𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟏𝟎

 


Rencanaku untuk membiasakan mama bermesraan denganku di rumah telah berhasil dan berjalan tanpa masalah berarti, mama tidak malu-malu untuk memelukku ataupun menciumku di bibir di hadapan papa dan papa tidak lagi mempermasalahkannya. 

Kini aku terpikir untuk mulai membiasakan kemesraan kami ini di luar rumah, tetapi aku masih bingung bagaimana menyusun rencana karena notabenenya mamaku adalah orang yang jarang keluar. Akhirnya pada saat kami sedang makan malam bersama, mama bercerita kalau besok sudah waktunya untuk belanja bahan pangan di pasar. 

Bagai disambar gledek aku langsung mendapatkan ide untuk melatih mama, aku pun bilang ke mama kalau aku akan menemaninya belanja. Saat mendengar itu raut wajah mama berubah, seolah tahu bahwa aku akan melakukan sesuatu. Tetapi tentu saja mama tidak bisa menolak dan mengiyakan permintaanku. 

Setelah makan malam tidak lupa aku berterima kasih pada mama atas masakannya dengan mengecupnya di bibir, sebuah rutinitas yang sudah dinormalisasi di dalam rumah kami sampai-sampai papaku sudah tidak mengubris kami.

Keesokan harinya aku bangun pagi seperti biasa dan sarapan dengan mama dan papa, kami menjalani rutinitas pagi seperti biasa yang dimulai dengan berpelukan dan dilanjut dengan ciuman. Setelah papa pergi meninggalkan rumah untuk ke kebun, mama tanpa diaba-aba langsung membuka dasternya dan berlutut di depanku. 

Seolah tidak ada hari esok dengan semangatnya mama mengulum kontolku, di tengah kegiatannya mama tidak lupa menginterogasiku terkait rencana apa yang aku punya untuknya nanti.

Mama: kamu pasti nanti mau ngerjain mama ya?
Aku: engga kok, aku mau nemenin mama aja
Mama: tapi pasti ada sesuatu kan?
Aku: hehe ada sih
Aku: tapi itu bukan ngerjain, itu namanya ngelatih
Mama: ngelatih darimana coba, pasti mesum
Aku: aku ngelatih mama biar makin binal
Aku: kalo ga aku latih mana mungkin mama pagi-pagi gini udah telanjang aja nyepongin aku
Mama: kamu ga rencanain aneh-aneh kan?
Mama: mama ga mau semua orang tau, malu
Aku: aku juga ga mau ada orang lain yang tahu
Aku: tapi habis aku latih mama ga bakalan malu lagi kok
Mama: ah terserah kamu aja deh, mama nurut

Apa yang mama katakan dan lakukan saat ini sama sekali tidak pernah kubayangkan, betapa maunya dia melakukan hal tabu ini dan mengatakan akan nurut dengaku membuatku hampir saja orgasme.

 Tetapi sebelum aku keluar aku mencabut kontolku dari mulut dan genggaman mama, masih dalam posisi berlutut mama sedikit bingung. Entah apa yang terlintas di pikiran mama, ia langsung berdiri dan melebarkan memeknya di hadapanku.

Mama: kamu udah ga tahan mau ini ya?
Aku: engga bukan, aku pengen nanti aja
Aku: mama coba berdiri tegap normal gitu deh
Mama: kamu mau ngapain sayang liatin mama telanjang?
Aku: mama cantik banget, seksi juga
Aku: aku bangga sekarang cuman aku yang bisa nikmatin pemandangan ini
Mama: ngegombal aja kamu
Aku: aku serius
Aku: mama punya aku, bukan orang lain
Mama: iya sayang, mama punya kamu
Mama: hati dan badan mama punya kamu

Kami saling berpelukan, badan mama yang hangat dan sedikit berkeringat menghangatkan badanku. Rasanya seperti jatuh cinta dan aku terbalut rasa bahagia. Setelah itu kami berdua mandi bersama sebelum berangkat ke pasar, mama menyabuni setiap sisi badanku dengan teteknya yang berbalur sabun. 

Aku juga membasuh setiap lekukan pada badan mama dengan kedua tanganku, meremas tetek dan pantat mama hingga memerah. Selepas kami mandi bersama saat mama masih mengeringkan rambutnya, aku membuka-buka lemari mama dan memilih-milih pakaian apa yang akan dipakainya. Mataku tertuju pada sebuah dress berbentuk kimono berwarna biru muda dan berbahan mengkilap, aku meminta mama untuk mencoba memakainya. 

Ternyata kimono tersebut dibelinya saat mengunjungiku di perantauan, kimono itu cukup panjang hingga betis mama dan ada tali di bagian perutnya untuk mengikatnya agar tidak jatuh. Semakin kencang tali tersebut ditarik dan diikat, semakin terbentuk juga lekukan tubuh mama memperlihatkan bentuk pantat dan tetek mama, serta pinggang mama yang terbilang cukup ramping. 

Aku bilang ke mama kalau kimono itulah yang akan dipakainya ke pasar dan tidak ada selesai kain lagi selain itu, pada awalnya mama menolak karena bentuk badannya sangat terlihat dan bahannya yang licin membuat mama geli setiap kali bergesekan dengan pentil dan memeknya. 

Pada akhirnya mama menerima nasibnya ketika kuingatkan bahwa dia akan nurut padaku, aku pun juga bersiap-siap dan tanpa memakan waktu lama kami berangkat ke pasar.

Selama perjalanan di mobil mama sangat gelisah, ia terus berganti-ganti posisi duduk dan berusaha membenarkan kimononya. Tetapi setiap gerakan dan usahanya untuk memposisikan kimonya justru malah membuatnya semakin bergesekan, sesekali aku mendengar mama mendesah pelan. 

Aku mengatakan pada mama untuk jangan banyak bergerak, karena kalau nanti mama horny bisa-bisa kimononya akan basah di area selangkangan dan pentil mama mengecap dari balik kimono. Mama yang sepertinya sudah tidak dapat memperhatikanku terlihat sibuk membenahi kimono di area teteknya, semakin lama mama tidak terlihat lagi seperti sedang membenahi melainkan seperti sedang memainkan pentilnya.

Aku: mama ini ibu-ibu apa lonte sih?
Aku: tengah hari bolong gini mainin puting
Mama: *emmh*, ini kan gara-gara kamu sayang
Mama: nyuruh mama pake baju gini, *emmh*
Aku: ini mama juga latihan buat nahan diri
Aku: emang mama mau dicap lonte sama satu kampung?
Mama: enggaach dong sayangg
Aku: kalau gitu mama stop, karena kita udah sampe

Shock mendegar kalau kami sudah sampai mama panik dan langsung menurunkan kedua tangannya, mama linglung tidak menyadari kalau sedari tadi dia asyik sendiri dengan pentilnya sampai tidak menyadari kalau sudah sampai. Kami berdua pun turun dari mobil, kulihat mama dengan kimononya diterpa sinar matahari terlihat sangat cantik dan benar saja pentil mama menyembul dari balik kimononya. 

Mama sedikit panik dan berusaha mencari sesuatu di mobil yang dapat digunakan untuk menutupnya, tetapi mama tidak dapat menemukan apa-apa. Sekian menit kami masih berada di parkiran akhirnya mama memberanikan diri setelah meyakinkan dirinya kalau di pasar jam segini isinya hanyalah ibu-ibu dan laki-laki paling hanyalah kuli panggul dan tukang parkir yang sedari tadi batang hidungnya tidak terlihat.

Aku berjalan di samping mama merangkulnya di pinggang, mama berjalan cukup kikuk. Bukan karena kurangkul tetapi karena setiap langkahnya menggesek sekujur tubuhnya yang semakin membuat pentilnya menyembul, mama memposisikan kedua tangannya di depan sambil memegang tas belanjaan sehingga pentilnya tidak terlihat dari depan, tetapi kalau dilihat dari samping jelas ada yang menonjol di area teteknya. 

Kami berjalan berkeliling belanja dari satu tempat ke yang lain, selama berjalan mama sesekali menutup mulutnya untuk meredam desahan-desahan yang tidak dapat ia tahan. Untungnya tebakan mama benar, saat ini pasar hanya berisi ibu-ibu lain dan hanya ada 1-2 lelaki yang menemani istrinya belanja. Setiap kali kami lewat bapak-bapak itu tidak dapat melepaskan pandangannya dari mama dan mama yang menyadari itu hanya semakin teransang, perasaannya yang bercampur aduk antara horny dan malu ternyata membuatnya semakin bergairah.

Saat kami sedang berjalan, secara tidak sengaja kami bertemu dengan salah satu tetangga kami Bu Farah dan tidak dapat dihindari sehingga kami pun sedikit mengobrol dengannya.

Tetangga: eh Bu Sari, ga nyangka ketemu di sini
Tetangga: berduaan aja?
Mama: iya bu, bapak kan di kebun biasa
Tetangga: mesra banget berduaan gini, kalau saya ga kenal pasti saya pikir pasutri muda
Mama: aduh ibu bisa aja
Tetangga: orang Bu Sari masih cantik gini dan modis lagi ya kan dek?
Aku: iya tante, mama aku emang cantik banget
Tetangga: Bu Sari beruntung banget punya anak sesayang ini sama ibunya
Mama: iya bu, saya bersyukur punya dia
Mama: saya juga sayang banget sama dia

Saat mengatakan itu, mama menatapku dengan penuh nafsu. Mungkin akibat dari gesekan-gesekan tadi membuat mama tidak lagi mampu menahan birahinya, walau sedang di depan orang yang dikenalnya sekalipun.

Aku: iya tante, aku juga sayang banget sama mamaku

Aku juga seperti disambet setan tidak lagi mempedulikan situasi dan kondisi, ku tarik mama mendekat dan kulumat bibir mama. Posisi kami yang menyampingi tetangga kami itu membuat apa yang kami perbuat terlihat cukup jelas dari sudut pandangnya, terlihat bibir kami yang saling beradu serta lidah kami yang saling keluar masuk dari mulut satu sama lain. 

Mama yang sebelumnya memposisikan tangannya tepat di depan dadanya, kini berpindah merangkul pinggangku sehingga memperlihatkan pentilnya yang menyeplak dan kimononya yang sedikit berantakan membiarkan sedikit teteknya menyembul keluar. Aku lihat tetangga kami itu canggung sendiri dan wajahnya memerah pekat, ia akhirnya pamit dengan kikuk tanpa mampu melihat kami berdua. 

Sebelum kami melanjutkan berbelanja mama merapihkan kimononya terlebih dahulu dan kembali menutup dadanya, sepertinya mama cukup malu dan tidak percaya apa yang baru saja diperbuatnya terlihat dari wajahnya yang tidak kalah merah dari wajah tetangga kami.

Sepanjang sisa perjalanan belanja kami, mama lebih banyak diam dan hanya bicara dengan penjual. Saat di mobil aku mencoba untuk mengajak mama ngobrol, tetapi dia hanya diam saja hingga di tengah perjalanan mama memecah kesunyian.

Mama: kalau mama sampe diomongin, ini gara-gara kamu
Aku: ga papa sayang, kamu hari ini berani banget
Mama: kalau ada apa-apa kamu tanggung jawab, *mama menatapku dengan matanya yang sedikit berkaca-kaca*
Aku: iya sayang, kamu gak usah khawatir

Mama memelukku sepanjang perjalanan pulang dan kami pun sampai di rumah tanpa ada masalah apapun.

-Bersambung-


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com