Sambungan dari Kisah Citra part 6 | Sebuah Kegilaan Baru
Semenjak persetubuhan pertama Citra dan Seto di bioskop beberapa malam kemarin, hari-hari Citra seolah mendadak dipenuhi oleh sosok suami Anissa itu. Pagi, siang malam, Citra tak henti-hentinya selalu tersenyum bahagia.
TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering SMS memecah sunyinya pagi.
"Hehehe..... Mbak liat nggak muka bapak yang sedang liat tetek besarmu kemaren, khan dijewer ama istrinya." Sms Seto.
"Masa sih..?
"Iya Mbak, trus cowo sipit yang photo-photoin kamu juga gitu, matanya kaya mau copot pas liat kamu teler... Ga brenti-brenti selfie..."
"Iya ya..? Kok aku nggak tahu..."
"Gimana bisa tahu kalo kamu sedang merem-melek abis ngecrit keenakan gitu.hehehehe..."
"Huuuu.... Khan ngecritnya juga gara-gara kamu Set... Hihihihi..."
"Enak nggak ngentot ama aku...?"
"Nggak enak... "
"Loh kok....? Padahal Anissa selalu minta nambah loh..."
"Iya bener, enggak enak.... Enggak enak kalo ngentotnya cuman sekali.... Hihihiihi...."
"Kok kamu ketawa-tawa sendiri dek...?" Tanya Marwan melihat istrinya kegelian sambil menatap layar handphonenya.
"Eh mas... Ini loh... Aku sedang bercanda dengan Minda... " Bohong Citra yang sebenarnya sedang berSMS ria dengan Seto.
"Minda temen kantor kamu....?"
"Ho'oh..."
"Hahahaha... Dasar istri binal... Harus dikasih pelajaran...." Sambung Seto
"Pelajaran...? Emangnya aku anak sekolahan...?"
"Iya... Kamu murid nakal yang harus dikasih banyak hukuman..."
"Hukuman apa...?" Tanya Citra
"Disodok-sodok ama kontol... Hehehehe..."
"Uuuuhh... Maaau dooonk... Pasti enak banget tuh..."
"Beneran nih...? Emang kapan bisanya lagi Mbak...?"
"Hmmm... Sekarang juga boleh... Yuk... Mumpung aku masih belom pake baju...."
"Hahahaha. Gila... Masih ada Mas Marwan kali mbak..."
"Nggak apa-apa, khan bisa main threesome..." Tantang Citra
"Bener yaaaa... Aku kesana sekarang nih..." Balas Seto lagi
"Seru amat SMSannya dek...?" Sindir Marwan yang masih terus memperhatikan istrinya, "Aku sampe nggak dibantuin..."
BRUK BRUK BRUK
Bunyi baju Marwan yang ditumpuk sekenanya didalam koper, sama sekali tak beraturan. Berantakan. Sengaja, Marwan berusaha membuat citra mengalihkan perhatiannya dari gadget yang ada ditangannya. Namun sia-sia, Citra masih saja berchit-chat seru dengan handphonenya
"Iya nih mas... Si Minda lagi kasmaran nih.."
"Kasmaran...? Bukannya dia sudah bersuami..? Dan suaminya juga sedang berlayar khan..?"
"Iya ... Minda sedang naksir tetangganya... Lucu banget deh mas.. Hihihihi...."
"Naksir tetangga.? Kaya kamu naksir Seto gitu..?"
Mendengar sindiran Marwan Citra buru-buru menghentikan chattingnya.
"Ehh.. Ka. Kamu jadi pergi lagi mas...?" Tanya Citra yang buru-buru membantu suaminya packing. Merapikan bajunya supaya muat kedalam koper.
"Iya Dek... Sepertinya proyek tanah aku yang di kota perlu penanganan serius... Jadi aku harus lebih banyak jaga disana... Yaaah... Moga-moga aja tembus deh..." Jelas Marwan.
"Moga-moga tembus ya Mas.. "
"Semoga aja begitu... Jadinya mas khan bisa segera panen..."
"Panen....? Yeeeiy.. Itu artinya aku bisa belanja lagi donk mas..?" Celetuk Citra girang, " Beli perhiasan, perabotan, nambah baju, rok, tas, boleh ya mas...?"
"Iya.iya.... Boleh kok sayangnya akuuuu... Makanya doain aku terus..."
TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering handhone Citra berbunyi, tapi ia mengacuhkannya.
"Pasti mas... Jadi kira-kira berapa lama kamu bakal keluar kota mas...?"
"Yaaaahh... Mungkin semingguan dek... Emangnya kenapa...?"
TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
"Nggak kenapa-napa mas... Cuman, kalo kamu lama dikota, khan aku jadi kesepian..."
"Kamu ajak aja si Anissa buat nginep bareng dek.... "
"Beneran mas..?"
"Iya... Khan sudah biasa kamu ajak Anissa nginep... Asal kamu nggak ngajak suaminya Anissa buat nginep aja..."
"Ih kamu mas... Ada-ada aja.... Hihihihi...." Geli Citra sambil terus membantu Marwan mengemasi pakaiannya, "Kamu belom tahu aja mas, kalau istri tercintamu ini malah sudah merasakan kenikmatan bersetubuh dengan Seto....Hihihi... " Batin Citra.
TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
"Ya sudah, kamu beresin semua baju aku ya Dek... Aku mau mandi dulu..." Ucap Marwan sambil berlalu meninggalkan Citra sendiri di dalam kamar.
TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering SMS handhone Citra terus-terusan berbunyi. Berhubung marwan sedang ke kamar mandi, ia buru-buru mengambil handphonenya dan membaca semua pesan yang masuk.
"Cantik..."
"Sayang..."
"Semok..."
"Memek pereeeettt..."
"Tetek bruuutaaaalll.."
"Istri binaaalll..."
Membaca berbagai macam sebutan cinta Seto untuknya, Citra hanya bisa tersenyum.
"Iyaaaaa kontol peyooootttt.... Sabar napa... Tadi aku sedang ngobrol ama Mas Marwan..."
"Hehehe.. Gimana.? Jadi ngentot bertiga nggak...?"
"Hmmm.... Jadi nggak yaaa...?"
"Udah.. Jadi aja ya.... Aku sudah didepan nih... Gapapa deh, parohan badan ama suami kamu, yang penting aku dapet nyodok-nyodok kontolku ke memek kamu mbak... hehehe..."
"Hihihihi... Otak mesum.... Udah ah... Kita berangkat kantor aja dulu... Urusan nyodokin memek akunya, ntar malem aja..."
Buru-buru, istri marwan segera berpakaian lalu berjalan kebelakang, pamit kepada suaminya.
"Mas... Aku jalan dulu yaaa...." Teriak Citra dari luar pintu kamar mandi.
"Udah mau jalan Dek...?" Jawab Marwan.
"Iya mas... Si Seto ngajakin berangkat bareng lagi..."
"Looohh.. Kok sama Seto... "
"Gapapa ya maaaasss...? Khan cuman nganterin doang...."
"Memangnya Pak Utet kemana sih...? Udah hampir seminggu ini dia ga pernah muncul...?"
"Pak Utet...? Hmmm Pak Utet sudah nggak bisa jemput aku lagi mas.... Dia sekarang tiap pagi harus nganter bininya belanja kepasar..." Bohong Citra.
***
Tragedi sabtu kelabu. Begitulah Citra menyebutnya. Saat dimana perselingkuhannya dengan Pak Utet diketahui oleh Pak Darjo, si pemilik kontrakan. Dan semenjak saat itu, Pak Utet menjadi jarang bermain ke rumah Citra.
"Nggak boleh ketemu kamu dirumah khan bukan berarti nggak kita nggak bisa jalan lagi Neng. Bapak masih bisa melayani nafsu birahimu dikantor..." Ucap Pak Utet sembari menurunkan resleting celananya. Lalu mengeluarkan penis besarnyanya. Menyajikan kepada Citra yang sedang duduk di meja kerjanya.
Tak perlu waktu lama, penis Pak Utet langsung menjulang tinggi. Menegang keras, disertai kedutan-kedutan birahinya. Seperti hari-hari sebelumnya yang sepi, siang itu Pak Utet kembali mengajak istri Marwan itu untuk memuaskan birahinya.
"Yuk Neng.... Aku sudah siap nih...." Kata Pak Utet santai sambil menepuk-nepuk dan menggoser-goserkan batang penisnya yang sudah mengeras itu di lengan Citra. Sengaja memepperkan cairan birahinya ke kulit mulus wanita yan ada disampingnya, "Kita tuntasin persetubuhan kita yang tertunda kemaren..." Ucap Pak Utet sambil mulai meremasi payudara Citra dari luar blousenya.
"Nggak pak... Sepertinya kita jangan terusin hubungan ini lagi.. Aku takut..." Tolak Citra.
"Takut apaan...? Ngentot itu enak Neng.... Sama sekali nggak nakutin... Hakhakhak..." Kata Pak Utet yang mulai mengocoki penisnya perlahan.
"Nggak pak."
"Kok enggak sih neng....? Kenapa...?"
"Aku takut kita ketahuan orang lain lagi Pak... "
"Ketahuan ama siapa....? Wong kantor ini sekarang sepi..." Kata Pak Utet sembari terus mengocok penisnya, "Ayolah Neng... Nih lihat kontol bapak.... Sudah siap nyodok-nyodokin memek kamu..."
Citra menggeleng. Berusaha tak melihat penis besar milik lelaki tua itu. Dirinya tahu, jika sekali saja ia menatap penis besar Pak utet, nafsu birahinya bisa langsung meledak-ledak.
"Beneran Pak... Aku takut..." Kata Citra.
"Takut apaan sih Neng...? Bapak nggak ngerti...?" Tanya Pak Utet bingung.
"Inget nggak pak, ketika kemaren bapak maen kerumah.... Kita ngentot... Trus ketahuan ama Pak Darjo...?"
Pak Utet terdiam. Menyimak setiap perkataan Citra.
"Dia mengancam akan memberitahukan hubungan kita dengan Mas Marwan...."
"Trus... Si Gendut itu lapor suamimu nggak...?"
Citra menggeleng.
"Hakhakhak....Yaudah... Itu tandanya kamu nggak perlu takut Neng.."
"Tapi khan demi supaya Pak Darjo nggak laporin hubungan kita ke Mas Marwan, aku harus mau menjadi...."
"Iya bapak tahu...." Potong Pak Utet singkat. "Kamu harus jadi madunya khan...?"
Wanita cantik itu mengangguk.
"Ya nggak apa-apa kali Neng.... Toh dengan jadi madunya, kamu jadi nggak perlu bingung dengan uang kontrakan.... Udah ada yang nanggung...."
Pemikiran Pak Utet persis seperti apa yang Citra pikirkan kala itu.
"Lagian... Kalo dari yang bapak lihat dari kejadian kemaren, kayaknya kamu benar-benar menikmati jadi madu lelaki gendut itu..."
Citra diam. Wajahnya memerah. Malu. Buru-buru, ia membereskan piring makan siangnya dan beranjak pergi. "Bener juga... Walau jadi madu...Paling tidak, aku tak perlu kebingungan lagi jika Pak Darjo menagih uang kontrakan..." batin Citra sambil berjalan menjauh, meninggalkan Pak Utet yang sedang asyik-asyiknya mengocok batang penisnya dibelakang.
"Loh Neng... Ini gimana...?" Tanya Pak Utet kebingungan.
"Lain kali aja deh pak... " Tolak Citra halus, "Aku sedang nggak mood... "
***
TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering SMS mengagetkan lamunan Citra.
"Memek Perawan... Kamu dimana..?" Pesan Seto lagi.
"Bentaaaarrr...Aku ijin suamiku dulu...."
"Maaaassss... Aku udah kesiangan nih... Aku boleh ya berangkat bareng Seto...?"
CKLEK
Marwan membuka pintu kamar mandinya, sekedar mengecek istrinya.
"Hmmm... Emang ya kamu harus berangkat ama dia...?" Tanya Marwan.
"Lalu...? Aku harus berangkat sama siapa mas...? Pak Utet...? Dia nggak bisa maaaasss.." Balas Citra Sewot, "...Ama kamu....? Kaya kamu bisa aja...."
"Khan masih ada angkot Deekk..."
"Yah mas... Udah siang inih... Kalo mau pake angkot, bisa makin telat aku masuk kantornya..."
Melihat kebawelan istrinya mulai muncul, Marwan buru-buru menyudahi perdebatan mereka. "Yauda deh... Terserah kamu aja...." Ijin Marwan.
"Naaahh.... Gitu doooong....Makasih suamiku sayaaanngg.... Hihihi..." Pamit Citra sambil buru-buru jongkok didepan tubuh telanjang suaminya, lalu mengecup dan menyelomoti penis Marwan yang menggantung manja itu dengan santai.
"Uuuuhhh.... Deeekk..." Desah Marwan keenakan. Merasakan jilatan dan sedotan bibir istrinya, penis basah Marwan yang semula tidur, seketika itu bangun. Tegang, mengeras.
Sengaja, Citra memberikan jamuan paginya sebelum suaminya berangkat keluar kota. Dengan kuat, Citra mencucupi penis suaminya. Berusaha memberikan kenikmatan buat suami tercintanya. "Cuup cupp... Slurrp...Biar kerja ke kotanya semangat ya mas.... Sluuurrppp...."
"Enak banget dekkk..." Desah Marwan sambil mulai memaju mundurkan pinggulnya, mencoba menyetubuhi mulut dan kerongkongan Citra yang menjepit batang kelaminnya lekat-lekat. "Hoooohhhsss.... Mulut kamu berasa kaya memek deeeek.. Enak baaaanggeeetttt...."
"Enyootin haja maaaahhss..." Ucap Citra dengan mulut penuh batang penis Marwan. "Pejuhin istlimu inyih....
"Aku mau keluar dek..." Erang Marwan kuat sambil memegang belakang kepala Citra. Dengan gerakan brutal ia menyodokkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra, seolah mulut itu adalah vagina istrinya.
"Ooooohhhh.... Aku nggak tahan lagi dek...Aku keluaaaaarrrr..."
CRET CREEET CREECEET
Penis Marwan meledak dengan nikmat, enam semburan hangat menyerbu kerongkongan Citra, menghantarkan jutaan benih kejantanannya masuk kedalam perut istrinya
"Banyak banget mas pejuhmu..." Ucap Citra genit sambil terus menjilati batang penis suaminya hingga bersih.
"Hooohhmm... Kamu binal banget sekarang dek.."
"Hehehe... Siapa dulu dong suaminya....?" Ucap Citra manja sambil mencium tangan Marwan. "Dah yaaa mas.. Aku berangkat kerja ama Seto dulu....."