𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟔𝟐 ~ 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐌𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐏𝐚𝐩𝐚 𝟑 : 𝐃𝐢 𝐬𝐢𝐧𝐢 𝐆𝐢𝐥𝐚 𝐃𝐢 𝐬𝐚𝐧𝐚 𝐆𝐢𝐥𝐚

 

Pov: Ai Ling

"Selamat Malam Ci...."
"Malam juga Pak Hafiz... ada apa Pak...?!"

"Begini ci... hari ini anak anda belum masuk sekolah.. itu berarti anak anda sudah melanggar peraturan sekolah dan sudah selayaknya diberikan sanksi sekolah... saya harap besok sore setelah aktifitas belajar mengajar selesai, saya ingin bicara dengan anda selaku orang tua sebelum saya menjatuhkan sanksi kepada anak anda..." tegas Pak Hafiz.

"Hmm.. tapi Pak... apakah bapak bisa beri kelonggaran untuk anak saya... sejujurnya saya sudah meminta anak saya untuk masuk sekolah tapi dia tidak mau menurut Pak... bukannya saya gak mendorong anak saya... tolong bantu saya Pakkk.... beri anak saya kesempatan... saya mohon...!!!

"Saya turut prihatin dengan ci Linda... besok sore setelah murid-murid pualng sekolah kita ketemuan dulu untuk membicarakan bagaimana baiknya... supaya saya bisa bantu...."

"Baik Pak...baikkk...besok sore aku akan hadir ke sekolah... terimakasih Pakkk..."

"Sampai ketemu besok sore ci... selamat Malam..."

Dasar Asen!! Semakin membuat aku susah hadapi Pak Hafiz. Terus terang aku semakin kewalahan menghadapi Asen yang akhir-akhir ini semakin banyak tingkah. Semakin tidak mau nuruti nasehatku sebagai mamanya. Dulu Asen ini anak penurut tapi semakin memasuki usia remaja dia semakin jadi anak pembangkang. Aku kehabisan akal untuk mendidik anak ini.

"Kresekkk....kressseekkk...." terdengar suara dari luar rumah. Kuintip dari jendela ternyata itu Pak Gatot yang duduk siaga berjaga di pekarangan rumahku. Pak Gatot ini cukup bisa diandalkan. Dia duduk jaga malam bagaikan seorang tentara. Dengan adanya Pak Gatot aku merasa lebih tenang karena ada seorang penjaga keamanan di rumahku.

Selain itu, Pak Gatot tidak pernah menuntut bayaran. Yang penting bisa makan dan tinggal dia sudah puas. Maklum deh, dia ini seorang yang depresi sehingga disuruh apa saja juga mau. Memang aku ada unsur memanfaatkan dirinya, tapi aku akan memenuhi semua kebutuhan hidupnya termasuk makanan, pakaian dan tempat tinggal. Jadi sama-sama tidak dirugikan.

Aku berbaring di atas ranjangku yang nyaman. Sayangnya malam ini aku agak susah tidur karena memikirkan Asen. Tidak tahu sampai berapa lama dia akan bolos sekolah. Aku bolak balikkan tubuhku berusaha untuk tidur namun aku tetap terjaga.

"Sreeekkk....srrreeeekkkk.....!! itu pasti Pak Gatot yang masih jaga malam sampai jam segini. Kuperhatikan jam dindingku sudah pukul 1 subuh. Karena merasa kasihan dengan Pak Gatot, akupun keluar dari kamar dan turun kebawah untuk menyuruh Pak Gatot untuk beristirahat saja di kamar pembantu.

"Pakkk... masih belum ngantuk ya...?? sudah boleh tidur kalau bapak sudah ngantukk..." saranku.

"Siappp Buu..!!! tanpa banyak bicara Pak Gatot langsung berjalan menuju ke kamarnya.

Kuikuti Pak Gatot ke kamarnya karena tadi belum sempat mengucapkan terimakasih padanya sudah menjaga keamanan sampai jam segini.

"Pakkkk... terimakasih ya sudah mau aku suruh jaga malam.... bapak harus jaga kesehatan juga, kalau sudah ngantuk boleh tidur dulu..." nasehatku.

"Siap Buuu...!!! ucap Pak Gatot duduk di ranjangnya sambil sibuk bersiap menaruh bantal untuk tidur.

Kadang aku bosan juga ngomong dengan orang depresi begini. Sedikit-sedikit jawabnya "Siap bu" dengan ekspresi wajah bodohnya. Padahal aku cuma pengen ngobrol, tapi responnya tidak seperti orang normal. Tapi ya sudah lah, aku hanya bisa memaklumi kondisi psikisnya yang terganggu. Di sisi lain aku juga merasa lebih tenang dengan kondisinya yang begini. Aku yakin Pak Gatot tidak akan punya niat jahat dan bisa diandalkan saat aku butuh tenaga seorang lelaki.

"Pak.. aku gak bisa bobo nih... tolong pijat pundakku donggg...." pintaku dan jawabnya selalu sama, "Siap Bu...!! membosankan ucap batinku.

Ku tutup pintu agar tidak terasa hawa dingin saat aku melepaskan kimonoku dan memperlihatkan bentuk tubuhku dengan pakaian tidur lingerie yang seksi tanpa bra. Belahan payudaraku sangat jelas terlihat karena bagian dadanya hanya menutup sepertiga bulatan payudaraku yang disanggah tali berenda yang tipis.

Biarpun begitu aku tidak kuatir dia bertindak macam-macam selama tidak diperintah. Kalaupun berani macam-macam, aku tinggal memberi perintah saja sudah beres.

Aku duduk membelakangi Pak Gatot, "Pijat pundakku Pakkk.... " kuberi perintah pada Pak Gatot sambil menunjuk bagian pundakku yang pengen dipijat.

Pak Gatot mendekatiku dan telapak tangannya yang kasar menyentuh kulit pundakkan yang mulus lalu memberikukan pijatan.

"Aduhhh Pakkk...!!! Jangan kuat-kuat dongggg....!!! bentakku merasa kesakitan.

"Maaf Buuu.... maaafff bapak gak sengaja..." ucap spontan Pak Gatot melepaskan tangannya dari pundakku.

"Huhhh...!!! Coba lagiii... tapi jangann kuat kalau pijatin aku....!!! bentakku.

"Siap Buuu.... laksanakannn...!!!

Kali ini Pak Gatot memijat dengan agak pelan tapi tetap saja terasa kuat buatku.

"Agak pelan sedikitttt....!!! perintahku. "Iya bu iya bu...!!! balasnya spontan.

"Aaaahhh...iya segitu sudah cukup enakkk....hmmmm...." tenaga pijatan Pak Gatot sudah sesuai denganku.

Makin dipijat, tali penyangga berenda lingerie ku makin bergeser hingga salah satunya terjatuh melewati lengan atasku. Awalnya aku belum sadar, tapi setelah sadar aku terkejut melihat payudaraku telah tersingkap oleh Pak Gatot. Namun enaknya pijatan Pak Gatot masih stabil sehingga kuputuskan untuk membiarkan saja dulu sampai aku merasa tubuhku merasa puas dipijat.

Pak Gatot tetap konsisten memberiku pijatan dan rasa nyamannya tidak berkurang. Malahan bagian pundakku yang tali lingerieku terlepas lebih nikmat karena pijatannya tidak terhalangi pakaian tidurku. Maka kuputuskan untuk menurunkan sendiri tali renda yang satunya lagi sehingga gaun tidurku terjatuh melingkari menutup area perutku saja. Kini kedua payudaraku telah tersingkap namun tidak akan terlihat Pak Gatot karena posisiku membelakanginya.

"Hmmmm....Pijatannya enakk Pakkk... hmmmm....mmm...." aku melenguh tapi lama kelamaan tenaga pijatan Pak Gatot semakin bertambah kuat.

"Agak pelannn Pakkkk.....jangan kuatt gituu...!!! perintahku tapi Pak Gatot tidak merespon.

"Aduhhh Pakkkk.... pelan dongggg.... aaahhh aduuuhhh...!!! aku semakin keras membentak.

Pijatannya bukannya semakin pelan, maka tangannya kini menjalar ke dapan lalu meremas payudaraku dengan kuatnya.

"Aaaaarrrrggghhhh.... awasss tangannya.....jangannnn pijat di situ...!!! Pak Gatot makin menjadi-jadi. Tubuhku dipeluknya dari belakang dan kedua tangannya terus meremas kedua bukit kembarku.

"Hentttikannn Pakkkk....!!! Hentiiikannn...!!! perintahku tidak dipedulikannya lagi.

"Bajingaaan kau Pakkkk.... hentikannnn..!!! Dasar orang gilaaa...!!! aku semakin kasar memarahi Pak Gatot supaya dia takut padaku agar menghentikan perbuatannya. Bukannya takut malah makin berani terhadapku. Kurasakan nafasnya yang bau karena kepalanya kini menciumi dan menjilati pundak dan leherku.

Rasanya jijik banget dicium oleh lelaki pribumi gila ini. Aku mencoba untuk menyingkir dari pelukannya. Kusingkirkan tangannya dari payudaraku. Aku dengan sigap berdiri dari ranjangnya untuk keluar dari kamar kecil ini. Untuk sekejap aku berhasil keluar dari pelukannya, tapi belum sempat membuka pintu keluar dari kamar ini, Pak Gatot menerkamku dari belakang bagaikan harimau yang menerkam mangsanya.

Dengan kasar, pakaian tidurku di koyak olehnya dan aku hanya mengenakan celana dalamku yang mini. Tubuhku terlungkup di lantai dan di duduki olehnya. Dia sendiri melepaskan pakaiannya yang membuatku semakin jijik mencium bau tubuhnya yang menyengat.

"Lepaskan aku...!!! Dasar orang gilaaa...!!! Lepassss kannnn!!!!" aku terus memberontak dan kakiku meronta-ronta sembari bokongku diduduki oleh Pak Gatot.

"TOLONGGG...!!! TOLONGGG...!!! aku menjerit sejadi-jadinya dalam kamar yang masih tertutup pintu. Pasti suaraku tidak terdengar oleh Elena dan Ayen yang letak kamarnya agak jauh di depan, apalagi Velin yang kamarnya ada di lantai atas. Memang kamar pembantu ini letaknya yang paling belakang.

Jeritanku mendadak berhenti saat sebilah celurit panjang berbau karat mengarah pada leherku. Aku tidak tahu dari mana dia mengambil senjata tajam ini. Ketakutan telah menahan suara jeritanku. Aku mencoba untuk tetap tenang agar Pak Gatot tidak bertindak lebih jauh.

"Jangannn Pakkk... ampunnn...ampunnn...." ucapku ketakutan tapi Pak Gatot sama sekali tidak bersuara atau menjawab. Dia hanya mengancamku dengan menggerak-gerakkan celuritnya pada area leherku dan daguku.

"Iyaaa Paaaakkkk... terusin pijatannyaaaa....terusssinnn.." kataku gemetaran sambil pelan-pelan membalikkan tubuhku yang tadinya terlungkup. Dengan perlahan Pak Gatot mulai berdiri dari dudukannya pada bokongku sehingga aku sedikit bebas bergerak tapi celuritnya masih tetap mengarah pada leherku.

Kuberanikan diri untuk memutar tubuhku untuk menatap wajah Pak Gatot dan ekspresi wajahnya sangat mengancam. Matanya melotot padaku sambil sesekali melirik pada payudaraku yang sudah bebas menggantung.

Dengan salah satu tangannya menggenggam senjata yang terus mengarah padaku sebagai ancaman, Pak Gatot kesulitan melepaskan celananya sendiri karena takut aku melarikan diri. Karena Pak Gatot memakai celana ponggol miliki suamiku yang memakai pengait kancing dan relsleting yang sulit dilepas bila memakai satu tangan. Tampak jelas selangkangan Pak Gatot ada sesuatu yang besar telah mengembang.

Kuperhatikan pandangan Pak Gatot yang berdiri kebingungan antara sebentar melihat ke bawah celananya karana ingin dilepas dan dalam sekejap melotot kembali padaku sambil mengarahkan senjata tajamnya agar aku tidak melarikan diri. Untuk keadaan saat ini akan berbahaya jika aku melarikan diri, dia bisa menusukkan senjatanya padaku. Lebih baik menuruti kemauannya daripada nyawaku terancam.

Kudekatkan diriku berlutut di hadapannya, mata pisau celuritnya masih terus mengikutiku. Dengan tangan gemetaran aku membantunya melepaskan celananya yang dibaliknya terasa ada sesuatu yang besar dan keras. Wah, bau banget penisnya Pak Gatot yang hitam besar itu langsung menyembul keluar dari celananya. Belum lagi bulu penisnya lebat banget tidak terurus.

Kucoba tatap lagi mata Pak Gatot, masih saja matanya melototiku. Dari tatapan matanya yang aneh, Pak Gatot benaran seorang yang tidak waras.

"Errrrggggg...." suara Pak Gatot mendadak berubah seperti suara anjing meraung mengancam lawannya. Suara itu membuat aku semakin takut karena Pak Gatot beneran orang gila.

Kuberanikan diriku untuk tetap dalam keadaan berlutut menggenggam penisnya dan digosok-gosok dengan harapan semua ini segera berakhir. Lama sekali aku mengosok penisnya tapi Pak Gatot belum juga ejakulasi. Senjatanya masih belum lepas dari leherku.

Kupaksakan diriku untuk melahap penisnya yang bau itu, kuemut-emut dan menjilati penisnya dari pangkal sampai ke ujungnya. Rasanya asin dan bau pesing, sungguh menjijikkan. Kucoba bertahan untuk melawan rasa jijikku lalu kulirik ke atas melihat ekspresi wajah Pak Gatot. Ternyata aatanya masih terus melotot padaku seakan jilataku tidak berasa buatnya, apakah penisnya sudah mati rasa.

Lama aku memainkan penis Pak Gatot dengan mulut dan tanganku rasanya capek banget. . Bahkan kedua buah dadaku pun sudah kukerahkan untuk mengosok penisnya tapi belum berhasil menyingkirkan senjatanya dari leherku. Apakah nyawaku akan berakhir di sini ?

Pelan-pelan dalam keadaan berlutut aku bergerak mundur. Dalam posisi duduk di lantai, kulepaskan celana dalamku. Kubuka lebar-lebar vaginaku di depannya agar dia mau memasukkan penisnya kedalamnya.

Ternyata aku berhasil menarik perhatian Pak Gatot. Matanya tertuju pada selangkanganku. Pak Gatot pelan-pelan menunduk, pandanganya mengikuti gerakan vaginaku saat kuangkat pantatku dan kuputar searah jarum jam. Kali ini aku akan membuat penis pak Gatot ejakulasi dengan vaginaku.

Kupikir Pak Gatot akan menusukkan penisnya ke dalam vaginaku. Ternyata Pak Gatot melepaskan celuritnya lalu dengan cepat kepalanya menyusup masuk ke dalam selangkanganku dan kedua tangannya yang kasar mencengkram paha mulusku.

"Aaaaaahhhhh...ssssshhhhh.......geliii Paaaakkkk.....!!!! Pak Gatot menjilati kemaluanku dengan rakusnya.

"Oooohhh...uuuhhhh....geeeelllii Pakkk... pelaaann pelaaannn....!!!! isapan dan permainan lidah Pak Gatot sungguh membangkitkan birahiku. Walaupun Pak Gatot lelaki gila tapi jago memainkan mulutnya dalam kemaluanku.

Kutarik tangan Pak Gatot agar melepaskan cengkraman dari pahaku. Niatku mengarahkan tangannya pada payudaraku yang sudah keras. Tapi Pak Gatot salah mengerti maksudku. Dia malah semakin kuat mencengkaram pahaku seperti takut kehilangan vaginaku. Terpaksa kedua tanganku sendiri yang meremas payudaraku sendiri yang sudah mengeras.

Oh, Rasanya nikmat sekali. Kemaluanku sudah basah sekali hingga mencapai orgasme hebat. Pak Gatot puasnya lama sekali, dia terus melanjutkan permainan jilatannya pada kemaluanku.

"Paaaakkkk....aku mauuu pipissss....hentikannnnn....aaaahhhh....ssshhhh....Pakkkk....!!! Pak Gatot sama sekali tidak peduli sekalipun aku pipis diwajahnya sampai basah kuyup kena air kencingku. Benar-benar orang gila Pak Gatot ini. Hidungku saja sudah mencium bau pesing pipisku sendiri, tapi Pak Gatot tidak merasa bau maupun jijik.

Lagi enak-enaknya, mendadak Pak Gatot berhenti karena sudah puas menikmati vaginaku. Padahal aku sedikit lagi akan mencapai puncak kenikmatanku.

"Paaaakkkk...cepat masukinn punya bapakkk....!!! cepatttt...!!! pintaku sambil mengangkat vaginaku tinggi-tinggi karena saat ini aku diambang klimaks.

Tidak pakai lama, tubuh Pak Gatot yang hitam berbau itu menindih tubuhku yang mulus dan wangi. Dengan kasar dia menghujamkan penisnya kedalam rongga vaginaku yang sudah becek. Aku digenjotnya dengan amat kasar sampai tubuhku bergoncang hebat. "Aaaaahhh...aaaaaahhh... Paaaakkkk...enaaaakkkk Paaaakkk.... !!!!

Gila sekali Pak Gatot menyetubuhiku, berbeda banget cara bermainnya dengan yang pertama sekali bersama bang Ucak dan kawan-kawan. Orang gila mempunyai kekuatan yang lebih mengebu-gebu dibanding orang normal. Aaaahhh....aaaahhhh.... aku samppeeeee...!!! Pak Gatot tidak peduli dengan apa kataku. Yang penting buatnya sampai dia puas melampiaskan nafsu gilanya dan menumpahkan spermanya yang banyak ke dalam rahimku. Aku kelelahan hebat dibuat Pak Gatot hampir tidak bisa bernafas.

Beberapa saat kemudian,

"Maafkan aku Buuu...!!! Maaafff Bu.....!!! Saya salahhh..!!! ucap Pak Gatot aneh. Sikap mendadak berubah. Tadinya dia begitu mengerikan, sekarang menjadi begitu ketakutan. Mungkin nafsu gilanya sudah tersalurkan, otaknya sudah kembali normal seperti sediakala.

Untuk menghindari kejadian berbahaya terulang kembali aku harus mengusirnya keluar dari rumah ini. Dengan tanpa menunggu, Pak Gatot pun bergegas meninggalkan rumahku meskipun tengah malam.

Dalam kesendirianku merenungkan apa yang barusan terjadi. Andai sesuatu yang buruk terjadi, ini salah siapa ? Ujung-ujungnya aku tetap menyalahkan Asen. Semua ini gara-gara Asen yang bolos sekolah. Terpaksa aku harus menjumpai Pak Hafiz dan pulangnya aku kecelakaan. Dengan terpaksa aku meminta Pak Gatot memboncengku pulang karena kupikir dia seorang yang tidak mengancam namun prediksiku salah total. Malam ini, nyawaku hampir melayang gara-gara Asen yang sampai hari ini belum pulang.

Ngapain saja Asen seharian ini sampai belum mau pulang meskipun sudah kusuruh ??

Panjang banget pesan yang dikirim Mama meminta aku segera pulang sampai bawa-bawa Pak Hafiz kepala sekolahku yang paling kubenci. Makin diancam dengan menyinggung nama Pak Hafiz, makin gak kepengen aku pulang apalagi masuk sekolah. Males banget aku kalau ingat muka Pak Hafiz yang sok tegas dan merasa diri paling pintar sedunia. Kalau dia pinter, ngapain dia jadi kepala sekolah di sekolah negeri kampungan. Kalau emang jago, harusnya dia jadi kepala sekolah di sekolah favorit, bukan sekolah kampungan yang gak ada kualitasnya. "Posisi lu menunjukkan kualitas diri lu Pakk...!!!" ledekku dalam hati buat Pak Hafiz.

Menurutku Pak Hafiz itu sentimen kali dengan ku, mungkin aku ini murid dari suku minoritas jadi dia suka mencari-cari kesalahanku. Daripada kesalahanku terus dicari dan makin dipersulit, mending sekalian saja aku bikin kesalahan biar tuntas sekalian. Aku gak peduli kalau aku harus tinggal kelas lagi. Pinter di sekolah belum tentu bisa sukses di masyarakat. Biar aku yang menentukan jalan hidupku, bukan Mama maupun Pak Hafiz.

"Selamat Siang Bu MeiCen...!!!" seseorang memanggil dari luar rumah memutus percakapan tante MeiCen dengan ci Erika.

"Siang juga... oh bang Zul ya... tumben mampirnya siang begini...mari masuk....!!! " ajak tante MeiCen tersenyum nyingir seolah ada yang aneh dengan kedatangan bang Zul dengan seragam satpamnya.

"Soalnya kalau datangnya malam ada si Bos... jadi gak berani datangnya malam... hehehe...." balas bang Zul dengan senyum nyingir pula. Aku mengerti arti dibalik senyum nyingir mereka karena aku telah menyaksikan kejadian di rumah itu. Mereka pikir mereka bisa menyembunyikan rahasia mereka dariku atau ci Erika.

"Eh, ada dek Rizal rupanya... lama gak ketemu... apa kabar bos...?! sapa bang Zul yang masih ingat denganku.

"Hah..?! koq namanya Rizal...?? tanya tante heran.

"Betul bu... dek Rizal ini anak angkat dari tokoh masyarakat di kampung saya Bu... dek Rizal ini biar masih muda tapi sudah kuanggap seperti bos saya juga....hahahaha...!!! ujar bang Zul.

"Masa iya sih...?! Ada-ada aja lu berdua....anak Pelakor kali... hahahahaha..." tawa tante MeiCen meledek.

Tadinya aku gak nyambung dengan ucapan tante karena aku gak ngerti apa itu pelakor. Setelah aku cari di google ternyata artinya Pelari Laki Orang. Hatiku mendadak marah dengan ucapan tante MeiCen. Namun kemarahkanku terinterupsi oleh bang Zul yang melanjutkan percakapannya dengan tante. Tapi aku akan menuntut penjelasan atas apa yang diucapkannya.

"Terserah kalau ibu gak percaya....Eh, ada amoy cantik nih...siapanya ibu tuh...?? mata bang Zul melototi ci Erika.

"Kenalin ini putri ku yang kedua namanya Erika..." tante MeiCen mengenalkan ci Erika dan mereka saling berjabat tangan.

"Ckckckck....cantiknya kayak bu MeiCen..." puji om Zul

"Husss... jangan lirik anakku lama-lama...nanti lu jatuh cinta sama dia...." canda tante

"Ini sudah jatuh cinta bu... boleh kan?! balas om Zul.

"Heii bang... bercermin dulu sana.. muka kampungan cuma satpam PD amat bilang cinta sama aku.. dasar gak tahu malu lu....!! Ketus ci Erika.

"Maapp cik... cuma becanda koq... jangan marah gitu donggg..." bujuk om Zul.

"Becanda sih becanda tapi otak lu juga dipake... gak pantas tahu... menjijikan sekali dengar ucapan lebay begitu....huh..!! Ci Erika makin terbawa emosi. Wajah om Zul mulai gak enakan mendengar ucapan ci Erika. Untung hal itu disadari tante MeiCen.

"Sudahlah Liennn.... koq lu jadi marah gitu... Bang Zul kan cuma becanda aja lo..." tante MeiCen mencoba meredakan emosi ci Erika dengan bahasa dialek.

"Mending aku masuk aja.. di sini terus liat mukanya aja mau muntah aku.. apalagi ingat ucapannya... dasar "Fankui" gak tahu malu," balasnya dalam dialek cina pula.

"Apa katanya Bu..?? Tanya om Zul dengan ekspresi curiga.

"Gak usah didengar bang... biasa kalau lagi gak mood suka emosian dia..." tante mengalihkan dan ci Erika naik ke kamarnya.

"Oh ya.. ada apa bang..??

"Anu Bu.. mau minta iuran bulanan kebersihan dan keamanan...sekalian minta jatah lagi... hehehe..." ucap om Zul mesum.

"Jatah apaan..?!

"Hehehe... gak jadi deh... iuran bulanan saja..." jawab om Zul setelah melirik ke arahku. Tante MeiCen menyerahkan uang sejumlah yang diminta kepada satpam tersebut dan si satpam itu berani sekali meraba tangan tante MeiCen seakan menginginkan sesuatu.

Apa sih sentuh sentuh...??!

"Maap Bu, saya cuma berasa kagum aja dengan kecantikan ibu... biasanya di usia kita begini wanita itu sudah keliatan banyak keriput, tapi koq Bu MeiCen masih kayak gadis 30 taon, awet muda atuh..." puji Om Zul.

"Wanita itu harus perawatan biar awet... kalau mau istri cantik, suami harus kuat ngasi uang perawatan ke istri..." tegas tante MeiCen.

"Bos Syamsul memang orang kaya Bu... biar udah berusia tapi masih bisa dapat istri simpanan cantik begini, dapat orang cina lagi.....beda sama kami2 ini yang kerja cuma satpam... bisa kasi makan istri saja udah sukur... boro-boro dapat istri cina yang butuh uang perawatan biar cantik... mimpi dah..." ngeluh om Zul lalu mohon pamit dan beranjak dari situ.

Tantee... !! Tunggu dulu...!! Tante MeiCen ingin masuk ke dalam tapi kucegat.

Apa sih lu..??? Ucapnya nyingir.

Apa maksud tante bilang aku ini anak pelakor... ??? Cepat jelass kan ucapan tanteee.... !!! Tegasku.

Kenapa rupanya ?? Lu gak senang tante bilang anak pelakor... ???

Tantee bukan mengejek aku saja...secara tidak langsung tante menghina Mama ku... kalau itu benar jelas aku sebagai anak tidak ucapan tante...!!!!

Hohoho... tante bukan menghina... tapi ucapan tante memang fakta... Mama lu itu memang seorang pelakor... Pelari Lakik Orang... jelasss ?!?!

Anjing lu tannn....!! Lu gak ada bukti tapi berani menghina Mama ku...tante betul-betul anjing...!!! Aku mulai terbawa amarah.

Hei... Lu yang anjinggg... !!! Dasar anak pelakor lu... !!! Tante sudah tahu semua aib si AiLing mama lu yang jalang itu...!!! Balasnya.

BUKTIKANNN !!! COBA BUKTIKANNN....!!! JANGAN BOCOT LU !!!!

"Maaaa.... Sennnn.... kaliann kenapa sih...?!" tiba-tiba ci Erika turun menyela pertengkaran kami.

"Lien....ini adek lu gak senang kalau dibilang anak pelakor... dia cari masalah sama mama padahal memang itu kenyataannya.... sini biar mama buka semua aib mama lu Sen biar lu tahu jelas kalau AiLing itu memang wanita pelakor..."

"Dulu Pak Syamsul punya seorang karyawan di bidang kepala proyek pembangunan atau istilahnya mandor bangunan, namanya bang Anwar. Orangnya sangat humoris dan terbuka sama kami. Suatu kali dia bilang dia curhat sama aku dan beberapa rekan kerja lain waktu ngumpul, kalau dia mau diceraikan istrinya karena ketahuan dekat dengan seorang wanita. Aku sebagai wanita tentu membela istrinya dan menyalahkan bang Anwar yang selingkuh. Aku dan beberapa rekan kerja yang wanita sudah berkali-kali nasehati bang Anwar agar berbaikan kembali dengan istrinya tapi dia ngotot membela selingkuhannya. Kami pura-pura pengen lihat foto wanita selingkuhannya ternyata wanita itu adalah AiLing...."

Belum selesai tante MeiCen bercerita, pikiranku terfokus pada Bang Anwar. Bukankah itu nama papa kandungku yang pernah diceritakan Mama?! bagaimana mungkin dia sudah punya istri waktu dekat sama Mama. Ini pasti tante mengarang cerita, kalau itu benar Bang Anwar yang dimaksud adalah papa kandungku, pasti waktu itu dia belum punya istri.

"GAK MUNGKIN...!!! pasti ini tante ngarang cerita...!!! Atau tante pasti salah kenal....!!! dengan keras aku menyela tante.

"DENGAR DULU BARU KOMENTAR....!!! balas tante dengan keras pula.

"Udah Sennn... biarkan dulu mama ku selesaikan ceritanya..." ci Erika mencoba menenang aku.

"Awalnya akupun gak percaya kalau itu beneran AiLing. Aku pura-pura gak kenal dan minta bang Anwar tunjukkan lagi beberapa foto lain... ternyata memang itu benar itu foto AiLing. Dihape bang Anwar banyak sekali foto AiLing yang seksi-seksi.. Tega sekali AiLing menghancurkan rumah tangga bang Anwar... sesama orang Tionghoa akupun malu melihat kelakuan AiLing....huh..!!!

"Pokoknya aku gak percaya dengan cerita tante... itu boongan .. jangan gara-gara tante sudah bercerai dengan Papa lalu menikah dengan Mama, lantas tante sentimen banget sama Mama lalu menuduh mama dengan fitnahan...!!!

"Hahaha... persoalan aku cerai sama Afuk papa lu bukan masalah buat tante, malahan tante senang bisa cerai dengan dia.. selama aku bersama papa lu, hidup tante menderita... tiap hari dibentak bahkan dipukul sama papa lu... tante lebih bahagia sekarang tinggal di rumah ini... tante yakin Mama lu juga gak bahagia nikah sama Papa lu makanya dia mau jadi pelakor... apalagi sekarang papa lu sudah bangkrut dan tinggal di kampung... kalau dulu papa lu kaya sekarang miskin, apapun tidak bisa diharapkan.... memang sudah nasib mama lu... hahahahaha....!!! ledek tante MeiCen

"Jaga mulutmu Tannn.... dasar wanita gila....awas azab menanti...!!! ancamku.

"Lu yang gila... bilang-bilang Azab..?! bahasa apaan tuh.. tante gak ngerti apa itu... yang tante tahu itu petaka... justru Mama lu yang kena petaka gara-gara jadi pelakor....!!! balas tante.

"Biadab lu tannnn....!!! Awas kau....!!! Benar-benar wanita gila bermulut racun, amarahku bangkit dan mau memukul tante, tapi untung dihadang oleh ci Erika.

"Heiii...!!! Berani kau tinggal di rumah orang tapi mau main pukul...!!! " balas tante dengan mata melotot padaku.

"Ada apa ini..?! Di tengah pertangkaranku dengan tante MeiCen, tiba-tiba Pak Syamsul juga pulang membuat ruang tamu ini semakin ramai.

"Hiksss..... untung kamu pulang sayy....ini si Asen tadi berani sekali mau memukul aku Pakkkk... beruntung ada SiuLien yang menolong ku... kalau gak aku udah kesakitan dibikin sama anak kurang ajar ini.... hiks...hiksss...." mendadak sikap tante MeiCen berubah manja di hadapan Pak Syamsul. Tante MeiCen sangat bermuka dua. Aku bertekad akan siap pulang bila diusir dari rumah ini.
"Benarkah apa kata MeiCen barusan...?! tanya Pak Syamsul padaku.

"Iyaaa Om..!! Memang benar tadi tante MeiCen mau kupukul... tapi bukan berarti tanpa alasan Om... dia berani sekali merendahkan mama ku dengan bilang aku ini anak pelakor... katanya Mamaku mengganggu rumah tangga karyawan om yang bernama Anwar.... padahal itu gak benar.... aku gak bisa terima Mama ku di fitnah begitu apalagi dibilangnya pelakor... ini sebuah penghinaan...!!! tegasku meluapkan kekesalannya.

"Memang betul kan apa kataku...!!! Mama nya memang seorang pelakor...!! Iya kan Pakkkk....??? desak tante MeiCen merengek pada om Syamsul menuntut pembelaan.

"Hmmm... Sudah !!! tenang dulu...!!! suasana mendadak hening.

"Cennn...!!! lu masuk dulu ke kamar....!!! ucap om Syamsul menyuruh tante masuk ke kamarnya.

"Dan elu Lienn... lu temani mama lu di kamar biar dia tenangkan diri dulu..." ucapnya sedikit lembut kepada ci Erika.

"Iya om... yuk Maaa kita ke kamar saja...." ajak ci Erika dan tante dengan muka kesal naik ke kamarnya.

"Izalll...!!! Lu duduk dulu dan tunggu om di sini...." suruh om Syamsul lalu dia masuk ke kamar menyusul tante MeiCen untuk bicara dengannya.

Kurang lebih 15 menit aku menunggu akhirnya om Syamsul turun dari kamarnya dan membawa beberapa berkas.

"Zalll... ayo ikut om ke kantor sambil kita ngobrol-ngobrol di mobil..." ajak om Syamsul dan kuikuti ajakkannya. Pikiranku berkata, selama perjalanan pasti aku akan diberikan ceramah om Syamsul sembari mengendarai mobil innova miliknya.

"Maafkan atas sikap MeiCen yang tidak pantas terhadap kamu Zal...." ucapan om Syamsul membuatku heran. Kenapa bisa om Syamsul yang minta maaf padaku.

"Kenapa om minta maaf...?? Kan yang menghina aku bukan om... tapi tante MeiCen...." kuberanikan diri bertanya.

"Mungkin kata-kata MeiCen tadi sangat tidak pantas diucapkan... tapi dibaliknya faktanya itu ada benarnya Zal...." ucap om Syamsul pelan.

"Benar mana nya om...??! Tidak mungkin Mama ku merusak rumah tangga orang...."

"Om tidak berpihak kepada MeiCen... om yakin Mamanya Izal gak berniat untuk melakukan itu... om pikir ini sebuah ketidaksengajaan saja... memang ucapan MeiCen tadi yang terlalu berlebihan...." jelas om Syamsul membuatku semakin tidak mengerti apa maksudnya.

"Ketidaksengajaan yang bagaimana maksud om...?!?!

"Baiklah.. om akan beritahukan faktanya padamu... tapi kamu jangan menyalahkan siapapun sebab fakta itu terkadang pahit rasanya.. tapi kita harus bisa terima kenyataan ini walaupun pahit..." dalam sekali kalimat yang diucapkan om Syamsul, aku masih agak sulit menerima apalagi mengerti kata-katanya.

"Iya om... katakan kebenaran padaku... aku mau tahu...!!! desakku penasaran.

"Bang Anwar itu dulu adalah karyawan om yang paling bisa dipercaya.... dia pernah om angkat menjadi kepala proyek bangunan... semua urusan dana dan bahan bangunan om percayakan padanya.... semua fasilitas om berikan bahkan biaya pernikahnya om yang sponsor... kebetulan dia dapat istri dari pulau Jawa namanya mbak Surti... menurut om secara fisik istrinya sangat aduhai dan wajahnya juga sangat cantik dan ayu, mirip dengan pemenang putri Indonesia..."

"Jadi terus om gimana kelanjutannya....??"

"Om tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan rumah tangga bang Anwar dengan mbak Surti... suatu hari bang Anwar bilang kalau dia mau bercerai dengan istrinya yang sedang hamil tua dan dia lagi dekat dengan seorang wanita cina yang sudah bersuami namanya AiLing... Anwar berniat ingin merebut dari suaminya tapi belum punya modal... dia mau pinjam modal dari om tapi om gak setuju lalu bang Anwar minta berhenti kerja..."

"Masa sih bang Anwar tega sekali menceraikan istrinya yang lagi hamil....?? tanyaku dan akupun merasa sulit menerima kenyataan kalau ternyata Papa kandungku sewaktu mendekati Mama ternyata sudah beristri dan sedang hamil. Kalau itu benar, kenapa Papa ku koq tega meninggalkan istrinya.

"Suatu kali waktu lebaran berakhir dia kembali dari pulau Jawa kampung istrinya naik bus... namun di tengah perjalanan terjadi kecelakaan hebat... bang Anwar sempat terluka cukup parah tapi untung dia selamat setelah perawatan dari rumah sakit... semua biaya rumah sakit om yang tanggung...."

"Jadi bang Anwar masih hidup dong sampai sekarang...?! tanyaku memastikan.

"Kan om bilang dia selamat... ya pasti masih hidup dong Zalll...." om Syamsul aneh dengan pertanyaanku. Ini kabar baik buat aku maupun Mama. Selama ini Mama berpikir bang Anwar sudah meninggal dunia.

"Jadi di mana bang Anwar sekarang....??? tanyaku.

"Om tidak tahu jelas... om dapat kabar kalau dia tinggal di rumah kontrakan yang terletak di pinggir kota... nanti setelah dari kantor om mau mencari Anwar untuk bekerja kembali di kantor om... kebetulan om lagi ada pembanguan proyek baru yang namanya "Royal Orchard Village"....Izal mau ikut om ??? ajaknya.

"Mau om... aku mau ikut...!!! ucapku semangat. Tentu saja aku mau ikut. Aku pengen sekali ketemu dengan Papa kandungku

Bagaimanakah sosok bang Anwar Papa kandungku ?
Apakah benar bang Anwar sudah beristri saat bersama Mama?
Benarkah semua yang diceritakan Tante MeiCen dan Om Syamsul ?

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com