𝐓𝐚𝐧𝐭𝐞 𝐕𝐢𝐧𝐚 & 𝐓𝐚𝐧𝐭𝐞 𝐑𝐢𝐬𝐚


 Sebut saja namanya Vina umur 35 tahun dan Risa 33 tahun. Seperti yang sudah-sudah, aku mengenal sosok Vina dari seringnya aku online sebagai chatter.

Aku bisa menilai, Vina adalah sosok yang hot dalam bercinta. Dengan ciri-ciri 170/65, berdada sintal, berpinggul sexy dan kelihatan sekali dia adalah seorang wanita yang suka sekali senam sehingga badannya terasa padat berisi. Itu semua aku ketahui setelah dia kirim aku foto dan aku tahu kalau dia penganut sex bebas juga dengan para karyawan-karyawan yang ada di surabaya, itupun aku ketahui setelah Vina banyak cerita tentang kehiduapn sexnya.

Singkat cerita, kita janjian untuk ketemuan, dengan catatan dia harus bawa teman karena menurut dia, tidak pernah ada acara copy darat sendirian. Dan gilanya lagi dia sudah booking hotel, saat acara ketemuan nanti. Itu karena supaya dia tidak ketahuan suaminya, dia pilih Hotel. Karena menurut Vina, Hotel adalah tempat yang paling aman.

Sesuai dengan hari yang sudah dibicarakan bersama, akhirnya aku bergegas meluncur menuju hotel yang dia booking. Setelah di depan hotel, aku berusaha menelpon dia untuk menanyakan di kamar nomor berapa.

“Hallo Dody, kamu ada dimana” tanya Vina.
“Aku sudah di depan lobby, Mbak Vina di kamar no. Berapa?”aku berusaha mencari tahu.
“Naik aja lift ke lantai 3, terus cari nomor 326,” suara Vina dengan jelas.
“Ok Mbak, aku segera naik,” jawabku.
“Ok aku tunggu,” suara Vina dengan ceria.

Setelah aku tutup celluler ku, bergegas aku menuju kamar yang disebut oleh Vina.
“Tok-tok-tok” aku mengetuk pintu yag betuliskan nomor 326.
Setelah pintu terbuka, aku sedikit terpana dengan tubuh Vina yang tinggi semampai.
” Dody ngapain bengong, masuk dong,” sambil menggapai lenganku.
Sesampai di dalam kamar, ternyata benar Vina bersama dengan temannya, sesuai dengan janji dia.
“Dody” aku ulurkan tanganku.

“Dody, ini temenku Risa” Vina mengenalkan temannya dan sambari begitu, si Risa bangkit dari duduknya langsung menyalami aku.
Keadaan berikutnya memang sedikit kaku karena aku juga kikuk, mengingat dalam kamar itu ada kami bertiga. Seandainya cuman berdua dengan Vina aku lebih berani.
“Dody, kamu nggak seperti di foto deh, sepertinya kamu lebih berisi” Vina membuka omongannya.
“Jangan-jangan yang difoto bukan kamu” tuduh Vina.
“Tidak kok Mbak, itu memang foto Dody,” aku coba membela diri.

“Dy, kata Vina kamu jago banget ya.. Ngesexnya?” tanya Risa.
Pertanyaan itu bagaikan menghantam dadaku. Deg! jantungku terasa berhenti sekian detik.
“Mmm anu biasa kok Mbak,” jawabku gugup.
“Nggak apa-apa kok Dan, santai aja Risa sama kok seperti Vina” hibur Vina.

Pembicaraan semakin menjurus ke arah yang berbau sex, kedua wanita sebaya ini aku tafsir merupakan wanita-wanita yang doyan banget ngesex.
Aku sempat memutar otak dengan keadaan ini dan bertanya dalam hati, suami mereka itu gimana kok ‘menelantarkan’ istri-istri sexy begini. Apalagi Risa, sepertinya membiarkan mataku melihat bongkahan paha mulus di balik rok mininya.

Sesekali dia merubah posisi duduknya tanpa harus riskan dengan aku yang duduk di depannya. Disaat aku melamun tentang khayalan aku, tiba-tiba Vina sudah berada di pangkuan aku, jantungku berdetak semakin kencang.

“Dy, buktikan omongan kamu di chatting selama ini,” pinta Vina sambil menempelkan dadanya ke muka wajahku. Aroma parfumnya yang begitu membangkitkan gairahku mengusik adik kecilku yang menghentak-hentak dinding CD-ku.
“Mbak” belum sempat aku selesaikan jawaban itu, bibir Vina yang tipis segera melumat bibirku. Aku sedikit gugup menerima serangang yang mendadak ini. Tetapi aku berusaha mengontrol keadaan aku. Disaat bibir Vina sedang asyik menikmati bbibirku, tanganku yang nakal mulai mengelus punggung wanita paruh baya tersebut.

Dengan kemahiran gigiku, aku melepas kancing blus belahan rendah yang ada pada dada Vina. Sampai akhirnya 4 kancing atas blus Vina terbuka, dan mulailah aku bisa mengusasi keadaan. Dengan belaian yang halus dan penuh perasaan, jari-jemariku mulai membuka pengait kancing BH Vina.
Dengan sedikit sentuhan, ‘tess’ BH Vina yang berwarna hitam terbuka.

Dan muncullah 2 bukit yang masih kencang didepan mukaku lengkap dengan sepasang puntingnya yang memerah. Aku bisa membaca apa yang sedang terjadi pada diri Vina, dengan jilatan maut lidahku membuatnya merintih, “Ughh, geli sayang”.
Jilatan lidahku yang mendarat di puting Vina, membuat wanita itu menggeliat tidak beraturan. Karena Vina masih menggunakan baju kantor (baca: rok mini). Tanganku semakin berani untuk mengelus pahanya yang putih mulus.

Sesekali tubuhnya yang sintal bergoyang dipangkuan aku dan sekitar 15 menit aku di posisi itu, semua inderaku bekerja sesuai fungsi masing-masing.
Disaat aku sedang melakukan foreplay, Risa masih duduk di tempatnya semula. Akan tetapi sekarang kedua kakinya yang jenjang dibuka lebar sedangkan tangannya meremas buah dadanya sendiri.

“Mm.. ” sesekali Risa merintih, mendesah melihat adegan Vina dengan aku.
Setelah 25 menit, aku mencoba menyandarkan tubuh Vina ke dinding kamar. Posisi ini sangat menguntungkan aku untuk mulai menikmati setiap cm tubuh Vina. Aku lumat bibir Vina, kemudian turun ke lehernya dan berlanjut ke buah dadanya yang sintal. Aku menjongkokkan tubuhku untuk menjilati puser Vina.

“Akhh.. Dy, beri aku janjimu sayang.. Ughh,” lidahku mulai nakal menjelajahi perut Vina. Sampai akhirnya aku mencium aroma bunga di lubang surga Vina. Tanpa melepas CD yang dipakai, aku segera memainkan lidahku diatas kemaluannya. Dan bersamaan dengan itu kepala Vina menggeleng kekanan-kekiri, seperti iklan sampho clear yang lagi berketombe di diskotik. Dengan sentuhan perlahan, aku melepas Vina, karena posisinya berdiri sangat mudah sekali melepas CD warna putih berenda yang dikenakan.

Tanganku berusaha membuka kedua kaki Vina yang masih menggunakan sepatu hak tingginya. Sehingga memudahkan lidahku untuk mengocok lubang kewanitaanya.

“Srupp.. Srupp, crek.. Crek” lidahku mulai menghujam vagina Vina.
“Dy, kamu memang asyik.. Geli sekali.. Ooohh” Vina merintih panjang saat lidahku mulai, mengulum, menjilat dan menghisap clitorisnya yang sudah mulai membesar dan berwarna merah. Aku mulai merasakan sesuatu akan meletup dalam diri Vina. Dengan segala pengetahuan aku dalam ilmu bercinta, aku angkat satu kaki Vina keatas pangkuan pundakku sehingga lidahku bisa leluasa menikmati cairan yang mulai meleleh di lubang surgawinya.

Dengan posisi berdiri kaki satu, aku semakin mempercepat jilatan lidahku, sampai akhirnya Vina tidak kuasa membendung orgasmenya.
“Dy, aku keluar.. Aakkhh” bersamaan dengan itu pula cairan kental muncrat ke wajahku.

Dan disaat aku masih bingung untuk membasuh wajahku tiba-tiba dari belakang Risa mengangkatku sambil berkata “Dy, sekarang giliranku”.
Rupanya Risa dari awal sudah memainkan jarinya diatas clitorisnya sambil menonton adegan antara aku dengan Vina. Terbukti Risa tidak lagi menggunakan CD yang tadi dikenakannya.

Risa membungkukkan badannya ke bibir meja, sehingga belahan merah pada selangkangannya terlihat jelas dari belakang. Bagaikan segerombolan tawon yang melihat madu, lidahkan langsung menari-nari di lubang kemaluan Risa.
“Dy, enak.. Sekali sayang.. Akhh” Risa merintih.

Dengan posisi aku duduk di lantai menghadap selangkangan Risa, yang membuka lebar pahanya. Memudahkan aku beroperasi secara maksimal untuk menekan lidahku lebih dalam, sedangkan tanganku meremas pantat Risa yang sexy.
Disaat aku sedang asyik menikmati lubang vagina Risa, tiba-tiba Vina sudah memereteli celanaku. Sehingga adikku yang berukuran 16 cm kurang dikit dan mempunyai bentuk yang sedikit bengkok ke kiri, menyembul keluar setelah sekian menit dipenjara oleh CD ketatku merk crocodille.

“Waow Dody, gila banget besar sekali sayang.. Mmm” selanjutnya tidak ada suara lagi karena penisku sudah dilahap oleh mulut Vina yang rakus. Aku merasakan betapa pandainya lidah Vina menari di batang kemaluanku. Sesekali aku melepas kulumanku di vagina Risa, karena merasakan kenikmatan permainan oral dari mulut Vina.

Risa sudah mulai bocor pertahanannya dan berkata sambil mendesah,
“Dody.. Aku.. Aku.. Mau.. Kelu.. Arr.. Aahh,” tangan Risa yang tadinya beroperasi dibuah dadanya sekarang menekan kepalaku dalam-dalam pada selangkangannya, seolah memohon jangan dilepas isapan fantastis itu. Untuk yang kedua kalinya wajahku belepotan oleh cairan wanita sebaya yang keluar dari lubang surgawi mereka. Disaat aku sedang membasuh wajahku yang penuh cairan, tiba-tiba Vina menarik lenganku, hingga badanku berdiri.

“Dy, aku ingin style berdiri,” ajak Vina sambil menarik tanganku untuk mengikuti dia berdiri.
Sambil bersandar di dinding, aku langsung mengarahkan adik kecilku dari bawah. Sehingga posisi berdiri tersebut sempurna sekali, dan itupun ditambah posisi Vina yang masih belum melepas sepatu hak tingginya. Karena dengan demikian posisi Vina lebih tinggi dari posisi aku berdiri.
“Bless” suara adik kecilku menembus belahan kecil diselangkangan Vina
“Dy, enakk bangett.. Punyamu ” erangan Vina.

Gerakan maju mundurku semakin mentok di pangkal vagina Vina, hal itu disebabkan karena pantat Vina ditahan oleh dinding.
“Crekk.. Crekk.. Sslleepp” suara penisku menghujam keluar masuk dalam lubang vagina Vina. Buatku, Vina termasuk orang yang bisa megimbangi permainan sex. Buktinya dengan posisi sulit seperti itu, dia juga sedikit mendoyongkan tubuhnya ke dinding sehingga batang penisku benar-benar masuk semua.

Keadaan ini berlangsung sampai akhirnya di menit ke 45, Vina berteriak “Dyy.. Ampun.. Aku.. Mau.. Kelu.. Ar lagi.. Gila” rintih Vina.
Tubuh Vina mendekapku erat-erat seolah tidak mau lepas dari batang penisku yang masih menancap lubang surgawinya. Dan sedetik kemudian tubuh Vina merosot ke bawah dengan lunglai.

Aku berjalan menghampiri Risa yang sedang menyandarkan tangannya untuk melihat keluar jendela. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, sambil memeluk dia dari belakang, penisku yang masih kencang menerobos liang vagina Risa sehingga membuat dia terpekik.
“Aaowww.. Dy kamu nakal deh, aku masih capek.. Uuughh” aku tidak mempedulikan erangannya.

Seraya meremas buah dadanya yang kencang dari belakang, pinggulku mulai bergerak maju mundur. Posisi seperti ini benar-benar membuat aku melayang, lubang Risa yang sedikit sempit dan seret dibanding punya Vina. Dan hal itu
membuat aku lebih bernafsu untuk menyetubuhinya. Itu wajar karena Risa belum punya anak walaupun sudah menikah beberapa tahun.

Selang beberapa menit, “Dyy.. Aku nggak tahann.. Gila banget punya kamu terasa masuk sampai ulu hatiku.. Aaugghh,” rintih Risa panjang, sambil tetap menggoyang pinggulnya. Dengan posisi setengah nungging dengan berdiri, memudahkan aku untuk memasukan penisku secara maksimal.
“Ughh.. Mbak.. Asyik banget punya Mbak” desah kenikmatanku untuk memuji kedua wanita itu sering keluar dalam mulutku.
“Dy.. Ampunn.. Aku.. Akkhh” Risa merintih panjang.

Risa merapatkan pahanya sehingga penisku terasa tersedot ke dalam semua. Gila, terasa copot penisku dibuatnya. Karena hebatnya permainan itu hingga tak terasa dinginnya AC yang ada dalam kamar itu. Aku coba mengambil segelas air es di kulkas, Vina yang tadi terkulai menarik tanganku.

“Dy, coba lubangku yang satu dong?” pintanya sambil merengek.

“Hah! Mbak aku belum pernah,” sergahku.

“Sudahlah Dy, coba deh asyik kok,” sambil berkata begitu, tangan Vina mencoba mengambil sisa cairan di paha Risa dan mengoleskan ke lubang analnya.

“Sini dong Dy” tangan Vina membimbing penisku untuk memasuki lubang analnya.

Karena bantuan cairan tadi membuat batang penisku dengan mudah menghujam anal Vina.

“Aaoww” rintih Vina saat penisku masuk semuanya dalam lubang analnya.

“Mbak.. Gila banget.. Uughh” aku merintih kenikmatan.

Permainan sex semacam ini, pertama buat aku. Lubang anal Vina benar-benar seperti gadis yang masih perawan. 1 jam penuh akhirnya aku harus membiarkan diriku melayang oleh 2 wanita sebaya yang dengan hebatnya menguras tenagaku.

“Mbak, Dody nggak tahan.. Mbak,” dan disaat aku mulai mencapai klimaks, tiba-tiba tangan Risa sudah meraih batang penisku dan mengarahkan ke mulutnya.

“Crut.. Crut.. Crut.. Crut,” entah berapa kali spermaku muntah dalam mulut Risa

“Aakhh.. “jeritku.

Sungguh fantastis, disaat aku menemukan klimaks itu, mulut Risa tetap saja mengocok, mengulum dan menyedot dalam-dalam penisku. Kedua wanita tersebut benar-benar tidak ingin spermaku keluar setetespun dari dalam mulutnya, sehingga aku benar-benar dibuat terbang oleh keduanya.

Permainan pertama berakhir dengan kepuasan yang amat sangat dan dinding-dinding hotel E, manjadi saksi bisu permainan sex kami bertiga. Setelah itu kami bertiga memesan makanan yang ada pada menu hotel. Dengan penuh canda, tawa dan gurauan yang lucu, membuat kita bertiga seperti sudah lama kenal. Sesekali Vina menggodaku

“Dy, kamu minum jamu apa sih kok kuat banget ngesexnya?” tanyanya.

“Tahu tuh, gede banget punya kamu Dy. ” Risa memuji penisku.

Kedua wanita setengah baya tersbut sepertinya bisa menerima service yang sudah aku berikan, karena aku lihat mereka berdua begitu happy.

“Mbak, mau pulang jam berapa?” tanyaku.

“Sekarangkan 23.15 menit, sebentar lagi deh. Kita belum main rame-rame?” kata Vina.

“Vin, yuk kita main lagi buruan nih sudah malam,” ajak Risa.

Mereka berdua berdiri menghampiri aku dan menarikku ke atas ranjang, hingga posisiku terlentang diatas ranjang. Vina langsung naik keatas wajahku untuk menyodorkan lubang surgawinya ke arah mulutku. Dengan mudah aku mulai menjelajahi seluruh bibir vagina Vina.

“Srupp.. Mmm.. Srrupp” suara lidahku mengoyak vagina Vina.

Sesekali Vina bergerak naik turun, sedangkan lidahku berkali-kali mengorek-ngorek dinding vaginanya. Terlihat dari bawah buah dadanya yang kenyal naik turun, seiring gerakkan tubuhnya diatas wajahku mengikuti jilatan lidahku.

Sedangkan Risa sudah mulai melahap penisku yang sudah muali berdiri tegak. Perasaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, karena begitu nikmatnya permainan tersebut.

“Ugh.. Dy.. Terus.. Sayang masukan lidahmu.. Oohh,” rintih Vina.

Kedua tangan Vina meremas buah dadanya yang semakin kencang. Dibawah selangkanganku, Risa benar-benar melahap batang kemaluanku dengan liarnya. Aku sendiri tidak bisa mendesah karena posisi Vina yang berada diatas wajahku. Sehingga semakin nikmat hisapan mulut Risa, semakin kencang pula aku menghisap vagina Vina. Selang beberapa saat, Vina bangkit dari atas tubuhku dan berkata,

“Risa, aku sudah tidak tahan.. Gantian dong kamu yang diatas,” pinta Vina.

Tanpa banyak kata-kata, Risa menuju arah wajahku dan menggantikan posisi Vina tadi. Cuman bedanya, kalo posisi Vina tadi menghadap tembok, sedangkan Risa menghadap Vina. Vina langsung meraih batang kemaluanku untuk dibimbing masuk ke dalam lubang surgawinya.

“Bless.. Crekk.. Crekk,” suara batang kemaluanku menembus lubang vagina Vina.

Goyangan pinggul Vina, menimbulkan sensasi yang luar biasa hingga aku rasakan sampai menyentuh jantungku. Sesekali gerakan Vina, berganti naik turun.

“Oohh.. Dy.. Gila.. Lidah kamu.. Enak banget sayang.. ” puji Risa.

Kedua wanita paruh baya malam itu benar-benar ingin terbang bersama, terbukti keduanya saling cium, saling raba dan saling merangsang. Sedangkan kedua lubang vagina mereka sudah sama-sama aku kerjai. Dibawah selangkanganku, Vina aku sumbat dengan batang kemaluanku dan diatas, Risa dihujam berkali-kali oleh lidahku yang nakal.

“Ohh.. Ampun.. Enak baget.. Sss,” rintih Risa.

“Ss.. Dy.. Asyik banget penis kamu.. Uuhh,” desah Vina.

“Uuuhh Risa.. ” rintih Vina, ketika mulutn tipis Risa menjilat, mengulum dan menghisap punting Vina.

“Dy.. Aku mau keluar” rintihan Vina dibarengi dengan gerakan seperti kuda liar yang berkelenjotan kesana-kemari tidak beraturan.

“Dyy.. Am.. Pun.. Ahh,” Vina menjerit panjang.

Terasa sekali cairan hangat yang keluar dari lubang vaginanya. Dan aku tidak peduli dengan keadaan Vina yang lunglai. Karena mulutku masih asyik menikmati clitoris Risa yang sudah mulai becek dengan cairan yang membasahi daerah sekitar vaginanya. Sampai akhirnya Risa bangkit dan berkata kepadaku,

“Sudah Dy, aku nggak tahan ingin merasakan penis kamu,” pinta Risa.

“Aku yang dibawah ya Dy?” ajak Risa.

Dan aku segera bangkit dari posisiku yang pertama, sedangkan Risa sudah menggantikan posisiku yang terlentang. Kedua kaki Risa aku letakkan diatas pundakku, sehingga dengan mudah memasukkan penisku.

“Slebb.. ” penisku menerobos kerumanan rambut Risa yang lebat.

“Oohh.. Dody.. Kamu.. Pintar sekali sayang,” kata Risa memuji.

Gerakan maju mundur pinggulku semakin maksimal dengan posisi seperti ini, dan sesekali Risa mengimbangi untuk menggoyang pantatnya yang montok.

“Gilaa.. Kamu.. Dy.. Penis kamu panjang sekali,” kata Risa sambil merem melek menikmati tikaman penisku pada lubang kemaluannya. Vina yang sudah mulai bangkit dari rebahannya, langsung menyerbu buah dada Risa yang bergerak keatas dan kebawah seiring dengan gerakan penisku yang keluar masuk di vaginanya.
“Uuhh.. Sss.. ” Risa merintih dan meremas rambut Vina yang sedang asyik menikmati puntingnya.

“Mbak Risa, vagina kamu seret banget.. Asyik Mbak.. ” kata ku singkat.

“Iya Dy.. Nikmati semua sayang.. Sss,” untuk kesekian kalinya Risa merintih hebat sembari bergetar tubuhnya. Disaat aku sedang menikmati lubang surgawi Risa, tiba-tiba Vina melepaskan lumatannya dan berkata,

“Risa, coba anal dong..?” kata Vina.

“Sss.. Aku belum pernah Vin.. Sss,” jawab Risa sambil tetap menikmati batang penisku yang tiada hentinya menghunjam lubang vaginanya.

“Makanya coba gih, enak banget lho.. Dody stop deh!” perintah Vina.

Aku langsung melepas batang penisku dari lubang vagina Risa. Vina yang terlihat lebih fasih dalam urusan sex, segera membimbing Risa untuk posisi yang ideal. Risa mengambil posisi doggie style dan sebelum aku masukkan pada lubang anal Risa, Vina terlebih dulu menjilati lubang anal Risa.

“Vin.. Geli.. Ss” rintih Risa saat lidah Vina mendarat di lubang analnya.

Setelah benar-benar basah dengan air jilatan lidah Vina, batang kemaluanku segera digapai oleh Vina dan memerintahkan aku untuk segera beraksi.

“Dody, masukin dong,” perintah Vina.

Aku yang terbengong dari tadi melihat adegan Vina, bergegas membimbing batang kemaluanku yang masih kencang untuk masuk ke lubang anal Risa.

“Ssrett.. ” suara kepala penisku mulai berusaha menerobos lubang anal Risa.

Dan ketika kepala penisku mulai masuk “bless”, Risa merintih.

“Aahh Vin.. Sakit.. “rintih Risa.

“Relax saja Risa, sebantar lagi juga enak kok,” bujuk Mbak Vina.

Sembari membujuk seperti itu, Vina segera mengambil posisi dibawah tubuhku dan tubuh Risa. Mulutnya mulai mnejilati clitoris Risa dari bawah. Pahaku terasa geli ketika bukit kembar Vina menggesek-gesek kulit luar pahaku mengikuti irama lidahnya yang keluar masuk di lubang vagina Risa.

“Dy.. ” Risa mendesah hebat ketika batang penisku, sepenuhnya mengoyak lubang analnya.

“Gilaa.. Vinn.. Kamu.. Sss.. ” rintih Risa yang semakin jelas bisa menerima dan menikmati style tersebut.

Kedua lubang Risa benar-benar digempur oleh aku dan Vina. Lubang anal Risa sempit dikocok oleh penisku yang besar dan lubang vaginanya di kocok oleh lidah Vina yang sedikit liar dan brutal.

“Aaduhh.. Aku.. Mau keluarr.. Sss” rintih Risa.

“Vin.. Aaahh” Risa merintih panjang.

Sedangkan aku masih liarnya menggapai klimaks, seraya menghujamkan penisku keluar masuk anal Risa tanpa mau tahu apa yang sudah terjadi dengannya.

“Mbak.. Aku juga sudah.. Mau keluar.. ” erangku.

“Mbak.. Uugghh” aku merintih panjang.

Bersamaan dengan hal tersebut, Vina yang dari tadi sudah menunggu anti klimaksku, langsung mencabut penisku dan dengan liarnya mengocok dengan cepat batang penisku, dan akhirnya sampailah aku dipuncak kenikmatan itu.

“Crut.. Crut.. Crut.. Crut” spermaku berhamburan keluar dan dengan buasnya kedua wanita paruh baya tersebut berebut menikmati spermaku yang entah berapa kali menyembur keluar dalammulut mereka.

“Banyak banget sperma kamu Dody?” tanya Vina.

Aku tidak bisa menjawab sepatah katapun karena memang aku sedang menikmati puncak permainan tersebut. Kedua wanita tersebut benar-benar istri yang haus kenikmatan tentang sex. Terbukti keduanya benar-benar membersihkan ceceran spermaku yang masi tersisah dengan lidahnya.

“Risa, yuk buruan mandi sudah jam 00.20 nih,” kata Vina sambil menepuk pantat Risa.

Tepat jam 01.00 dini hari, kedua wanita tersebut sudah kembali dandan dan siap untuk pulang kerumah masing-masing.

“Dody, terima kasih ya, kamu memang hebat dan sekarang kita berdua mau balik ke rumah, ntar suami aku mencariku,” Risa berkata demikian sambil mencium bibirku, begitu juga dengan Vina.

“Kamu istirahat saja dulu sayang disini, toh kamar ini sudah aku booking sampai pagi. Jangan khawatir aku sudah bayar kok” perintah Vina.

“Terima kasih sayang, aku harap kita bisa ulangi permainan ini,” kata mereka berdua.

“Terima kasih adik kecil,” Vina mencium penisku yang masih terkulai lemas, setelah permainan kedua yang kami lakukan tadi.

Mereka berdua meninggalkan aku yang masih duduk termangu di bibir ranjang, sambil menikmati goyangan pinggul mereka yang berjalan meninggalkan aku. Malam itu benar-benar pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan 2 wanita sekaligus dan aku tidak percaya mampu mengimbangi permainan mereka berdua. Bisa dibilang, mereka berdua adalah ‘guru’ dalam masalah sex karena mereka lebih lama berumah tangga dibandingkan dengan aku.

Tetapi sekali lagi pengalaman pertama ini, semakin membuat diriku yakin bahwa sex akan bisa dinikmati jika kedua belah pihak menginginkannya. Dan yang terpenting, sex adalah sesuatu yang indah jika kita bisa menerjemahkan dalam visualnya.

Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Aku bergegas naik keranjang dan tidur dengan pulas sambil berharap mimpi indah akan datang dalam tidurku.

Pagi hari, aku merasa fresh dengan tubuhku, aku mandi dan dandan rapi untuk kembali kekantor. Sambil meninggalkan hotel E, yang sudah memberikan pengalaman manis buat kehidupan sex aku.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com