Peristiwa ‘BELAH DUREN’ yang kulakukan terhadap Frieska benar- benar membuatku percaya akan eksistensi pria sejati. Pria mana juga yang tidak bangga telah memiliki penis yang berhasil ‘MENGGUSUR TAHTA’ wanita dari pertahanannya?
Akulah yang telah membobol keperawanan anus Maya.
Aku juga lah yang telah membobol keperawanan vagina Frieska.
Hebat! Aku bangga sekali dengan penisku! Saking bangganya aku ingin berjalan ke tempat umum, membuka celana, lalu menunjukkan penisku kepada orang-orang yang berlalu lalang dan berteriak penuh makna!
“KALIAN LAH SAKSI HIDUP UNTUH KEGAGAHAN MAHA KARYA INI!!! LIHATLAH!!! PENIS INI TELAH MENJADI KEBANGGAAN UMAT MANUSIA!!!! SEMBAH DIA, WAHAI MANUSIA-MANUSIA JELATA!! SEMBAH PENISKU!!
SEMBAAAAAAAHH!!”
Tapi kalau dipikir-pikir, lebih baik kuurungkan saja niat itu. Soalnya aku tak mau berakhir dan hidup selamanya di dalam penjara gara-gara tindakan porno aksi dan pencetus sekte sesat penyembah penis.
Ah! Memang susah diungkapkan dengan kata-kata, bahkan malam itu aku pulang sampai jam 2 malam dikarenakan tak cukup sekali aku berhubungan badan dengan Frieska. Dimalam itu juga Frieska akhirnya terbiasa dan mampu mengimbangi sodokan penisku, soalnya lebih dari 3 kali kami melakukannya saat itu.
Aku teringat bagaimana payudara nya yang indah itu berguncang hebat saat kupompa.
Aku teringat betapa manisnya dia saat bertingkah manja sewaktu kusetubuhi.
Aku teringat betapa seksi tubuhnya saat telanjang bulat bermandikan keringat.
Sulit untuk melupakannya.
Dan aku teringat bibirnya yang lembut itu, yang di mana ia gunakan bibirnya yang indah itu untuk salam perpisahan di saat aku mau pergi pulang. Dia memberikan blowjob tepat di ruang tamu di saat aku mau pergi. Seperti sekarang ini. Ya....betapa nikmatnya sensasi mulut wanita saat mengemut penis ku ini. Nikmat tiada duanya.
Eh? Tunggu. Sebentar, sebentar.....‘SEKARANG INI’? Tunggu, kenapa aku bisa merasakan nikmat itu sekarang? Aku kan tidak berada di rumahnya? Dan aku masih mengumpulkan ‘NYAWA’-ku yang ‘BERCECERAN’ di tempat tidur?
Perlahan kubuka mataku, melihat lampu kamar yang menghiasi langit. Kulirikkan mataku ke bawah dan melihat sebuah kepala manusia naik turun tepat di depan selangkanganku. Sepertinya orang ini tidak asing, dan orang asing ini ternyata memang tidak asing. Karena yang asyik mengulum penisku saat tertidur tadi adalah istriku!
“Maya!!” ucapku kaget.
Maya memandangku, mengeluarkan penisku dari mulutnya dan tersenyum kepadaku.
“Pagi, sayang,” ucapnya sambil mengocok penisku.
“Kamu ngapain?”
“Emm,” Maya terlihat berpikir dan tersenyum sambil mengocok penisku, “Mama lagi pengen.”
“Ini kan masih pa....” Oh shit! Belum selesai aku berbicara, Maya sudah melakukan aksinya lagi! Penisku dihisapnya begitu konstan, lincah dan gesit! Aku sampai kelabakan menerimanya, menerima semua nikmat yang tak bisa kuabaikan!
“Ah! Iya, sayang, bagus, di situ,” ucapku sambil memegang kepalanya.
“Mmmmmhhhh!!” kepala Maya begitu semangat naik turun melakukan blowjob ini.
Aku benar-benar takluk dengan semua ini, benar-benar nikmat! Namun...... Maya semakin lihai juga ya menyepong sebuah penis? Terakhir kali dia memberiku servis ini tak pernah seperti ini. Sekarang lidahnya menyapu manja setiap inci batang penisku di dalam mulutnya. Tangannya juga mengalun lembut saat mengocok dan mengulum.
Ada peningkatan servis blow job yang istriku lakukan saat ini.
Apakah ini berkat aksi nakalnya sehingga akhirnya dia sudah terlatih seperti ini? Oh! Tapi sepertinya nanti saja aku mencari jawabannya! Karena sekarang pasukan sperma di markas penisku mulai memberontak!
“S-Sayang! Aku mau keluar!” erangku.
Tapi tidak! Maya tidak mendengarkan ucapanku, malah dia semakin agresif! Serangan ini tak mampu kuhadapi lagi, hingga akhirnya pasukan spermaku mengamuk dan menyembur di dalam mulutnya!!
“Oouuuuuuhhhhhh!!”
Maya juga berhenti dan melihatku, seolah dia menerima saja spermaku ini menyembur dahsyat di dalam mulutnya. Tetes akhir akhirnya keluar dan aku seperti kehabisan nafas menerimanya.
Perlahan demi perlahan Maya menarik kepalanya dan mengulum erat mulutnya sendiri saat memandangku. Maya lalu membuka mulutnya dan menunjukkan air maniku yang tergenang didalam-Nya, setelah itu ia tutup lagi dan menelan habis bibit- bibit calon adiknya Dimas.
Aku terperangah melihat ini, tak pernah Maya melakukan servis seliar ini kepadaku. Belum juga aku berbicara, dia menaiki kasur dan menubrukku.
“Nnggghhhh,” Maya mulai memeluk dan mencium leherku.
“Ma! Sebentar!”
“Ayo, Pa.....” nafas Maya begitu terburu-buru.
“Bentar dulu!”
“Mama udah ga tahan!”
“Iya! Tapi sebentar dulu!” kupindahkan posisi istriku ke samping.
Aku beranjak dari kasur dan menaikkan celanaku dulu. Aku memandangnya dan dia cemberut memandangku.
“Nnnnggg,” Maya melenguh manja.
“Sebentar..... aaa, papa kencing dulu ya?” ucapku.
“Sempat-sempatnya mau kencing,” makin cemberut tuh mukanya.
“Mau bagaimana lagi.”
“Kencing di muka mama aja.”
“Apa?” alisku mengerut.
“Oh!” Maya terlihat salah tingkah, “E-Enggak.....” Maya lalu menumpu kepalanya dengan tangan kirinya, “Yaudah, mama tunggu di sini.”
Aku lalu pergi ke toilet kamar ini dengan perasaan heran. ‘KENCING DI MUKANYA’? Kenapa Maya bisa sampai berkata seperti itu? Imajinasi liar mana yang ia dapatkan supaya ia mau mendapatkan perlakuan tersebut? Di dalam toilet itu aku memikirkannya, kebetulan juga air seniku juga tak tahan untuk keluar. Selagi mengucurkan lubang kloset dengan air kencingku maka aku mulai berpikir tentang masalah tadi.
“Apa karena ke seringan dipakai beramai-ramai otaknya mulai kacau?” pikirku.
Tentu saja aku berpikir seperti itu. Bahkan tadi adalah pengalaman pertamaku di blowjob Maya di saat aku tertidur, kalau aku tidak bangun mungkin bisa saja dia yang memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri.
Ini sudah cukup gawat.
Eksebisionis saja sudah menjadi malapetaka, dan kalau ini dibiarkan terus, maka Maya akan menjadi sesosok wanita yang Hyper Sex!
Tidak!
Tidak!
Aku tentu saja tidak akan membiarkan Maya sampai sejauh itu. Sepertinya aku harus menolak ajakan seks nya pagi ini, dan..... Aku rasa sudah waktunya. Sudah waktunya bagiku untuk membicarakan hal ini dengannya.
Membicarakan kalau aku sudah mengetahui kalau dia bermain belakang selama ini.
Membicarakan semua kelakuannya di belakangku.
Ya, aku rasa ini sudah saatnya.
Meski dia mengelak, aku mempunyai banyak bukti. Di ponsel dan rekaman CCTV, dia tidak akan bisa mengelak. Aku tahu dia pasti akan ketakutan, dan takut kalau aku akan menceraikannya.
Memang, terlintas dibenak untuk menceraikannya. Namun aku juga ingin itu bukanlah menjadi satu-satunya cara.
Alasan pertama karena Dimas, anak kami. Aku tak ingin anakku mengalami broken home sejak dini.
Dan yang ke 2, masih ada sisa rasa sayangku kepada Maya. Agar dia tidak menjadi wanita seperti itu seterusnya.
Jadi aku pikir, aku bicarakan saja, dan membicarakan masalah ini. Kami adalah 2 manusia dewasa, jadi berbicara adalah langkah pertama yang bisa kulakukan. Dan dari pembicaraan nanti aku akan menyarankan dirinya untuk konsultasi atau rehabilitasi. Karena nafsu sex yang Maya miliki sangat tinggi, buktinya dia bisa melayani 2 pria sekaligus selama ini.
“Baiklah! Aku akan membicarakannya!” pikirku dengan tekat yang bulat.
Dadaku membusung tegak!
Wajahku menunjukkan keseriusan yang berarti!
Langkah kaki mantap saat melangkah!
Aku membuka pintu toilet dan memanggilnya dengan nada suara yang tegas! “Maya!”
Dan aku terdiam, melihat pemandangan di depan mataku.
Kulihat Maya sudah bertelanjang bulat menyambutku di atas tempat tidur. Mengangkang dari posisinya berbaring dan memainkan vaginanya yang sudah basah dan becek tepat di depan mataku.
“Pa....” Maya menggigit bibir bawahnya, “Ayo.....”
Maya lalu sengaja menggeliat di depanku seperti betina yang mencoba merangsang sang pejantan di depannya. Tapi aku sudah membulatkan tekadku untuk berbicara...ya! Berbicara!
“Sayang....” Maya lalu menungging dan membuka lebar belahan selangkangannya.
Berbicara?
APA ITU ‘BERBICARA’! MEREK MAKANAN ANJING MANA ITU!!
PERSETAN DENGAN BERBICARA!!
KUBUKA BAJU DAN CELANAKU INI DAN AKU MELOMPAT DENGAN GAYA AYAM TERBANG DIKEJAR SAPU MENUJU KASUR!!
“Aaaaaaaahhhhhh!!” Maya mendesah hebat saat kumasukkan penisku ke dalam vaginanya.
“Maya!! Oh!!” racauku sambil menggenjot dan meremas ke 2 payudaranya.
“Aaaaahhhh, nngghhhh ,ouuuuuuhhh!!”
Sial! Dengan mudahnya tekadku dihancurkan olehnya dengan vagina yang ia miliki! Sebuah vagina yang begitu elastis dan sudah pernah disodok lebih dari 10 jenis penis.
“Saaaayyyaaanngg!! Enaaaaaakkk!! Nngggghhh!!!” kepalanya menyamping dan megap-megap mulutnya.
“Enak banget vaginamu, sayang!” aku memeluk dan mencium lehernya.
“Aaaaaaahhhhhh aaaaaahhhh aahhhhh!!”
Gila! Mungkin perasaanku saja atau bagaimana, vagina istriku sudah terasa longgar bagiku. Apa ini karena sudah terlalu sering dipakai pria-pria lain? Ini sudah vagina, bagaimana dengan anusnya? Ah, coba kulihat.
“Maya, nungging gih,” ucapku meminta.
Maya menurut. Kutarik mundur penisku sejenak dan Maya mulai menungging.
“Astaga......" pikirku karena terperangah.
Aku lalu mendekat dan menancapkan penisku ke dalam vagina nya terlebih dahulu.
“Nnnngghhhhhh,” dan Maya melenguh menerima penetrasi ini.
Aku tidak menggenjotnya. Tapi aku arahkan jempol tanganku ke dalam anusnya. Dan tepat seperti dugaanku. Biasanya jempol tanganku masih sempit untuk masuk ke dalam anusnya waktu aku melakukan gaya seks ini, tapi sekarang?
LONGGAR!! JEMPOLKU TAK PERLU KESUSAHAN UNTUK MASUK!
Tentu saja ini terjadi karena anusnya itu bukan eksklusif milikku lagi untuk disodok, entah sudah berapa orang yang mencicipi anus istriku saat melakukan gaya seks anal.
“Sayang?” Maya menoleh ke belakang.
Melihat longgarnya anus istriku ini membuatku marah dengan tingkah lakunya kemarin. Karena marah, aku segera menampar keras pantatnya! Menubruk tubuhnya hingga tubuhnya ambruk ke kasur dan dengan kasar aku menggenjot vaginanya!
“AAAAAAAHHHH!!” Maya melengking kesakitan.
Rasakan itu! Itu baru sedikit ekspresi kemarahanku yang kutunjukkan kepadamu!! Kuangkat sedikit tubuhku ke atas dan menampar lagi pantatnya keras-keras saat aku menggenjotnya. Sekarang menolehlah ke belakang dan tunjukkan raut wajah kesakitanmu. Maya benar-benar menoleh ke belakang dan aku akan tersenyum puas melihat raut wajah kesakitannya.
Tapi tidak.
Maya malah tersenyum lebar dan sayu memandangku.
“Lagi....” ucapnya.
“Lagi?” aku tentu saja bingung.
“Tampar pantat mama lagi, Pa, tampar!”
Oh! Jadi kau mau tambah rupanya? Baiklah! Akan kutampar lebih keras dari tadi.
“AAAAAAAHHHHH!!!” Maya lagi-lagi melengking, “LAGIIIII!”
“Apa?” alisku mengerut.
“TAMPAR LAGI PANTAT MAMA! LEBIH KERAAAS!!!” teriaknya.
Aku bingung, tapi tetap kulakukan. Kutampar pantatnya dan dia malah menikmatinya. Terus kutampar dan kutampar sampai-sampai pantatnya memerah bukan main akibat tamparanku.
“IYAAAAAAH! LAGIII, PAAA!!! LEBIH KERAAAASSS!!”
Aku benar-benar terdiam. Maya benar-benar menikmatinya? Bahkan aku memang diam secara harfiah, karena bukan aku yang menggenjot vaginanya, malah dia sendiri yang menggenjot penisku dari posisinya itu. Sial! Kenapa kau jadi seperti ini Maya?! Kutampar lagi pantatnya untuk terakhir kali dan Maya berteriak nikmat. Lalu kupegang ke 2 bongkahan pantatnya dan aku yang terus menggenjotnya.
“OUUUUHHHH SSSSHHHHH!!!” Maya menggoyangkan pantatnya, “Papaaa hebaaaat!!! Nnnggggghhhhh!!”
“Oh ya???” kutarik kasar kedua tangannya ke belakang dan mengentak vaginanya bertubi-tubi dengan keras!
“IYAAAAAA!!! ENAAAAAAAKK!!! AAAAAAHHH AAAHHHHH AAAHHHHH!! PAAAPAAAA ENAAAAAAKK!!”
BERSAMBUNG ...