Mama... aku minta Maaf Part 14

 


PoV Henry

“Enak ya sayang……..".

Suara yang sangat merdu namun terdengar bagai sambaran petir di siang hari, yang menggetarkan hati dan tubuhku. Seketika aku memutar tubuhku ke belakang……

Sosok wanita yang selama ini kutunggu-tunggu berada di depanku…….

Mama…..

Mama berada di hadapanku….

Mama berada di kamarku.

Seminggu lamanya aku tidak bertemu dengan mama. Meski ada rasa amarah, tak kupungkiri ada rasa rindu dalam benakku.

Ia hadir di hadapanku, memakai kemeja yang dimasukkan ke dalam celana bahannya, mama memandangku dengan senyuman tersungging di wajahnya. Senyuman mama yang sudah lama tidak kulihat secara langsung, membuat diriku terasa hangat dan bahagia. Sayangnya aku menerima senyuman itu dalam kondisi diriku yang menyedihkan.

Ia lirik ke arah bawah tubuhku, lalu tersenyum semakin lebar. Kuikuti arah matanya….. Astaga! aku lupa kalau kemaluanku yang lemas, habis muncrat masih bergelantungan bebas di luar celana. Dengan tergesa-gesa aku mencoba memasukan penisku kedalam celana.

“Hihihhi…..” tawanya, melihat diriku yang panik, berusaha memasukan kemaluanku masuk ke dalam celana lagi.

Jadilah aku tertangkap basah dengan kemaluan terpampang bebas di lihat mama. Ditambah pula keadaan meja beserta komputerku yang kotor dengan spermaku sendiri, menambahkan daftar di aibku sendiri.

“Hihihihi….Idiihhhh….kamu habis mainin titit yaaaa?” serunya lah dengan nada menggoda iseng. Aku hanya terdiam malu.

"Enak ngocok titit sambil nonton video mama ngentot sama Andre?" tanyanya lagi. Aku terperangah mendengar ucapannya, Ini pertama kalinya aku mendengar secara langsung mama ngomong vulgar. Kemarin-kemarin aku hanya mendengar dari rekaman video yang dibuatnya bersama Andre.

Mama menunjuk ke arah selangkanganku, ia berucap “Sampe kontol kamu…., ehhh.. salahhhh…., maksud mama titit, bukan kontol. Titit kamu sampai loyo gitu hihihihi…..”.

“Suka lihat mama ngentot sama Andre ya? Seneng lihat mama di kontolin sama Andre? Mau lihat mama di entot sama Andre lagi? Mau denger mama desah-desah keenakan…Ahh…ahh…ahh….Andreeee…ahhh…. kayak gitu hihihi…. Mau nggak Hen?" tanyanya bertubi-tubi. Ia terkekeh.

Aku hanya diam seribu bahasa. Percuma membantah, karena di layar komputer masih terpampang wajah mama yang habis menjilati mukaku. Dugaanku dia menikmati menggoda diriku. Ia menikmati keadaanku yang tidak berdaya ini.

“Henry jawab dong....” pintanya dengan cemberut, sedangkan aku tetap tidak bersuara. Sampai lama kami hanya diam-diaman. Aku hanya tertunduk, dan mama terus memperhatikan aku.

“Henry!” ucap mama dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya. Ia terlihat mulai tidak sabaran dengan diamnya diriku.

“Masa diem aja sih kamu, giliran ngocok titit aja kamu semangat!, jadi suka apa nggak?” tanyanya.

“A-aku….” ucapku terbata-bata, bingung harus menjawab apa. Antara iya atau tidak. Secara moral, aku seharusnya menjawab kalau marah melihatnya disetubuhi orang lain selain papah. Namun kini sejak video yang ia berikan, aku sejatinya malah suka melihat mama bersenggama dengan….. Siapapun, termasuk Andre. Dicekoki tontonan pertempuran birahi mama, membuat diriku berubah. Tapi aku tidak yakin harus menjawab iya.

Karena tidak ada jawaban juga yang keluar dari mulutku, Mama mendecak diikuti dengan delikan mata ke atas seolah muak dengan tingkahku.

Akhirnya mama yang bersuara duluan “Suka dong ya…., buktinya kalau kamu muncrat terus tuh”. Tuduh mama, mana mungkin dia bisa tahu kalau aku sering coli dengan video buatan dia dan Andre.

Mendengar tuduhan aku beranikan diri untuk berbohong. “Ng-nggak kok mam, ba-baru ini doang kok”. Elakanku yang terdengar konyol.

“Halah…….kamu malah ngeles sama mama!?” lanjut mama berucap yang mulai terlihat kesal.

“Padahal jelas-jelas kamu sering ngecrot kan? Peju kamu tuh dimana-dimana, baunya aneh lagi…jijik banget ihhhh….".

“Terus…… nih lihat!”. Mama menunjukan sesuatu di layar Hp-nya. Kulihat layar hpnya….. Aku terbelalak kaget melihat diriku sendiri sedang coli. Terlihat aku sedang duduk di depan komputerku, sambil mengocok kemaluanku sendiri dengan membabi buta. Aku bisa mendengar eranganku sendiri, sekalian terdengar aku memanggil-manggil mama. Terdengar juga makianku yang memanggilnya binal.

“Hihihihi……, heboh banget sih kamu, sampe teriak-teriak panggil mama, ngatain mama binal pula!” ujarnya.

Jadi mama dan Andre sudah memasang cctv di kamarku. Jadi kegiatanku selama ini diawasi oleh mereka. Mereka sudah benar-benar berencana dengan matang sekali. Berarti hingga detik ini semua sudah dipersiapkan oleh mereka.

“Gimana Hen? kamu masih mau ngeles sama mama?” tanya mama dengan senyum kemenangan yang menghiasi wajahnya, tatkala aku tidak bisa lagi beralasan. Diriku tertunduk tanpa bisa ngomong apa-apa lagi.

“Hmmm….. ini kamu coli pake video yang mama lagi ena-ena sama Ara ya” ucap mama sambil melihat sendiri rekaman di hpnya sendiri. Dia mengetuk-mengetuk dagunya dengan jarinya.

“Hihihhi…., lihat tuh sampe kamu muncratnya gak karuan-karuan, mana banyak banget lagi” mama kembali memperlihatkan videonya kepadaku.

“Duhhh…. enak ya banget muncratnya?” tanyanya.

Mama melepaskan pandangannya dari hpnya dan menoleh kepadaku. “Bagus nggak videonya? Kamu suka nggak video buatan mama sama Andre? Jujur aja sama mama”. Aku pun mengangguk tanda suka, karena percuma lagi aku mengelak. Sudah jelas aku masturbasi sambil menonton video mereka semua.

“Justru mama senang kok” ujar mama kepadaku. Eh… ‘Senang?’ mama senang kenapa? tanyaku dalam hati.

“Senang?" tanyaku pelan.

“Iya mama senang, karena kali ini kamu nurut sama kata-kata mama” jawabnya.

“Maksud mama?”.

Mama tersenyum dengan kebingunganku. “Mama sudah bilang berkali-kali sama kamu lewat video yang kamu tonton, kalau kamu harus menikmati mama di setubuhi sama Andre, teman kamu sendiri" jelas mama panjang lebar. Mama mengatakan itu seolah tidak ada yang salah dengan kata-katanya.

“Dan nyatanya kamu benar-benar sangat menikmati kan? Sampai-sampai coli terus non-stop”.

Mama menunduk, hingga kepalanya sejajar dengan milikku. Matanya menatap lekat mataku. Tak tahan, aku alihkan pandanganku.

”Kamu memang anak yang pecundang ya Hen, bisa-bisanya kamu senang ibu kandung di entotin sama teman kamu sendiri” ucap mama dengan tajamnya.

Mendengar tuduhan mama, membuat diriku bergejolak marah untuk membela diri “Ng-nggak kok mam, aku bukan pecundang, da-dan aku…..”

“Ahhh masa…….” Potong mama tidak yakin dengan kata-kataku.

“I-iya aku bukan PECUNDANG!!!” ucapku lantang keras.

“Ok, kalau memang bukan pecundang tidak berguna, kenapa kamu membiarkan mama dimiliki Andre”. Aku tercekat tidak bisa menjawab.

“Ehh.. Ka-karena……” diriku terbata-bata.

“Karena kamu terlalu tolol untuk menyadari itu” hardik mama. Omongan mama semakin membuat diriku sakit hati.

“Sudah lama mama tidur bareng sama Andre, ehhh….. kamu nggak pernah sadar tuh, karena cuma ada game dan game yang ada di kepala kosong kamu itu” ucap mama dengan tajamnya.

“Dan kamukan bisa saja lapor p0lis. Kamu juga sudah tahu kalau tante Hani juga ikutan di tidurin sama Andre kan? Kenapa kamu gak lapor ke Om Doni”. Kata-kata yang dikeluarkan oleh mama sangatlah menyudutkan. Padahal aku sempat berpikir kemungkinan untuk melapor kepada polisi tetapi ku urungkan niatku, karena takut mereka tidak membantu. Dan bisa saja aku lapor ke Om Doni, tapi aku terlalu takut untuk merusak rumah tangga tante Hani. Aku kasihan sama Jessi kalau orangtuanya bercerai.

"Bukannya berusaha untuk mencari mama, yang ada kamu hanya coli dan coli, sampe bau banget kamar mu ini".

Kalah. Aku kalah. Tidak bisa lagi mengelak.

“Kok diem aja kamu? Jawab dong” seru mama.

“A-aku nggak berani mam” jawabku lesu dengan kepala tertunduk lemas.

“Huhhh…, sudah pecundang, tolol, penakut pula, payah banget sih kamu jadi orang, nggak pantes hidup kamu tahu” ujar mama terus menghina diriku.

Suasana menjadi sunyi di kamar, hanya ada aku yang terduduk lesu sambil terus menatap lantai dan mama yang terus sedang memelototi aku.

“Lihat mama sini!” perintah mama. Aku naikkan kepalaku, memberanikan diri untuk menatap mama.

“Kamu harus di hukum!”

“Eh?!” Hah?! Hukuman?!

“Kamu harus melihat mama di entot Andre, itu sebagai hukuman kamu yang terus mengecewakan mama”. Tercengang dengan ucapan mama. Gila! Mama akan bersetubuh di depanku.

Aku hanya bisa melotot ke arah mama.

“Andreeee…. sayanggggg…… sini masuk dong”. Pintu kamarku terbuka, lalu sosok yang kubenci muncul di hadapanku.

“Halooo….. Broooo…….” sapa Andre dengan tampang tanpa menunjukan rasa bersalah sama sekali, padahal dia sudah mengkhianati diriku. Ia sudah merebut mama dariku, bahkan merusak mama.

Melihat mukanya, mendadak darahku mendidih. Dengan emosi yang sudah tinggi, kukepalkan kedua tanganku. Lalu dengan secepat kilat bagai ninja, aku beranjak dari kursi, hendak menerjang si keparat laknat yang pernah kupanggil sebagai teman.

“Eits….mau ngapain kamu?”. Sergapan Ku terhenti di tempat. Mama mencegat diriku yang hendak melayangkan pukulan ke muka Andre. Jadilah mama saat ini diantara aku dan Andre. Andre yang berada di belakang mama hanya tersenyum sombong merendahkan.

“Mau mukul Andre HAH?!” tanya mama dengan geram. Aku takut melihat mama.

Aku mengangguk lemah. Jawabanku dijawab keduanya dengan tertawa-tawa yang sangat menyakitkan telingaku, sekaligus hatiku.

“Cihhh…, yakin bisa?” tantang mama, seraya melipat kedua tangannya di dadanya, membuat payudara di balik kemejanya menyembul. Nada bicara mama terkesan meremehkan. Aku tak percaya mamaku sendiri meremehkanku, bahkan terkesan melindungi dan lebih memilih Andre.

“Sebenernya sih mama nggak peduli kalau kamu bonyok-bonyok sih, tapi kalau kamu tetep maksa ya….. Mama bisa saja persilahkan Andre untuk…… ya tahu lah” ucap mama datar. Dia benar-benar memilih Andre seutuhnya, daripada aku, anak kandungnya sendiri.

“Kamu tuh ya….., cuma pecundang, nggak pernah olahraga, mana bisa ngalahin Andre yang perkasa dan berotot gini……" lanjutnya memuji Andre sekaligus merendahkan diriku.

“Nihhhh….., Andre kekar banget badannya, gagah dan perkasa” kata mama saat meremas lengan Andre, memamerkannya kepadaku atau malah membanggakannya. Mama ada benarnya, melihat tubuh Andre yang gagah dan berotot, membuat nyaliku ciut. Apalagi mamaku sendiri bukannya membela anaknya, malah meragukan kemampuan anaknya sendiri untuk membela harga dirinya. Jadi bakal percuma aku berjuang. Runtuh duniaku ini sudah.

"Hen, Elu mau gw bikin babak belur HAH? Dasar lemah!" hardiknya.

"Tuh denger, kamu mau dibikin mampus sama Andre?" lanjut mama dengan enteng, yang membuatku terdiam takut. Mama benar-benar sudah gila pikirku.

“Ke-kenapa mama berbuat seperti ini ke Henry?” melasku.

“Karena kamu pantas mendapatkannya” ucap mama dengan dingin.

"Kamu juga pasti ingatkan alasannya?". Aku kembali menganggukkan kepalaku. Aku ingat ia berbuat semua ini karena kecewa kepadaku.

“Kamu ingatkan sama ucapan mama di video, kalau mama sekarang sudah menjadi milik Andre seutuhnya?,” ucap mama. Aku pun menggangguk lagi, aku ingat dia pernah berucap seperti itu.

“Berarti kamu paham kalau hati dan tubuh mama sudah milik Andre. Sebagai hukuman, sekarang mama minta kamu diam, pengen kamu ngeliat mama di setubuhi sama Andre” ucap mama.

Tidak mungkin aku membiarkan, lantas aku melayangkan protes “Tap…..”.

“Stop Henryyyy!” teriak mama, menghentikan aku untuk mengeluarkan suara dari mulutku.

“Kamu bisa menuruti kata-kata mama dengan tenang, atau kamu mama paksa dengan cara yang……” tegas mama tapi tidak menyelesaikan ucapannya. Mengisyaratkan sesuatu yang mengerikan bakal terjadi kepadaku apabila aku tidak nurut.

“Ya…… bisa dibilang sedikit kasar dan menyakitkan. Terserah kamu maunya gimana” ancam mama. Andre yang berada di belakang mama, menunjukan kepalan tangannya yang begitu besar. Mama rela menyakiti diriku agar ia bisa disetubuhi oleh Andre di depan anaknya sendiri. Dia benar-benar sakit jiwa. Suasana dalam kamarku menjadi hening. Hanya aura amarah mama dan aura ketakutan dariku yang terasa di kamarku.

Mama menghela nafas panjang, menenangkan diri dari emosinya. Ia tatap diriku, dan berucap dengan lembut kepadaku “Lagipula….kamu mau lihat mama main sama Andre kan? Daripada kamu cuma bisa melihat melalui layar komputer, sekarang kamu punya kesempatan untuk melihat langsung lhoooo…., mau kan?". Pertanyaan yang benar-benar tidak masuk akal.

Aku benar-benar tidak mengerti dengan situasi sekarang, aku seorang anak yang di hinakan, di paksa oleh ibunya untuk menonton dirinya bersetubuh dengan teman anaknya. Walau sejujurnya aku pengen lihat, bahkan ingin ikutan kalau bisa. Tapi…. Ini kan terlalu gila.

Apakah mama memiliki fantasi untuk disetubuhi sambil nonton orang lain. Atau ia hanya ingin sekedar menghukum diriku tanpa alasan yang jelas. Sampai sekarang aku benar-benar tidak tahu apa perbuatanku yang mengecewakannya.

"Heiii… Henry! mama tanya…. kok malah bengong aja kamu!". Aku masih terdiam enggan menjawab.

"Ya sudahlaahhhhh….. suka tidak suka, kamu juga bakal lihat mama di pake sama Andre. Tapi saran mama ke kamu, lebih baik kamu nikmati saja daripada kamu tersiksa" anjur mama kepadaku.

Pasrah menuruti kata-kata mama, aku akan mencoba menikmati. Lantas aku kembali duduk. Hanya dengan jarak satu meter dari tempat aku duduk, aku akan melihat mama dan Andre yang akan segera bersenggama dengan bebasnya.

Mama kemudian merangkul leher Andre. Dan Andre pun membalasnya, dengan merangkul pinggang mama. Ia menoleh ke arahku, tersenyum. Dari yang emosi, tiba-tiba menjadi lembut kembali.

“Henry…..”

“Lihat mama ya…..”

"Tonton mama ya…."

“Lihat mama menggapai nikmat sama Andre, lihat mama di kasih enak sama Andre” ucapnya lembut.

"Dan Henry…."

"Nikmati….."

Ia tatap Andre dalam-dalam, berucap “Kita tunjukan percintaan kita ke Henry ya sayang”. Kemudian wajahnya mendekati wajah Andre. Bibir mereka bertemu, saling berpagut dengan mesra. *Cuph Cuph Cuph Slurph…Slurph…Slurp..Cuph. Bunyi cumbuan merdu masuk ke telingaku, mulai mengusik birahiku. Keduanya terpejam menikmati cumbuan. Ciuman mereka terkesan syahdu dan romantis, seolah aku tidak ada bersama mereka di ruangan ini. Aku yang menonton hanya bisa menahan marah dan menahan rasa cemburu.

Andre meremas bongkahan pantat mama. Garis celana dalam mama yang tercetak di balik celana bahan hitamnya, menurutku seksi sekali. Sesekali Andre menampar kecil pantat mama, yang di jawab dengan lenguhan manja mama. Andre membuka matanya untuk melihatku. Tatapan Andre kuterima sebagai ejakan.

Begitu juga dengan mama, ia melirik dan tersenyum, seolah memamerkan kemesraan dia dengan Andre. Lalu Ia julurkan lidahnya keluar, Andre pun juga turut mengeluarkan lidahnya. Lidah mama langsung mengait lidah Andre, maka sekarang aku sedang melihat mereka sedang bersilat lidah. Saking buasnya pertempuran lidah mama dan Andre, liur pun tumpah membasahi kemeja mama. Puas bersilat, mama nyosor mulut Andre dengan buas.

Cukup lama mereka saling mengunci mulut dengan intim. Mama melepaskan diri dari dekapan Andre. Ia kini yang berdiri di samping Andre, meremas-remas selangkangan Andre. “Sshhh….ahhhh…..Ini nihhh….yang bikin mama tunduk sama Andre” ucap mama lirih, telapak tangannya merayap di cetakan kontol Andre. Aku bisa melihat jari-jari lentik mama menelusuri cetakan kemaluan Andre yang terdapat di jeansnya.

Sesuatu yang berkilau menyadarkanku, dan itu adalah cincin perkawinan mama dan papa. Padahal benda kecil itu adalah buktinya cinta antara papa dan mama. Yang karena cinta mereka, aku hadir ke dunia ini. Namun sampai saat ini mama masih saja melecehkan benda sakral. Dan apabila dahulu aku melihatnya melalui layar, sekarang dengan mata di kepalaku sendiri, bagaimana mama menghina mendiang papa. Aku mau marah kepada mama, tapi apa yang bisa kulakukan sekarang. ‘Maafkan aku pah’ ucapku dalam hati.
“Buka celana kamu sayang, biar si pencundang bisa lihat kontol yang sudah ngasih mamanya ini kenikmatan tiada tara” pinta mama.

Andre segera menurunkan celana jeans dan celana dalam sampai sebatas lututnya. Sekarang kemaluan besar Andre terpajang bebas. Aku menelan ludahku. Meski sudah pernah lihat di video, aku tetap terperanjat dengan ukuran kontol Andre. Walau masih belum ereksi sepenuhnya, benda itu tetap saja besar, sangat besar malahan. Jika dibandingkan, punyaku ketika ereksi penuh saja masih kalah dengan punyanya yang masih lemas.

“Hihihih……, kamu kenapa sayang? Sampe benggong gitu ngeliatin kontolnya Andre” tanya mama sambil mengusap kontol besar itu dengan satu tangan. Tanpa ada rasa bersalah mama terus mengusap batang berurat itu dengan cincin perkawinan masih tersemat di jari manisnya. Ujung jari mama yang sedang memegang benda besar itu, tidak saling bertemu karena saking besarnya lingkaran penis Andre.

Lama-lama benda besar itu semakin keras dan tegak, dalam usapan lembut tangan mama. Andre merangkul mama yang bersandar di tubuhnya. Dan mama merangkul pinggul Andre.

“Hahaha, pasti dia ngiri tan, dia kan nggak punya kontol tapi punyanya titit, ya kan Hen? hahahaha…” ejek Andre.

“Bener kata kamu Dre, kayaknya papanya hihihihi…..” timpal mama. Di depan anaknya, mama menghina mendiang papa. Hatiku semakin sesak mendengar penuturan mama.

“Coba Hen, kamu buka celanamu, biar Andre bisa lihat titit kamu yang menyedihkan itu”. Dengan rasa enggan, aku buka celanaku. Terpampanglah kemaluanku yang masih belepotan dengan pejuku sendiri. Keduanya tertawa lepas saat melihat kemaluanku. Aku terasa hina.

“Hihihihi…, tuh kan benar kata-kata tante, si Henry punya titit kayak papa nya” sindir mama kepadaku.

“Beda sama kontolnya Andre kan tan?” ucap Andre yang terlihat bangga, selagi barangnya terus diusap-usap dengan lembut. Senyuman mama semakin tersungging lebar, lalu menjawab “Yaaaa... jelas beda dong sayang! Punya kamu ini besarrr…panjangggg…kerassss….kuat lagi!.”.

"Kalau punya Henry gimana tan?" tanya Andre memprovokasi.

"Menyedihkan…..".

"Payah….".

"Pokoknya nggak banget dehhh!" jawab mama.

Jari-jari mama menelusuri batang Andre. “Terus punyamu ini berurat-urat gede lagi… uhhhhh… enak bangetttt kalo masuk ke memek. Ahhhh… memek tante jadi gatel pengen di garukin pake kontol kamu Dre” ucapnya dengan lirih.

Aku yakin kalau mama sedang dalam kondisi birahi tinggi. Tatapan semakin sayu, dia bergantian menatap antara diriku dengan kontol Andre.

“Shhhh…..besarrr banget sihhhh!” desis mama gemas.

“Sayang sama kontol Andre?” tanya Andre ke mama, lalu mengecup pipinya.

“Iya”.

“Iya apa?”

“Iya, tante sayang sama kontol kamu” jawab mama, tanpa berhenti membelai batang kontol Andre yang sudah tegak.

“Kenapa sayang?”.

“Karena kontol ini sudah ngasih kebahagiaan buat tante” jawab mama, sambil menggelayut manja, walau begitu tangannya tak pernah berhenti bergerak.

“Hmmm, kalau sama Henry, sayang nggak?” tanyanya lagi.

Aku teringat di salah satu di videonya, mama pernah menyatakan kalau dirinya lebih sayang sama sebuah kontol, yang tiada lain adalah kontol yang sedang di usapnya dari pada aku, anak yang lahir dari rahimnya sendiri.

Kini mama menatapku dalam-dalam. Aku berharap mama tidak pernah akan mengulang ucapannya seperti di video kemarin.

“Tante……”.

“Lebih…".

"Sayang sama kontol kamu!" jawab mama tanpa ragu. Aku hanya bisa pasrah mendengar ucapannya.

“Kalau begitu tante rela melakukan apapun untuk kontol aku?”

"Iya sayang, apapun demi kontol ini, tante bersedia melakukan apapun”.

“Kalau begitu cium kontol aku dong tante” pinta Andre.

Sambil menatap ke arahku mama menunduk dan memberikan kecupan singkat persis di lubang kencing Andre. *Cuph. Ketika mama menarik kepalanya menjauh, juntaian benang pre-cum tercipta dari bibir manis mama ke kepala kontol Andre. Melihatnya penisku bereaksi. Aku kembali terangsang.

"Nggak cuma sayang sama kontol kamu, tapi juga kamu Dre, tante sayang sama kamu. Kamu Dre…… ganteng, pintar, baik sama tante dan juga….Jantan. Gak kayak……hihihihi…”. Mama berkata seperti itu selagi menatap kearah ku. Jelas ia menyindir diriku.

Mama buka mulutnya sedikit, lalu air liur dari mulutnya turun ke penis Andre. Aku bisa melihat juntaian saliva yang keluar dari mulut mama dan turun ke kepala kontol Andre. Kemudian dengan jarinya ia usap liurnya rata di lubang kencing Andre. Mencampurkan liur mama dan pre-cum Andre.

“Shhhhh……kontol kamu perkasa banget sayang, selalu bikin tante puasss…shhhhh…” lirih mama. Lalu Ia terpejam mengusapi kontol Andre, terasa terlalu menikmati genggamanya di benda itu. Ia juga sambil mengendusi leher-leher Andre. Aku bisa melihat mama seperti orang yang sudah sangat mabuk. Bukan karena alkohol, tapi karena nafsu. Mama di mabuk birahi.

Dari yang hanya mengusap-ngusap, sekarang mama mengocok kontol Andre dengan satu tangan. Sedangkan tangan satunya masih merangkul punggung Andre.

“Cuhh…Cuhh….Cuhh...Cuhh….ohhh…Andreeee…kontol kamu…..kerasss…” lirih mama sambil terus meludahi batang penis Andre. Dengan satu tangannya ia ratakan liurnya, membasahi seluruh perkakas Andre. Lalu mama mengocoknya *Clek Clek Clek Clek Clek. Aku hanya bisa menelan ludah, melihat tangan lembut mama melayani kontol Andre. Tangannya yang seharusnya mengasihiku, malah mengasihi sebuah kontol besar.

“Ohhhh…..Santyyy…” erang Andre. Pasti rasanya enak sekali pikirku. Seandainya aku boleh digitukan sama mama juga.

“Kamu pengen yaaa?”. Mama tersadar dengan mupeng ku.

Tak lagi malu, ku beranikan diri, menjawab "I-i-iya, aku mau mam".

Ia malah menggodaku dengan menggigit bibir bawahnya, lalu berucap “Wuekkk… nggak boleh dong! Hihihi…..lihat tangan mama Hen, lihat. Ohhhhh……yeshhhh” desah mama sambil tetap mengocok. Ia mendesah-desah hanya untuk memanasi. Cincinnya pun sekarang basah karena air liur dan cairan kontol Andre.

“Mantep ya kontol ini Hen, seksi dan perkasa, sangat perkasa!” puji mama ke kontol Andre. Tanpa letih tangannya terus mengurut-urut daging besar itu. Hingga kini seluruh batang kontol Andre sudah basah. Sesekali jempol mama memainkan moncong kontol Andre, menggelitik lubang kencing yang terus mengalirkan pelumasnya. Aku hanya bisa melihatnya iri.

Mama menghentikan handjob-nya, lalu ia menghampiri aku yang duduk. Dia menunduk di depanku, sehingga wajah cantiknya sejajar dengan wajahku. Dia tunjukan tangannya yang basah karena air liurnya dan pre-cum Andre. Cincin perkawinan mama dan papa yang tersemat di jari manisnya, terlihat basah dan lengket.

Senyuman hangat dan suara yang lembut, mama memanggil diriku “Henry….".

"I-ya mah?" gugupku melihat mama yang berlutut di depanku. Aku membayangkan akan mendapatkan sesuatu dari mama. Apakah aku akan menerima apa yang Andre rasakan. Setidaknya di kocok oleh tangannya yang lembut sudah cukup bagiku.

Namun yang ada mama mengarahkan telunjuknya yang masih basah itu ke depan mulutku. Lalu dengan lembut mama berkata "buka mulut kamu dong...”.

“Eh….” kagetku. Melihat reaksiku mama menyeringai di depan mukaku. Dan Andre yang berada di belakang mama, terlihat menahan tawanya.

“Kenapa Hen?”.

"Ma-ma mau nga-ngapain?" tanyaku gugup, takut apa yang akan ia lakukan. Jari mama hanya berjarak beberapa centi dari mulutku.

"Sudah ah Hen, nurut saja sama mama. Lagipula kamu kan lagi mama hukum" ucapnya dengan nada yang terdengar jengkel.

Tak mau memperkeruh keadaan, dengan pasrah, kubuka mulutku kecil. Lalu mama memasukan telunjuk basahnya ke dalam mulutku. Setengah jari telunjuk mama berada di dalam mulutku. Terasa lidahku menyentuh jari basah mama, seketika aku merasa mual. Mengingat ini adalah air liur mama berserta pre-cum Andre. Kalau hanya liur mama aku masih mau, sangat mau malahan. Tapi ini juga ada cairan dari kontol Andre. Sialllll!!!.

Aku mengernyit karena rasa mual “Nghhh….”.

"Tahan Hen! Emut jari mama ya…." pinta mama dengan lembut. Perlahan aku mulai mengemut jari telunjuk mama. Aku melakukannya bagai sedang makan permen lolipop. Aku bisa merasakan jarinya yang lembut namun basah lengket. Lidahku menelusuri jari mama. Ia pun memaju mundurkan jarinya di mulutku.

“Ganti jari Hen”. Mama menarik jari telunjuk dari mulutku, dan menggantinya dengan jari yang basah lainnya. Dengan begini tugasku atau lebih tepat hukumanku adalah, membersihkan jari-jari mama. Jari demi jari mama ku emuti. Jari manis beserta cincin perkawinan pun juga ikut masuk ke dalam mulutku. Ku emut cincin perkawinan papa dan mama hingga bersih dari campuran ludah mama dan precum Andre.

“Makasih sudah bersihin jari mama, mau lagi?”.

Aku menggeleng, tanda tidak mau. Meski enak mengemuti jari mama, aku tidak mau kalau ada cairan hina si brengsek Andre.

“Hihihi…., sini Dre, tante mau kontol kamu”. Andre mendekat. Ia arahkan kontolnya ke muka mama, yang langsung di cium moncongnya sama mama.

*Cuph.

"Tan…..".

"Ya Dre?" jawab mama sambil membiarkan kontol Andre bersandar manis di pipinya

"Kapan terakhir kali cium Henry pake bibir tante?" tanya Andre sambil memukul-mukul bibir mama dengan kontolnya.

*Puk puk pukk Puk Puk Puk Puk.

"Ehhh…kapan ya…. sudah lupa juga tante" jawab mama.

“Masa lupa sih tan?”

"Entahlah Dre, nggak penting juga. Sekarang kan bibir dan mulut tante untuk melayani kamu ajah” ucap mama. Ia genggam kemaluan Andre, ia tempelkan hidungnya disana. Ia mengendus-endus sekujur batang itu. Hidungnya bergesekan dengan urat-urat kontol Andre.

“Kamu pengen mama sepong nggak? Pasti mau dong ya” ucap mama. Aku mengangguk mau.

“Nggak ah, nggak boleh, jijik ama punya kamu”. Bersabar, aku hanya bisa bersabar menghadapi hinaan dan godaan mama.

"Ini kontol Andre sudah sering mama sepong loh, padahal papa kamu aja jarang lho" ujar mama.
Lalu Mama usapkan mukanya dengan batang penis Andre. Kini aku bisa lebih dekat saat urat-urat kontol Andre yang besar- besar menggesek wajah mama. Urat-urat itu terasa hidup, berkedut-kedut dengan kuat. Dengan ilmu pengetahuan seks yang kupunya, urat-urat itu pasti membuat wanita tergila-gila. Buktinya adalah mama yang sudah tunduk kepada kontol Andre.

"Hmmmm…." gumam mama. Ia terlihat menikmati kala wajahnya di geseki oleh benda keras dan panas seperti itu.

"Sepongin dong tan, biar Henry lihat betapa mamanya suka kontol aku" pinta Andre kepada mama.

Mama mengangguk, kemudian ia genggam batang besar yang sudah basah itu. Seperti yang sudah kulihat di tadi, dua tangan mama tak bisa mencakup seluruh panjang dari penis Andre. Jari-jari lentik mama pun tak bisa saling bertemu ketika melingkari. Aku benar-benar terkagum sekaligus iri dengan Andre.

Tatapan mata mama nanar saat melihat ujung dari batang kontol yang sudah banjir dengan cairan bening. Ia berucap "Pre-cum kamu aja pekat banget Dre, apalagi peju mu nanti hihihihi…".

"Pastimu kalau kalau punya encer Hen" ucap mama kepadaku. Aku tidak bersuara, tak mau menanggapi mama.

"iya dong tan dia kan cuma pecundang, beda sama aku yang pejantan, makanya peju nya banyak dan kental, subur pula!" timpal Andre mengejek.

"He-eh, pasti setiap yang wanita pernah kamu kontolin bisa-bisa pasti pada hamil sama nih kontol" ujar mama sembari menggoyang-goyangkan benda besar itu.

"Wahhhh….bisa jadi tan, aku mungkin punya banyak anak yang aku nggak tahu tan hahaha…" tawa Andre.

"Termasuk tante nanti ya kan" ucap mama sambil melirik ke arahku.

"Tentu dong, pasti tante akan kuhamili".

"Hihihi……, duuhh…..tante gak sabar pengen punya anak dari kamu".

Diriku kaget mendengar percakapan mereka. Mama minta di hamili Andre? Kenapa? Untuk Apa?

Tersadar dengan keterkejutan ku, mama menyeringai kepadaku, kemudian bertanya "kenapa Hen, kok kamu kayak kaget gitu sih?".

"Ma-ma mau hamil anaknya Andre?" tanyaku balik.

"Iyaaaahh…, memangnya kenapa? Nggak boleh?" ucap sambil mulai menjilati kecil lubang kencing Andre. Lidahnya mengais cairan pelumas alami penis yang berwarna bening itu.

"Kenapa mama mau punya anak dari Andre?".

"Yaaaa….. untuk gantiin kamu yang tidak berguna" jawab mama.

"Hah?!" diriku kaget mendengar pernyataan mama.

"Hihihi…..,bukannya berulang kali mama ucapin kalau kamu itu anak yang tidak berguna dan cuma bisa ngecewain mama, sering kan Hen!?" tanyanya menekan.

Aku mengganggu, ia memang berulang kali berucap seperti itu. Tapi tak pernah tak kubayangkan kalau dia benar-benar ingin di hamili oleh Andre. Diriku mengira ucapannya cuma bercanda belaka untuk memanasi diriku.

"Nah makanya mama mau punya anak dari Andre, capek punya anak kayak kamu".

Aku sedih mendengar ucapannya, apakah benar-benar aku sudah tidak dianggap anak lagi olehnya? Oleh ibu kandungku sendiri yang melahirkan aku ke dunia ini, padahal aku tidak pernah memintanya.

"Iya sobbbb…, gw buatin adik buat lu hahaha…" tawa Andre yang membuat telingaku semakin panas.

"Semoga nanti anaknya kayak kamu ya Dre. Kalau anaknya cowok nanti ganteng, pintar, baik, kuat, perkasa seperti kamu juga. Kelak wanita yang ditidurinya tidak pernah kecewa, bahkan ketagihan hihihi…" ucapnya dengan harapan yang terdengar kacau dan konyol.

"Nahhh… kalau cewek semoga nanti cantik dan seksi kayak tante hehehe" ucap Andre sambil mengelus kepala mama yang masih sesekali menjilati kontolnya layaknya sebuah es krim.

"Ihhh….Andreeee….pasti kamu mau ngentot sama anak kita nanti kan?" tuduh mama kepada Andre.

"Hehehe… iya dong tan".

"Hmmmm…..berartiii…kalau begituuuu….." gumam mama sambil memikirkan sesuatu.

"Berarti….. kalau anaknya cowok, pas sudah gede boleh ngentotin tante dong, mamanya sendiri" ucap mama.

"Boleh dong tan, pasti nanti kontolnya kayak punyaku juga, besar, panjang, kuat dan perkasa".

"Hihihi…. sudah pasti, kan kamu bapaknya".

"Tapi kalau anaknya cewek, juga nggak apa-apa sih nanti tante ajarin dia mainin memek mamanya sendiri hihihihi" lanjut mama.

"Jadi mau cowok atau cewek nggak masalah ya tan?".

"He-eh nggak masalah kok, yang penting anaknya kamu Dre, dan bisa muasin Tante nanti. Auhhh….jadi pengen cepet-cepet hamil anak kamu Dre" ujar mama dengan semangat.

Aku yang mendengar percakapan mereka hanya bisa bilang dalam hati kalau mereka……..

Gila! Gila mereka! Sangat gila! bisa-bisa mereka membicarakan hal gila seperti itu. Tapi dalam lubuk hatiku, kalau itu benar-benar terjadi, membuat aku terangsang juga. Kelak anak mama dengan Andre yang notabene adalah adikku, di ajak bersenggama sama mama. Sedangkan aku yang merupakan anak sah dari perkawinan mama dan mendiang papa, cuma bisa meratapi nasib.

Rasa birahi dan rasa merana ini bercampur menjadi satu, membuat diriku perlahan menjadi semakin gila.

"Jadi Hennn….., kamu bakal punya adik hihihi. Nah, sekarang kamu lihat proses pembuatan adikmu ya".

Meskipun aku terangsang, aku tetap protes perihal dia ingin punya anak dari Andre, "Ma, mama beneran mau hamil anaknya Andre?".

"Iya Henry…..Putusan mama sudah bulat, tidak bisa diganggu gugat lagi. Sudah, kamu duduk manis aja. Kamu kalau mau sambil coli nggak apa-apa kok, mama nggak ngelarang. Lagipula sudah mama bilang tadi kamu harus nikmati kala mama di nikmati Andre" jelas mama panjang lebar. Aku sudah tidak bisa apa-apa lagi.

"Henry ingat….enjoy the show ya….” ucap mama dengan seduktif.

Mama langsung melahap kepala kontol Andre. Hanya setengah saja yang bisa masuk ke dalam mulutnya. Namun itu tidak menyurutkan keinginannya untuk menikmati batang daging yang besar dan keras itu. *Slurp…Slurp…Slurp…. Dengan lembutnya mama menghisap kontol Andre, layaknya ia ingin menunjukan aku betapa nikmat dan enaknya benda besar itu.

Pemandangan dimana mulut mama penuh dengan kontol sangatlah memabukkan birahi. Tak ada lagi kata-kata seorang ibu yang keluar dari mulut itu, hanya ada ucapan vulgar yang keluar dan kontol besar yang masuk ke dalam memenuhi mulut mama.

Sebelumnya hanya sebatas melalui rekaman video, kini aku bisa melihat bibir mama yang menjepit ketat benda keras milik Andre dari jarak sedekat ini. Benar-bener seperti tidak rela melepaskan benda keras itu keluar dari mulutnya. Bibirnya terlihat basah, memberikan kesan seksi. Shitttt!.

Telapak tangan mama dengan lembut mengusap bagian yang tidak masuk ke dalam mulutnya. Dengan telaten ia urut batang kontol Andre. Tak lupa biji peler Andre yang besar tidak wajar itu juga di manja oleh mama. Ia benar sudah seperti pelacur profesional yang sedang melayani seorang klien.

Penisku bereaksi mengeras melihat adegan di depan mataku, tanpa di sentuh saja precum mengalir kencang keluar dari lubang kencingku.

Di sela memblowjob Andre, Mama melirik ke arahku. Lalu ia keluarkan kemaluan Andre ketika tersadar dengan betapa tegangnya kemaluanku "Hihihihihi….. itu titit kamu sudah ngences aja sih, sange kan lihat mama nyepongin kontol gede".

"Kamu suka nggak, lihat mama ngisepin kontolnya Andre kan?" tanyanya. Aku mengganguk pelan, lalu ia balas dengan senyuman.

Mama kembali memasukan kontol Andre ke dalam mulutnya, kali ini ia menghisap dengan buas. Bunyi hisapan yang basah sangat seksi di telingaku. Selagi menyelomoti kepala kontol Andre, sesekali mama melirik ke arahku. Ia memberikan senyuman dengan mulut masih penuh.

"Ohhhh…broooo….ohhhh….lidahhh…. nyokap…elu ohhhhh…mainin…lubang gw! shittt! enak bangetttt!" ucap Andre menjabarkan keadaan kontolnya yang berada di dalam mulut mama. Aku merinding mendengar, membayangkan aku yang digitukan oleh mama.

"Puahhh….. enak Dre?" tanya mama sambil mengocok kontolnya dengan kedua tangannya.

"Banget sayang, tante makin jago nyepong lhooo, enak banget mulut tante" jawab Andre sembari mengusap kepala mama. Mama tampak senang menerima usapan di kepalanya.

"Makasih sayang, kontol kamu enak sih hihihi…" balas mama mesra, ia tatap balik dengan matanya yang indah. Ia gesekan batang kontol Andre di pipinya, bagai menyayangi suatu benda yang sangat spesial bagi dirinya.

"Ayo dong Hen, kamu coli dong, mama pengen lihat kamu mainin titit kamu sendiri" dorongnya. Kemudian ia kembali masukan penis Andre ke dalam mulutnya.

Mendengar dorongan mama, membuat diriku tak tahan lagi untuk tidak masturbasi, tanpa malu lagi, aku layani diriku sendiri sambil menonton mama. Aku genggam kemaluanku sendiri, teresa menyedihkan, tapi apalah daya ketika nafsu sudah di ubun-ubun, mengalahkan logika yang ada.

Ku mulai masturbasi, sambil melihat mama melayani Andre dengan mulutnya. Aku bisa melihat kontol Andre yang keluar masuk menjejali mulut mama. *Cleck Cleck Cleck Sluprh Sluprh Sluprh

"Puahhhh…..Nahhhh… gitu dong, kamu coli, Andre mama sepong hihihi…" ucapnya saat melihat aku sedang coli sambil menonton dirinya.

"Enak colinya Hen?" tanyanya. Aku pun mengangguk, sambil terus mengurut penisku dengan hebat. Masturbasi di depan mama ternyata sangat nikmat, membuatku buta akan nafsu.

"Hihihihi… Happ…" * Slurpp…Slurpp…Slurpp….Mama kembali mengocok kontol Andre dengan mulutnya.

Mamaku, Santy memanjakan kontol Andre dengan mulutnya, dan saat bersamaan aku, anaknya, mengurut-urut kemaluan sendiri.

*Slurpp….slurpppp…."Puahhh….kontol kamu enak banget sayang…Happ…."* Slurpp… Slurpp… Puji mama tengah-tengah melayani benda keras yang sudah basah itu.

"Ohhhh….mammmm….." erangku enak saat mengocok diri sendiri. *Clek…Cleck…Clek… bunyi kerjaan tanganku bersandingan dengan bunyi hisapan mama.

"Hmmmm…." gumam mama senang melihat aku, mengerang keenakan. Lalu ia kembali fokus dengan kontol Andre.

Cukup lama memanjakan penis Andre dengan mulutnya, sampai-sampai sekitar mulutnya belepotan. Kemejanya pun juga ikutan sedikit basah.

"Mau mama bantuin nggak?" tawarnya tiba-tiba.

Mendengarnya aku sumringah seketika, lantas aku pun mengangguk dengan hebat. Tak mau melewatkan kesempatan berharga ini. Dari kemarin aku selalu berharap mendapatkan sesuatu dari mama.

Tanpa melepaskan pegangannya di kontol keras Andre, mama dekatkan mulutnya ke penisku yang sudah ngaceng dengan sempurna. Aku bisa merasakan nafasnya panas terhembus menyelimuti batangku. Geli dan enak rasanya, aku pun mengerang "Mahhhhh……".

Ia senang melihatku reaksiku. Lalu ia simpulkan bibirnya, hendak mencium kemaluanku. Akankah ia benar-benar mencium kontol anaknya sendiri? Dari penderitaan yang ia berikan, akan kah mama melakukannya.

Detik demi detik berlalu, namun bibir mama tak pernah menempel di penisku. Hanya hembusan nafas mama yang kurasakan. Membuat gusar tak sabar, menanti kecupannya di kejantananku. Tak tahan lagi, aku meminta kepadanya "Mamm…cium plisss….".

"Enak aja cium-cium, siapa juga yang mau cium titit kamu, ge-er banget sih kamu, yang ada mama jijik tau" ejeknya sambil memeletkan lidahnya.

"Ka-katanya mama bantuin Henry" tanyaku melas, masih berharap dengan tawarannya.

"Nihh…Cuhh…Cuhh…Cuhh….". Ternyata mama malah meludahi kemaluanku. Sebanyak tiga kali mama meludah ke diriku.

"Agrhhh…." geramku saat batang kontolku di ludahi. Bisa kurasakan ketika ludah mama menampar kulit penisku.

"Tuh Hen sudah mama bantuin, biar kamu gampang ngocok titit kamu sendiri, biar gak keset hihihi….." ucapnya.

Aku menatap lekat-lekat ludah mama yang mengalir turun perlahan ke bawah hingga membasahi rambut kemaluanku. Nafasku semakin memburu melihatnya. Ku urut kontolku dengan pelan, meratakan ludah mama. Hal ini terlalu gila bagiku, birahiku sudah terbakar hebat. Akibatnya precum semakin luber, bercampur dengan ludah mama.

"Ohhhh….mamaaa….." erangku parau, lalu mengocok kemaluanku yang sudah di ludahi mama. Aku coli dengan brutal.

"Ayo Hennnn….. Mama mau lihat munctratin sperma encer mu".

"Ayo, Muncrat untuk mamaaaaa, ayoooo….." ujar mama menyemangati.

"Semangat Bro! Mainkan titit menyedihkan lu broooo…." ucap Andre memanasi. Aku tak peduli lagi dengan ejekan makhluk sial itu. Karena nafsu diriku sudah gelap mata.

"Kamu suka di hukum sama mama? tanya mama.

"Iyaaa… mahhh….ohhhh…" jawabku sebisanya.
"Iya apa Hen?".

"A-aku suka di hukum sama mamahhhh….ohhhh…". Aku semakin cepat mengocok kontolku sendiri. Mama dan Andre hanya memperhatikan aku yang sedang memuaskan diriku.

"Hihihi…..kamu keenakan sama hukuman mama. Mau mama hukum terus?" tanyanya lagi.

"Mauuuu….mahhhh…Nghhhh…ohhhh…." jawabku sambil mengerang-erang.

"Kalau begitu……"

"Kamu bakal mama hukum terus….." ucapnya, kemudian tersenyum lebar. Aku sudah tidak bisa lagi fokus, terlalu enak akibat mengurut kemaluan ku sendiri yang sudah ludahi mama.

Aku merasakan spermaku sudah diujung tanduk. Aku lihat mama yang tersenyum kepadaku, lalu aku teriak "Mamaaaaa……oghhhh…..".

*Crot Crot Crot Crot Crot

Berkali kontolku menyemburkan isi pelerku, membasahi tanganku sendiri yang masih menggenggamnya. Mama dan Andre seraya tertawa heboh, selagi aku memuntahkan cairan kentalku.

"Hosh….Hosh….Hoshhh…" nafasku berat. Suara Nafas yang tersengal-sengal, dan tawa mereka berdua memenuhi kamarku.

"Duhhh….anak mama ngecrot pake panggil-panggil 'mama' ihhhh…..hihihi…" tawanya.

"Hahaha…, ngocok titit payah aja heboh banget Bro" celoteh Andre.

"Ehhhhh….. beneran dong Dre, itu peju nya Henry encer amat" ucap mama.

"Ya elah Hen, titit elu culun banget sih, tadi gw liat crotnya juga lemah banget hahahaha…." tambah Andre.

“Punya anak kok, menyedihkan gini sih. Kayaknya kamu nggak pantes lagi mama panggil anak” ujar mama dengan sadisnya. Sedangkan aku hanya terpejam kelelahan.

“Hen, buka mata kamu, lihat mama sini” pinta mama.

Dengan masih sedikit ada rasa lelah, kubuka kedua mataku. Mama berdiri di depanku yang masih lemas duduk habis ejakulasi untuk kedua kalinya. Mama berikan lirikan yang menggoda kepadaku. Ia meremas kedua buah dadanya yang masih berada di balik kemeja yang ia pakai. Aku penasaran dengan apa yang mau mama perlihatkan.

"Dre, kamu minggir dulu ya. Tante mau kasih lihat sesuatu ke Henry" pinta Mama. Ia kedipkan mata ke Andre.

"Ohhhh…Ok deh tanteku sayang". Andre mengerti maksud dari kedipan tersebut, lantas ia menuruti mama, ia duduk di kasurku, dengan kontolnya yang masih mengacung keras bagai tugu. Dan benda itu juga mengkilap basah karena ulah mama tadi. Sedangkan milikku sudah tumbang, loyo menyedihkan.

Kembali ke mama, ia sambil menggigit bibir bawahnya, perlahan melepaskan kancing kemeja. Satu persatu kancing dilepas, lambat laun memamerkan benda keramat di balik kemeja. BH warna hitam yang menutupi kedua payudaranya terpampang di mukaku. Di saat semua kancing terlepas, terlihat perutnya yang mulus, walaupun tidak langsing bak seorang model, tapi berbentuk dan seksi.

"Mau lihat ini mama?" tawarnya sambil meremas buah dadanya yang masih berada di balik BH.

Tanpa ditanya lagi, aku jawab dengan semangat "Mau mah, aku mau liat!". Melihat mama berperilaku menggoda begini senjataku kembali berkedut-kedut kecil. Nampaknya aku akan kembali ngaceng lagi.

"Hihihi….." tawanya.

"Kamu dulu nyusu di sini kan" ujar mama sambil terus meremasi bongkahan kenyalnya yang masih berada di balik penyangga warna hitam itu.

Kemudian mama mengeluarkan payudara sebelah kirinya dari cup BH-nya. Kini aku bisa melihat benda kenyal nan indah itu, namun…..

Hah?!!!

"Mahhhh….kok…i-itu….". Aku tertegun ketika mama memperlihatkan payudara kirinya, layaknya tante Hani dan Ara, putingnya juga di tindik! Gilaaaaa! puting susu mama di tindik. Mama cekikian melihat aku yang kaget, tidak percaya.

Payudara mama yang kiri bergelantung indah, dengan putingnya sudah di tindik dengan besi kecil. Aku bisa melihat putingnya yang sudah tegak mancung itu dilalui dengan besi kecil.

"Bagus nggak tindikan di puting mama?" tanyanya sambil jarinya memutari areolanya, juga memainkan putingnya yang bertindik, menggoda hasratku kembali. Penisku perlahan mengeras lagi.

"Iya Mam, bagus banget mam, mama jadi tambah seksi" jawabku jujur memujinya.

"Wahhh….makasih ya Henryyy…" jawabnya senang karena dipuji oleh ku. Ia terus memainkan puting kirinya, ditarik-tarik, dicubit-cubit, dan diusap-usap. Sudah pasti dia mendesah-desah akibat perbuatannya sendiri.

"Ahhh…Ahhh…Ehhhhh…hihihi…., kamu suka sama tetek mama ya… sampe titit kecil kamu berdiri lagi tuh" ucapnya ketika ngeh dengan keadaan penisku yang mulai siaga lagi. Meski sudah keluar dua kali, penis ku kembali bangun hampir sempurna. Semuanya karena mama, aku terbakar birahi terus menerus.

"Nih mama kasih lihat yang tetek yang kanan juga" ucap mama, lalu ia menarik keluar bongkahan payudaranya yang satu lagi.

"Ouuuhhh….mammmaaaaa….gila!" jeritku ketika melihat puting kanannya ternyata juga sudah di tindik. Kini aku memandangi dengan jelas kedua buah dada mama dengan masing-masing puting sudah tertindik dengan sempurna. Aku semakin terangsang melihatnya, bergantian kupandangi bongkahan kenyal itu. Sumber makanan untukku ketika bayi, sudah di tindik.

Kemudian mama menggoyangkan tubuhnya, sehingga buah dada mama bergetar hebat. Mataku tak lepas, mengikuti kemana arah dada mama terlontar dengan indahnya. Mama tertawa melihat kelakuanku. Andre pun juga cengengesan ke arahku, seraya terus mengasah kemaluannya agar tetap tegang.

Andre beranjak dari kasur, ia memeluk mama dari belakang. Ia menangkup kedua buah dada mama dengan tangan besarnya, lalu meremasnya kuat.

"Andree……ahhh!" erang mama saat Andre mempermainkan kedua payudara mama. Benda kenyal yang sejatinya milik mendiang papa seorang, malah di permainkan oleh temanku sendiri. Dan parahnya aku sedang menyaksikannya. Maafkan aku pah, aku tak bisa menjaga mama dari terkaman birahi temanku sendiri.

"Cuma pria jantan yang berhak atas toket mama…ohhhh…kayakkk….Andreeee-ku..….ahhhhh….yang kencenggg…. remesnyaaa….ohhhh….." ucap mama, seraya mendesah-desah karena putingnya terus di jahili oleh Andre.

"Hehehe, ini punya gw Hen! Elu nggak boleh!" timpal Andre sambil terus menarik puting-puting mama di hadapanku. Ia menyeringai penuh kemenangan. Kesal rasanya.

Melihat perubahan raut wajah mama, menimbulkan pertanyaan di benak ku, lantas dengan pelan ku bertanya "Memangnya ditusuk 'itu-nya' nggak sakit mah?".

"Aaahhhh….a-awalnya doang…sakit, lama-lama jadi biasa kok, malah tambah enak buat mamaaaa…. tarik lebih kencengggg…..Dreeee….aihhhh…ahhh!" erang mama karena ulah Andre.

Andre menarik-narik kedua puting mama yang ditindik. Akibatnya mama mengerang keras, awalnya mama mengernyit kesakitan namun lambat laun mimik wajah berubah, memperlihatkan kalau ia justru menikmatinya.

"Sippp…., enak yah Andre mainin pentil tante kayak gini?" tanya Andre sambil menarik-narik puting mama.

"Enakkk….Dree…Enakkk…terusss…..pentil susu tante enak banget kamu mainin kayak ginihhhh….".

"Toket nyokap elu enak banget lohhhh…lembut bangettt, empuk lageee… hehehehe…." ucap Andre, sengaja membuat ku iri hati melihatnya.

"Mau?" tanyanya.

Aku pun mengangguk, menjawab tawaran Andre. Mama menyeringai di tengah remasan-remasan Andre.

*Ctek. Mama membuka kaitan BH-nya, lalu melemparkannya ke diriku. Kutangkap Bh hitam mama. Ku pandangi benda keramat mama ini, benda yang baru saja menampung bongkahan empuk mama.

"Kamu itu saja Hen, kan kamu pecundang, jadi nggak boleh megang-megang mama" ucap mama.

Tanpa banyak protes, langsung kuhirup dalam-dalam benda yang berfungsi sebagai penyangga payudara mama. "Okhh….." erangku ketika menciumi baunya. Bau keringat mama menusuk tajam indera penciuman ku. Aku langsung kembali mengurut pelan kemaluanku yang sudah tegang lagi.

Mereka tertawa. Mama dan Andre terus tertawa melihat tingkahku yang sudah mengikuti permainan mereka. Pasrah, aku hanya pasrah menikmati nasibku.

Andre pindah posisinya, dari di belakang mama kini ia berdiri di samping kirinya. Ia tundukan kepala hingga sejajar dengan dada mama.

"Lihat nih bro". Ia julurkan lidahnya, menyentil-nyentil puting mama.

"Ouhhh…iseng ah kamu Dre…ishh…." seru mama ketika puting keras bertindiknya di sentil-sentil oleh lidah Andre. Aku bisa melihat lidah Andre yang besar bermain di dada mama, terutama di puting yang di tindik itu Lidahnya mengusap seluruh areola mama.

"Dreeee…isep plis iseppppinn…." pinta mama dengan paksa, tak tahan.

Andre pun menyedot puting mama kuat-kuat. Sampai-sampai mulut monyong.

“Ahhh….yahh… gituhhh…. Iseppp… terusss….Ahhh!” desah mama akibat hisapan Andre di puting nya.

"Happ…." Andre masukan seluruh bagian depan payudara kiri mama, sehingga puting dan Areola masuk ke dalam mulut mama. Aku yakin lidah Andre memanjakan puting mama.

Mama memeluk kepala Andre, mengelus lembut. Kurasa saking rasa enaknya permainan lidah Andre di putingnya, ia sesekali menengadah ke atas lalu menatap mesra Andre yang sedang menyusu pada dirinya.

"Hmmmm…slurppp…" gumam Andre saat mengulum susu mama.

"Ohhh…sayangggg…yang kanan Dre, yang kanan juga plissss…mainin jugaaahhh" teriak mama tak sabar. Andre lepas hisapannya di payudara kiri mama, dan pindah ke yang kanan.

"Hennn…. toked nyokap lu enak banget lho….. lihat nih gw sedot-sedot" ucap Andre, lalu menyedot kuat luting mama.

"Hennryyyy….puting mama di sedottttt…..enakkkkk…ohhhh…" erang mama ikut memanasi. Diriku ku terpaku memandangi si brengsek mengulum sumber susu itu. 'Seandainya gw juga boleh nyusu di dada mama, padahal gw lebih berhak ketimbang si brengsek' harapku dalam benakku.

"Aku gak sabar tante hamil anaknya Andre, pengen susu keluar dari sini, biar Andre bisa minum juga hehehe".

"Makanya kamu rajin-rajin nyemburin rahim tante pake peju kental kamu sayangggg... " balas mama sambil mengelus kepala Andre.

"Ya kan Hen?" tanya mama.

"I-i-iya apanya mah?" tanyaku tidak mengerti, karena aku terlalu fokus melihat Andre yang sedang menyedot puting mama, jadi tidak begitu memperhatikan obrolan mereka.

"Astagaaa….. kamu bloon banget sih, jadi si Andre tuh kalau mau minum susu dari mama, harus sering-sering numpahin peju ke tempat kamu dulu, biar mama hamil tauuu..ngerti kan?".

Aku mengganguk mengerti.

"Tolol banget sih lu Hen, gitu aja gak ngerti" ikut Andre menghardik.

Kini sambil terus bergerilya, satu tangan Andre mengusap-usap selangkangan mama dengan lembut. Mama mengerang keenakan, terkadang ia mendongak akibat nikmat yang diberikan Andre. Titik sensitifnya di serang oleh Andre.

"Nakal kamu Dreee…" ucap mama. Saat selangkanganya di usap-usap oleh Andre.

Andre menjauhkan mulutnya dari pucuk payudara mama, ia membisikan sesuatu kepada mama. Mama pun menangganguk.

"Hihihihi…, ok deh. Mama mau ngasih lihat kamu sesuatu Hen….".

Andre menjauh dari mama, kembali duduk di kasurku.

Mama membelakangiku, punggung putihnya kulihat indah dan sangat mulus. Sedikit basah berkeringat, menambah kesan yang begitu sensual. Mama menoleh kebelakang sambil menampilkan wajahnya yang seduktif menggoda. Dengan suara yang dibuat seduktif mungkin ia memanggilku "Hen….". Mendengarnya pun membuat merinding seluruh tubuhku.

*Plak. Mama menampar pantatnya sendiri.

"Ouhhhh…." reaksi spontan yang keluar dari mulutku. Suara tamparan di pantat itu bener-benar menggugah birahi. Dan aku bisa melihat getaran di balik celana mama. Penisku pun ikut berkedut

Mama tertawa dengan reaksiku. Kemudian ia meremas-remas gemas, memamerkan kekenyalan bokongnya.

"Bagus ya bokongnya mama" ujar mama, sama terus meraba bagian belakangnya sendiri. Aku setuju dengan mama. Selama ini aku tidak pernah melihat secara seksual kepada mama, namun sejak ia sering pakai jersey sepeda ketat, semuanya berubah. Dan yang menjadi perhatianku adalah bokong indahnya.

“Kamu suka?” tanyanya sambil terus memainkan pantatnya.

“Suka mah”.

“Hihihi… nihhh… puas-puasin deh liatnya”.

Ia menungging, menyodorkan pantatnya tepat ke muka ku. Aku menelan ludah lagi. Lalu dengan sangat-sangat perlahan mama menurunkan celananya. Waktu terasa berjalan dengan lambat. Mili demi mili, kulit putih pipi kenyal mama terekspos. Nafasku semakin ngos-ngosan, seiring pantat indah nan mulus mama yang perlahan terlihat. Celana dalam hitamnya yang senada dengan bhnya tadi, juga ikut mama lepaskan sekalian dengan celana bahannya.

Ketika celananya turun melewati bokong indahnya, aku bisa melihat kedua pipi pantat mama yang menggemaskan, terlihat kenyal sekali. Tersadar akan sesuatu, aku seketika terpukau saat melihat apa yang terungkap di antara pipi pantat mama.

Sebuah buttplug dengan ujung berlian putih, menyumpal lubang anus mama dengan ketat sempurna. Ternyata mama masih menggunakan mainan seks yang memang khusus buat lubang anus itu.

"Kamu pernah lihat mama pakai buttplug kan?".

"Pernah mahhhh…, aku pernah lihat pas mama lagi nungging di depan kulkas".

"Hihihi…. mama sengaja lho liatin ke kamu, terus waktu itu kamu gimana reaksimu?".

"Jujur aku kaget mah, nggak nyangka mama pake gituan".

"Hihihi…, dan kamu tahu Hen?".

"Apa mah?".

"Lubang anal mama masih perawan lohhh…belum di kontolin Andre lhooo…".

Aku benggong mendengarnya.

"Jadi masihhh…. sempit bangetttt…..hihihihi" goda mama, sambil menyibak pantatnya lebar-lebar, kembali memamerkan lubang anusnya yang masih tersumpal buttplug. Mama ada benarnya, lingkaran anusnya menjepit ketat Buttplug itu. Sudah aku tonton semua video dari mama, dan aku ingat tidak ada sama sekali adegan mama di anal oleh Andre.

Mama memutar tubuhnya menghadapku, memperlihat tubuh bagian depannya. *Glek. Aku menelan ludah, tubuh bugil mama kutelusuri dari kepala, ke perut terbentuknya, hingga ke benda keramat milik mama, vagina miliknya yang belakangan ini menjadi pusat rasa penasaranku. Tempat aku keluar dulu terpampang di depanku. Selama ini aku hanya bisa melihat melalui video, vagina mama indah, menggiurkan dengan bulu kemaluan tipis yang dicukur rapi segaris.

"Badan mama jadi seksi dan baguskan Hen? gara-gara sering gowes bareng Andre nih, sama….."

“Sama apa hayoo….tau nggak?” tanyanya.

“Olahraga mah?” jawabku sekenanya.

"Wah pinter juga kamu, tapi olahraga enakkkkk…..".

"Olahraga ranjang sama Andre hihihi….." tawa mama karena ucapannya sendiri. Aku hanya bisa nyengir.

Mama mengusap-usap memeknya. Bulu-bulu jembutnya terusap seiring gerakan telapak tangannya. Ia sadar akan tatapanku yang melotot ke sana, lalu ia bertanya "Ini apa Hen?".

"Ehmmm…vagina kan mah" jawabku polos.

"Bukan Hen, ini memek Hen. Coba ulang, Hayoo… ini apa? tanyanya lagi. Ia bertanya seraya menepuk-nepuk memeknya *puk puk puk. Terdengar sudah basah di sana.

"Me-me-mek…. mah". Aku ucap layaknya seperti anak kecil yang di kasih kuis oleh gurunya.

"Nah gitu, jangan lagi malu sama mamah ah… Coba memek mama punya siapa Hen?".

"Enghhh…punyaa….punyaaa….". Tak kunjung mendapatkan jawab dariku, mama melirik ke Andre, memberi petunjuk atas jawaban pertanyaannya tadi. Aku dengan sendirinya akan menyatakan apa yang akan ku kutuk nantinya.

Kutarik nafas panjang, pasrah kujawab "Pu-punya Andre mah".

Andre cengengesan yang mengakibatkan bergoyangnya kontol yang besarnya itu.

"Nah bener, tapi apa cuma memek mama saja yang punya Andre?" tanyanya lagi.

Aku mengerti apa yang mama mau dengan bertanya seperti itu. Ia ingin mempertegas kepemilikan dirinya. Mengingat apa yang bakal terjadi, lantas aku ikuti apa yang mama mau. Aku benar-benar dipermainkan oleh mama sendiri. Lagipula, ini hukuman buatku kan? Walau aku tidak mengerti kesalahanku. Katanya aku selalu bikin kecewa, tapi apa? Itulah yang tidak kumengerti. Setidaknya aku menikmati permainan gila ini. Permainan yang gila atau hukuman yang gila? Entahlah yang penting aku bisa melihat bersetubuh nanti.

"Nggak mah, tubuh dan hati mama sekarang milik Andre kan". Mama tersenyum lebar mendengar jawaban yang keluar dari mulutku. Ia suka dengan ucapanku.

"Kamu mulai pinter deh kayaknya ihhh…. kirain bakal ****** terus hihihi…" hardiknya.

"Mama tanya lagi, kenapa mama bisa jadi milik Andre?" lagi mama bertanya.

"Karena mama kecewa sama aku kan?" jawabku.

"Dan……" ujar mama, merasa ada yang kurang dari jawabanku. Kemudian ia menunjuk ke arah kontol Andre yang besar itu. Aku mengerti apa yang ia mau.

"Karena kontol Andre" jawabku.

"Kenapa memang sama kontolnya Andre?". Astaga mama belum puas dengan jawabanku.

"Be-besar mah".

"Terussss apa lagi?".

"Keras".

“Apa lagi?”.

“Panjang”.

“Beda nggak sama punya kamu?”. Sial! mama malah mencoba untuk aku merendahkan diri sendiri.

“Ngghhh……” gumamku.

“Ayo jawab! Punya kamu itu kayak gimana!” tanya mama dengan nada tinggi.

Dengan berat hati, aku katakan apa yang mama mau dengar, “Ka…kalau punya aku ke-kecil”. Aku benar-benar kesal mengatakan nya.

“Ini titit atau kontol ?” tanyanya sambil menunjuk ke arah penisku yang tegang.

“Titit mah…” jawabku lesu.

"Hihihi…." tawanya puas menjawab semua pertanyaan yang ia berikan.

Mama kembali memunggungiku. Pantat sekal kembali terhidang bagai santapan untuk mataku. Ia memegang ujung buttplug yang berbentuk berlian itu "Nghhh…okhhhhh" geram mama saat berusaha mencabut mainan itu dari liang sempitnya. *Plop. Akhirnya benda itu tercabut, memberikan suara yang nyaring.

Kulihat lubang anus mama menganga sedikit. Aku bisa melihat lubang itu kembang kempis, layaknya sedang menggundang diriku untuk ke sana.

"Jadi tuhhh…. mama pake buttplug buat latihan kalau di anal sama Andre" jelas mama, sambil menunjukan buttplug yang baru saja singgah dari lubang belakangnya sendiri. Aku menerka barang itu lebih besar daripada yang kemarin.

“Memang gak sakit mah?” tanyaku.

"Mama suka kok pake buttplug, awalnya memang nggak nyaman sih, tapi lama-lama jadi biasa kok, malahan enak hihihi”. Mama benar-benar menjadi di buat maniak seks oleh Andre.

"Mau entot mama di sini?" ucap mama menawarkan lubang anus sempitnya yang belum tertembus kontol kepadaku. Mataku berbinar mendengarnya, ada sepenggal kenikmatan untukku dari hukuman ini. Lantas dengan semangat aku menjawab "Mau mah, aku mauuuu!".

"Hihihi… coba tanya Andre gih, boleh gak kamu masukin kontol ke sini, lubang anus mama?".

“Dre…” panggilku pelan.

“Hmm..?” balas Andre dengan gumaman.

"Dre, gw boleh masukin kontol ke lubang anus mama gw?" tanyaku penuh harapan ke Andre yang sedang mengurut pelan kemaluannya yang masih tegak perkasa.

Ia tidak langsung memberikan jawaban. Ia beranjak dari kasur, memeluk mama lagi dari belakang. Ia cium tengkuk mama, hingga mama melenguh “Ohhhh… Andre”. Mamapun meremas rambut Andre yang berada dibalik dirinya.

Kemudian Andre menatapku dengan perangai sombong, "Nggak Boleh lah Tot! Nyokap elu punya gw, dan hanya yang LAKI kayak gw yang boleh ngentotin Mama lu!" sergah Andre keras. Aku terdiam kecewa mendengar penuturan Andre.

"Tuh kamu dengar sendiri kan, sama orang yang berhak atas mama. Lagi pulaaa….. kalau boleh sama Andre pun mama nggak mau kok, mama jijik sama kamu". Kata-kata dari mulut mama sangat kejam.

Mama letakan satu kaki menginjak paha kiriku, sehingga kini vagina terpampang dengan jelas. Terlihat benda berwarna pink itu sudah merekah basah, karena mama sudah terangsang hebat. Dari situlah aku keluar ke dunia ini. Dan sekarang lubang itu sudah menjadi milik Andre. Padahal aku ingin kembali kesana. Kembali kesana dengan penisku, alias bersetubuh dengan mama. Tapi nasib sial menimpa diriku, yang ada aku akan melihat orang lain memasuki tubuh mama.

“Kamu keluar dari sini dulu, tapi Andre sudah sering masukin kontolnya ke sini, hihihihi….”” ucap mama sambil menyibak bibir vagina. Klitorisnya sudah membesar kaku. Ia mainkan sendiri benda mungil itu, ia belai-belai dan terkadang mencubitnya. Sepengetahuanku biji kecil itu adalah titik saraf nikmat para wanita, dan sekarang mama sedang memainkan sendiri di hadapanku. Makanya mama mendesah-desah merdu di depan ku.

“Kamu suka kan kalau memek mama di kontolin sama Andre?” tanyanya.

“Suka mah” singkatku.

“Suka apa? Kamu kalau jawab yang lengkap dong” sergah mama.

“Aku suka lihat mama di kontolin Andre”.

“Nanti adik kamu keluar dari sini. Kamu mau khan punya adik dari Andre?” tanyanya. Ia terus bicara tanpa menghentikan gerakan telapak tangannya di memeknya.

Dengan berat hati kujawab “Mau mah, aku mau punya adik dari Andre”. Ucapan barusan membuat pikiranku muter-muter tidak karuan. Apa kata orang nanti, mama yang janda hamil. Khan tidak mungkin dibilang hamil sama anak tetangga, yang juga teman anaknya sendiri.

“Tuh sayang, si pencundang minta dibikinin adik ” ucap mama ke Andre.

“Siap Bro!, gw kasih adek buat elu, hahaha”. Termenung adalah yang bisa kulakukan sekarang. Membayangkan di rumah ini ada anak kecil lagi. Anak hasil persetubuhan mama dan Andre. Kuatkah diriku menghadapi itu semua.

“Memek mama sudah basah banget Hen, pengen di masukin kontol gede Andre” ucap Mama sambil terus membelai kemaluannya yang sudah basah itu

“Sama tan, aku pengen ngentotin memek tante sekarang”.

“Iya sayang, aku juga pengen di entot sama kamu”.

Andre memeluk mama dari belakang, lalu menarik kepala mama ke arahnya, tak ayal mereka saling mencumbu. Tangan kanan Andre meremas selangkangan mama, mengelus bibir memek mama. Sedangkan tangan satunya meremas susu kenyal mama. Terlihat mereka berdua begitu sensual dan intim.

Selagi itu pandangan mataku tak pernah lari dari memek mama yang sedang di sayang-sayang oleh Andre. Betapa irinya dan kesalnya hatiku.

BERSAMBUNG ...


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com