𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟗

 


Setelah kejadian aku dan mama bersetubuh di seluruh penjuru rumah dan hampir ketahuan oleh papa, kami terus melakukan itu setiap hari dengan tentunya lebih berhati-hati. Mama yang memang biasa tidak menggunakan dalaman di rumah. 

Kini juga sudah terbiasa untuk langsung membuka dasternya begitu mobil ayah pergi meninggalkan pekarangan rumah. Bahkan saat aku bangun siang hal pertama yang aku lihat adalah mama sedang melakukan pekerjaan rumah dalam keadaan telanjang bulat dan baru akan mengenakan daster ketika sudah menjelas sore hari. 

Aku telah berhasil mengubah kepribadian mama yang dulunya konservatif menjadi maniak seks yang tidak tahan tidak berhubungan badan dengan anaknya sendiri. Meskipun begitu, hubungan kami masih sebatas ketika di rumah hanya berdua dan aku berniat untuk perlahan mengubah mama menjadi lebih berani untuk menunjukkan "kasih sayang"nya di hadapan orang lain, terutama papa.

Suatu pagi papa memberi tahu kalau besok ia tidak akan pergi ke kebun dan ingin istirahat di rumah, setelah kepergian papa ke kebun hari itu aku langsung merancang rencana kepada mama. Aku memberi tahu mama kalau mulai malam ini kita akan melakukan PDA atau Public Display of Affection, yang berarti kita akan sedikit-sedikit mulai bermesraan di depan papa dan perlahan meningkatkan aksi serta frekuensinya hingga papa merasa apa yang kita lakukan itu normal. 

Jelas saat pertama aku menceritakan rencanaku ini mama menolak, tetapi tidak sulit dan tidak memakan waktu lama untuk mengubah pikiran mama. Pada orgasme kedua mama di hari itu mama menyetujui keinginanku, langsung aku jalankan rencanaku saat kepulangan papa sore itu.

Saat papa pulang mama sedang menyapu teras, begitu terdengar ada suara percakapan dari luar aku datang dan memuji penampilan mama.

Aku: mama cantik banget deh sore ini
Mama: apaansih, mama keringetan gini habis nyapu
Aku: keringetan aja begini, apalagi kalau baru habis mandi
Mama: hush, bisa banget kamu gombal

Selama percakapan itu kulihat papa hanya melihat kami tanpa berkomentar, terlintas di pikiranku untuk meningkatkannya sedikit. Aku menggenggam tangan mama dengan dalih ingin mengambil sapunya dan membantu mama, tetapi papa hanya berkomentar sudah seharusnya aku membantu dan masuk ke rumah. 

Setelah papa masuk mama mendekatiku dan berbisik kalau ia sedikit deg-degan dan takut kalau ketahuan, aku meyakinkan mama kalau semuanya aman dan berniat untuk semakin kutingkatkan.

Pada waktu makan malam mama memanggilku untuk ke ruang makan, saat aku masuk ruang makan kulihat mama dan papa sudah duduk berhadapan. Aku berjalan melewati belakang mama dan sebelum duduk aku berbasa-basi tentang apa yang mama masak sambil tanganku memegang bahu mama. 

Melihat papa yang biasa saja aku pun semakin terpacu, selama makan kami seperti biasa sambil mengobrol dan bercanda. Setiap kali aku atau mama tertawa atau menceritakan sesuatu yang lucu, aku menyenggol-nyenggol lengan mama dan sesekali aku bercanda sambil mencubit paha mama. 

Selepas makan malam mama mencuci piring-piring kami di area cuci yang tepat di bagian bekalang ruang makan kami, aku menyamperi mama untuk membantu dan sesekali bercanda memercikkan air ke mama yang di mana kami tertawa-tawa dan kerap bersenggolan. Lagi-lagi selagi aku dan mama sedang asyik berdua, papa diam saja dengan HPnya di meja makan menghiraukan kami.

Melihat papa yang sama sekali tidak bereaksi dengan kelakuanku dengan mama membuatku semakin konak untuk berbuat lebih, tetapi aku tahu kalau aku harus melakukannya dengan perlahan.

Keesokannya di hari papaku mengambil libur, aku sengaja bangun cukup pagi agar bisa menjalankan rencanaku secepat mungkin. Saat aku keluar kamar dan ingin ke kamar mandi, kulihat papa dan mama sedang santai di meja makan menikmati teh dan sarapan ringan. 

Aku mengucapkan selamat pagi pada mereka berdua, tetapi dengan mama aku memeluknya dari samping dan mengecup pipinya sekali. Barulah saat itu papaku mengeluarkan respon yang aku harapkan.

Papa: kamu kok kayak anak bayi sih?
Aku: kenapa kayak anak bayi pa?
Papa: itu kamu peluk-peluk, cium mamamu
Papa: kamu itu udah gede
Mama: biarin aja sih pa, namanya anak tunggal, dia mau manja sama mamanya biarin aja

Tidak kusangkan mama akan membelaku di situ, mama juga dengan beraninya menarik wajahku dan membalas mencium pipiku setelah berkata itu. Dari ujung mataku kulihat papa agak shock dengan sikap dan aksi mama, tetapi tidak ada komentar yang keluar dari mulutnya. 

Sejak itu aku dan mama mulai membiasakan diri untuk ciuman pipi setiap kali papa ada di ruangan, biasanya kami melakukan di pagi hari saat sarapan dan malam setelah makan malam. Papa terlihat sudah terbiasa setelah beberapa hari dan aku berniat untuk lagi-lagi meningkatkan batas, suatu pagi daripada mencium pipi mama seperti biasa aku memilih untuk mencium bibir mama, dan mama yang langsung mengerti membalas kecupanku. 

Saat itu papa tidak berkomentar sama sekali, setelah itu aku meninggalkan mereka ke kamar mandi dan saat di dalam lah baru terdengar sayup-sayup mama dan papa sedang beradu argumen.

Terdengar papa yang sangat shock melihat perlakuanku ke mama dan terlebih bagaimana mama malah membalas kecupanku, sedikit terdengar kalau papa tidak suka akan apa yang kami lakukan dan meminta mama untuk tidak menerimanya begitu saja. 

Seperti yang sudah kuduga, mama membelaku dan mengatakan kalau apa yang kami lakukan itu normal dalam hubungan ibu dan anak yang sehat, dan tidak seharusnya papaku menghardik. Mereka beradu argumen cukup lama dan selama itu juga aku menunggu di kamar mandi mencuri dengar, percakapan mereka diakhiri dengan papa yang mengalah. 

Sangat tidak kusangka ternyata mamaku bisa menjadi orang yang keras kepala, pikiranku berandai-andai apakah memang mama adalah orang yang keras kepala atau mama sudah terjerumus sangat dalam dengan hubungan melenceng kami. Aku baru keluar dari kamar mandi setelah kudengar papa masuk ke kamar, mama menatapku dengan ekspersi yang sulit dijelaskan. 

Mama bilang kalau perasaannya sangat bercampur aduk antara bangga, sedih, serta nafsu, aku yang sudah tidak dapat membendung nafsuku mulai mencumbui mama di meja makan.

Aku mengangkat mama ke atas meja dan melebarkan satu kakinya pada sandaran kursi, mama dengan cepatnya meletakkan kedua tangannya di leherku. Sedangkan aku bergerilya di seluruh tubuh mama, tangan kiriku mulai mengobel memek mama yang terpampang, tangan kananku menjambak rambut mama agar kepalanya dekat denganku, dan bibirku dengan ganasnya melumat bibir mama. 

Perlahan mama mulai mengeluarkan desahan-desahan kecil, takut ketahuan aku langsung menghentikan aksiku. Mama juga nampaknya baru tersadar apa yang kami lakukan berbahaya, dengan cepat mama melompat dari meja makan serta merapihkan daster dan rambutnya dengan sedikit kepanikan di wajahnya. Kami berdua saling bertatapan dengan sedikit ketidak percayaan atas perbuatan kami, tanpa diaba-aba kami berdua tertawa kecil layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

Dengan adanya papa di rumah hari itu tentunya aku tidak bisa berhubungan dengan mama seperti biasa, tetapi aku dan mama tetap menjalankan rencana kami untuk terlihat dekat. Selepas makan malam aku berterima kasih pada mama atas masakannya sambil mencium bibir mama yang tentu saja dibalas olehnya, kali ini papa tidak berkomentar lagi dan tidak ada kudengar argumen di antara mereka. 

Entah apakah papaku memang orang yang pasrah atau apa, aku tidak peduli, aku senang aku bisa sedikit terang-terangan bermesraan dengan mama. Setelah hari itu aku dan mama menjadikan ciuman kami menjadi salah satu kegiatan harian kami, di pagi hari kami berciuman saat sarapan, dilanjut dengan berhubungan badan seharian selama papa di kebun, dan ditutup dengan ciuman lagi selepas makan malam, sesekali aku mencium mama sambil kupeluk dan tentunya selalu kami lakukan setiap papa ada di ruangan.

Setelah beberapa hari, ciumanku dengan mama sudah menjadi pemandangan yang biasa di rumah kami. Dengan cepatnya hubungan kami berkembang, aku rasa sudah saatnya meningkatkannya lagi.

TAMAT atau lanjut ga nih ??


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com