Sekitar 2 bulan lalu Om Robi mengajak aku agar tinggal bersama mereka, dengan alasan daripada Ku harus kost di luar, lebih baik Ku tinggal di rumah om Ku saja karena di rumahnya ada kamar yang masih kosong, kata om Robi memberi alasan.
Sebulan kemudian, tante Tina membawa keponakannya ke rumah. Nama keponakan tante Tina adalah Lila, umurnya 15 tahun, ia sudah duduk di kelas 2 SMK Negeri. Lila adalah seorang gadis yang cantik, cerdas, rajin dan baik hati pada semua orang. Suatu ketika, om Robi dan tante Tina pergi menghadiri acara perpisahan siswa kelas II di sekolah tempat om mengajar.
Ia sempat mengajak Ku, namun Ku menolak dengan alasan AKu agak lelah, lalu tante Tina mengajak Lila, namun Lila juga menolak dengan alasan Lila lagi ada tugas dari sekolah yang harus diselesaikan malam itu juga karena besok tugas itu sudah harus dikumpulkan.
Sebelum om dan tante meninggalkan rumah, mereka tidak lupa berpesan agar kami berdua berhati-hati, karena sekarang banyak maling yang pura-pura datang sebagai tamu, namun ternyata sang tamu tiba-tiba merampok setelah melihat situasi yang memungkinkan. Setelah selesai berpesan, om dan tante pun pergi sambil menyuruh Ku menutup pintu.
Sejak kepergian om dan tante, rumah jadi hening, kini hanya ada suara TV, namun sengaja Ku kecilkan volumenya karena Lila sedang belajar. Ku hanya duduk di ruang depan menonton sebuah sinetron yang ditayangkan salah satu stasiun TV swasta.
Ku sempat menyaksikan adegan panas seorang lelaki paruh baya yang sedang asyik berselingkuh dengan seorang gadis yang ternyata teman sekantornya sendiri. Karena terlalu asyiknya Ku nonton TV, sehinggak AKu sangat kaget ketika sebuah tangan menepuk pundak Ku.
Setelah Ku lihat ternyata Lila, ia tersenyum manis sambil menarik lenganku dengan manja menuju kamarnya. Ku jadi deg-degan setelah melihat penampilannya, ternyata ia hanya mengenakan celana pendek ketat warna coklat muda dengan kaos orangenya yang super ketat, sehinggak lekuk-lekuk tubuhnya tampak begitu jelas.
Sejenak Ku terpana melihat tubuhnya yang nyaris sempurna. Ku amati pinggangnya bagai gitar spanyol dengan paha yang kencang, mulus, dan bersih. Selain itu juga tampak buah dadanya sangat menantang. Sepertinya ukuran BH-nya 34B. Pemandangan itu sempat mengundang pikiran jahat Ku.
Bagaimana rasanya kalau Ku menikmati tubuhnya yang nyaris sempurna itu. Namun Ku berusaha menyingkirkan pikiran itu karena Ku pikir bahwa dia adalah sepupu ipar Ku, tinggal serumah dengan Ku dan Ku pun menganggapnya sudah seperti adik kandung Ku sendiri.
“Ada apa sih? Kok kamu mengajak Ku masuk ke kamar kamu?” kataku agak bingung sambil berusaha melepaskan tangan Ku.
Sebenarnya bukan karena Ku menolak tetapi hanya karena grogi saja. Maklum Ku belum pernah masuk ke kamar Lila sebelumnya.
“Kak, Lila mau minta tolong nih!” katanya sambil menatapku manja.
“Kakak mau nggak membantu Ku menyelesaikan tugas ini, soalnya besok sudah harus dikumpul.” kata dia setengah merengek.
“Oh, maksudnya kamu mau minta tolong agar Ku membantu kamu mengerjakan tugas itu? Okelah. Ku akan membantumu dengan senang hati, Ku kan sudah berjanji untuk selalu menolongmu.” kataku mantap.
“Asyik, makasih ya kak.” kata Lila sambil menciumku.
Kontan Ku merasa tersengat aliran listrik karena meskipun umur sudah 25 tahun, Ku belum pernah mendapat ciuman seperti itu dari seorang gadis, apalagi ciuman itu datangnya dari gadis secantik Lila.
Ku pun segera membantunya sambil sesekali mencuri padang padanya, namun sepertinya ia tidak menyadari kalau Ku memperhatikanya. Setelah kami mengerjakan tugas itu sekitar 30 menit, tiba-tiba Lila berhenti mengerjakan tugas itu. Ia mengeluh sambil memegangi keningnya.
“Kak, Lila pusing nih, boleh nggak kakak pijitin kepala Lila?” katanya sambil merapatkan badannya ke dada Ku.
Sempat Ku merasakan gesekan dari payudaranya yang cukup kencang namun terasa lembut.
“Emang kenapa kok Lila tiba-tiba pusing?” tanya Ku agak heran.
“Ayo kak, tolong pijatin dong, kepala Lila pening!”
“Oke, dengan senang hati lagi.” kataku penuh antusias.
Ku lalu mulai menekan-nekan keningnya dengan tangan kiri Ku dan tangan kanan. Ku menahan lehernya agar badannya tidak bergoyang. Sesekali Ku juga mengelus pundaknya yang putih bersih.
“Kak, belakang leher Lila juga kak, soalnya leher Lila agak kaku nih.” katanya sambil menuntun tangan Ku pada lehernya.
Setelah Ku memijatnya sekitar lima menit, ia lalu berdiri sambil menarik tangan Ku.
“Kak, Lila baring di ranjang aja ya? Biar pijitnya gampang.”
“Terserah Lila ajalah.” kata Ku sambil mengikutinya dari belakang.
Lagi-lagi Ku terkesima melihat pinggulnya yang sungguh aduhai. Ia lalu berbaring telungkup di atas ranjang sambil menyuruh Ku memijat leher dan punggungnya. Sesekali Ku melihat dia menggerakkan tubuhnya, entah karena sakit atau karena geli. Ku tidak tahu pasti, yang jelas Ku juga sangat senang memijat punggungnya yang sangat seksi. Entah karena gerah atau bagaimana, tiba-tiba saja ia bangun.
“Kak, Lila buka baju saja ya? Sekalian pakai balsem biar cepat sembuh.”
“Mungkin Lila masuk angin.” katanya sambil melepaskan kaosnya, lalu kembali berbaring di depan Ku.
Ku terkesima melihat kulit tubuhnya yang kuning langsat. Dalam hati Ku berpikir alangkah bahagianya Ku kalau kelak mempunyai istri secantik Lila. Ku terus memijatnya dengan lembut. Sesekali Ku memutar-mutar jari-jari Ku di tepi rusuknya.
Setiap Ku meraba sisi rusuknya, ia kontan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Kadang juga pinggulnya ditarik. Maklum, ia belum terbiasa disentuh laki-laki.
Ku juga sudah mulai merasakan penis Ku mulai bergerak-gerak dan kini sudah semakin tegang. Tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Ku.
“Kak, Lila buka aja BH-nya ya kak? Soalnya gerah nih.”
“Terserah Lila lah.” kata Ku.
Kini kami saling berhadap-hadapan, ia berbaring menatap ke arah pandangan Ku dan Ku berlutut di samping kanannya. Dia hanya tersenyum manja, Ku pun membalas senyumanya, nafas Ku sudah mulai tidak menentu.
Sepertinya nafas Lila juga sudah mulai tidak terkendali, Ku melihat bukitnya yang nampak berdiri kokoh dengan pucuk warna merah jambu kini sudah mulai turun naik. Ku sempat grogi dibuatnya, bagaimana tidak, selama ini Ku belum pernah melihat pemandangan seindah ini.
Di depan Ku kini tergeletak seorang gadis yang tubuhnya begitu memabukkan dengan desahan nafas yang membuat batang kejantanan Ku sudah berdenyut-denyut.
Seakan-akan penis Ku mau lompat menerjang tubuh Lila yang terbaring mengeliat-geliat, sungguh darah muda Ku mulai berdesir kencang. Kini Ku mulai merasakan detak jantung Ku sudah tidak beraturan lagi.
“Kenapa kak?” katanya sambil tersenyum manja.
“Nggak, nggak papa kok.” kata Ku agak grogi.
“Sudahlah, ayo Kak pijatnya yang agak keras dikit.”
“Iya, iya” jawab Ku.
Ku lalu mulai mengelus-elus perutnya yang putih bersih itu, tanpa sengaja Ku menyenggol gundukan di dadanya.
“Ahh..” katanya sambil menggeliatkan tubuhnya. Ku dengan cepat memindahkan tangan, tetapi ia kembali menariknya.
“Tidak apa-apa kak, terusin saja.” katanya.
Wah, benar-benar malam ini adalah malam yang sangat menyenangkan bagi Ku karena tidak pernah terlintas di dalam pikiran Ku akan mendapat kesempatan seperti ini. Kesempatan untuk mengelus-elus tubuh Lila yang sangat merangsang.
“Ku tidak boleh melewatkan kesempatan sebaik ini,” kata Ku dalam hati.
Kini Lila semakin merasakan sentuhan jari-jari Ku, Ku melihat dari desahan nafasnya dan dari tubuhnya yang sudah mulai hangat. Entah setan apa yang membuat Lila lupa diri, dia tiba-tiba menarik wajah Ku, lalu mengusapnya dengan jari-jarinya yang lembut dan mulai mencium dan menggigit bibir Ku.
Ku hanya pasrah dan terus terang Ku juga sebenarnya sangat menginginkanya, namun selama ini Ku pendam saja karena Ku menghargainya dan menganggapnya sebagai adik sendiri.
Tetapi saat ini pikiran itu telah sirna dari kepala Ku yang dialiri oleh gelora darah muda Ku yang menggelora. Ia terus mencium Ku dan kini ia melepaskan kaos yang Ku pakai lalu membuangnya di samping ranjang.
“Lila, ada apa ini?” tanya Ku setengah tidak percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.
Tetapi ia tidak memperdulikan kata-kata Ku lagi. Melihat gelagat Lila yang sudah di luar batas kendali itu, Ku pun tidak mau tinggal diam. Ku mulai membalas ciumannya, melumat bibirnya dan menghisap lehernya yang putih bersih.
Ku merasakan penis Ku semakin keras dan berdenyut-denyut. Lila terus mencium bibir Ku dengan nafas tersengal-sengal. Ku pun tidak mau kalah, Ku mulai meremas-remas payudaranya yang masih kencang dan menantang. Kini Ku mulai mengisap pucuknya.
“Achh..” ia menggeliat.
Ku melihat Lila semakin menikmati perbuatannya. Sesekali ia menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat. Lila melihat penis sudah mendongkrak celana pendek Ku, ia lalu menyelipkan tangannya ke dalam CD Ku dan ia kini sudah menggenggam penis Ku yang berdiri tegak dengan otot-otot yang berwarna kebiruan.
Ia lalu menarik celana pendek dan CD Ku dan kemudian melemparkannya ke lantai. Ia kembali menangkap penis Ku dan mengocoknya dengan jari-jarinya yang lembut.
“Aachh.. achh..” benar-benar nikmat rasanya. Ku merasakan penis Ku semakin tegang dan semakin panjang.
Ia terus mempermainkan milik Ku yang sudah berdenyut-denyut dan mulai mengeluarkan cairan bening.
Ku pun tidak mau ketinggalan. Ku lalu menyelipkan jari-jari Ku ke selangkangannya. Ku merasakan lubang kemaluannya sudah hangat dan sudah sangat basah dengan cairan warna bening mengkilat.
Rupanya ia sudah benar-benar sangat terangsang dengan permainan kami. Dengan nafas yang tersengal-sengal, Ku lalu melorotkan celana Lila lalu meremas-remas pahanya yang putih mulus dan masih kencang.
Ku tidak sanggup lagi menahan nafsu Ku yang sudah naik ke ubun-ubun Ku. Dengan sekali tarik, Ku berhasil melepaskan CD-nya Lila. Kini ia benar-benar bugil.
Ku sejenak terpana menyaksikan tubuhnya yang kini tanpa sehelai benang, dengan kulit kuning langsat, halus, bersih dan bentuk badan yang sangat seksi sungguh nyaris sempurna. Ku benar-benar tidak tahan melihat vaginanya yang ditumbuhi rambut tipis dan halus dengan bentuknya yang mungil berwarna coklat agak kemerah-merahan.
Kembali penis Ku berdenyut-denyut, seakan meronta-ronta ingin menerjang lubang nikmat Lila yang masih terkatup rapat. Ku sangat gemas melihat liang kemaluannya dan kini Ku mulai mengusap-usap bibirnya dan meremas klitorisnya. Lubang nikmat Lila sudah sangat basah. Ku melihat Lila semakin terlelap dalam nafsunya. Ia hanya mengerang nikmat.
“Achh.. achh.. ohh.. ohh..” Ku terus menjilat klitorisnya. Ia hanya mendesah,
“Achh.. achh..” sambil menarik-narik pinggulnya.
“Kak, ayo masukin kak!” sambil menarik penis Ku menuju bibir kemaluannya.
“Oke Lila” lalu Ku membuka kakinya.
Kemudian Ku melipat kakinya dan menyuruhnya supaya ia membuka pahanya agak lebar. Ku lalu menarik pantat Ku dan merapatkan pada selangkangannya. Ia dengan cekatan meraih batang kemaluan Ku lalu menempelkannya di bibir kemaluannya yang masih sangat rapat namun sudah basah dengan cairan lendirnya.
“Pelan-pelan ya kak, Lila belum biasa.”
“Iyaaa,” kata Ku sambil mengecup bibirnya yang merekah basah. Ku kemudian mendorongnya pelan-pelan.
“Achhhh.. sakit kak.”
“Tahan Say.”
Ku lalu kembali mendorongnya pelan-pelan dan kini batang Ku sudah bisa masuk setengahnya. Lila hanya menggeliat dan menggigit bibirnya. Ku terus mendorongnya sambil memeluk tubuhnya. Sesekali Ku menyentaknya agak keras.
“Achhkk.. sakiittt kak, pelan dikit donk!” memang vaginanya masih sangat rapat, maklum ia masih perawan.
“Tahan ya La,” Ku mencoba menenangkannya sambil memegang pinggulnya erat-erat.
“Ahhkk..” Lila meringis keras. Ia memukul dada Ku dengan keras sambil menarik pantatnya.
“Sakit kak, sakiiittttt..”
Ku merasakan batang kejantanan Ku menembus sesuatu yang kenyal dalam lubang kenikmatan Lila. Rupanya batang Ku telah berhasil menembus selaput daranya. Dari liang sorga Lila tampak mengalir darah segar.
Ku terus mengocok dan menggoyang-goyangkan pinggul maju mundur sambil menciumi bibirnya dan meremas-remas gunungnya yang sangat menantang itu. Sesekali Ku melihat dia merapatkan kedua pahanya sambil mengigit bibirnya.
Benar-benar milik Lila sungguh nikmat, Ku merasakan vaginanya semakin basah dan licin, namun tetap Ku merasakan kejantanan Ku terjepit dan kadang seperti dihisap oleh vaginanya Lila. Kini Ku merasakan batang kemaluan Ku sudah berdenyut-denyut sepertinya ingin memuntahkan sesuatu, namun Ku tetap menahannya dengan mengurangi irama permainan Ku.
“Terus kak, terus..” ia menggeliat.
Ku melihat kedua kakinya mengejang. Gerakan Ku kembali Ku pacu, membuat payudaranya agak bergoyang dan sepertinya semakin membesar berwarna kemerah-merahan.
“Achh.. achh.. Kak cepat kak, cepat kak.” sambil menggeliat.
Ia merapatkan pahanya. Dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mencari pegangan. Akhirnya ia memelukku dengan erat dan mengangkat kedua kakinya. Sambil menggigit bibirnya, ia memejamkan matanya. Ku merasakan kalau kini badannya sudah kaku dan hangat. Akhirnya Lila memelukku erat-erat dan mengangkat pantatnya sambil berteriak.
“Achhhhh..” Ku merasakan badannya bergetar dan sepertinya ada sesuatu yang hangat menyentuh batang kejantanan Ku, rupanya Lila sudah orgasme.
Ku semakin tidak kuat menahan denyutan dari buah kejantanan Ku, akibat kenikmatan yang diberikan Lila sangat luar biasa, batang Ku semakin berdenyut-denyut dan kini Ku benar-benar tidak sanggup lagi menahannya. Lalu Ku mempercepat gerakan Ku dan mendorong penis Ku lebih dalam lagi sambil menarik tubuh Lila dengan erat ke dalam pelukan Ku.
Ku merasakan kenikmatan yang sangat dahsyat itu. Kini semuanya mengaliri dan menggetarkan seluruh tubuh Ku mulai dari ubun-ubun sampai ujung kaki Ku.
Akhirnya, “Crott.. crott.. croot..” Kejantanan Ku mengeluarkan cairan hangat dalam lubang kemaluan Lila.
Ku sempat bingung dan takut karena telah menikmati tubuh Lila secara tidak sah. Namun rasa nikmat itu lebih dahsyat sehingga pikiran itu segera sirna. Ku hanya tersenyum lalu mengecup bibir Lila dan mengucapkan terima kasih pada Lila.
Tampak tubuh Lila basah dengan keringatnya tetapi terlihat wajahnya berseri-seri karena puas. Lila hanya merapatkan kedua tangannya ke sisi tubuhnya. Ketika Ku mencabut batang kejantanan Ku dari vaginanya ia hanya tersenyum saja. Astaga, Ku melihat di sprey Lila terdapat bercak darah. Tetapi segera Lila bangun dan menenangkan Ku.
“Tenang mas, nanti Ku cuci, tak akan ada yang mengetahuinya.” katanya sambil meletakkan jarinya di kedua bibir Ku. Kami berdua lalu menuju ke kamar mandi. Di situ kami masih sempat melakukannya sekali lagi, lalu akhirnya kami kembali mandi dan kembali ke kamarnya Lila.
Setelah Ku mengambil baju dan celana, Ku pun menuju ruang tamu. Tidak lama kemudian keluarlah Lila dari kamarnya lalu mengajak Ku makan malam berdua.
Katanya, ia sengaja duluan makan karena tidak ingin bertemu dengan om dan tante malam ini. Mungkin Lila malu dan takut kalau perbuatan kami ketahuan. Setelah makan, ia kembali ke kamarnya. Entah ia tidur atau belajar, Ku tidak tahu pasti.
Tidak lama kemudian, om dan tante datang. Mereka menceritakan keadaan pesta itu yang katanya cukup ramai dibanding tahun lalu karena tahun ini siswanya lulus 100 persen dengan nilai tertinggi di kota kami.
Om menanyakan Lila, tetapi Ku katakan mungkin ia sudah tidur sebab tadi setelah makan ia sempat mengatakan kepada Ku bahwa ia agak lelah. Om hanya mengangguk lalu menuju kamarnya, katanya ia juga sudah makan dan kini ia pun ingin istirahat.
Ku tersenyum puas dan kembali menonton sebentar, lalu masuk kamar Ku. Di dalam kamar, Ku tidak bisa tidur membayangkan kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu.
Malam ini Ku sangat senang karena telah merasakan sesuatu yang tidak pernah Ku rasakan sebelumnya dan pengalaman yang sangat manis ini tentu tidak akan pernah Ku lupakan sepanjang hidup Ku.
❞ 𝐁𝐞𝐫𝐜𝐨𝐜𝐨𝐤 𝐓𝐚𝐧𝐚𝐦 ❞ 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐩𝐨𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧
Categories
- 𝟏𝟎𝟎𝟏 𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇 𝐔𝐒𝐓𝐀𝐙𝐀𝐇
- 𝐀𝐤𝐮 𝐆𝐮𝐫𝐮 𝐁𝐞𝐫𝐡𝐢𝐣𝐚𝐛 𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐁𝐢𝐧𝐚𝐥
- 𝐀𝐤𝐮 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤𝐮 𝐃𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐜𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚
- 𝐀𝐤𝐮 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧𝐤𝐮
- 𝐀𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐛𝐚- 𝐭𝐢𝐛𝐚 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐥𝐞𝐬𝐛𝐢𝐚𝐧
- 𝐀𝐭𝐚𝐬𝐚𝐧𝐤𝐮 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐂𝐚𝐧𝐭𝐢𝐤
- 𝐁𝐨𝐝𝐲 𝐌𝐚𝐦𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐝𝐮𝐡𝐚𝐲
- CERPEN
- 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐁𝐢𝐚𝐬𝐚
- 𝑪𝒐𝒓𝒓𝒖𝒑𝒕𝒊𝒐𝒏
- 𝐃𝐨𝐬𝐚 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡
- 𝐆𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐥𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠
- 𝐆𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐌𝐚𝐛𝐮𝐤
- 𝐈𝐛𝐮 𝐌𝐞𝐫𝐭𝐮𝐚𝐤𝐮 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤𝐮
- 𝐈𝐛𝐮 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭𝐤𝐮
- 𝐈𝐛𝐮𝐤𝐮 𝐓𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐫𝐮𝐛𝐚𝐡
- 𝐈𝐁𝐔𝐊𝐔 𝐓𝐄𝐑𝐋𝐀𝐋𝐔 𝐁𝐀𝐈𝐊
- 𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫
- 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐚𝐤 𝐀𝐭𝐚𝐬𝐚𝐧𝐤𝐮
- 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐤𝐮 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐓𝐊𝐖
- 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤𝐮 𝐃𝐢𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐉𝐚𝐝𝐢 𝐁𝐢𝐧𝐚𝐥 𝐎𝐥𝐞𝐡 𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚
- 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤𝐮 𝐏𝐚𝐬𝐫𝐚𝐡 𝐃𝐢𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐢𝐣𝐚𝐭
- Kasih Terlarang Keluarga
- 𝐊𝐀𝐓𝐑𝐈𝐍
- 𝐊𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 𝐏𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠
- 𝐊𝐞𝐧𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚
- 𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐃𝐚𝐧 𝐌𝐞𝐫𝐭𝐮𝐚
- 𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚
- 𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐊𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐣𝐚𝐰𝐚𝐭
- 𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮
- 𝐊𝐎𝐏𝐈 𝐒𝐔𝐒𝐔
- 𝐋𝐚𝐛𝐢𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐊𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐤𝐢𝐭𝐚𝐫𝐤𝐮
- 𝐋𝐚𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐁𝐢𝐫𝐚𝐡𝐢
- 𝐋𝐈𝐃𝐘𝐀
- 𝐌𝐚𝐦𝐚 𝐑𝐢𝐬𝐚
- Mama... aku minta Maaf
- 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐆𝐮𝐫𝐮 𝐍𝐠𝐚𝐣𝐢 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐥𝐢𝐦 𝐉𝐚𝐝𝐢 𝐍𝐚𝐤𝐚𝐥
- 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐠𝐨𝐝𝐚 𝐎𝐥𝐞𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐛𝐚𝐭𝐤𝐮
- 𝐌𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐝𝐚𝐲𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠
- 𝐌𝐈𝐋𝐀
- 𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐮𝐡 𝐈𝐧𝐭𝐫𝐢𝐤
- 𝐍𝐚𝐟𝐬𝐮 𝐁𝐢𝐫𝐚𝐡𝐢 𝐂𝐢𝐭𝐫𝐚
- 𝐍𝐲𝐚𝐧𝐲𝐢𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦
- 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚
- 𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧
- 𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐁𝐢𝐛𝐢 𝐊𝐀𝐑𝐈𝐍𝐀 𝐃𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚
- 𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐤𝐚𝐤𝐤𝐮
- 𝐑𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐇𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐚𝐣𝐢𝐤𝐚𝐧
- RANJANG YANG TERNODA
- 𝐑𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐈𝐛𝐮 𝐁𝐢𝐧𝐚𝐥
- 𝐑𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐆𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐤𝐮𝐬
- 𝐒𝐢𝐬𝐤𝐚 𝐌𝐞𝐫𝐭𝐮𝐚𝐤𝐮
- The Jack Story
- The Ukhti's Story
- 𝐓𝐇𝐑𝐄𝐄𝐒𝐎𝐌𝐄 𝐃𝐑𝐀𝐌𝐀 𝐃𝐀𝐍 𝐃𝐈𝐋𝐄𝐌𝐀
- 𝐔𝐤𝐡𝐭𝐢 𝐀𝐫𝐢𝐧𝐚 & 𝐆𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐨𝐭𝐨𝐫
Blog Archive
- September 2024 (44)
- Agustus 2024 (96)
- Juli 2024 (92)
- Juni 2024 (98)
- Mei 2024 (101)
- April 2024 (68)
- Maret 2024 (56)
- Februari 2024 (52)
- Januari 2024 (62)
- Desember 2023 (77)
- November 2023 (53)
- Oktober 2023 (38)
- September 2023 (29)
- Agustus 2023 (31)
- Juli 2023 (47)
- Juni 2023 (24)
- Mei 2023 (40)
- April 2023 (23)
- Maret 2023 (18)
- Februari 2023 (27)
- Januari 2023 (17)
- Desember 2022 (20)
- November 2022 (24)
- Oktober 2022 (33)
- September 2022 (15)
- Agustus 2022 (25)
- Juli 2022 (31)
- Juni 2022 (38)
- Mei 2022 (8)
Cari Blog Ini
Diberdayakan oleh Blogger.