Mama... aku minta Maaf Part 16 (TAMAT)

 


Besoknya

PoV Henry

Aku terbangun dari tidurku. Badanku terasa pegal-pegal, karena tidur di lantai kamar yang begitu dingin. Ternyata hari sudah berganti. Kasurku yang menjadi arena persenggaman, acak-acakan serta basah dengan peluh, cairan kewanitaan mama, dan juga sperma Andre.

Aku duduk di kasur, merenungi nasibku. Masih kuatkah diriku? Apakah rasa enak yang kudapatkan sebanding dengan perbuatan mama yang diberikan kepadaku? Ibu kandungku sendiri telah menghinaku, meludahi ke diriku, memuncratkan cairan orgasmenya ke diriku, memintaku aku untuk menjilati spermaku sendiri. Dada terasa sesak dan sakit mengingat kejadian yang telah menimpa diriku.

Lama aku merenung, kuputuskan aku tidak peduli lagi dengan mereka berdua. Aku harus bisa melawan nafsu. Dari luar kamarku sudah terdengar desah-desahan mama. Aku menggeleng kepalaku, heran dengan tingkah mereka. Pagi-pagi sudah nge-seks saja. Aku keluar kamar, langsung disuguhkan pertempuran birahi.

“Ohhh…si pencundang sudah bangun, Ahhh! Ahhh! Ahhh!” sapa mama sekaligus mengejek. Ia sedang naik turunkan tubuhnya di pangkuan Andre. Ia membelakangi Andre. Kedua puting bertindiknya di mainkan oleh Andre. Keringat sudah membanjiri tubuh mereka. Rasanya mereka sudah dari tadi bersetubuh.

“Ahhh! Ahhh! Ahhh!” desah mama.

Aku sempat terdiam menonton mereka, dan ada reaksi di balik celanaku. Mengingat keputusanku tadi, lantas kulangkahkan kaki ke dapur mencari makan untuk mengisi perutku di pagi hari ini. Erangan mama memenuhi seluruh isi penjuru rumah. Sial! Padahal baru saja kuputuskan untuk tidak peduli dengan mereka lagi, tapi suara desahan mama yang seksi mengusik nafsuku lagi. Aku yang sedang merebus mie menjadi tidak tenang. Bangsat! Tekadku mulai goyah.

Jadilah mie rebus yang akan menjadi santapanku. Ketika aku keluar dari dapur, ternyata mereka sudah pindah dari sofa ke ruang makan. Mama sedang berada di atas meja makan, dengan kepala Andre berada di antara kakinya. Ku coba untuk tidak memperhatikan mereka lebih jauh.

Di saat aku sedang berjalan ke kamar seraya membawa sarapan, mama memanggil diriku “Sini, makan disini kamu! Ingat kamu masih mama hukum!” perintah mama kepadaku.

Tak mau berantem, pasrah aku turuti permintaannya. Langkah gontai mengiringi perjalanan ku ke meja makan. Aku menyantap mie rebus, sedangkan Andre menyantap memek mama yang sudah sangat basah. Aku menyeruput mie beserta kuahnya yang panas, Andre menyeruput cairan kewanitaan mama dengan rakus. Perbedaan yang begitu jauh bukan? Hah…. kapan dewi fortuna akan memihakku.



Puas menjilati lembah cinta milik mama, Andre meminta mama untuk di entot dengan posisi anjing kawin. Mama pun menuruti permintaan Andre. Mama merangkak di atas meja dengan kepalanya menghadapku. Dengan begini aku dan mama saling tatapan.

“Enak makannya sambil liat mama ngentot?” tanyanya. Aku mengangguk, lalu melanjutkan mengunyah.

“Mama juga lagi enak nih, enak dientot kontol gede hihihi…Nghhh,...Ohhhh!” tawanya terputus dengan erangan. Sepertinya Andre sudah menghunuskan senjatanya ke tubuh mama. Sekarang pemandangan di depanku adalah wajah keenakan mama. Sesekali mama melemparkan senyuman kepadaku. Di bawah meja, kemaluanku sudah mengeras maksimal.

Berbagai posisi seks mereka praktekan di atas meja. Setelah mie rebus ku habis, dengan sukarela aku mengurut kemaluanku dari luar celana. Huh?! Aku memang manusia labil, tadi saja bertekad untuk tidak lagi menikmati, eh sekarang malah mainin titit lagi, eh penis, eh kontol. Entahlah.

Dengan begitu panas dan seksinya, mama di atas meja. “Ahhh…Ahhh…kamu selalu bikin tante puas sayang! Ahhh…Ahhh….” ucap mama sambil mengendarai Andre yang berada di bawahnya. Meski aku masih marah kepada mama, tapi kemaluan ku sudah menghirup udara bebas lagi. Aku benar-benar menyedihkan.

“Aghhh….Aku mau keluar tan!” seru Andre.

“Keluarin di muka tante aja sayang” pinta mama.

Mama turun dari meja, disusul oleh Andre. Mama berlutut di depan Andre. Tanpa banyak bicara mama langsung menghisap kontol besar Andre. Andre berdecak pinggang sambil mengerang-ngerang nikmat karena kuluman mama. Mulut mama sampai mengempot kala menyedoti Andre. Selain mengocok batangnya, tangan mama yang lain memainkan zakar Andre yang besar itu.

*Slurp….Slurp….Slurp….

“Oghhhh….tante mulutnya enak bangetttt!” erang Andre.

“Kamu mau lihat muka mama di pejuin Andre kan?” tanyanya padaku di tengah blowjobnya.

“Mau mah, aku mau lihat Andre pejuin muka mama” jawabku.

“Nah gitu dong, kamu sudah tahu harus jawab apa kalau ditanya”. Kembali ia menyepong Andre.
Kemudian berselang waktu, Andre menarik kontolnya dari mulut mama. Lalu ia mengocoknya dengan cepat. Andre Arahkan moncongnya ke muka mama. Mama dengan senang hati menengadahkan kepalanya, bersiap menerima cairan kental panas di mukanya.

“Hennn…muka mama mau di pejuin” ujar mama.

“Oghhh…tanteeee, terima pejukuuuu….ohhhh!” erang Andre memuntahkan pejunya keluar dari lubang kencing.

*Crot Crot Crot Crot. Berturut-turut peju Andre mendarat di permukaan wajah mama. Seketika muka mama jadi berantakan dengan cairan putih pekat yang begitu kental. Hebat juga si Andre, padahal dia kemarin sudah muncrat di memek dengan jumlah yang sangat banyak, tapi pagi ini pejunya tetap banyak melimpah yang keluar di muka mama.

Andre terus mengocok kontolnya, mendorong keluar seluruh isi zakar agar muntah ke wajah mama. Cukup lama Andre mengeluarkan spermanya. Setelah tak ada lagi yang keluar, mama memasukan kontol ke dalam mulutnya lagi.

“Tanteeee….Ohhh!” erang Andre kala mama membersihkan kemaluannya. Sekiranya bersih, mama lepaskan kulumannya. Lalu menoleh kepadaku, ia tersenyum lebar kepadaku. Wajah keibuan dari mama tidak terlihat lagi, tapi yang ada wajah seorang wanita binal penuh dengan cairan putih kental.

“Gimana sayang, mama cantik nggak kalau gini?” tanyanya dengan wajah penuh pejuh. ‘Ughhh…gila!’ teriak batinku melihat mama yang belepotan. Peju Andre juga menetes jatuh ke payudaranya.

“Oughhh… seksi mah” jawabku jujur. Mama memang terlihat sangat seksi di saat wajahnya penuh pejuh. Siapapun juga pasti akan setuju denganku.

“Hihihi…Makasih ya Andre, pagi-pagi sudah ngasih tante facial ajah” ucap mama sambil meratakan seluruh sperma Andre ke seluruh wajahnya.

“Sama-sama tante, biar makin cantik!” balas Andre. Kemudian ia mengecup singkat bibir mama, yang ada pejunya sendiri. Dia tidak jijik.

Tak hanya muka mama yang belepotan cairan kental putih, tanganku juga sudah belepotan dengan pejuh. Aku benar-benar menyedihkan.

Beberapa hari kemudian.

Beberapa hari telah berlalu, mereka terus bersetubuh di depanku tanpa henti. Aku sudah menyaksikan mereka mereguk nikmat di segala penjuru rumah. Tidak ada tempat yang terlewatkan. Bahkan mereka sempat bersetubuh di depan rumah yang notabene tidak ada pagar yang menutupi. Walaupun di tengah malam hari, tapi tetap saja ada resiko orang melihat perbuatan mereka. Sempat ada rasa khawatir, namun ku buang perasaan itu. Karena melihat persetubuhan di tempat umum gini ternyata membawa sensasi yang lebih memabukan birahi.

Berkali-kali melihat memek di sembur peju kental Andre. Mama selalu memamerkan hasil jerih payah Andre kepadaku. Selama ini juga aku di jadikan babu oleh mereka berdua. Terutama mama yang sering memberikan perintah. Tapi aku tidak melawan, karena sebagai imbalannya aku boleh menjilati jari-jari mama.

Seberapa kuatnya aku mencoba melawan, aku tetap jatuh ke lembah birahi. Keputusan belaka yang kubuat kemarin telah pupus.
Beberapa hari kemudian lagi.

“Ahhh! Ahhh! Ahhh!” desah mama saat sedang di sodomi di sofa ruang tamu. Ia di genjot dari bawah, alias sedang posisi woman on top. Ia tampak begitu menikmati anus di rojoki oleh Andre. Tak ada lagi kata sakit darinya, hanya ada erangan nikmat tiap kali anusnya diisi oleh benda besar milik Andre. Memek mama sudah memerah karena sudah dihujam berkali-kali hari ini. Cairan putih kental meleleh dari lubang basah tempat aku keluar dulu. Mama mengusap memeknya, sambil terus menusukan anusnya dengan kontol Andre.

Namun aku hanya diam saja melihat mama bergumul dengan Andre. Setelah berhari-hari di siksa birahi dan mental, akhirnya aku sudah muak. Aku sudah capek dengan ini semua. Tak ada lagi sensasi nikmat. Hanya hampa yang kurasakan. Terlebih lagi hinaan kepada mendiang papa yang selalu keluar dari mulut kotor mama. Keputusan yang kuambil beberapa hari yang lalu, kutegakkan kembali hari ini.

“Kenapa kamu? Kok nggak coli? Nghhhh!” tanya mama di sela-sela anusnya di tumbuki kuat-kuat oleh Andre.

Diam, aku hanya diam.

“Sudah bosen ngeliat mama ngentot sama Andre?” tanyanya lagi.

“Hei pecundang kok diem aja pas ditanya, kenapa kamu gak coli lagi? Itu kan hukuman kamu”.

“Hu-hukuman mah?” pelan suaraku.

Lanjut dengan getir aku bertanya kepada mama “Apa salahku mah?”. Aku menatapnya dengan penuh iba, menuntut penjelasan darinya.

Mama hanya memandangku sambil terus mendesah-desah. Tubuhnya tak pernah berhenti bergerak mengejar nikmat.

“Kamu mau tahu kenapa semua ini bisa terjadi?” tanyanya.

Aku mengangguk pelan.

“Berkali-kali sudah mama bilang, kamu itu cuma bisa ngecewain mama ajahhh! Ahhh! Terusss!”.

“Tapi apa mah? Apa yang telah aku perbuat sampai mama tega sama Henry?” tanyaku balik. Mama langsung menghentikan gerakan tubuhnya. Kontol Andre tetap terbenam di memek mama.

“Kamu bodoh dan tolol banget yaaaa……” ucapnya tajam.

“Heh! Pantas saja lah kamu bodoh, isi otakmu kan hanya game dan game saja. Sampai-sampai tidak tahu kesalahan kamu sendiri” lanjutnya.

“Apa cuman karena game mah?” tanyaku pelan.

“Apa ‘Cuman’ ?! Cuman karena game katamu?” geram mama.

“Bukan cuma karena game! Mama sudah wanti-wanti ke kamu soal kuliah ke kamu, dan apa hasilnya? Nihil kan? Coba sekarang kamu sudah daftar kemana aja?”. Aku terbelalak, lupa dengan hal itu. Karena game dan nafsuku yang terlalu buta karena video mama dan Andre, membuat aku lupa segalanya. Aku kutuk kebodohanku sendiri.

“Belum daftar mah….” jawabku lesu.

“Huh! Sudah mama duga. Mau jadi apa kamu? Gimana nggak bikin mama marah dan kecewa terus sama kamu, gitu aja kamu nggak bisa lakukan. Sudah habis kesabaran mama”.

“Karena game juga sampai-sampai kamu tidak pernah peduli dengan mama. Kamu lebih memilih game ketimbang pergi jalan sama mama, dah tahu hasilnya apa?” mama berhasil di entot kontol Andre. Temanmu ini adalah pejantan yang peduli dengan mama, hingga akhirnya mama takluk kepadanya”.

“Asalkan kamu tahu Hen, ngentot dengan Andre adalah bentuk pelarian mama dari kekecewaan terhadap kamu setelah bertahun-tahun. Dengan ditiduri Andre, mama bisa merasakan kebahagian setelah bertahun-tahun mengurusi kamu yang tidak berguna”.

“Maka seharusnya mama berterima kasih sama kamu juga, karena kamu mama bisa merasakan kontol perkasa Andre”.

Omongan panjang lebar dari mama, menyadarkan aku atas kesalahanku sendiri. Namun ada sesuatu yang belum terjawab sampai sekarang. Papa, apa dengan mendiang papa.

“Dan mengapa mama selalu menghina papa, ia sudah tiada mah! ia sudah tiada lagi bersama kita! Apa salah papa mah? Bukankah ia cinta sejati mama? Suami mama?” tanyaku bertubi-tubi dengan serak, menahan air mata.

“Lalu apa yang mama lakukan kepadaku sangatlah tidak manusiawi” kilahku lagi.

Mama terdiam mendengar kata-kataku. Ia seperti kaget dengan ucapan yang keluar dari mulutku. Tak lama ia menjawab “Mama kesal kepada papamu, karena telah memberikan mama anak pecundang seperti kamu”.

“A-apaa?!” teriakku serak. Mata terbuka lebar saat mendengar alasan mama. Konyol sekali alasan mama, namun seandainya aku tidak mengecewakan mama, maka semua ini tidak akan terjadi. ‘Maafkan aku pah, ternyata karena kesalahan aku, papa dihinakan oleh mama. Aku berharap papa hidup tenang di alam sana’ ucapku sedih dalam batin.

“Dan jujur, mama lebih bahagia sama Andre daripada kamu. Mama berharap cepat hamil Anak Andre untuk menggantikan kamu, mama sudah tidak peduli dengan kamu. Kalau kamu mau pergi silahkan saja” sambung mama. Ucapannya menyayat hatiku.

Berbeda dengan kemarin, sekarang mama memancarkan aura yang sangat serius. Sehingga kali ini aku merasa ucapan mama barusan benar-benar sungguh-sungguh. Batinku bertanya ‘Benarkan aku bukan siapa-siapa lagi bagi mama?’.

Aku terdiam menunduk. Mendengar alasanya kenapa dia begitu membenciku, aku mengerti sekarang. Aku sadar apa yang telah kuperbuat kepada mama. Tidak ada yang membahagiakan dia, melainkan hanya kekecewaan.

Selesai menjelaskannya alasannya, ia kembali memacu kontol Andre. Tanpa memperdulikan aku yang sudah putus asa.

"Ahhh!….hhh…..ahhh….ahhhh…yeshhh….terusss…enakkhhh…”. Erangan mama tadinya begitu memancing birahi, namun sekarang terdengar sangat menyakitkan bagiku.

Aku pejamkan mataku erat-erat, tak lagi bisa melihat mama. Tidak kuat lagi, Aku tersungkur dari sofaku, di hadapan mama aku bersujud. Kupeluk dadaku sendiri, keningku berada di lantai yang dingin. Setitik air mata keluar dari mataku.

Dengan perasaan terdalam dari hatiku, sungguh-sungguh aku berkata…

“Mam…….”.

“Mam….aku minta maaf”.

“Henry minta maaf”.

Tangisku pecah. Air mataku membasahi lantai.

“Aku minta maaf……..”.

“Atas apa yang telah Henry lakukan kepada mama….”.

“Aku minta maaf karena membuat mama kecewa dan marah sama Henry”.

*Hiks Hiks Hiks

“Aku mohon kepada mama untuk menghentikan kegilaan ini semua, Henry berjanji akan berubah mah. Aku mohon berhenti mah, stop mah plis stop, Henry sudah nggak kuat lagi”.

“Apa yang harus Henry perbuat untuk menebus kesalahan Henry?” tanyaku terisak.

*Hiks Hiks Hiks.

“Sekali lagi Aku minta maaf mah, setidaknya kalau mama tidak bisa memaafkanku, akhirilah hidup Henry. Aku sudah tidak kuat mah” ucapku pasrah dengan air mata terus mengalir tanpa henti. Sambil terus bersujud dan menangis, terus aku meminta maaf kepada mama.

Tiba-tiba sesuatu yang hangat menyentuh kedua pipiku, mengangkat diriku dari sujud. Kubuka mataku. Yang kulihat adalah wajah cantik mama. Kedua matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis.

“Ma-mama?”. Kataku terbata-bata, aku sangat kaget dengan ini.

“Mama minta maaf juga sayang!” ucapnya. Mama memelukku sangat erat, hingga terasa sakit. Aku yang terkejut, hanya bisa membisu kaku.

Ia menangis sangat hebat sambil memelukku kaut. Lantas aku membalas pelukannya. Aku dan mama saling berpelukan hangat, tidak ada ucapan yang keluar dari kami berdua. Hanya tangisan yang terdengar, luapan emosi begitu kuat di ruangan ini.

Mama melepaskan pelukannya. Kami saling berpandangan. Ia mengusap lembut kedua pipiku, lalu berucap “Sayang ku Henry, anak mama, mama harap kamu mau memaafkan mama, atas segala perbuatan dan ucapan mama kepada kamu”.

“Apa yang telah mama lakukan kepada kamu dan papa, mama akui sudah kelewat batas dan sangatlah jahat” ucapnya dengan sesegukan.

“Mama benar-benar terbawa suasana Hen. Karena dibutakan oleh nafsu sesaat, mama bisa sesadis dan segila ini”.

Aku hanya diam mendengar penjelasan mama. Ia terus menatapku sambil mengelus kedua pipiku. Kali ini ia memperlihatkan sisi keibuannya, setelah sekian lama hilang.

“Mama yakin, kamu tidak bisa memaafkan mama. Tapi tak apa, mama mengerti kok. Tapi kamu harus tahu Hen, cinta mama tetap ada untuk papa dan kamu”.

Kemudian kami saling berdiam-diaman. Aku menimang-nimang ucapan mama.

Aku membuka suara ”Jujur mah, aku sangat benci kepada mama, karena apa yang mama telah lakukan dan ucapkan kepada Henry dan juga papa”. Mama tertunduk lesu mendengar penuturan.

Kupegang tangan mama yang berada di kedua pipiku, kutarik dan ku genggam dengan erat. Kupandangi mata mama dalam-dalam

“Aku akan memaafkan mama, asalkan mama memaafkan Henry juga dan menghentikan semua kegilaan dengan Andre”.

“Henry baru tersadar, selama ini selalu mengecewakan mama. Aku tidak pernah sadar dengan pengorbanan yang mama berikan kepada Henry. Aku sudah egois terhadap mama, maka dari itu aku juga minta mama memaafkan aku juga”.

Mama memelukku lagi, ia mengecup pipiku. “Makasih ya sayang, kamu sudah mau memaafkan mama. Mama juga memaafkan kamu, mama harap kamu berubah ya sayang”.

Dalam hati, aku merasakan lega yang amat sangat. Semuanya akan kembali ke sedia kala. Kami saling bertatapan dengan senyuman yang hangat. Kegilaan ini telah berakhir. Aku tersadar Andre sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya.

“Tapi Henry…..” ucap.

“Apa mah?”.

“Mama tidak bisa lepas dari Andre.”

“Hah?! Apa mah?”. Padahal baru saja kita saling memaafkan. Tapi nyatanya dia masih mau ngentot sama Andre.

“Maaf sayang, mama tidak bisa melepaskan kenikmatan dari kontol Andre begitu saja”.

“Lalu bagaimana dengan cinta mama ke papah? Padahal tadi mama bilang sendiri kalau masih cinta papa” ucapku dengan nada tinggi. Mama terlihat murung mendengar tekanan ku.

“Papa sudah nggak ada sayang, papa sudah tenang di sana”.

“Tapi mama tetap butuh sentuhan seorang pria sayang, mama ingin terus merasakan kepuasan seksual”.

“Jadi mama benar cinta sama Andre? Pemuda 18 tahun? Teman anak mama sendiri” tanyaku tidak percaya.

Mama menggeleng, seraya tertawa kecil, “Apa yang mama lakukan hanya sebatas seks saja sayang, tidak ada cinta. Semua kata-kata yang keluar dari mulut mama hanya bualan belaka untuk menaikan gairah mama sayang”.

“Seperti mama bilang tadi, cinta mama tetap ada untuk papa dan kamu, anak mama” lanjutnya. Ia menggenggam tanganku erat. Ia meyakinkan aku kalau tidak ada cinta di antara dia dan Andre.

“Ketimbang mama sama Andre, kenapa mama tidak mencari pasangan untuk menikah lagi? Henry nggak bakal melarang kok, pasti aku restui mama untuk menikah lagi. Daripada mama melakukan hal yang luar biasa gila seperti ini”.

“Nggggg…. Mama nggak butuh pendamping hidup lagi sayang, mama nggak butuh rasa cinta lagi selain kamu dan papa”.

“Jadi mama butuh apa? Seks?”.

“Iya sayang, kamu bener, mama butuh seks, mama masih butuh dengan kenikmatan akan seks”.

“Dan mama meminta izin kepada kamu bukan hanya untuk bersama Andre saja, tapi dengan yang lain juga…..”.

Aku terperangah mendengarnya, mama sudah benar-benar menjadi seorang wanita yang haus akan kontol. Tidak cukup satu orang saja, kini dia minta aku untuk mengizinkannya untuk bersenggama dengan banyak pria. Dengan satu saja salah, ini malah minta lebih.

“Sekarang aku mau mama jujur, selain Andre, Kiryo dan Albert. Siapa lagi yang pernah, ehmmm… ‘main’ sama mama?”. Setelah kejadian tadi, aku ragu menggunakan kata-kata vulgar lagi.

“Main? Maksud kamu ngentot?”.

“I-iya mah”.

“Sayang kita sudah kayak begini, nggak perlu sungkan lagi ngomong jorok gitu ah, coba ulangi lagi” pintanya.

“Ehmmm…Mama pernah ngentot sama siapa aja?”

“Gitu dong, jadiiii…. mama itu tuh pernah tidur sama Andre, Kiryo, Albert dan……”.

“Om Doni”.

“Eh?! Om Doni? Om Doni suaminya tante Hani?”.

“Iyahhh, dia pernah ngentotin mama juga, cukup sering juga” jawabnya santai tanpa ada rasa salah. Mulutku terbuka, kaget mengetahui kalau Om Doni pernah meniduri mama juga.

“Ko-kok bisa mah? Berarti tante Hani tahu juga?”.

“Nanti mama ceritain. Jadi gimana sayang, maukah kamu memberi izin kepada mama untuk ngentot sama Andre dan yang lain?”.

Aku tidak tahu harus berkata apa. Memberikan dia izin bersetubuh dengan banyak orang, sangatlah tidak waras. Namun di satu sisi, aku terangsang membayangkannya. Eh apa aku saja yang ngentot sama mama, pikirku.

“Mama sadar kalau kamu berat memberikan izin itu, tapi mama berharap kamu mengerti akan kebutuhan mama”.

“Tapi kalau aku yang menggantikan Andre, mama mau?” tawarku penuh harap.

Ia menatapku dalam-dalam. Nampak dia sedang memikirkannya, seraya mengelus-elus tanganku dengan lembut.

“Maaf sayang…. Kamu kan anak mama, jadi kamu tidak boleh menyetubuhi ibu kandung sendiri dong”.

Aku tertunduk lesu, padahal sudah berbagai kegilaan sudah ia lakukan, tapi nampaknya mama masih punya sedikit moral.

“Tapi…..” ucapnya gantung.

‘Ehhh?! Ada tapi nya’ ucapku dalam batin.

“Kalau kamu janji untuk berubah mungkin mama izinkan kamu untuk menyetubuhi mama”.

“Se-serius mah?” tanyaku memastikan.

Mama mengangguk, “Inget ‘mungkin ya’, tapi kamu harus membuktikan kalau kamu bisa berubah menjadi orang yang lebih baik, tidak lagi mengecewakan mama.”.

“Janji mah, aku janji, aku pasti berubah” janjiku dengan semangat.

“Hihihihihi…..duh semangat banget nih, yang mau ngentot sama mamanya” tawanya. Aku tersipu malu. Siapa yang tidak girang kalau diberikan kesempatan untuk menyetubuhi mama.

“Dan kamu harus sering-sering olahraga ya sayang, belajar sama Andre. Biar kuat nanti ‘main’ sama mama nya” ucapnya menggoda.

“SIAP!!” teriakku semangat. Aku dan mama tertawa. Suasana sudah menjadi cair.

Tiba-tiba mama memelukku lagi. *Cuph. Ia mengecup pipiku. Mama membisikan sesuatu ke telingaku “Jadi gimana sayang? Boleh nggak mama ngentot lagi? Di boboin enak sama Andre, Kiryo, Albert, Om Doni, dan mungkin nanti nambah orang lain lagi……”.

Ternyata dia masih ingin bersikeras untuk tetap ngentot dengan banyak orang. “Eh, i-itu, ta-tapi…” ucapku terbata-bata.

“Kan kamu suka lihat mama ngentot sama Andre…..” bisiknya lagi di telingaku dengan seduktif.

Aku merinding mendengarnya.

“Bagaimana sayang, kok diem aja sih. Kamu suka kan?” tanyanya lagi.

“Suka mah” jawabku jujur. Aku memang suka ngeliat dia ngentot dengan Andre.

“Suka apa?”.

“Suka ngeliat mama ngentot sama Andre”.

“Kalau begitu…mau lihat mama ngentot sama yang lain?”.

Pertanyaan mama membuat hati dan pikiranku berkecamuk. Mama sudah memberi lampu hijau kepadaku asalkan aku bisa berubah. Tapi kini aku harus memberinya izin untuk bersetubuh dengan orang lain juga. Tapi dengan memberikan izin, mama akan bahagia. Aku teringat, aku tidak boleh egois kepada mama. Aku harus ikhlas. ‘Lalu bagaimana dengan papa?’ Tanyaku dalam hati. Yahhhh… dia sudah tenang di alam yang lain.

Lantas dengan kejujuran hatiku, aku jawab pertanyaan mama “Mau mah”.

“Mau apa? Masa kamu sudah lupa sih cara jawab yang bener gimana”.

“Ehmm…anu… mau mah, aku mau lihat mama ngentot sama Kiryo, Albert dan Om Doni juga”.

“Jadi mama boleh ngentot sama mereka?”.

“Mama boleh ngentot sama siapapun!” ucapku lantang dengan yakin memberikan mama restuku.

“Hihihi… makasih sayang” *Cuph. Ia cium lagi pipiku mesra.

“Sekarang mama mau ngentot lagi ya sama Andre, Boleh kan sayang?”.

“Astaga mamaaaa! Padahal tadi kita habis nangis bareng, eh mama malah mau ngentot lagi. Ah elah mama” ucapku kesal.

“Hihihihi… maaf sayang, habisnya nanggung sih. Kan kamu sudah ngasih ijin, boleh ya sayang, plissss. Kan kamu bisa lihat juga” mohon mama melas dengan cemberut manja. Diriku luluh melihatnya

“Hadeh…. Iya boleh deh mam”.

“Andreeeee….sini sayang” teriak mama memanggil Andre yang tadi sempat keluar dari rumah. Si brengsek itu terlihat sumringah, sepertinya dia menguping pembicaraan aku dan mama barusan. Kalau begitu ia sudah tahu, sekarang ia bisa bebas mengentoti mama sepuasnya.

“Hehehe… mau ngentot lagi tan?” tanya Andre ke mama.

“Iya dong, kan tadi belum selesai. Hen, Bilang apa ke Andre sayang?” tanya mama kepadaku. Waduh, ternyata mama masih begitu terus terhadapku.

“Dre, nyokap gw mau ngentot lagi sama elu. Tolong puasin nyokap gw”. Mama tersenyum senang karena jawabanku sesuai dengan kemauannya.

“Siap Bro! Tenang aja, mama elu nggak bakal kecewa sama gw”. Ucapan Andre benar-benar menyindirku.

“Hush Andre, jangan nyindir Henry kayak gitu ah!” hardik mama.

“Hehehe… maaf ya Hen”.

“Iye-iye, sudah sana genjot nyokap gw” ucapku malas.

“Henry, anak ku sayang, jangan lupa yah”.

“Lupa apa mah?”.

“Jangan lupa pas kamu melihat mama di entot Andre nanti, kamu harus menikmati ya”.

Aku tersenyum, segera kulepaskan celanaku. Penisku sudah mengacung keras.

“Hihihihihi… sudah ngaceng aja tuh titit” ujar mama.

“Kok nyebutnya masih titit sih?” protesku.

“Iya dong, kalau ini baru yang namanya kontol” ucap mama sambil menunjuk kontol besar Andre yang masih lemas.

“Nah kalau punya kamu masih titit”. Aku lesu mendengarnya. Tiba-tiba ia menyentil kemaluanku. Aku pun terpekik kesakitan “Auh!… sakit mah!”. Kupegang kemaluanku.

“Hihihihi…makanya kamu harus berubah, biar tuh titit jadi kontol” ucapnya. Aku tersenyum pasi mendengarnya. Ya sudahlah aku harus berjuang agar aku tidak lagi mengecewakan mama lagi, serta menguatkan diriku agar aku bisa ngentot dengan mama.

“Yuk Dre, kita ngentot” ajak mama.

“Mah” panggiku.

Mama menoleh kepadaku, bergumam “Hmmmm?.”

“Nikmatin ya mah, puas-puasin memek mama” ucapku, membalas ucapan mama tadi.

Mama tersenyum lebar, lalu menjawab “Pasti sayang, pasti mama nikmati kontol gede Andre”.

Lalu ia menarik Andre ke sofa. Kembalilah mereka bersetubuh di depanku. Erangan kami bertiga menggema di rumah ini.

Tadinya aku adalah seorang anak yang tidak peduli apapun selain game. Karena itu sekarang aku adalah seorang anak, yang sudah memberikan izin mamanya untuk bebas bersetubuh dengan siapapun ia mau. Dan aku suka menontonnya! Benar-benar perubahan drastis dalam waktu singkat. Tapi aku suka dan menikmati.

- TAMAT -



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com