, mama menyingkir dari atas tubuh Andre, dan berbaring di sebelahnya. Ia langsung di rangkul oleh Andre. Mama pun membalasnya. Mama dan Andre kembali memamerkan kemesraannya.

“Makasih sayang, jilmekan kamu enak sungguh enak Dre, bikin tante melayang terus” ucap mama seraya mengelus dada bidang Andre.

“Sama-sama sayang, memek kamu juga enak, legit” balas Andre mengecup kening mama.

“Capek? Mau istirahat dulu?” tanya Andre, ia elus punggung mama.

“Gak sayang, tante masih kuat kok. Aku pengen di entot pake kontol besar kamu” pinta mama manja.

“Sama aku juga pengen ngentot sama kamu. Tapi sepong lagi dong tan, yuk kamu isepin, aku juga mainin lagi punya kamu”.

Mama naik lagi ke atas tubuh Andre. Kini mereka masing-masing dihadapkan dengan kemaluan pasangan-pasangan masing. Alias mereka sedang berposisi 69*nice di atas ranjangku. Tak kusangka bakal ada hari dimana aku melihat mama berposisi angka 69. Angka yang selalu menjadi bahan candaan.

Sudah berapa kali dalam satu hari ini melihat mulut kembali terisi penuh dengan kontol Andre. Bunyi hisapan mama sungguh sangatlah merdu. Ia lakukan itu sambil terus menatap mataku, membuatku salah tingkah, sekaligus terangsang juga. Andre juga tidak tinggal diam, ia layani lagi liang cinta mama.

Sebentar saja saling mereka melayani kemaluan masing-masing, Andre menepuk pantat sekel mama. Mengerti maksudnya, mama pun berdiri. Jika tadi dia ada di atas wajah Andre, kini ia tepat berada di atas selangkangan Andre. Dengan nafas yang memburu ia turunkan kan tubuhnya, seraya meraih kontol Andre yang tegak menjulang tinggi. Ia ludahi telapaknya tangannya, lalu mengusap kemaluan Andre.

Dengan sendirinya, mama menggesek ujung kontol Andre di belahan vaginanya yang sudah merah merekah. Ia melenguh karena gesekannya. Aku bisa melihat cairan pelumas memek mama merembes ke kepala kontol Andre. Pre-cum Andre bercampur dengan lendir memek mama, hingga terlihat sangat becek sekali kemaluan mereka.

“Saatnya kamu menyaksikan bagaimana betapa hebatnya kontol Andre” ucap mama sayu. Mukanya sudah begitu merah, menahan nafsu hingga ubun-ubun.

“Kamu mau liat mama ngentot kan?” tanyanya.

“Mau mah” jawabku sambil mengangguk.

“Mau apa? Yang jelas dong”.

“Aku mau lihat mama ngentot” ucapku. Mama tersenyum. Sudah tidak ada kata mundur lagi, sudah kupasrahkan harga diriku. Inilah momen yang kutunggu-tunggu dari kemarin, persetubuhan sejati antara mama dan Andre. Hinaan dan penyiksaan fisik kuterima hanya untuk melihatnya secara langsung mama bersetubuh dengan temanku sendiri.

“Kontol berotot Andre ini akan memuasi mama, menguasai mama!” ucapnya seraya mulai mengarahkan ujung kontol Andre ke memeknya yang sudah basah.

Secara bersamaan ia turunkan tubuhnya, hingga ujung kontol Andre yang banjir precum menyentuh lubang memek mama yang sempit itu. Topi baja itu mulai membelah memek bibir mama. Menusuk masuk. Mama melenguh. Saking besarnya kepala kontol Andre, lubang memeknya terpaksa terbuka lebar.

“Ohhh…Henryyyy…..kontol Andre masuk ke memek mamaaaa….ahhh…yesshhhh!”.

*Blesh. “Aihhhh..…gedeeeeenyaaa…..” teriak mama kala kepala kontol Andre berhasil menyusup masuk ke lubang sempit basahnya, memaksanya terbuka lebih lagi untuk menampung batangnya Andre yang lebar dan penuh dengan urat-urat besar yang tampak hidup itu. Andre memegang kedua pinggul mama, membantu mama untuk menelan tugu tegaknya. Proses penetrasi ini benar-benar terasa sangat lama, waktu terasa lambat. Detik Demi detik begitu terasa. Alur nafasku seperti tercekik kala melihat penetrasi kontol besar Andre ke lubang memek mama.

“Ouhhh….pe-pelannnn…Kontol kamu terlalu gedeee….jumbooo…Ahhh!” lirih mama.

Padahal baru kepalanya saja yang masuk, tapi sudah terlihat sulit untuk masuk lebih dalam. Padahal memek mama itu sudah sering kali ditembus oleh Andre. Apa mereka selalu begini kalau setiap akan bersetubuh, tanyaku dalam hati. Jadi meski sudah sering dipakai, ternyata memek mama tetaplah sempit. Aku takjub. Diriku penasaran dibuatnya. Padahal aku juga lahir dari lubang yang sama dengan yang sedang Andre masukin, tapi kenapa terlihat sempit sekali. Seingatku mama di rumah memang tetap merawat tubuhnya. Kurasa itu termasuk menjaga kewanitaannya, ah betapa beruntungnya Andre, pikirku.

Kembali ke pergulatan mama dan Andre. Dengan susah payah, tubuh mama semakin turun. Batang berurat Andre berangsur-angsur hilang dari peredaran, semakin masuk menjauh mengisi lerung-lerung memek legit mama. Mama mendongak selama proses penetrasi. Entah karena menahan rasa sakit atau malah rasa enak yang terlalu hebat, atau bahkan malah keduanya.

“Oghhhhh….nhghhh….” geram mama saat kontol Andre semakin masuk, mengisi dirinya mili demi mili. Dengan mata kepalaku sendiri, lubang yang seharusnya milik papa seorang sedang di tembusi oleh temanku sendiri dengan kontol besarnya.

*Blugh. “Oughhh….mentokkk…Ahhhh….dapetttt…tanteee….ohhh!” erang mama meraih orgasme, kala kontol Andre amblas seluruhnya. Aku menyaksikan mama meraih orgasme untuk pertama kali di depan mataku sendiri, tidak lagi hanya melalui layar komputerku. Tubuh tersentak-sentak hebat karena rasa nikmat yang mendera saraf-sarafnya. Matanya memutih. Aku terkejut melihat mama yang meraih klimaks hanya dengan menancapkan kemaluan Andre ke dalam memeknya. Gila pikirku, cuma karena berhasil masukin kontol ke dalam lubang peranakannya, mama orgasme. Sehebat itukah kontol Andre, tanyaku dalam hati.

“Tanteeee…” seru Andre di bawah mama. Aku rasa dia mengerang karena kemaluannya yang masih tertancap pasti di siram sama cairan orgasme. Memek mama berkedut-kedut. Lalu Aku bisa melihat cairan vagina mama merembes dari sela-sela himpitan kemaluan miliknya dengan Andre. Cairan itu membasahi selangkangan mereka.

Mama terhempas ke belakang, berbaring atas tubuh Andre. Karena kontol Andre yang begitu panjang, tautan kemaluan mereka tidak lepas. Andre memeluk tubuh mama, sambil memainkan payudara mama.

“Hh…hh…hh…Huft…uhhhh…. Otot-otot kontol kamu kerasa banget di dalem mamek tante!” ucap mama.

“Suka kan?” tanya Andre sambil menarik-narik puting tindik mama.

“Nhggg…Sukaaaa dong! Sangat enak sayang,” balas mama.

“Memek tante juga enak, Andre nggak pernah bosen, bawaannya pengen ngentotin tante terus”.

“Hihihihi….Yuk Dre, kita ngentot sekarang” ucap mama.

Mama kembali duduk di atas selangkangan Andre. Ia buka sedikit kakinya, memperlihatkan selangkangannya kepadaku. Terlihat mulut memek mama menjepit ketat batang berurat Andre. Bahkan memek mama menggelembung karena kontol Andre. Bibir memeknya terlihat menjadi lebih tembem.

“Lihat Hen, kontol Andre sudah menerobos masuk ke tempat kamu dulu lho” ucap sambil menyibak bibir vaginanya dengan dua jarinya. Batang Kontol Andre benar-benar dicengkram dengan kuat olehnya. Klitorisnya terlihat juga sudah menonjol keras, membengkak merah.

“Nih memek ngejepit banget sih!, kayak nggak mau kontol gw lepas” timpal Andre, menggambarkan apa yang dia rasakan sekarang, sekaligus ingin membuatku iri.

“Titit kamu yang menyedihkan itu pasti nggak bakal bisa begini loh” ucap mama, seraya mengelus-ngelus memeknya yang masih ada kontol bersemayam di sana. Terlihat menggelembung.

“Dan kamu tahu…..”.

“Papa kamu nggak pernah mentok kayak gini lhoooo, cuma punya Andre yang bisa” ucap mama. Ia begitu membanggakan kemaluan Andre, ketimbang milik mendiang suaminya sendiri.

“Apalagi kamu yang punya titit kayak anak kecil gituhhh! paling geli-geli doang, gak berasa sama sekali hihihihi…”.

“Nah sekarang kamu diem aja ya, liat mama ngentotin kontol Andre yaaaa…”. Akupun menyiapkan diri. Mama mulai menggerakan tubuh naik turun dengan tempo yang pelan. Desahan mulai keluar dari mulut di setiap tumbukan kontol Andre.

Ditengah-tengah desahan lembutnya, ia berucap “Nghhh…Coli Hennnn…, Ahhh! mainin titit jelek kamu! Coli!”. Erangan demi erangan keluar dari mulut mama. Suara desahannya begitu merdu dan seksi.

Lama kelamaan, mama semakin cepat naik turun di atas tubuh Andre. Tak ayal desahannya pun semakin menggema. Andre pun turut membantu dengan mendorong pinggulnya ke atas, menjemput tubuh mama yang turun menggenjot.

*Plok Plok Plok Plok.

“Enak…enakkkk! Ahhh….Ahhhhh….Uhhhh!”. Ia remas rambutnya sendiri, pelampiasan rasa nikmat yang diberikan oleh kontol Andre. Mama sangat terlihat hot, tubuhnya begitu indah saat naik turun. Payudaranya berguncang hebat, serta puting bertindik benar-benar membuatnya tambah seksi. Masih tak bisa dicerna, satu bulan yang lalu mama masih seorang ibu yang baik-baik. Namun kini sudah bertolak belakang, ia sudah menjadi binal. Mama menjadi perempuan yang haus akan kenikmatan yang diberikan teman anaknya sendiri.

Sebentar saja genjotannya, gerakan tubuh mama mulai kacau tidak beraturan. Mukanya sudah sangat merah sekali, memancarkan sedang merasakan rasa nikmat yang begitu tiada tara. Keringat pun sudah bercucuran. Dugaanku mama segera mendapatkan klimaksnya. Kupercepat kocokan tanganku. Aku ingin muncrat bersamaan dengan mama. Jadilah aku seorang anak yang sedang masturbasi sambil melihat ibunya sendiri bersetubuh dengan temannya sendiri.

“Tanteeee…mauuuu…dapettt!” seru mama, gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Benar saja, dalam waktu singkat ia sudah mau orgasme saja.

Mama semakin beringas menaik turunkan tubuhnya, menusukan memeknya sendiri dengan kontol Andre yang berada di bawahnya. Cairan vagina mama melimpah keluar membasahi selangkangan mereka.

*Plok Plok Plok Plok. Suara pertemuan kulit mama dengan kulit Andre begitu menggairahkan. Suara kocokan di tanganku bersanding suara yang mereka hasilkan.

“Yesss….yessss…ahhh..dikit lagi Dre!, dikit lagi! Ahhh!”. Mama akan mendapatkan orgasmenya. Kugerakan tanganku mengurut batang penisku dengan cepat. Sensasi hendak ejakulasi juga menghampiri diriku, terasa spermaku sudah berkumpul di ujung, siap ditembakkan lagi.

*Plok Plok Plok Plok.

“Mama….dapetttt….ohhhhhh…. Kontolll…Andreee…ahhhhh!” tubuhnya luluh lantak, bagai gempa bumi menerjang dirinya. Mama terpejam, dengan mulutnya terbuka mengeluarkan erangan. “Ouhhhh….Ahhhh!”. Mama yang di serang orgasme yang hebat, membuat pertahanan ku jebol. Untuk ketiga kalinya aku keluarkan isi pelerku.

“Fuckkk….mamahhhh!” teriakku saat merasakan peju mengalir kuat dari zakar ke saluran kencing. *Crot Crot Crot. Aku semprotkan pejuku dengan kuat, hingga terbang dan jatuh ke lantai di depanku. Tembakan demi tembakan spermaku keluar. Terasa begitu nikmat. Aku puas sekali berejakulasi sambil menonton mama ngentot.

Mama terhempas ke belakang, menjadikan Andre sebagai bantalan tubuhnya. Mama menggelepar di pelukan Andre. Tengkuk nya di kecupi oleh Andre.

Mama tegakan badannya. Dengan kontol Andre yang masih menancap dalam tubuhnya mama bertanya kepadaku “Henry… kamu muncrat lagi ya?”.

Aku yang masih lesu tak menjawab pertanyaan mama, biar lah peju ku yang berceceran di lantai menjadi jawaban atas pernyataannya. Bagaimana tidak muncrat, melihat mama orgasme tampak sangat seksi dan menggairahkan.

“Gila juga ya kamu ya, saking nafsu ngeliat mama di entot sama Andre, sampe-sampe sudah keluar tiga kali aja, awas nanti kering tuh peler kamu” sindir mama.

“Andre aja belum keluar-keluar lho….” sindir mama lagi.

"Kamu memang nggak jauh beda sama papa kamu".

“Jangan-jangan mendiang om letoy ya?” timpal Andre bertanya,

“Iyahhh….sejak bobo bareng kamu, tante jadi tahu kalau suami tante itu payah dan letoy di ranjang”. Lagi dan lagi, Mama mengucapkan kata-kata yang begitu merendahkan papa. Tidak cukupkah diriku aja yang di hina, kenapa mesti papa juga kena imbasnya.

Ia tersadar dengan wajahku yang tidak menunjukan rasa ketidak kesukaan “Oops hihihi….mau gimana lagi Hen, tapi itu memang kenyataannya toh. Papamu nggak ada apa-apanya dibandingkan Andre, apalagi kamu”.

“Mulut rahim mama aja di ciumin terus dari sama kepala kontol Andre hihihihi….pokoknya sampe mentok, papa kamu aja nggak pernah lho”.

Mama berdiri, hingga penis Andre terlepas dari jepitan memeknya, lalu berbaring di samping Andre .K ontol Andre terbalur cairan putih yang begitu tebal.

“Sana, kamu bersihkan dulu, mama nggak mau nginjek spermamu, jijik” perintah mama dengan yang masih berbaring di atas Andre.

Malas berkilah dengan mama, dengan segenap tenaga yang kupunya, aku pergi keluar kamar. Sebelum aku mengambil pel dan ember di teras belakang, aku ambil minum air dingin terlebih dahulu, menghilangkan rasa dahagaku sekalian menenangkan diriku.

Pikiranku benar-benar berkecamuk, bingung apa yang terjadi, kenapa semua bisa jadi begini. Hukuman? Kecewa? Kesalahan apa yang telah kulakukan kepada mama, hingga ia menjadi jahat dan gila seperti ini.

Dalam pusingku, tiba-tiba tersirat sesuatu dalam hatiku, untuk melakukan yang di luar masuk akal. Aku buka sebuah laci di dapurku, melihat tumpukan pisau yang berkilau dan begitu tajam di ujungnya. Membunuh? Bisakah aku melakukannya? Tapi aku munafik, aku marah namun tadi menikmatinya juga.

Lantas ku urungkan niat membunuh itu. Lagipula sebenci apapun yang dia telah lakukan terhadapku, dia tetaplah sosok yang telah melahirkanku. Aku berharap ada secercah harapan untuk mama kembali padaku. Aku menghela nafas panjang, menguatkan diriku kembali.

Sekembalinya aku ke kamarku sendiri, mama dan Andre sudah saling merangkul di atas tempat tidurku. Bibir mereka sedang bersentuhan satu sama lain, saling melumat. Mereka terlihat benar-benar mesra dan intim. Satu tangan mama menggenggam batang kontol Andre yang masih saja keras. Cincin perkawinan mama berkilau disana, terlihat kontras dengan warna kulit batang kontol Andre. Dadaku sesak melihatnya.

*Cuph…Cuph…Cuph…Slurp. Mama dan Andre hanyut dalam cumbuan, hingga tidak sadar dengan kedatanganku. Lantas tak ku hiraukan mereka, lanjut membersihkan cairan ku sendiri yang tercecer di lantai.

“Ehhhh….sudah balik bro…” Andre sadar aku yang sedang mengepel lantai. Namun aku hanya diam saja.

“Yang bersih ya Hen, mama nggak mau kena peju kamu” perintah mama.

“Sepong dong tan” pinta Andre, seraya mengedut-ngedutkan batang kontolnya, hingga bergoyang kesana kemari.

Meski baru saja meraih orgasme yang untuk kedua kalinya, tenaga mama seperti tidak pernah surut sama sekali. Mama langsung memasukan kontol Andre ke mulutnya, menghisapnya lagi. Ia tidak jijik dengan cairannya orgasmenya sendiri. Ia bersihkan kemaluan Andre, sesekali melirik ke arahku. Lalu ia meletakan kepalanya di perut Andre. Mulutnya tak pernah lepas dari kontol Andre, ia menghisap kepala benda itu layaknya bayi yang sedang ngempeng dot.

“Kalau elu bersihkan lantai, nyokap elu bersihin kontol gw, hahahaha….” ucap Andre.

“Hihihi…Bener kamu Dre” ujar mama menanggapi ucapan Andre. Aku tetap terus mengepel lantai, hingga bersih dari spermaku. Sudah bersih aku kembalikan pel dan embernya ke belakang rumah, lalu segera kembali ke kamar. Dan ternyata mama masih menyelomoti barang Andre.

Lantas dengan terhuyung aku duduk di kursi lagi. Aku alihkan pandangan ke arah plafon di atasku. Diriku terasa sangat lemas, setelah ejakulasi. Di tengah pejaman mataku, terdengar suara grasak-grusuk.

Ternyata mama menyudahi menyedot kontol Andre, ia menungging dengan bertumpu ke kasurku. Andre turun dari kasur, dia bergerak ke belakang mama. *Plak. Menampar bongkahan kenyal belakang. Mama pun memekik manja “Aawww!”.

*Puk Puk Puk. Andre menepuk punuk tembem mama dengan kontolnya. Ia gesek belahan yang basah itu, lalu ia hunuskan kontolnya kedalam memek mama. Tidak seperti tadi, kali ini penetrasi lebih lancar. Meski hanya bisa melihat, namun aku tahu kalau lubang memek mama tetap peret dan sempit.

Ketika sudah tertancap dengan sempurna, Andre langsung menggoyangkan pinggulnya, memberikan mama rasa nikmat lagi. Desahan pun lepas dari mulut mama. Pantat mama tak luput dari remasannya Andre. Aku juga bisa melihat getaran lemak pantat mama akibat gempuran pinggulan Andre yang menubruk pantantnya.

Dadaku bergemuruh, kembali api birahi menyala. Padahal beberapa saat lalu aku hampir gelap mata. Tapi melihat mama disetubuhi lagi, aku malah horny lagi. Kemaluanku menggeliat di balik celanaku. Aku usap kembali kemaluanku dari luar celana.

Tanpa menghentikan laju pinggulnya, Andre gapai kedua payudara mama yang bergelantungan indah. Lalu ia meremas kedua bongkahan kenyal nan indah. Ia juga memainkan ujung payudara mama, puting bertindik, ia tarik, cubit, pelintir. Desahan mama begitu kuat saat Andre jahili benda mungil itu.

*Plok Plok Plok Plok. “Fucccckkk! Kontol kamu enak! Ah…Ah…ah!”. Andre hanya mendengus, ia terus mengayunkan pinggulnya dengan tempo yang stabil. Tak ada jeda sama sekali.

“Urat kontol kamu kerasa bangetttt! Ahhh! bikin memek tante enakkk! Ahhh!” erang mama yang membahana, merasakan garis-garis pembuluh darah di sekujur kontol Andre.

“Punya Om kayak punya ku gak tan, berurat-urat gituh?” tanya Andre di sela-sela desakan pinggulnya, menusuk tempatku lahir dulu.

“Ngggaaahhhhh…..punya dia mulus gak berotot kayak punya kamuhhh! Ahhh! Fuckkk…..” jawab mama. Andre tersenyum kepadaku. Ia terus mencoba memancing mama untuk menjelek-jelekan papa.

“Ahhh….ahhh! Kencengin Dre….ahhhh!” pinta mama.

Andre percepat hantamannya “Nih rasain kontol Andre!”. Tak hanya menjadi lebih cepat, namun juga terasa lebih kuat. Mama pun mengerang enak lebih hebat. Kedua telapak tangannya meremas-remas spreiku, hingga menjadi acak-acakan. Aku sendiri masih terus mengelus kemaluanku dari luar celana.

“Bukahhh…ajahhh…Hen….Coli lagihhhh….” ujar mama yang sedang di genjotin ternyata memperhatikan aku. Nafasnya terdengar parau.

“Ayooohhhh….Coli! Ahhh! Terussss….. Kocok titut kamu, Ahhhh!” terus mama memaksa.

Ku ikuti kemauan mama, namun pada dasarnya gejolak birahi dalam diriku sudah bangkit kembali. Kukeluarkan kemaluanku yang masih lengket dan kotor. Sudah setengah ereksi lagi

“Hihihihihihi…. menyedihkan banget kamu…Ahhh….ahhh…oughhh!” ejek mama di tengah desahannya.

“Terussss…. Dreeee….Terussss….Dreeee….Ahhhhh!.”

“Iniiii… seksss… paling nikmat yang pernah tante rasakannnnn…ahhhhh!” racau mama. Ia terus merem melek menghadapi gempuran Andre. Ia pun tidak tinggal diam menghadapi gempuran kontol Andre, mama maju mundurkan pinggul menjemput serangan Andre. Terkadang ia berikan gerakan memutar, mengulek kontol Andre yang bersemayam di dalam memeknya.

*Plok Plok Plok Plok

“Nikmattttnyaaaa! Ahhhhh…..Shhhhh…..Ahhhh….mama mau dapet lagiiii….Ahhh! Yeshhhh...”.

“Yeahhh…Ohhhh!” seru Andre, ia tingkatkan tempo permainannya. Ayunan pinggulnya begitu hebat dan kuat. Secara kasar ia menarik kedua puting bertindik mama, hingga mama meringis kesakitan. Tapi tidak melayangkan protes, kurasa ia juga menikmati perbuatan Andre di dadanya.

“Lagiiihhh….Cubit pentil tanteee! Cubit! Ahhhh!” pinta mama.

Andre pun menarik kedua puting mama, sekaligus mencubit gemas.

“Iyahhhh… gituuu….dikitttt…lagiii….Ahhhh! Ahhhh! Ahhhh!” erang mama. Mukanya sudah sangat merah. Dengan dua jariku, aku urut kemaluanku. Tak ayal penisku tegak sempurna melihat mama yang mengerang-ngerang hendak meraih orgasme lagi.

“Yessshhh….lagiiii…dapettt….lagiiii….okkhhhhh! Enakkkk!” erang mama. Tubuh tersentak-sentak dengan kuat. Terlihat cipratan air jatuh ke lantai di bawah mereka, juga ada yang ke kasurku. Andre menahan kuat di kedua sisi tubuh mama agar tidak melepaskan kuncian kelamin mereka. Andre mendongak, aku bisa pastikan barang di remas begitu kuat oleh dinding memek mama yang sedang orgasme. Aku ingin juga merasakannya. Tak kuat lagi bertumpu kan kedua tangannya, lantas mama hempaskan kepalanya ke kasurku. Tubuhnya masih merinding, bergetar karena rasa orgasme yang masih menyerang dirinya. Pantat mama masih menungging, di tahan oleh Andre agar tidak jatuh. Tak lupa Andre meremas-remas bongkahan pantat mama, selagi membiarkan mama istirahat sejenak

“Hh…hh…hh…he-hebat kamu sayang, sudah ngasih tante nikmat dua kali hari ini” ucap mama dengan nafas yang masih tersengal.

“Masih kuat tan?” tanya Andre

“Masihhhhh….kamu belum keluar kan?”.

“Belum dong Tan” jawab Andre dengan bangga.

Tanpa mengeluarkan kontolnya, Andre menaikan kedua lutut mama ke kasur dengan kaki tetap menjulur keluar. Perlahan ia mulai kembali memompa pelan memek mama dengan batang kontolnya yang bersemayam di sana.

“Auhhh…pelannnn….masih ngilu Dre!” gusar mama. Tapi tidak dihiraukan oleh Andre, ia tetap memaju mundurkan pinggulnya dengan lambat.

Andre menatap ke arah diriku, sambil batang kontolnya terus menggerus lubang cinta mama pelan. Ia tersenyum licik kepadaku. “Nyokap elu sudah gw kasih orgasme dua kali bro, bilang apa ke gw Hen?” Tanya Andre. Hmmm? Aku tidak mengerti apa yang Andre mau.

Mama menoleh ke arahku, Ia gunakan lengannya sebagai bantalan kepalanya. Mukanya memancarkan keletihan namun juga tersirat kebahagian disana.

“Nghh…Ahhhh! Hayooo… kamu harus bilang apa ke Andre?”. Kini giliran mama bersuara. Ia menuntut aku untuk mengatakan sesuatu kepada Andre. Tapi aku tidak tahu apa yang mereka. Sebentar…..masa iya aku harus bilang terima kasih kepada Andre, kan tidak mungkin.

Akupun hanya bergumam tidak mengerti “Ngggg…..”.

“Duh! kamu nggak tahu terima kasih banget sih jadi orang” ujar mama. *Degh. Ternyata benar dugaanku. Lagi dan lagi aku di minta untuk mempermalukan diriku sendiri. Sialan sekali mereka.

“Kamu tuh harus bilang gini ke Andre ‘Dre, Ohhh! terima kasih sudah ngasih mama gw orgasme dua kali, gw mohon kasih nyokap gw enak terus ya Ahhh!’. Tuh kamu harusnya ngomong gitu ke Andre” perintah mama yang disertai desahan-desahan karena memeknya tetap di sodok pelan oleh Andre.

“Nah bener, coba ngomong gitu ke gw sekarang” perintah Andre kepadaku.

Kutarik nafasku, mulutku mengucapkan “Dre, terima kasih sudah ngasih mama gw orgasme dua kali, gw mohon kasih nyokap enak terus ya”.

“Hehehe… sama-sama bro, tenang aja, gw jamin nyokap elu bakal gw bikin enak terus”.

Hanya tersenyum pasi yang bisa kuberikan.

“Auhhh….nghhhh!” Mama mengeram kala Andre selipkan telunjuknya ke lubang anusnya. Jadilah kini kedua lubang mama di terisi oleh Andre. Satu jari bersemayam di lubang anus, dan kontol besar di Memeknya. Meski begitu Andre tetap meneruskan genjotannya dengan pelan.

“Aku mau ngentot lubang tante yang ini” ucap Andre, seraya masih memaju mundurkan telunjuk di sana. Sesekali ia melakukan gerakan memutar di sana. Kurasa buttplug yang sering dipakai mama tampaknya membantu, ia tidak memperlihatkan adanya rasa sakit karena serangan jari Andre. Malahan mulutnya terbuka sedikit, mengeluarkan desahan yang begitu pelan.

“I-iyahhhh… sayang, lubang pantat tante buat kamuuuhhh….nghhh!” ucap mama. Ia terus mendesah pelan di saat Andre memainkan telunjuknya di lubung anusnya.

Satu lagi momen yang tidak pernah ku impikan sebelumnya, melihat mama melakukan anal sex dengan temanku sendiri. Melihatnya bersetubuh saja sudah kelewat batas, malahan kini aku akan melihat ia melakukan anal sex.

Andre mencabut senjatanya yang sudah basah dengan lendir mama. Mama pun melenguh, merasakan benda sebesar kontol Andre hilang begitu saja dari lubang memeknya. Kemudian Andre posisikan mama menungging agak rendah dari sebelumnya. *Cuh Cuh Cuh. Andre meludahi lubang anus mama. “Nghhh!” Mama mengeram kala merasakan ludah Andre mendarat di lubang kerucutnya yang masih perawan. Andre ratakan ludahnya disana, ia juga tusakan lagi jarinya ke lubang mama. Berkali ia maju mundurkan jarinya, memastikan lubang kecil itu terlubrikasi.

“Siap ya tante, ini bakal sakit, tapi aku jamin tante nanti bakal ketagihan Andre analin” ucap Andre meyakinkan mama.

“Iya Andre-ku sayang, tante sudah siap kok, buat kamu apapun tante kasih”. Walau begitu wajah mama terlihat was-was. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa takut. Mungkin ini perasaan seorang perempuan ketika akan di perawani. Tapi kali ini lubang anus yang di perawani. Banyak pandangan di masyarakat menyatakan anal seks adalah hal yang sangat tabu. Lucunya aku akan menyaksikan proses Andre memerawani anus mama.

“Sini Hen, mama mau kamu lihat lubang anus mama di perawani sama Andre” panggil mama, ia meminta aku mendekati dirinya dan Andre. Lantas aku mendekati mereka. Kini aku bisa melihat pantat mama yang indah, serta kontol besar Andre yang beristirahat di belahannya. Terlihat urat-urat kontol Andre yang begitu besar, dan berkedut-kedut kuat seperti hidup.

“Tonton lubang anus mama mau di lebarin pake kontol perkasa…. Hihihihi….” tawanya.

“Jangan kedip Hen!” ujar Andre.

Andre letakan ujung kontolnya di lubang mama yang keriput itu. Lalu ia dorong pinggulnya, memaksa lubang itu terbuka untuk menerima benda tumpul yang besar, yang tak lain adalah kepala kontol Andre. Dengan susah payah, kepala kontol Andre mencoba untuk membongkar pertahanan lubang kecil itu. Tidak bisa kubayangkan apabila mama tidak pernah menggunakan buttplug sebelumnya, pasti kontol Andre mustahil bisa menembusi lubang belakang mama.

Perlahan namun pasti kepala kontol itu mulai menyeruak lubang anus mama. Mama dan Andre sama-sama mengeram. Dengan jarak sedekat ini aku bisa melihat bagaimana moncong kontol Andre mulai menusuk masuk. Kepala kontol Andre berhasil membobol pertahanan lubang anus mama.

“Aduhhhh….Oghhh! Sakitttt! Pelanin Dre! uhhhh….”. Mama mengernyit, tangannya meremas seprei kasur. Mama menahan rasa sakit. Aku khawatir dengan apa yang mama rasakan. Apakah mama bakal kuat menahan rasa sakit dari penetrasi di anus, tanyaku dalam hati.

“Shittt! Sempit banget ini! Oghhhh!” erang Andre. Lingkaran cincin anus itu benar-benar menjepit kepala kontol Andre yang berhasil masuk. Aku penasaran dengan rasa jepitan anus mama pada kontol. Ah ada-ada saja, memek saja tidak di kasih apalagi anus, pikirku konyol.

Kepalanya kontolnya Andre sudah bersemayam di dalam lubang anus mama. Nafas mama cenderung lebih cepat.

“Sempit banget tan, kontol Andre terasa dicekik kuat…Nghhh!”. Mama tidak bergeming, Ia juga masih terpejam.

*Cuh cuh cuh. Karena terlalu peret, Andre ludahi batangnya yang belum masuk. Lalu ia kembali dorong kontolnya masuk. Lubang anus mama semakin terpaksa terbuka lebar untuk menampung sisa batang Andre. Lubang anus melahap sisa batang Andre mili demi mili. Kedua mataku bisa melihat bagaimana urat-urat yang timbul di sekujur kontol Andre, perlahan hilang masuk ke lubang pembuangan mama.

“Andreeee…Nghhh…” teriak mama. Manusia mana pun pasti akan teriak ketika lubang pembuangan ditembus benda sebesar kontol Andre.

*Plok. Suaranya nyaring di saat selangkangan Andre menabrak pantat mama. Keduanya pun juga mengeram di saat kontol Andre berhasil amblas seluruhnya. Aku tak percaya anus mama dapat menampung kontol Andre yang besar. Sekarang keduanya hanya terdiam, sama-sama memejamkan mata. Lama mereka hanya berdiam.

“Gimana rasanya? Masih sakit nggak tan? ” tanya Andre memecah keheningan.

Mama tidak menjawab. Ia hanya membenamkan kepalanya di kasur. Tangan nya mengepal begitu kuat. Sepertinya dia merasakan sakit yang begitu hebat. Nafasnya saja seperti sedang tertahan.

Lantas aku juga bertanya kepada mama, “Mama nggak apa-apa kan? Kalau sakit sudahan aja mah”. Aku khawatir dengan dirinya. Meskipun aku sudah disakiti olehnya, tapi tetaplah dia ibuku.

Akhirnya mama berbicara “Se-sebentar sayang…, biarin lubang pantat tante di biasain dulu sama kontol gede kamu”.

Andre hanya berdiam diri sambil meremas bongkahan pantat mama. Sekitar lima menit lamanya barulah nafas mama kembali normal seperti sedia kala.

“Masih sakit mah?” tanyaku lagi khawatir dengan mama.

“Kalau tante nggak kuat, kita stop aja yah” anjur Andre.

“Nghhh……lanjut ajahhh… nghhh…, sudah nggak apa-apa sayang, sudah mulai agak mendingan kok sekarang” ucap mama yang melegakan kami berdua. Namun yang bisa kutangkap bahwa kata ‘sayang’ itu tidak ditujukan kepadaku, tetapi kepada Andre. Ia mengacuhkan diriku. Ya sudahlah.

“Baiklah, aku mulai genjot ya tan” pinta Andre.

“Iyahhh… Tapi pelan-pelan dulu ya,, terasa sesak banget sayang” pinta mama.

Mendengar persetujuan mama, barulah Andre menggerakan tubuhnya. Secara perlahan, ia menarik pinggul lalu mendorongnya lagi. Andre terlihat susah sekali melakukannya. Dari jarak yang sedekat ini, aku bisa melihat urat-urat kontol Andre itu di tekan dengan kuat oleh lingkaran anus mama. Tak bisa kubayangkan apa rasanya.

“Nghhh…uhhhhh…pelannnn Dre….uhhhh…” geram mama.

“Gila sempitnya!” erang Andre.

“Hggggg…..Ahhhh!” dengus mama.

Terus Andre bergerak, membenamkan kontol besar di anus mama. Berangsur keluar masuknya kontol Andre semakin lancar. Mama juga terlihat mulai mendesah kecil. Nampaknya anus mama sudah terbiasa dengan kehadiran kontol Andre.

“Ok tan, aku kencengin ya” ujar Andre.

“He-eh” singkat mama. Andre kemudian meningkatkan hujamannya di anus mama. Awalnya mama meringis sakit lagi, ia keluarkan geraman tertahan. Namun lama-lama tergantikan desahan-desahan kecil. Aku rasa dia mulai terbiasa dengan kehadiran kontol di dalam Anusnya.

Mama menggapai ke selangkangan sendiri, mengusap-usap kemaluannya, memainkan klitorisnya.

“Gilaaaaaa! Sempit bangettttt!” erang Andre. Terlihat ia begitu kesusahan menggenjot anus mama. Walau begitu

“Ahhhh….Ahhhh…..Ahhhh….Oghhhh!” erang mama ketika anusnya di gempur lebih cepat.

“Tan…aghh! Aghhh! Aghhh!”.

“Nghh! Sudah nggak sakit tan??” tanya Andre di sela-sela dengusannya.

“Nggaaak...Dre, mulai kerasa enaknyaaaa…” jawab mama sambil terus mengucek memeknya. Bunyi kecipak becek pun terdengar nyaring. Mama angkat kepalanya dari kasurku, kembali bertumpu dengan kedua tangannya. Genjotan Andre seolah memberikannya tenaga baru.

Sekarang genjotan Andre di anus mama semakin cepat, dan mama tidak lagi menunjukan rasa sakit. Yang ada desahan nikmat yang terdengar keluar dari mulut manis mama.

“Ahhh….Ahhhh….Tante nggak nyangka bakal seenak inihhhhh….Aihhh!” erang mama yang tampaknya mulai menikmati anal seks. Apa kata orang kalau tahu mama, seorang janda berumur 38 tahun di anal seks oleh pemuda berumur 18 tahun.

“Gak sia-sia tante sering pake buttplug kan?” tanya Andre tanpa mengendurkan genjotannnya.

“Gakhhhh…Ahhh! Ahhh! Ahhh! Terus Dreeee… entot pantat tanteeee yang kuatttt!”.

*Plok Plok Plok. Kini temponya permainan pinggul Andre terjaga, menumbuk mama, memberikan nikmat. Harus ku akui, dia tidak kalah hebat dengan bintang porno yang sering aku tonton. Pantas saja mama di taklukan sama Andre dengan begitu mudah.

Dengusan Andre semakin kuat, nafasnya semakin tidak teratur begitu juga dengan ayunan pinggulnya yang mulai sembarangan “Tanteeee….aku mau keluar! Nghhh…..”. “Keluarin di memek tante Dre!” sergah mama.

“Jangan di buang di situ Dre, jangan buang-buang peju kamu plissss! Di Memek tanteeee ajahhhhh….Ahhhh!” pinta mama.

Andre mencabut kontol besarnya yang basah dan lengket, lalu disusul dengan lenguhan mama. Anus mama menganga lebar, terlihat membuka tidak rapat seperti dahulu kala lagi. Andre langsung menghunus memek mama. *Jleb. Tak lagi ada kendala, ia langsung genjot memek mama dengan kecepatan tinggi.

*Plok Plok Plok Plok Plok

“Siram rahim tante, hamilin tanteeeee….Ahhhh! Tante mau hamil anak kamuhhh! Ahhhh! Yeshhhh…” racau mama.

“Kasih tante peju kamu, peju kamu, Ahhh! Ahhh! Ahhh!” sambungnya meracau.

Keduanya sudah bermandikan keringat yang membanjiri seluruh tubuh mereka. Persenggaman mereka di depan mataku terlihat sangat penuh gairah dan seksi. Tak lupa penisku juga kukocok dengan semangat, mengimbangi mereka yang segera klimaks.

Raut wajah Andre menunjukan dia sebentar lagi muncrat. Jantungku berdetak lebih cepat karena sebentar lagi aku akan menyaksikan Andre klimaks. Aku akan melihat secara langsung dirinya akan menyemburkan peju nya ke tempat aku di kandung selama sembilan bulan lamanya, yang tak lain adalah rahim mama. Yang nanti akan terisi lagi, penghuni baru selama sembilan bulan, adikku, anak mama dengan Andre, temanku sendiri.

Beberapa kali sodokan kemudian, Andre meraih orgasmenya. Ia tumbuk memek mama dengan hentakan kuat, lalu tubuhnya bergetar, mengisi mama memek mama dengan peju mudanya yang subur. “Ohhhh! Tan-tanteee… aku keluarrrrr!” teriak Andre, kemudian mendongak. Kemudian ia melolong membahana “Oghhhh….Fuckkkk!”.

“Tanteeee…jugaaaa….. sayanggggg…..Ahhhhh! Peju kamuuu angetttt… ahhhhh! Nyembur rahim tanteee…Ahhh!” balas mama yang tidak kalah heboh, kala meraih orgasme bersamaan dengan Andre. Tubuh keduanya tersentak-sentak dengan hebat. Aku yakin di setiap hentakan tubuhnya, kontolnya Andre memuncratkan pejunya, mengisi seluruh sudut rahim mama.

“Uhhhh…rahim tante hangat…Shhhhh…” lirih mama. Cukup lama efek dari orgasme yang mereka dapatkan, tubuh keduanya masih menggigil-gigil nikmat. Sedangkan aku tidak berhasil muncrat bersamaan dengan mereka. Terlalu terpana melihat mereka berdua orgasme membuatku hanya menonton mereka tanpa aku coli.

*Plop.. Mama langsung terkapar saat Andre mencabut kemaluannya. Andre ikutan berbaring di sebelah mama.

Kontol Andre di selimuti dengan cairan putih yang begitu pekat, cairan orgasme mama dan spermanya. Aku kagum melihat kontol Andre yang ternyata tidak layu sama sekali, masih setengah ereksi. Padahal dia sudah keluar sekaligus memberikan mama tiga kali orgasme.

“Hh….hh…hh….” nafas mama terdengar parau. Kurasa ia meraih orgasme yang hebat sekali. Mama yang sedang telungkup, memperlihatkan dua lubangnya yang baru saja di masukan kontol besar Andre. Lubang keriputnya menganga tidak tertutup seperti sebelum di hujam Andre. Sedang lubang peranakan mama penuh tertutup dengan cairan putih yang begitu kental. Tak hanya itu, memeknya begitu memerah bengkak.
Lalu mama duduk di dengan bertumpukan dengan satu tangan. Ia buka kakinya lebar-lebar, dan dengan dua jarinya ia perlihatkan lubang memeknya yang penuh dengan peju Andre. Terlihat cairan peju yang meleleh keluar turun ke sela-sela pantatnya, lalu membasahi kasurku.

“Uhhhh…..pejunya banyak bangettt, anget lagiiiihhhh…mama pasti hamil nih Hen, hihihi… Mama sudah nggak sabar pengen punyak anak lagi” lirih mama dengan menggigit bibir bawahnya. Wajahnya pun sangat sayu.

Aku bingung melihatnya, antara nafsu atau marah. Dengan mata kepalaku sendiri pejuh temanku meleleh dari tempat aku lahir dulu. Pikiran mengenai ternodanya rahim mama oleh peju kental Andre membuat ku sangat bergairah. Membayangkan sel-sel sperma Andre berlomba menuju sel telur mama untuk menghamili, malah membuatku semakin di butakan oleh nafsu.

Mama menyadari aku yang bernafsu melihat dirinya, lalu dengan nada seduktif ia berucap “Terus Hen, terus kocok titit kamu, lihat memek mama isi peju Andre”.

“Bilang apa sama Andre” tanya mama provokatif. Seperti tadi, aku sudah tahu apa yang harus ku ucapkan.

“Makasih Dre, sudah mejuhin nyokap gw” ucapku tanpa ada rasa malu lagi. Berlanjut aku menggerakan tangan di penisku.

“Sama-sama Bro, tenang aja, tuh memek bakal gw pejuin terus kok sampe hamil hahahaha” timpal Andre yang duduk di samping mama.

“Pinter…Kamu mau mama hamil anaknya Andre kan?” tanyanya sambil mengorek-ngorek memeknya, mengais cairan Andre di depanku yang sedang sedang bersimpuh.

“Ma-ma-mauuu… mahhh! Aghhhh!” erangku.

Ia mengais lubangnya sendiri menggunakan jari manis yang tersemat cincin pernikahan. Bukannya ada rasa marah, tapi rasa semakin terangsang. Aku terus coli di depan mereka, sambil melihat memek mama yang sudah di nodai peju. Gila, sangat gila!.

“Bayangin tempat kamu lahir dulu, di isi anaknya Andre. Terus anak mama dan Andre akan keluar, lubang memek mama, Hihihihi…“ ucap mama memprovokasi agar aku segera muncrat. Dan itu berhasil. Tak lama, dari ujung penisku tersembur lahar panas yang cukup banyak. Beberapa cairanku terlontar mendarat di kaki mama. Terus aku berkali-kali menyirami kaki mami dengan pejuku. Aku terus mengocok dengan kuat, memompa peju keluar. Ejakulasi ini terlalu nikmat bagiku, ku pejamkan mataku, meresapi kenikmatan ini. Nafas tersengal-sengal “Hh…hh…hh…”.

Tiba-tiba…..

*Plak.

Tamparan keras hinggap di pipiku. Aku tersungkur ke lantai. Kubuka mataku menerka apa yang terjadi.

“Dasar anak goblokkk! Ihhhh!” geram mama murka.

Aku melihat wajah mama yang begitu penuh amarah. Sebelumnya mama tidak seperti ini. Aku begitu ketakutan melihatnya. Ternyata aku di tampar oleh mama. Aku pegang pipiku yang panas akibat di tamparnya.

“Gila kamu ya! Beraninya kamu ngotorin mama pake peju menjijikan kamu hah?! Dasar anak tolol!” hardik mama kasar.

“Lihat nih, peju encer kamu yang menjijikan” ujar sambilnya menyodorkan kakinya ke muka ku. Cairan sperma ku sangat banyak sekali di kaki mama, sampai menetes ke lantai.

“Bersihkan kaki mama pakai lidah, sekarang!”. Diriku tercengang mendengar perintahnya yang gila. Menurutku kali ini benar-benar terlewat batas.

Kucoba untuk menolak permintaanya “Ta-tapi mahhh…..”

“Diam!” potong mama dengan nada tinggi. Aku terdiam, tak lagi melanjutkan protes.

“Nggak ada tapi-tapian! Mama nggak mau tahu, pokoknya kamu harus bersihkan kaki mama pakai lidah. Kamu sudah ngotorin kaki mama, jadi kamu harus bersihkan, ngerti?”. Haruskah aku melakukan apa yang mama perintahkan? Aku perhatikan pejuku yang encer itu mengalir turun ke lantai.

“Ayo, tunggu apa lagi, ayo jilat kaki mama!” perintahnya. Aku mematung dengan kaki mama yang masih bergerak-gerak di depan wajahku.

“Kamu lupa kalau surga ada di telapak kaki ibu?” tanyanya. Aku sakit hati mendengarnya. Memang benar ucapannya nya, tapi bukan berarti aku harus menjilat pejuh ku sendiri.

“Bukannya ini juga kesempatan buat kamu untuk menjilat mama lagi?”. Tadi aku memang menjilat jari-jarinya yang basah dengan liur mama dan precum Andre.

Dengan terpaksa aku menjulurkan lidahku. Ujung dari lidahku menyentuh kaki mama yang mulus itu. Lalu kujilat kulit kaki mama, menyapu spermaku sendiri. Asin yang bisa kurasakan dari pejuku sendiri. Aku merasa mual, tapi ku kuatkan diriku untuk menahannya. Ini adalah salah satu pelecehan yang begitu sadis dan tidak manusiawi.


“Terus jilat terus sampai bersih kaki mama, ughh… jijik banget sih”. Terus aku menjilat kaki mama, membersihkanya dari pejuku sendiri. Beberapa saat kemudian tidak ada lagi sisa spermaku di kaki mama. Mama memperhatikan kakinya, memastikan tidak ada lagi yang sperma tersisa disana.

Suasana kamar menjadi hening. Aku tertunduk menatap lantai sambil terus mengusap pipiku yang di tampar mama.

“Huh! Kamu bikin badmood mama aja bisanya! Itu hukuman kamu yang selalu bikin mama kecewa” ujarnya.

“Yuk sayang kita mandi” ajak mama seraya mengulurkan tangannya ke Andre.

Andre berdiri dari kasurku, dia hanya menatapku. Tak ada senyum, tak ada sepatah katapun dari dia, hanya tatapan yang diberikan. Bersyukur, dia tidak berkomentar-komentar tentang apa yang terjadi barusan.

Keduanya sudah pergi meninggalkan aku yang masih berada di lantai. Aku meringkuk di lantai yang dingin, kupeluk dua kakiku. Aku sudah dihina, di ludahi, di suruh menjilat pejuh sendiri oleh ibu sendiri. Awalnya aku mampu menghadapi semua ini demi kenikmatan melihat mama bersetubuh dengan Andre. Perasaan marah timbul dan pergi begitu saja ketika melihat mereguk kenikmatan duniawi. Tapi di saat nafsu itu pudar, segala pikiran rasional kembali ke diriku.

Mataku terpejam lelah, berangsur-angsur aku ke dunia mimpi. Mungkin disana lebih baik.

BERSAMBUNG ...



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com