𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟏𝟏


"Hooooaaaammmzzzz." Remaja itu menguap,mengerjapkan mata beberapa kali kemudian membukanya.


"Aahh." Dia melihat penisnya yang sudah tegak. Aktivitas pagi sang penis memamerkan kekuatan dan kesehatannya.

Kembali memejamkan mata dan menerbangkan pikirannya ke tubuh Bu Kartika,Bu Eni dan Bulik Dasuki. Ketiganya adalah wanita-wanita dewasa yang terbukti mampu membangkitkan nafsunya. Dia belum pernah dekat dengan wanita-wanita seusianya, dia sering melihat Yanti,Dina,Kristin,Anita dan yang lainnya tapi mereka tidak menimbulkan efek apapun terhadap nafsunya.

"Hiiiiiihhh." gumamnya kesal,diobrak-abriknya rambut yg kusut sehabis bangun tidur. Penis yang awalnya berdiri gagah langsung mengkerut dan lemah seperti tau akan kekesalan si empunya.

Rasa penasaran itu ia pendam berhari-hari.

"Biarlah, nanti juga pasti akan ketemu sendiri jawabannya." kata hatinya setiap kali pertanyaan itu mampir di kepalanya.

"Adrian!!" suara panggilan dari suara yang sepertinya dia kenal mengantarkan kepalanya menengok ke belakang saat dia hendak memarkirkan motor di tempat parkir motor sekolahannya.

Fajar harus mendorong motor karena setelah masuk area sekolah mesin kendaraan harus dimatikan, memarkirkan motor lalu menghampiri Adrian yang menunggunya.

"Ada apa Jar?" Tanya Adrian sambil duduk di atas motornya.

"Ayo sambil jalan ke kelas." kata Adrian tanpa menjawab pertanyaan Adrian.

"Kamu mau ngajari adik ku main gitar?? Vena mau ujian dan dia mau mainin gitar sebagai alat musiknya, kata gurunya kalau main gitar nilainya lebih bagus daripada suling atau pianika." cerita Fajar.

"Ternyata kamu nggak bohong Ndes!!" Tiba-tiba Chandra menepuk kepala Adrian dari belakang.

"Asu!!! Ngupingan!!" Seru Adrian.

"Hahaha, kalau mau ngajari adiknya Fajar aku ikut Ndes." Chandra menawarkan diri.

"Ck..ck..ck." Adrian hanya berdecak.

"Aku belum pernah ke rumah mu Jar, sesekali nggak apa-apa kan main ke rumah teman sekelas." kata Chandra sambil mengedikkan matanya ke arah Fajar.

"Asal jangan ganggu Adrian waktu ngajarin adik ku main gitar aja." sahut Fajar.

"Siaaaaaapppp!!!" Seru Chandra bersemangat.


"Heh Gondes!! Aku aja belum bilang bisa apa tidak kok kau siap,siap aja." Gerutu Adrian.

"Adik nya cantik nggak ndes?" Tanya Chandra berbisik pelan di telinga Adrian.

"Geli su!!!" Bentak Adrian sambil menoyor kening Chandra.

"Kere!! Hahaha."

Mereka bubar menuju bangku masing-masing.

"Lha kemarin sama ibunya Fajar kamu belum bilang bisa apa nggak?" Tanya Chandra

"Aku sih bisa,tapi masih malas,minggu depan aja lah." kata Adrian,mengambil buku yang hanya 1 dari saku belakang celananya dan meletakkannya di meja.

"Jam 11 ke Mas Supri ya Ndes!!" Kata Hermawan sambil menoleh ke 2 kawan dibelakangnya.

"Aku nggak ikut" Chandra menyahuti

Adrian menengok tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan dari mulut si "Setan Cabut" Chandra Kurnia.

"Jaga image Ndes.." bisik Chandra

"Sama Fajar???" Tanya Adrian.

"Iya dong..kan mau ketemu adiknya." bisiknya lagi.

"Jarr..mmmmmmpppppp." mulut Adrian dibungkam dengan cepat oleh Chandra.

"Kere!!"

Tangan Chandra ditariknya lepas dari mulutnya.

"Kakeane!!!" Umpat Adrian sambil tertawa.

Siang itu begitu terik, panasnya begitu menyengat, Fajar,Chandra dan Adrian beriringan naik motor ke rumah Fajar selepas pulang dari sekolah. Adrian sudah memutuskan akan mulai mengajari Vena, adik Fajar, bermain gitar hari ini. Ia bawa Gitar kesayangannya biar lebih mudah memberi contoh "fingering". Rumah Fajar masih sepi,orang tuanya masih sekolah dan adik-adiknya belum pulang.

Adrian dan Chandra langsung merebahkan tubuh mereka di sofa dan menyalakan kipas angin yang menempel di plafon ruang tamu begitu masuk rumah.

"Haaaaahhh..sejuk." kata mereka.

"Kalau mau minum ambil sendiri sana,aku malas bikinin minuman" ujar Fajar sambil merebahkan tubuhnya di lantai.
Mereka bertiga berdiam beberapa saat menikmati hembusan angin dari kipas yang berputar cepat di atas mereka.

"Tiinnn..tiiinn." suara klakson mobil mengagetkan mereka bertiga yang ternyata tertidur.

"Mas..motornya ditata biar mobilnya ibu bisa masuk." kata Radit memasuki rumah. Mereka bertiga keluar dan merapikan parkir motor mereka. Adrian melirik ke arah kemudi lalu menundukkan muka melihat Bu Kartika menatapnya tajam.

"Rian..lama gak main ke sini." Bu Kartika berbasa-basi saat keluar mobil.

Adrian menatap Bu Kartika dengan mata yang memancarkan kerinduan. Bu Kartika yang mengetahui pandangan itu langsung berpaling dan masuk ke rumah. Dadanya berdegup kencang. Ya,dia tidak akan bisa memungkiri kalau dia merindukan remaja itu. Dia pula yang menyuruh Fajar untuk meminta Adrian mengajari Vena. Permintaan Vena untuk bermain gitar saat ujian praktek musik di sekolahnya seolah menjadi jalan bari baginya menuntaskan kerinduan untuk bertemu remaja yang bisa memuaskan dahaga birahinya. Dia membutuhkan ciuman dan lumatan bibir Adrian.

"Jar..beli makanan sana,kasihan kalian belum makan kan?" Perintah Bu Kartika.

"Males Bu..panas." jawab Fajar kembali telentang di lantai.

"Kuanterin Jar..lapar dan haus ni." Sahut Chandra tanpa malu-malu.

Adrian hanya diam menatap Bu Kartika tanpa berkedip. Ia

"Ndes,mau pesan makan apa?" Pertanyaan Chandra mengagetkannya.

"Apa ajalah..ikut kalian aja." Sahut Adrian mengalihkan pandangan.

"Mas Rian, Vena mandi dulu ya baru ajarin." Kata Vena.

Chandra menatap Vena malu-malu,sepertinya, dia akan lebih sering main ke rumah ini nanti untuk menemani Adrian mengajari gadis chubby nan jelita.

"Bu!! Mana uangnya??!!" Seru Fajar.

Bu Kartika keluar kamar, memakai kaos dan celana pendek kolor. Diberikannya sejumlah uang pada Fajar yang segera bergegas membonceng Chandra membeli makanan.

Mata Adrian semakin liar memandang tubuh Bu Kartika. Tubuhnya menggigil karena gelombang birahi. Sedikit kesempatan di saat mereka hanya berdua memacu adrenalin nya.

"Vena mana?" Tanya Bu Kartika.

Adrian tidak menjawab,dia bangkti lalu mendekati Bu Kartika.

"Vena mandi" jawab Adrian

Ia pegang kedua pipi Bu Kartika,

"Radit tidur?" Tanya Adrian berbisik di telinga sambil menciumnya. Bu Kartika yang berdiri di depan kamarnya hanya bisa menganguk lemah.

Nafas Bu Kartika memburu,tangannya memegang erat kedua tangan Adrian, pipi mereka saling bersentuhan.

"Muach..mmmuaachh." kedua bibir itu bertemu,diawali ciuman yang lembut sebagai ungkapan kerinduan mereka.

"Mmmppphhh..mmmppphh" erangan dari tenggorokan mereka mulai terdengar seiring semakin panasnya lumatan dan pagutan kedua bibir sejoli yang dilanda gairah itu.

Seorang remaja tanggung berciuman mesra dan liar dengan seorang wanita paruh baya di dalam rumah si wanita dengan anaknya yang kecil tertidur di dalam kamar dan anak ke duanya sedang di dalam kamar mandi. Dentuman birahi ditengah kondisi yang beresiko tinggi seakan membuat gairah mereka semakin terpacu.

"Rian kangen gesekan kulit mulus ibu, Rian kangen campuran keringat Ibu, Rian kangen desahan Ibu" bisik Rian lalu mencium dan menjilati leher putih bersih Bu Kartika

"Mmmmmmmmhhhhh" Bu Kartika hanya bisa mendahan desahan dengan menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Bisikan provokatif Adrian membuat kedutan di vaginanya semakin kuat, puting payudaranya mengeras.

"Berapa lama biasanya Vena mandi?" Tanya Adrian sambil meremas pantat Bu Kartika dan menekannya agar penis dan vagina yang masih terbungkus celana itu menempel.

"20 menitan sayang." Bisik Bu Kartika lalu melumat bibir Adrian.

Adrian menurunkan celana berikut CD nya.

"Eh,Rian..kamu mau apa??" Tanya Bu Kartika kaget.

Tanpa menjawab Rian menurunkan celana kolor beserta cawat Bu Kartika.

"Rian..jangan gila kamu!!" Kata Bu Kartika setengah berbisik. Ia mulai ketakutan akan kenekatan Adrian.

Rian menaikkan 1 kaki Bu Kartika menahan siku kaki dengan tangannya. Lalu memasukan penisnya ke dalam vagina Bu Kartika.

"Sssshhhh..kangen memek nikmat ini." desis Adrian.

"Mmmmhhhhh." Bu Kartika hanya bisa menahan desahan dengan memeluk dan menciumkan bibir nya ke pundak Adrian.

Gerakan pinggul Adrian dipercepat, Dia menyadari harus berburu waktu dengan kedatangan kedua temannya atau keluarnya Vena dari kamar mandi.

"Oooouuuhhh..Terus Rian..kontol mu makin enak sayang." bisik Bu Kartika binal karena vaginanya terasa sangat gatal.

Akibat nafsu yang terlalu besar keduanya tidak mampu bertahan lama.
10 menit penetrasi penis Adrian yang cepat dan keras mengantar mereka ke puncak hampir bersamaan.

"Eeeeerrggghh..saya mau keluar Bu.." erang Adrian yang semakin mempercepat gerakan pinggulnya.

"Mmmmhhhh..Ibu dah gak kuat sayang." Bu Kartika mencapai puncak duluan dan beberapa detik kemudian semburan sperma Adrian yang berulang-ulang melengkapi orgasme Bu Kartika.

Adrian masih menngerakkan pinggulnya perlahan sambil melumat bibir Bu Kartika. Ia sepertinya ingin menguras habis sperma yang sudah beberapa minggu tidak dia keluarkan. Adrian menurukan kaki Bu Kartika lalu merapatkan kaki itu.

"Uuuuuhhhh" keduanya melenguh lalu kembali berciuman.

"Kamu selalu membuat kejutan-kejuta tak terduga Rian." Entah pujian atau apa yang diungkapkan Bu Kartika.

"Seru kan Bu bercinta dengan rasa khawatir? Hehe." Goda Adrian.

"Kamu remaja tapi seperti seorang yanga sudah berpengalaman Rian." Kali ini Bu Kartika memuji.

"Cekleeekkk!!"

Suara itu mengejutkan mereka berdua,Bu Kartika membalikkan badan, mengambil celananya lalu masuk lalu menutup pintu kamarnya perlahan. Adrian buru-buru menaikkan celananya lalu berjingkat menuju kamar Fajar. Adrian merapikan pakaiannya lalu ke luar sambil membawa gitar Fajar.

"Mas Rian bawa gitar mas juga kan?" Tanya Vena saat melihat Adrian keluar membawa gitar dari kamar kakaknya.

Adrian hanya menganguk,takut Vena akan curiga dan bertanya kalau mendengar suaranya yang gemetar karena kepanikan.

"Kok tangan mu bergetar kenapa mas?" Tanya Vena lagi.

"Lapar." Jawab Adrian singkat.

"Mas Fajar belum pulang?" Vena melihat keluar.

Adrian diam saja,dadanya masih berdetak kencang.

Tak lama kemudian kedua temannya datang lalu mereka segera menyantap makanan itu.

"Ven,ambilin minum dong!!" Seru Fajar.

"Iya!!" Balas Vena

Dua botol air mineral dingin menjadi pendorong makanan sekaligus penuntas kelaparan mereka.
Adrian lalu mulai mengajari Vena. Chandra semakin terkesima dengan kecantikan Vena yang menyerupai ibu nya,kulitnya putih,mulus dan kencang,bibirnya tipis dan merona,tubuhnya agak gendut proporsional. Matanya selalu melirik ke arah Vena. Jika Vena menengok, ia pura-pura menoleh ke luar. Vena geli dalam hati melihat tingkah Chandra.

Bu Kartika keluar kamar lalu berjalan ke kamar mandi,rupanya ia tertidur sehabis quick sex bersama Adrian.

"Rian,Chandra,teh apa kopi?" Tanya Bu Kartika sekeluarnya dari kamar mandi.

"Nggak usah Bu" Chandra menjawab

"Es teh aja kalau ada Bu" menyambung.

Adrian melotot ke arah Chandra.

"Panas Ndes..sumuk.." kata Chandra mengibas-kibaskan telapak tangannya.

Vena dan Bu Kartika geli dengan polah Chandra.

"Eh..Fajar ke mana?" Tanya Bu Kartika sambil meletakkan 4 gelas es teh di meja.

"Tadi habis makan,kakak masuk kamar Bu,mungkin tidur" sahut Vena sambil melakukan finger stretching. Yaitu gerakan berurutan 4 jari kiri menekan fretboard mulai dari senar bawah ke atas dan sebaliknya dan jari 4 jari kanan memetik senar. Ini adalah teknik dasar sekaligus pondasi agar bisa memainkan gitar dengan baik.

"Gimana Ven, jari mu sakit?" Tanya Bu Kartika yang mihat vena meringis-ringis saat melakukan finger stretching.

"Emang sakit gitu Ven kalau pertama pegang senar gitar, harus sering kalau mau jari-jari mu lancar bermain gitar" sahut Adrian tapi matanya melirik ke arah Bu Kartika.


Bu Kartika membalas lirikan itu dengan senyum yang manis. Vena dan Chandra tidak memperhatikan itu karena mereka sendiri juga sibuk dengan gejolak asmara yang sepertinya mulai mendera mereka. Tujuan awal pelajaran gitar ini sepertinya berubah drastis.

BERSAMBUNG ... 


 


Read More

𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟏𝟎

 


"I was born on the dawn of a new society

And I feel lucky that my eyes could see
People standing up and being
Who they want to be
People made the music
And the music may them free

Now I was just a baby through
The summer of love they say
But it still feels like it was yesterday
And if the road gets rough
I pick up my guitar and play


It's always been right by my side
To help me on my way

Now I don't need to worry 'bout tomorrow
Ain't anticipating what's to come
And I don't need to worry 'bout
The things I have not done
Long as I got rock and roll
I'm forever young

Now we can't always understand this world
Farther along we'll understand it all
The '70s looked like we all
Were headed for a fall
But those who listened hard enough
Could hear the summer call

Now I was growing up through all of this
My first beer and love and my first kiss
You never learn the things in school
You learn by living and going through
You taught me to be myself
How can I thank you"

One For Rock and Roll, lagu yang selalu menjadi penggugah semangat yang lesu,hati yang risau dan otak yang layu.

Lagu inilah yang tidak pernah sekalipun ia lewatkan diantara lagu-lagu lain yang dia nyanyikan setiap saat memegang gitarnya.

Adrian seorang yang menyukai musik-musik Rock diantara teman-temannya yang cenderung menyukai band-band pop macam java jive,stinky,sheila on 7 dan semacamnya.
Mereka selalu memprotes kalau Adrian memegang gitar saat nongkrong karena mereka tidak pernah kenal lagu-lagu yang ia mainkan.

Ruangan kelas itu semakin ramai,siswa-siswa kelas MO3 mulai berdatangan dan memasuki ruangan. Adrian langsung menuju ke bangkunya, beberapa temannya memandangnya penuh pertanyaan.

"Kakeane..katanya kamu di skors?"

"Kok berangkat??" Tanya Chandra heran,

Nanang dan Hermawan membalikkan bangku mereka menghadap meja Adrian dan Chandra.

"Hahahaha, cah alim kok di skors." jawab Adrian menjengkelkan ke tiga temannya.

"Yan!!" Hermawan memanggil Yanti, "Sang Ibu Peri", julukan yang diberikan teman sekelasnya sebab dia lah satu-satunya cewek di kelas MO3.

"Kenapa Her?" Yanti berjalan mendekat dan berdiri di samping Chandra.

"Kemarin Gondes e ini pergi sama siapa?" Tanya Hermawan ke Yanti.

Adrian kaget memandang wajah Yanti dan Hermawan bergantian.

"Tutup mulut Rp.2000." kata Yanti sambil meletakkan telunjuk di mulutnya.

"Kemarin Yanti lihat kamu dijemput ibu-ibu." ujar Nanang,matanya seakan meminta penjelasan.

"Nang, Aku gak jadi dapat 2000 dong." protes Yanti.

"Kalau Gondes e ini menjawab nanti ku kasih." sahut Nanang santai.

"Ck ck ck..Peri Gosip mulai beraksi" decak Adrian pura-pura kesal.

"Aku habis maghrib ke rumah mu,kata ibu mu,kamu belum pulang." kata Hermawan semakin menekan Adrian.

"O..o..Ooooo..." sahut Yanti tidak jelas maksudnya.

"Ngaku Ndes.." desak Chandra.

"Kemarin saya tanya ke Bu Dewi lho,katanya tante mu,iya kah???" Tanya Yanti penuh ketidak-percayaan.

"Maaf ya..saya tidak bisa mendengar kalian..Bapak capek nak..mau tidur." Kata Adrian sambil menjatuhkan kepala di kedua lengannya.

"Cah Asu!!!" Umpat Nanang jengkel

"Kere!!" Sambung Hermawan, keduanya membalikkan bangku menghadap ke meja mereka.

"Orang tua ku semalam juga nanyain, aku diam tidak menjawab, apalagi kalian." Ujar Adrian tanpa mengubah posisinya.

"Nang..mana dua ribu nya??" Tagih Yanti.

"Sini, Ku cipok dulu bibirmu" sahut Nanang sambil melambaikan tangan.

Yanti pergi dengan bersungut-sungut..jualan gosipnya tidak laku pagi ini.

Keempat remaja ini adalah kawan baik,teman seper-cabut-an demi permainan play station 1. Mereka akrab dan setia kawan, tidak ada obrolan masa depan diantara mereka setiap hari, pun tidak ada pembicaraan soal cewek, kesibukan bermain PS dan menghindari lemparan batu saat tawuran adalah rutinitas para remaja Madesu,masa depan suram.

"Siapa sih Ndes?" Bisik Chandra pelan. Dia masih sangat penasaran dengan sosok ibu-ibu yang dikatakan Yanti.

"Ibu nya Fajar." jawab Adrian pelan persis di telinga Chandra.

"Fajar?? Fajar siapa??" Selidik Chandra.matanya mengikuti gerak mata Adrian yang mengarah ke bangku di depan meja guru.

"Cocottteeeeee!!!!" Chandra berseru keras,semua murid sekelas itu menoleh ke arahnya.

Hermawan dan Nanang kaget ikut menoleh dan melotot.

"Kaget owg Ndes." Cengir Chandra.

"Ada perlu apa kok kalian pergi sampai malam?" Tanya Chandra pelan menyelidik.

Adriam diam, ia pura-pura tidur.

"Selamat pagi Bu!!" Sapaan Arief sang ketua kelas menghentikan penyelidikan Chandra.

"Selamat Pagi semua!!" Sahut Bu Eni.

Adrian mengangkat muka saat melihat guru mata pelajaran Bahasa Indonesia itu berjalan menuju ke meja di pojok ruangan kelas itu. Matanya menyelusuri seluruh tubuh Bu Eni.

Ibu guru itu memakai seragam Korpri lengan panjang biru muda dengan rok selutut berwarna biru donker. Perawakannya tidak terlalu tinggi, badannya agak berisi, dada yang tidak terlalu besar,perutnya terlihat rata. Baju seragam yang ketat itu membalut tubuhnya, mencetak pinggang yang agak ramping dan pantat yang besar.

Mata Adrian nanar,hidungnya berminyak menandakan nafsu yang saat ini bergejolak di otaknya. Penisnya menggeliat bangun.

Adrian segera menyadari keadaan dirinya. Ia agak terkejut dengan kenyataan yang terjadi pada dirinya. Biasanya ia tidak pernah merasakan gejolak birahi yang tinggi saat melihat Bu Eni entah kenapa sekarang ia mengalaminya keanehan ini?

Tangannya masuk ke celana membetulkan posisi penisnya yang mulai keras.
"Ketekuk Ndes? Xixixi." Tanya Chandra cekikikan mengagetkan Adrian.

"Iya..Sakit." jawab Adrian meringis.

Chandra maju membungkukkan badan,

"Adrian ngaceng!" Seru Chandra lirih di tengah-tengah Hermawan dan Nanang.

Nanang dan Hermawan menoleh bersamaan,

"Bokongnya Bu Eni Ndes??" Ejek Hermawan,

"Cah mesum!!" Maki Nanang.

"Cerewet!!!" Seru Adrian sebal.

Mereka bertiga cekikikan.

Sepanjang pelajaran Bu Eni, penis Adrian tidak mau tidur seakan ikut menyimak gerak-gerik tubuh Bu Eni yang menggairahkan baginya. Otaknya mencoba mencari jawaban atas perubahan gairah seksualnya kepada Bu Eni.

Jawaban yang tidak ditemukan hingga bel istirahat pertama berbunyi. 30 menit waktu diberikan kepada siswa SMKN itu untuk melepaskan penat sambil makan minum.
Empat sekawan itu segera meluncur ke kantin sekolah yang berada di belakang sekolahan,temboknya berdempetan dengan kantin SMAN dan GOR kota Semarang. Berempat mereka berbagi sebatang rokok Djarum Super sambil sesekali Chandra,Hermawan dan Nanang memanjat tembok menggoda siswi SMAN. Adrian tidak tertarik untuk mengikuti kelakuan ke tiga temannya itu. Dia masih terheran-heran dengan kejadian saat Bu Eni mengajar tadi.

"Ndes..ulangi lah cerita soal yang kemarin." Pinta Chandra,

"Sssssstttt!!" Adrian memberi kode agar Chandra diam.

"Kapan??" Tuntut Chandra,

"Nanti balik sekolah di warung Pak Jo,tapi bayari lho Ndes!" Sahut Adrian,

"Lha kakeane!!!" Sungut Chandra

"Hehehe." Adrian meringis senang.

Nanang dan Chandra masih asyik nangkring di atas tembok.

"Susu jahe 2 pak." pinta Chandra ke Pak Jo si penjual warung angkringan yang terletak di belakang kantor Gubernuran Jawa Tengah itu.

Mereka duduk di lesehan sebelah warung itu sambil mengunyah kacang sangan.

"Susu jahe 2 ya nak" kata Pak Jo sambil meletakkan 2 gelas susu jahe di depan mereka.

"Ibu nya Fajar kemarin ngajakin ke Halmahera Ndes,toko musik di dekat Barito itu lho." Adrian memulai ceritanya

"Adiknya Fajar kan mau ujian praktek musik,dia pengen main gitar karena dinilainya lebih daripada main suling atau pianika."

"Aku dimintai tolong milihin gitar yang bagus, sudah gitu doang."

Adrian sudah memikirkan kebohongan ini selama 2jam pelajaran terakhir.

"Sudah?? Gitu doang??" Chandra memelototkan matanya.

"Iya." kata Adrian

"Aku nraktir cuma dengerin cerita biasa-biasa seperti ini Ndes???" Chandra semakin sebal.

"Lha emang gitu doang." kata Adrian santai.

"Kere..kere..ketipu!!!" Sungut Chandra.

"Hahahaha..makanya jangan termakan gosip Ibu Peri" ejek Adrian dengan gembira.

"Lha tadi kontol mu ngaceng kenapa??" Tanya Chandra masih geli mengingat kejadian tadi pagi.

"Aku ya kaget,biasanya lihat Bu Eni gak pernah ngaceng kok tadi aku sange" kata Adrian sambil garuk-garuk kepalanya.

"Makanya..jangan kebanyakan baca stensilan, mending mainan PS wae pikirane fresh..hahaha." ejek Chandra

"Rupamu!!! Novel e dibakar Sebeh (bapak) ku..ketahuan..disuruh ganti pula sama Pinokio (nama rental buku)"

"Hahahaha..modyar!! Di hajar nggak Ndes??" Chandra senang mendengar penderitaan teman karibnya.

"Nggak..diomelin semalam suntuk sama Semeh (ibu) ku." kata Adrian

"Hahahahaha..gembiranya hatiku." Ketawa Chandra semakin bergelak.

"Gathel.***thel!!" Adrian memaki sebal

"Kalau dengar gini kan nggak rugi bayarin. Hahahahaa.." Chandra semakin tergelak.

Adrian lega karena rahasianya bersama Bu Kartika masih aman. Mereka berpisah pulang ke rumah masing-masing.

"Rian..nanti jam 5 tolong anterin Ibu ke Bulik Dasuki." kata Ibunya saat Adrian baru masuk ke dalam rumah.

"Siap bos." jawab Adrian dengan sikap meghormat.

"Dah makan belum?" Tanya ibunya

"Sudah Bu" Jawab Adrian

"Cepetan mandi, ini sudah jam 4." Perintah Ibunya sambil masuk ke kamar.

"Siap laksanakan!!"

Setelah mandi dan merapikan diri, Ibu dan anak ini berboncengan ke rumah adik Ibunya.

Sesampainya di sana,mereka bergegas masuk,

"Dik.." panggil Ibunya Adrian di depan pintu

"Ya Mbak.." Bulik Dasuki keluar hanya mengenakan daster pendek tanpa lengan.

"Masuk Mbak..eh..tumben Adrian ikut" kata Bulik Dasuki mempersilahkan masuk,Adrian salim lalu mereka masuk.

Kembali,mata Adrian seakan menggerayangi tubuh belakang buliknya. Bokong buliknya yang bulat itu seakan menari-nari di relung birahinya,gairahnya naik perlahan-lahan.

Ibu dan buliknya duduk di sofa dan mulai mengobrol, Adrian langsung merebahkan diri di karpet ruang TV,menonton TV sambil matanya melirik ke arah paha Buliknya.

Dari samping ia bisa melihat dengan jelas bentuk payudara yang menonjol. Belahan yang kadang terlihat saat buliknya membungkuk memberikan validasi bahwa ukurannya lebih besar dari payudara Bu Eni yang dia lihat tadi pagi.

Adrian segera tersadar dengan keadaannya,kembali otaknya mencoba mencerna 2 kejadian pagi tadi dan sore ini.
Kenapa dia bergairah dengan wanita-wanita yang usianya jauh lebih tua,wanita-wanita yang sudah bersuami,wanita-wanita yang telah matang.

Apakah ini akibat hilangnya keperjakaannya oleh Bu Kartika??
Atau karena nafsunya yang semakin menggila tanpa dia sadari akibat membaca novel-novel stensilan??
Atau ini hanya karena pubertas yang dialami remaja seusianya lalu akan menghilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu??

Gejolak dalam pikirannya itu membawanya ke alam mimpi.

BERSAMBUNG ...


Read More

𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟗

 


"There is life even after a broken heart, broken heart
You can fight the pain from a broken heart broken heart"

Reffrain lagu Broken Heart nya White Lion seperti mendengung di telinga Adrian. Dia cerdas memanfaatkan kemarahan akibat penolakan cintanya kepada Bu Kartika dengan semangat dan tujuan yang berbeda.

Ia akan membuat Bu Kartika mengingat kemampuannya bercinta di sepanjang hidupnya. Ia akan membuat Bu Kartika selalu mengingat kehebatannya dalam memuaskan dahaga seksual Ibu temannya itu.

"Rasa cinta saya terhadap Ibu sudah mati. Tapi kontol saya akan selalu hidup untuk menyirami memek Ibu agar selalu mekar saat kita bercinta." desis Adrian,membuka lilitan handuk dan membuangnya lalu meremas kedua payudara yang lebih besar dari telapak tangannya.

"Kamu semakin nakal sayang." sahut Bu Kartika langsung menerkam mulut Adrian

Adrian yang semakin matang dalam bercinta,membalas lumatan,jilatan,gigitan dan pagutan bibir Bu Kartika.

Mengangkat bokongnya lalu menurunkan celana dalamnya. Tangan Bu Kartika cekatan memegang penis Adrian,ujung penis itu ia arahkan ke klitorisnya,

"Ssssshhhh..oooouuuhhh." desis Bu Kartika mengawali petualangan birahinya yang ke dua.

Adrian menahan desahan,hanya menatap mata Bu Kartika yang makin sayu terbakar nafsu. Tangannya semakin keras meremas payudara Bu Kartika dari bawah.

"Aaaaaaaahhhhh." Jerit Bu Kartika saat menurunkan vaginanya melahap penis Adrian.

"Eeenngggghhh" Adrian mengeram bertahan sekuat tenaga agar tidak mendesah.

Kedua tangannya berpindah ke pinggang Bu Kartika,menahan pinggang itu agar tidak bergerak.

Mata Bu Kartika semakin sayu. Ia tidak mampu menggerakkan pinggulnya. Vaginanya berkedut-kedut liar mengharap penis itu bergerak.

"Riaaannn..biarkan memek Ibu mengocok kontol mu sayang." Pinta Bu Kartika sambil berusaha menggerakkan pinggulnya,tangannya memegang sandaran sofa.

Adrian hanya diam,menatap tanpa berkedip ke arah Bu Kartika,entah apa yang ada di pikirannya saat ini.

"Ayo sayang..jangan tahan Ibu,jangan diam saja." Rengek Bu Kartika.

Tanpa bicara,Adrian meletakkan kedua tangannya di pantat Bu Kartika lalu mengangkatnya hingga di ujung kepala penisnya.

Digesek2in kepala penisnya di vagina Bu Kartika,

Jleb!!

"Adriaaaaaaannn..oooooohhhh" jerit Bu Kartika ketika Adrian menghujamkan penis hingga ke pangkalnya.

Sensasi kenikmatan akibat hujaman yang mengejutkan seakan membuka kran cairan kewanitaanya. Adrian melakukannya berulang-ulang,payudara besar Bu Kartika ikut bergelombang akibat hentakan kuat penis Adrian.

"Aaaarrrggghhhhh" desahan itu akhirnya keluar dari mulut Adrian. Vagina Bu Kartika terasa begitu nikmat.

Bu Kartika berjongkok,menduduki penis Adrian,jempolnya menggitik kedua puting Adrian dan pinggulnya bergerak maju mundur,naik turun. Vaginanya seakan mengurut dan memijat penis Adrian akibat teknik kegel yang sedang dilakukannya.

"Eeeehhhh..mmmhhh..memek Ibu hebat." Puji Adrian.

Dia mencoba merilekskan pikiran dan syarafnya saat serangan vagina Bu Kartika terhadap penisnya semakin liar. Dia harus mampu bertahan.

Keduanya mampu bertahan untuk tidak mencapai puncaknya saat ini.

Usia tidak mampu berbohong,kemampuan hebat goyangan pinggul Bu Kartika tidak diimbangi oleh fisiknya yang sudah berumur.

Nafasnya memburu dan keringatnya semakin deras mengalir. Ia terbakar gairah.

Adrian meminta Bu Adrian jongkok di sofa,kakinya dirapatkan,tangannya menahan tubuhnya di senderan sofa. Adrian agak menekuk lutut agar penisnya tepat di belakang vagina Bu Kartika,kakinya mengangkang lebar,diarahkannya penis ke vagina yang sudah sangat basah itu.

Jleb!!

"Oooooohhhhh..Adriaaaannn." desah Bu Kartika,wajahnya menempel di sandaran sofa,matanya sayu menatap Adrian yang berulang kali menyodokkan penisnya secara keras dan cepat.

Tamparan-tamparan Adrian pada pantatnya terasa panas,tapi malah menambah sensasi kenikmatan sodokan penis si remaja.

Lutut Adrian gemetar,dia merasa kecapekan karena harus menekuk lutut sambil menghentakkan pinggulnya. Ia tarik Bu Kartika agar berpindah ke ranjang. Kembali Bu Kartika menungging,kali ini pahanya terbuka lebar,tangannya menahan tubuhnya. Adrian berlutut dan kembali memasukkan penisnya,menghentakkan pinggulnya

"Eeeehhh..eeehhh..eeehhh." desahan demi desahan terdengar dari mulut mereka berdua.N

Adrian menarik kedua tangan Bu Kartika,merapatkan kakinya, sehingga badannya pun ikut terangkat naik dan hampir menempel di tubuh Adrian. Adrian meremas payudara besar yang terombang ambing oleh gelombang sodokan penis Adrian,menjilat leher Bu Kartika,

"Mppphhhhh" Adrian menolehkan wajah Bu Kartika lalu melumatnya dengan ganas.

Ciuman,remasan dan sodokan penis Adrian menimbulkan kegelian yang luar biasa. Vaginanya seakan enggan berhenti mengucurkan cairan. Suara kecipak air dan pertemuan kedua paha menjadi irama syahdu pergumulan syahwat yang dahsyat.

Adrian meminta Bu Kartika tengkurap,kakinya dirapatkan,lalu dia menaiki selangkangan Bu Kartika. Penisnya yang berdiri kokoh diarahkan ke vagina Bu Kartika.

"Eeeegggghhh..memek Ibu semakin nikmat di posisi ini, oooouuuhhhh."lenguh Adrian,

Tangannya menahan beban tubuhnya di ranjang,pinggulnya bergerak perlahan. Jepitan vagina Bu Kartika menimbulkan kegelian yang luar biasa pada penisnya.

"Eeehhhh..eeeehhh..eeeehhh" Bu Kartika hanya bisa.mengangkat kepala dan menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya.

Episentrum kegelian di sekujur tubuhnya berada di vaginanya, gesekan penis Adrian yang keras dan cepat seakan menjadi harapan agar puncak getaran di vaginya segera berakhir.

Gerakan pinggul Adrian semakin cepat,kegelian pada penisnya mulai menjalar ke batang yang keras,

"Eeeerrrggghhh..aaaahhhhh." erang Adrian yang merasa puncak kenikmatan itu hampir dia gapai.

"Entot Ibu yang kenceng sayang..Aaaahhhh..kontol mu dalam banget di memek Ibu." racauan binal Bu Kartika menandakan gelombang deras di vaginanya sudah tidak bisa ia tahan.

Kebinalan Bu Kartika melecut pinggul Adrian bergerak cepat dan kasar,tusukan penisnya di vagina Bu Kartika semakin dalam.

"Aaaaarrrggghhh..Ibuuuuu!!"

"Adriaaaaannnn..aaaahhhh"

Lenguhan keduanya mengisyaratkan berakhirnya perjalanan birahi mereka.

Lelehan lahar hangat bercampur cairan kewanitaan Bu Kartika keluar dari gua kenikmatan yang tersumpal batang keras yang perlahan menjadi lembek.

Adrian terguling di sisi Bu Kartika,mengatur nafasnya yg menderu,memejamkan mata dengan dadanya yang turun naik dengan cepat.

Bu Kartika masih tengkurap. Kepalanya menoleh ke sisi di mana Adrian telentang dan sepertinya tertidur. Pikirannya menerawang jauh. Ia tidak menduga Adrian akan sehebat ini dalam bercinta, yang terjadi hari ini sama sekali di luar ekspekstasinya. Dia yang berencana mendominasi Adrian hari ini justru bertekuk lutut dan tak berdaya oleh imajinasi seorang anak remaja bau kencur yang baru 2x bercinta dengannya.

Ia mencoba mengingat kejadian dari awal dengan Adrian. Semakin dia menggodanya,Adrian semakin mesum dan nekat menanggapi godaannya. Satu hal yang dia ketahui dan yakini saat iini mengenai remaja kencur itu. Adrian bernafsu besar dan imajinasi nya mengenai sex sangat liar.

"Aku seperti membangunkan macan liar yang masih terlalu muda" batin Bu Kartika ketika memandang wajah Adrian yang mendengkur halus.

Wajah yang biasa-biasa saja,bentuk tubuh yang biasa-biasa saja,ukuran penisnya pun normal,bukan yang besar sekali atau panjang sekali. Tapi imajinasi liarnya mengenai sex akan dengan mudah membuat wanita lupa dengan ukuran itu.

Bu Kartika yang awalnya ingin menjadikan Adrian sebagai objek dominasi seksualnya malah terseret keluar dari arusnya sendiri. Ia begitu terlena dengan berbagai gaya dan posisi bercinta yang dipraktekkan Adrian.

"Akankah Adrian membuatku ketagihan dengan permainan sex nya?" Tanya Bu Kartika kepada dirinya sendiri.

"Keinginan ku mencoba suatu hal baru yang kuinginkan ternyata membawa ku berubah arah dan sepertinya sukar untuk kembali."

Bu Kartika meletakkan kepalanya di lengan Adrian,merapatkan tubuhnya dan memeluk remaja itu.

Mereka tertidur,

Mereka kelelahan,

Mereka tenggelam..

"Love hurts, love scars
Love wounds and marks
Any heart
Not tough or strong enough
To take a lot of pain, take a lot of pain
Love is like a cloud
Holds a lot of rain
Love hurts
Ooh, ooh, love hurts



I'm young, I know, but even so
I know a thing or two
I learned from you
I really learned a lot, really learned a lot
Love is like a flame
It burns you when it's hot
Love hurts
Ooh, ooh, love hurts


Some fools think of happiness
Blissfulness, togetherness
Some fools fool themselves, I guess
They're not foolin' me.


I know it isn't true
I know it isn't true
Love is just a lie
Made to make you blue
Love hurts."


Lantunan video klip lagu Love Hurts nya Nazzareth dari MTV Music Channel yang terpampang di layar televisi membangunkan Adrian. Ia menoleh ke samping karena merasakan pegal di lengannya. Wajah Bu Kartika terlihat kelelahan. Adrian mengangkat kepala Bu Kartika dan menarik lengannya pelan lalu menggantinya dengan bantal agar tidak menggangu tidur wanita yang selalu memenuhi lamunannya.

Ia duduk lalu bangkit ke kamar mandi. Dia hanya diam menatap dirinya sendiri di cermin yang berada di atas westafel. Lantunan lagu itu seakan membuka kembali luka hatinya.

"Heeeeeehhh" dia menghela nafas lalu menggosok-gosokkan kedua telapak tangan keseluruh wajahnya,menggaruk-garuk rambut kepala lalu mulai membersihkan mukanya.

Pancuran air panas dari shower toilet itu membawa Adrian kembali ke dalam kenangan akan perasaan hatinya terhadap Bu Kartika. Sakit hati tidak akan semudah itu untuk disembuhkan. Adrian menyadari sepenuhnya ucapan Bu Kartika tapi tidak berarti dia bisa seketika mencabut perasaan cinta yang sudah mengakar di hatinya.

Dia sadar perasaan cintanya hanya akan membawa luka lebih banyak di masa depan. Siapapun tidak akan menyetujui perasaan cintanya kepada Bu Kartika mengingat status mereka saat ini.

Adrian belum menyadari akan sebuah potensi atau malah menjadi sebuah kutukan bagi dirinya. Remaja itu tidak akan pernah menduga bahwa ada sebuah hal lain di dalam dirinya yang mulai bangun dan akan semakin tumbuh liar dan susah dikendalikan. 

BERSAMBUNG...


Read More

𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟖

 


 "An angel's smile is what you sell

You promise me Heaven, then put me through hell
Chains of love got a hold on me
When passion's a prison, you can't break free

Oh, you're a loaded gun, yeah
Oh, there's nowhere to run
No one can save me
The damage is done

Shot through the heart
And you're to blame
You give love a bad name (bad name)
I play my part and you play your game
You give love a bad name (bad name)
Hey, you give love, a bad name

Paint your smile on your lips
Blood red nails on your fingertips
A school boy's dream, you act so shy
Your very first kiss was your first kiss goodbye"

Lantunan lagu Bon Jovi seakan menyambut kedatangan kedua sejoli berbeda usia di ruang resepsionis. Setelah check in, Bu Kartika diarahkan untuk memarkir mobil di depan kamar yang telah dipesan.

Kamar hotel itu luas, toiletnya berada di samping pintu masuk, di tengah-tengah kamar terdapat ranjang berukuran besar. Di sebelah dinding toilet terdapat sofa dan sebuah meja kecil. Tv nya terletak sejajar di depan ranjang,disamping tv terdapat meja rias berikut kursinya.

Adrian menjatuhkan tubuhnya di bed sehabis mencuci muka. Bu Kartika menyusul naik ke ranjang setelah memesan makanan dan minuman melalui telepon yang berada di pojokan sofa.

Ia menjatuhkan tubuhnya di lengan kiri Adrian sambil memeluk pinggangnya.

"Wah..badan mu makin berisi sayang" kata Bu Kartika sedikit kagum

"Saya menyiapkan diri selama menunggu Ibu" balas Adrian

Bu Kartika mengangkat kepala,menopangnya dengan tangan kanannya.

"Menyiapkan diri untuk apa?" Tanya Bu Kartika sedikit heran.

Adrian menyibakkan poni Bu Kartika,mencium mesra keningnya lalu melumat bibir yang agak tebal itu.

"Mmmppphhh"

"Untuk membuat Ibu tidak bisa bangun dan menginap lagi dengan ku malam ini" desis Adrian,lidahnya menjilat bibir atas Bu Kartika lalu meyedotnya lembut.

Bu Kartika memejamkan mata menikmati godaan dan cumbua awal remaja yang mampu membangkitkan sisi liar birahinya.

"Jangan harap teori Enny Arrow mampu melumpuhkan ku sayang" goda Bu Kartika mengedipkan sebelah matanya.

Adrian langsung menindih tubuh Bu Kartika,

"Mmmppphhh..mmmpppphhh"

Ciuman dan lumatan yang panas langsung menjadi pembuka acara bercinta siang itu. Adrian bangkit duduk di antara kedua kaki Bu Kartika yang terbuka lebar dan melepas baju beserta celananya hingga hanya tersisa celana dalamnya saja.

Tok..tok..tok..

"Room servis"

Ketukan pintu dan suara room boy mengagetkan keduanya. Adrian segera lari ke toilet dan Bu Kartika membukakan pintu mempersilahkan room boy itu untuk masuk dan meletakkan makanan pesanannya di meja depan sofa.

Setelah menutup pintu Bu Kartika melepas kaos dan celana jeansnya lalu menyusl Adrian ke toilet.

"Mmmppphhh..mmmppphh" keduanya berciuman dengan panas di toilet,nafsu telah membakar keduanya. Tangan Adrian langsung menurunkan celana dalam Bu Kartika dan mengelus vaginanya tanpa melepas ciuman.

"Emmmppphhh" erang Bu Kartika di tengah lumatan bibir Adrian di bibirnya.

Ciuman Adrian berpindah ke belakang telinga Bu Kartika

"Ssssshhh..Rian..eeehhh" desis Bu Kartika,rasa geli semakin menjalari sekujur tubuhnya.

"Sekarang,teori Adrian lah yang akan membuat Ibu mengalami kenikmatan bercinta" bisik Adrian sambil menjilat telinga bagian dalam Bu Kartika.

Jari tengah Adrian mengusap lembut klitoris dan mengocok lembut vagina Bu Kartika.

"Eeeehhhh..eeehhh..ke ranjang yuk sayang" tarik Bu Kartika lalu mencium bibir Adrian.

Bu Kartika berjalan mundur dan Adrian melangkah maju tanpa melepaskan pagutan bibir mereka hingga ke tepi ranjang.

Dilumat nya kembali bibir Bu Kartika,

"Mmmppphhh"

Bu Kartika membalas ciuman panas itu dan merangkulkan kaki di pinggang Adrian. Tangan Adrian cekatan membuka kaitan belakang bra Bu Kartika,melepasnya lalu melempar ke sembarang arah.

Di remasnya kedua gunung kenyal itu dengan lembut tanpa melepaskan pagutan bibirnya. Di goyangkan kedua jempolnya di kedua puting yang tegak menggoda itu.

"Aaaaahhhh...ssssshhhh" Bu Kartika melepaskan ciuman dan mendesah kuat untuk melepaskan rasa geli yang mendera payudaranya.

Adrian menggesekan penis yang masih terbungkus celana dalam ke tengah-tengah selangkangan Bu Kartika.

"Oooouuuuhhh...Riaaannn...eeennggghhh"

Bibir Adrian menggigit lembut dan menyedot leher putih mulus Bu Kartika. Matanya menatap Bu Kartika yang hanya bisa memejamkan mata dan mendesah.

"Ooooouuuhhh..mmmhhhhh..aaaaaaaaahh"

Serangan brutal Adrian di 3 titik sensitif nya membuat Bu Kartika sangat tersiksa oleh kegelian di seluruh tubuhnya.

"Riaaann..geliiiii" desis Bu Kartika,suaranya bergetar.

Kaki Bu Kartika semakin kuat mengempit pinggang Adrian.

Adrian melepaskan celana dalam Bu Kartika dan celana dalamnya.
Penisnya telah tegang maksimal.

Kembali tangannya meremas kedua payudara kenyal itu,dijilatinya areola kiri Bu Kartika,putingnya semakin membesar,batang penisnya menggesek bibir vagina Bu Kartika.

"Aaaaaahhh..Riaaaaannn..jilatin pentil Ibu sayang" pinta Bu Kartika.

"Masukin kontol mu sayang..eeeeggghhh..jangan siksa Ibu" suara Bu Kartika semakin bergetar dan berat.

Adrian hanya diam mengacuhkan racauan Bu Kartika. Lidahnya berpindah di areola kanan,kedua tangannya meraih kedua tangan Bu Kartika,menggenggamnya dan meletakan di atas kepala Bu Kartika.

"Saya tidak mendengar ucapan ibu" goda Adrian sambil mengecup leher Bu Kartika.

"Oouuuhhh..please..jilatin pentil ibu" kembali Bu Kartika memohon.

"Beginikah Bu?" Tanya Adrian yang dibarengi dengan jilatan ujung lidahnya di ujung pentil kiri dan menggoyangkan lidah itu dengan cepat..

"Yeeeessssss...aaaaahhh..geli bangeeeett"

Gemetar suara Bu Kartika terdengar lemah. Badannya melengkung ke atas,putingnya seakan mengejar lidah Adrian dan enggan lepas darinya.

Cairan di vaginanya semakin mengucur deras,jilatan di puting dan gesekan konstan batang penis Adrian di vaginanya menimbulkan sensasi kegelian yang nikmat di sekujur tubuhnya.

Ia benar-benar dibuat terbang oleh cumbuan Adrian yang sangat intens.

"Ibu nggak kuat Rian..ooouuuhhh"

"Ibu keluaaarr" desis Bu Kartika

Saat mengetahui Bu Kartika orgasme,Adrian menusukkan penisnya,

"Gilaaaa...aaaaaahhhhh"

"Kamu gila Rian..eeeeeehhh..oooouuugghh"

Racau Bu Kartika begitu penis Adrian menyodok kuat vaginanya yang belum selesai dengan orgasmenya. Kegelian di vaginanya itu semakin menjadi-jadi. Kedutan vaginanya seakan tidak mau berhenti saat penis Adrian menusuk dengan cepat dan dalam.

"Inilah akibatnya kalau membuat Adrian menunggu" kata Adrian sambil merapatkan paha Bu Kartika dan menaruh kaki itu di pundaknya. Tangannya mencengkeram kedua paha mulus Bu Kartika

"Memek Ibu semakin sempit"

"Ooohhh..ooohhh..oohhh" desah Adrian tanpa mengendorkan sodokan penisnya.

Tangan Bu Kartika hanya bisa meremas sprei,kepalanya hanya bisa bergoyang ke kanan dan kiri,mulutnya hanya bisa mendesah dan meracau. Kenikmatan yang datang bertubi-tubi semakin memicu tetesan cairan kewanitaannya semakin deras mengucur dan menngenangi vaginanya. Gelombang orgasme seakan enggan untuk surut.

Varisai sodokan Adrian berubah drastis,ia hanya memutar pantat,penisnya seakan ikut berputar di dalam vagina Bu Kartika.

"Oooohhh..aaaahhhh..aku keluar lagi Rian" jerit Bu Kartika lirih.

Adrian bukannya diam untuk memberi kesempatan Bu Kartika menikmati orgasme kedua nya tapi malah menghentak-hentakkan penisnya. Kaki Bu Kartika di lebarkan. Penisnya dimundurkan hingga hanya kepala penis yang menempel di vagina itu lalu menghujamkan dengan keras hingga seluruh batang penis itu hilang ditelan vagina Bu Kartika. Ia lakukan ini berulang-ulang.

"Riaaaann...aaaaahhhh..kamu gilaaaaa" desis Bu Kartika yang gembali dilanda gelombang birahi.

Hentakan penis Adrian seakan mengombang-ambingkan klitorisnya dan menusuk tepat hingga ke rahimnya. Kenikmatan sex yang baru kali ini ia rasakan sepanjang hidupnya sebagai wanita dewasa. Kenikmatan sex yang dia dapatkan dari seorang remaja 16 tahun.

Gairahnya semakin membumbung tinggi,gelombang itu seakan-akan berubah menjadi tsunami.

"Rian...Ibu mau kencing..aaaaahhh..aaaahhh"

Rian mencabut penisnya,memuntahkan tsunami gairah dari dalam vagina Bu Kartika yang ia sumbat.

"Creett..creett..seerrr"

Cairan bening itu meluap membasahi perut Adrian dan sprei.

Adrian yang sudah merasa di ujung kenikmatannya kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Bu Kartika,setelah beberapa saat,

"Eeeeegggghhh..oooohhhhh..Ibuuuuuu!!" Jerit Adrian,mendongakkan kepala dan memejamkan mata setelah ia sampai di puncaknya

"Croot" beberapa kali sperma Adrian menyembur vagina Bu Kartika.

Tubuh Adrian tertahan lengannya agar tidak jatuh menimpa Bu Kartika yang sudah lemah tak berdaya.

Nafas mereka tersengal-sengal,pelan-pelan Adrian menjatuhkan dirinya di atas tubuh mulus Bu Kartika. Peluh keduanya bercampur, Adrian mencium lembut bibir Bu Kartika,kaki Bu Kartika semakin erat memeluk pinggang Adrian.

Keduanya diam menikmati kepuasan bercinta sebagai pelepas rasa rindu mereka.

Adrian bangkit dan segera ke toilet. Bu Kartika tidak mampu bergerak,lemah dan lemas menyebabkan rasa kantuk semakin membuat mata yang telah terpejam itu semakin susah untuk dibuka. Lalu terdengarlah dengkuran halus mengiringi tidurnya.

Bu Kartika membuka mata,mengejapkan matanya lalu menoleh ke kanan,dilihatnya Adrian bertelanjang bulat di depan jendela belakang yang terbuka sambil merokok. Di depan jendela terdapat tembok tinggi yang menutupi kamar sehingga tidak terlihat dari luar.

"Sejak kapan kamu merokok Rian?" Tanya Bu Kartika dengan tetap berebah.

"Ibu sudah bangun" kata Adrian menoleh, mengacuhkan pertanyaan Bu Kartika.

Adrian mematikan rokok, membuang putung sampah itu di tong sampah plastik yang dia bawa untuk membuang abu rokoknya lalu berjalan menghampiri Bu Kartika. Ia julurkan tangannya untuk membantu Bu Kartika bangkit berdiri.

Mereka berdiri berhadapan dengan masih bertelanjang bulat,tangan Adrian memeluk pinggang Bu Kartika dan tangan Bu Kartika mengalung di leher Adrian.

"Ibu suka?" Tanya Adrian sambil tersenyum.

"Nggak!!" Ketus Bu Kartika .

"Inilah yang ku suka dari Ibu" ucap Adrian tetap tersenyum.

"Apa??!!!" Sahut Bu Kartika masih ketus.

"Ibu selalu menggemaskan" tangan Adrian meremas pantat semok Bu Kartika dan menamparnya pelan.

"Aaaauuuww" jerit Bu Kartika yang terdengarnya seperi desisan.

"Ibu mau mandi dulu sayang, dan ibu juga lapar" Kata Bu Kartika melepaskan pelukan lalu berjalan ke toilet.

"Plak" Adrian kembali menampar pantat bahenol yang selalu membuatnya gemas.

"Riaaaann!!!" Teriak Bu Kartika sambil melotot manja sambil berjalan masuk ke toilet.

"Hahaha" Rian tertawa senang.

Mereka duduk di sofa menikmati makanan yang telah mereka pesan. Adrian memakai celana dalam dan Bu Kartika hanya melilitkan handuk untuk menutupi tubuhnya.

"Rian..Selama kita tidak ketemu, Ibu mencoba untuk tidak meladeni mu lagi, Ibu tidak mungkin bisa membalas perasaan mu sayang" ucap Bu Kartika setelah selesai dengan makannya.

Rian menatap tajam Bu Kartika,merebahkan punggungnya di sofa dan memejamkan mata. Kedua tangannya terkepal.Hatinya terasa ngilu mendengar ucapan Bu Kartika barusan.

"Kenapa Bu?" Tanya Adrian seperti menuntut.

"Ibu mengajak saya ke hotel dan melakukan hubungan sex,saya merasa itu adalah sebuah pembalasan perasaan cinta saya kepada Ibu" Suara Adrian mendesis seperti menahan kemarahan.

"Saya dengan setia menunggu janji Ibu,mempersiapkan diri agar Ibu tidak kecewa saat bertemu dengan saya,saya sedikit merubah hidup saya agar pantas untk menjadi kekasih Ibu" protes Adrian.

Bu Kartika sepertinya sudah mempersiapkan segala kemungkinan,dia memang telah merencanakan untuk mengatakan hal ini kepada Adrian sebelum perasaan Adrian semakin dalam. Ia tidak menyalahkan remaja yang baru pertama kalinya jatuh cinta. Ia tidak menyalahkan kemarahan Adrian karena ia tau bahwa Adrian merasa sakit hati. Ia harus bisa menjelaskan dengan sabar mengenai hubungan mereka.

"Rian..Ibu minta maaf sayang" ucap Bu Kartika memegang lembut tangan kanan Adrian yang terkepal.

"Rian harus paham dengan keadaan kita, Ibu sudah berkeluarga,usia Ibu jauh di atas mu,apa yang bisa kamu harapkan dari wanita tua seperti Ibu ini sayang?"

"Benarkah cinta mu ini nyata?? Jangan menjadi buta hanya karena perasaan mu yang suatu saat bisa berubah dan mengecewakan mu"

"Bagi seorang laki-laki bisa saja mempunyai kekasih yang berusia jauh dibawahnya,tapi untuk perempuan hal itu sangat sulit apalagi jika perempuan itu sudah mempunyai pasangan dan keluarga"

"Orang tua mu tidak akan setuju,teman-teman mu akan menertawakan dan mengejek mu,apalagi kalau mereka tau Ibu adalah ibu dari teman sekelas mu"

"Apakah kamu siap dengan semua resiko yang kemungkinan akan menyakitkan dan mengecewakan mu sayang?"

"Ibu yakin kamu tidak pernah berpikir mengenai itu semua, karena bagaimanapun kamu adalah seorang remaja laki-laki yang pengen di cintai dan diperhatikan oleh wanita, seusia mu tidak akan peduli dengan siapa yang kamu cintai selama kamu merasa mendapatkan apa yang tidak pernah kamu dapatkan selama ini,terutama mengenai percintaan"

"Ibu suka bercinta dengan mu, Ibu puas dengan permainan sex mu, maaf Rian,sepertinya Ibu hanya bisa memberikan mu itu"

Bu Kartika menjelaskan dengan sabar dan tenang,kata-katanya sangat halus dan teratur. Pegangan tanggannya mesra dan erat. Matanya menatap Rian berkaca-kaca.
Ia pun juga sedih tapi ia harus mengatakannya.

Adrian termenung memikirkan perkataan Bu Kartika. Adrian adalah anak yang cerdas untuk belajar soal kehidupan,ia bisa menerima semua penjelasan Bu Kartika walaupun hati nya masih terasa sakit.

"Heeeehhhhh" Adrian menghela nafas,tangannya membalas pegangan mesra tangan Bu Kartika.

"Cup" ciuman mesra ia daratkan di kening wanita setengah baya yang masih terlihat menarik di usianya yang sudah 42 tahun.

"Saya menerima semua penjelasan Ibu walaupun dengan hati yang terluka" kata Adrian,ia meminta Bu Kartika untuk duduk dipangkuannya.

"Rasa cinta saya terhadap Ibu sudah mati. Tapi kontol saya akan selalu hidup untuk menyirami memek Ibu agar selalu mekar saat kita bercinta"

BERSAMBUNG ...


Read More

𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟕

 


"You hide, won't fight

Avoid the daylight
Give in, won't win
No try to make it right


Why don't you stop crying
Stop your painful dying
Why don't you give your life a sense


One game, one aim
But you're always sleeping
One light so bright
In darkness you're creeping


Why don't you use your head
Step out of your warm bed
And stop being on anxious rat


Run - for your destination
Fly - to the sun
Don't give a damn what the people may say
It's like a chain on your leg
When you always look back
If you don't risk anything one day you'll pay"


Musik Helloween yang menghentak membangkitkan semangat hidup Adrian setelah seminggu ia hanya murung. Sifatnya yang pendiam membuat teman-teman dan keluarganya tidak menyadari bahwa selama seminggu ini Adrian mengalami kelesuan.


Kelesuan karena Adrian tidak bertemu Bu Kartika. Mau bertandang ke rumah Fajar dia bingung mengingat ketidak-dekatan mereka dan tidak ada keperluan yang bisa dijadikan alasan untuknya main ke sana.


Mau ke kantornya Bu Kartika, ia ingat akan pesan yang diucapkan saat mereka selesai bercinta seminggu yang lalu.


"Rian jangan lagi datang ke kantor ibu,nanti menimbulkan kecurigaan teman-teman kerja Ibu, apalagi kemarin ibu nggak balik kantor setelah pergi dengan mu." Pesan Bu Kartika setelah merapikan diri dan bersolek.


"Jadi,di mana saya bisa menemui Ibu?" Tanya Adrian agak bingung.


"Ibu juga tidak tau di mana dan kapan kita bisa ketemu lagi sayang" jawab Bu Kartika


"Saya tidak terlalu dekat dengan Fajar,kalau saya setiap hari main ke rumah pasti Fajar lama-lama akan curiga" kata Adrian semakin bingung.


"Kalau ada kesempatan yang baik, Ibu akan datang ke sekolahan mu, Rian tunggu kedatangan Ibu saja" kata Bu Kartika mencoba menenangkan remaja yang sedang bimbang itu.

"Ck..heeeehhh" Adrian menghela nafas.

"Baiklah Bu" kata Adrian menyerah.

"Mppphhhh" Bu Kartika mencium lembut bibir Adrian.

"Rian pulang lah dulu..Ibu akan pulang setelah Rian" kata Bu Kartika setelah melepaskan ciumannya.

Mengingat perbincangan mereka seminggu lalu membuat rasa rindu Adrian semakin menggebu.

"Arrrggghhh" Adrian mengerang.

"Plak" tamparan di pundaknya mengagetkannya.

"Asu!!" Serunya tertahan

"Kamu ngaget-ngagetin ndes!!" Seru Chandra teman sebangkunya.

"Kenapa sekarang kamu nggak pernah mau ku ajak main PS ndes??" Tanya Candra penasaran.

"Males..kamu kalahan..haha" ejek Adrian

"Kakeane!!!" Seru Chandra gondok

"Anak muda jangan ngalamunan, kamu mulai pacaran ya ndes??" Chandra mulai kepo karena seringkali melihat Adrian termenung di kursinya.

" Mana ada cewek yang mau sama anak-anak malas kayak kita ini ndes??!!" Jawab Adrian mencoba mengelak.

"Makanya..mending main PS daripada pusing mikirin cewek yang melirik kita aja nggak..hahahah" Chandra mencoba memperngaruhi Adrian agar kembali menjadi partner "Winning Eleven" nya.

"Habis ini pelajarannya Pak Soehoedi,PPKN" kata Chandra lagi.

"Cabut yuk??" Ajak Adrian.

"Main 2 jam ya" tawar Chandra.

"Yang kalah bayarin??!!" tantang Adrian.

"Deal!!!" Seru Chandra dengan gembira.

Chandra kemudian membisiki Hermawan dan Nanang yang duduk di belakang mereka. Keduanya menyetujui rencana Chandra.

"Plok"

Sebuah penghapus mendarat tepat di jidat Chandra,lemparan jitu Bu Anis guru Bahasa Inggris membuat Chandra meringis diiringi gelak tawa seluruh kelas.


Saat pergantian jam pelajaran,keempat remaja itu langsung ngeloyor keluar kelas melewati satpam dan menyebrang menuju rental PS yang berada di seberang sekolahan.


Kegembiraan Adrian seakan kembali dengan rutinitas harian bermain PS bersama Chandra,Hermawan dan Nanang.


Kegembiraan yang hanya hadir saat mereka berkumpul,tapi saat Adrian sendirian,kerinduannya pada bidadari setengah baya selalu menghantui perasaannya.


"I've been feeling sentimental,
In a melancholy way,
Blues siting on my shoulder,
Getting heavier every day...

Staring into space,
One thing on my mind,
I've been trying to drown
The thought of you
By drinking too much wine...

Then my imagination
Starts running wild,
I snap my fingers
And you're there by my side...

Can't go on without your love,
There's no song without your love...
Ain't no reason, ain't no rhyme,
Without your love
I'll go out of my mind...

Been getting too lazy,
Letting myself go,
Feeling like a refugee
No one cares for anymore...
Endless lonely days,
I just try to get through,
And there's no escape,
Even when I sleep,
'Cause all I dream is you...

Then my imagination
Gets the better of me,
'Cause you're everywhere I go,
In everything I see..."

Lagu Can't Go On nya Whitesnake selalu dia putar menemani lamunan-lamunannya. Lagu itu sesuai dengan apa yang dia rasakan saat ini. Setiap kali mendengarkan lagu itu ia merasa bahwa ia benar-benar telah jatuh cinta kepada sesosok Ibu yang baginya sangat sempurna,fisiknya yang menarik dan kebinalan saat bercinta adalah nilai yang baginya tidak akan ada yang melebihinya.

Bu Kartika adalah cinta pertamanya,cinta yang menurut akal logika dan etika masyarakat sangat salah. Tapi cinta adalah cinta,perasaan yang datang tiba-tiba lalu menetap dan mempengaruhi seluruh syaraf di tubuh manusia. Siapakah yang mampu menghalanginya???

Adrian hanyalah seorang remaja yang belum pernah punya pengalaman apapun soal asmara. Dan saat ini asmaranya berlabuh di wanita dewasa yang statusnya adalah seorang istri dan ibu.

Asmara terlarang, Adrian menyadari situasinya. Anak remaja itu mendewasakan dirinya dengan belajar melalui kenyataan hidupnya. Dia kadang ingin memberontak melawan kondisi yang dia alami sekarang,tetapi kemampuan berpikir logis terhadap kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi andai dia menuruti nafsu kerinduannya seolah menjadi benteng yang kokoh. Dia memilih tetap menunggu,membiarkan hatinya terluka sedikit demi sedikit karena dia yakin obat paling mujarab akan segera dia temukan.

Adrian bukanlah seorang remaja yang cerdas dalam hal pejaran sekolah. Tetapi kecermatannya mengamati situasi dan keadaan di sekitarnya membuatnya cerdas mengambil sebuah keputusan yang menyangkut nasib dan hidupnya.

35 hari terhitung sejak terakhir mereka berpisah di kamar hotel "Hanoman" dan Adrian masih setia menunggu kedatangan sang bidadari hatinya. Kerinduan hatinya malah membuatnya selalu bersemangat. Ia justru menyiapkan fisik dan mentalnya agar jika suatu saat bidadari itu datang, ia akan siap untuk menyambutnya.

Berat badannya sedikit naik,penampilannya sedikit lebih rapi,aroma tubuhnya agak wangi karena mulai memaki parfum,hal yang tidak pernah dia lakukan selama 16 tahun ia hidup di dunia ini.

Perubahan-perubahan itu tidak kelihatan bagi sebagian orang bahkan kedua orang tua nya sekalipun karena memang tidak secara drastis dan mencolok ia lakukan.

Hanya Chandra yang mengetahuinya,teman sebangkunya,dia tidak penasaran karena dia tidak terlalu peduli. Dia hanya merasa heran dan lebih baik bertanya ke "partner in crime" nya ini.

Adrian selalu menjawab dengan meletakkan jari telunjuk ke depan mulutnya sebagai tanda agar Chandra diam dan tidak banyak bertanya.

"Kere!!!" Umpatan yang selalu diucapkan Chandra kala Adrian melakukan kode itu.

Tok..tok..tok..

Ketukan di pintu kelas membuat semua kepala menengok ke pintu.

Bu Dewi, guru Bimbingan Konseling mendekat ke Pak Soepomo guru bahasa jawa ,berbisik sebentar lalu keluar.

"Adrian!!"

"Saya Pak" sahut Adrian mengacungkan jari.

"Kamu ikut Bu Dewi ke ruang BK"

Adrian terkejut dan menoleh ke Chandra,

"Modyar ndes!!" Kata Adrian berbisik.

"Kalau ketahuan,sebut juga nama ku ndes" bilang Chandra menyemangati.

"Aku juga" kata Hermawan

"Lumayan..di skorsing 3 hari,ikut ah.." sahut Nanang.

Mereka berempat terkekeh, lalu Adrian bangkit dan keluar mengikuti Bu Dewi.

Adrian berjalan di belakang Bu Dewi yang memakai rok panjang ketat mata Adrian tidak sengaja mengikuti gerakan pantat Bu Dewi yang berlenggak lenggok. Dia kembali teringat panasnya percintaan dengan Bu Kartika,penisnya otomatis menggeliat. Sambil berjalan tangannya masuk ke dalam celana dalamnya dan mengatur posisi penisnya agar tidak terasa sakit akibat pembengkakan yang terjadi secara tiba-tiba.

"Adrian!!!"

"Apa yang kamu lakukan itu??!!!" Seru Bu Dewi yang tiba-tiba menoleh dan berbalik ke arahnya.

Adrian kaget,secepat kilat tangannya dikeluarkannya,

"Biar rapi Bu" jawab Adrian sambil berpura-pura merapikan bajunya.

"Lakukan itu di toilet,bukan di lorong sekolah!!!" Seru Bu Dewi agak marah.

"Sudah rapi kan Bu?" Tanya Adrian tanpa merasa berdosa.

Bu Dewi hanya bisa menghela nafas.

Sesampainya di ruang BK,Adrian terkejut,matanya nanar menatap seorang wanita setengah baya yang selama ini ia rindukan,ingin dia mendekat dan mencium bibir indah itu tapi ia tidak mampu dan hanya berdiri menatap Bu Kartika yang duduk tersenyum di kursi tamu ruangan BK.

"Adrian, ada seorang Ibu yang katanya tantemu mau bertemu sama kamu,kamu benar-benar kenal Ibu ini?" Tanya Bu Dewi.

Bu Kartika berdiri,ia memakai kaos dan celana jeans, tonjolan payudaranya membuat Adrian meneguk ludahnya. Bu Kartika terlihat makin montok dan seksi di matanya.

"Iya Bu, beliau tante saya" jawab Adrian sambil tersenyum.

"Bu,saya mau memintakan ijin agar Adrian bisa pulang sekarang,apakah bisa Bu?" Sahut Bu Kartika bertanya ke Bu Dewi.

"Bisa Bu,sebentar saya buatkan surat ijin kepulangan Adrian untuk wali kelasnya"

Setelah surat itu selesai ditandatangani, Adrian segera ke ruang guru untuk menemui Pak Soeparno wali kelasnya untuk meminta tanda tangan,lalu kembali ke kelasnya mengantarkan surat ijin itu kepada guru yang mengajar dan mengambil bukunya.

Saat mengambil buku,ia menuding ketiga temannya,

"Kamu,kamu dan kamu, tunggu panggilan berikutnya" bisiknya penuh ancaman.

"Langsung di skorsing ndes???" Tanya Chandra

"Adrian,cepat pulang jangan berisik,mengganggu pelajaran aja!!" Seru Pak Soepomo.

Adrian tersenyum mengejek ketiga temannya lalu keluar kelas.

Bu Kartika mengobrol dengan Bu Dewi saat Adrian kembali ke ruang BK.

"Kami pulang dulu Bu,selamat siang" pamit Bu Kartika ramah.

"Selamat siang,hati-hati Bu,Adrian" balas Bu Dewi.

Adrian berjalan di samping Bu Kartika,dia menoleh dan tersenyum saat melihat Bu Kartika tersenyum menggoda ke arahnya.

Mereka memasuki mobil lalu pergi meninggalkan sekolah.

"Kita mau ke mana Bu?" Tanya Adrian

"Ke Bandungan" jawab Bu Kartika

"Ibu mau beli kelengkeng dan bunga" sahutnya lagi.

Saat berhenti di lampu merah Peterongan,Adrian melepas sabuk pengaman dan langsung menyosor bibir Bu Kartika dengan ganas. Bu Kartika kaget membalas ciuman itu sebentar lalu mendorong Adrian agar kembali duduk.

"Sabar sayang" kata Bu Kartika sambil melajukan mobil karena lampu hijau sudah menyala.

"Ibu kemana saja?" Tanya Adrian memandang wajah chubby yang selalu hadir di setiap lamunannya.

"Ibu kerja dong sayang" jawab Bu Kartika melirik manja sambil tersenyum.

"Ibu semakin cantik" kata Adrian mengalihkan pandangannya ke luar.

"Lama gak ketemu semakin pandai merayu,hahaha" goda Bu Kartika.

Adrian diam dan hanya melirik sebal.

"Saya rindu Bu" ungkap Adrian,matanya tetap memandang jalanan.

"Ibu tidak tuh" goda Bu Kartika sambil memeletkan lidahnya.

"Hiiiiiihhhh" kesebalan Adrian mulai memuncak.

"Hahahaha" Bu Kartika tertawa senang karena godaannya berhasil.

Adrian menurunkan sandaran jok.menyenderkan tubuhnya,lalu menutup matanya.

"Cup,mmmpphh" ciuman hangat mendarat di bibirnya. Adrian akan membalas ciuman itu tapi Bu Kartika langsung menarik bibirnya dan melajukan mobilnya lagi.

Adrian memincingkan matanya,menghela nafas dan memejamkan matanya kembali

"Hijau sayang,kalau ibu tidak jalan nanti dimarahi orang2 di belakang Ibu" kata Bu Kartika santai.

"Rian..bangun sayang" gugah Bu Kartika

Adrian membuka mata,rupanya karena menahan kesebalan dia tertidur. Dia bangkit duduk dan melihat di sekelilingnya. Tulisan Hotel Matahari membuatnya sedikit terkejut.

"Nggak jadi beli kelengkeng sama bunga Bu" tanya Adrian menyelidik.

"Nanti lah,Ibu mau istirahat sebentar"

"Ibu rindu bercinta dengan Rian" bisik Bu Kartika menggoda lalu keluar dan menuju ke ruang resepsionis.

BERSAMBUNG ...


Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com