𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟏𝟎

 


"I was born on the dawn of a new society

And I feel lucky that my eyes could see
People standing up and being
Who they want to be
People made the music
And the music may them free

Now I was just a baby through
The summer of love they say
But it still feels like it was yesterday
And if the road gets rough
I pick up my guitar and play


It's always been right by my side
To help me on my way

Now I don't need to worry 'bout tomorrow
Ain't anticipating what's to come
And I don't need to worry 'bout
The things I have not done
Long as I got rock and roll
I'm forever young

Now we can't always understand this world
Farther along we'll understand it all
The '70s looked like we all
Were headed for a fall
But those who listened hard enough
Could hear the summer call

Now I was growing up through all of this
My first beer and love and my first kiss
You never learn the things in school
You learn by living and going through
You taught me to be myself
How can I thank you"

One For Rock and Roll, lagu yang selalu menjadi penggugah semangat yang lesu,hati yang risau dan otak yang layu.

Lagu inilah yang tidak pernah sekalipun ia lewatkan diantara lagu-lagu lain yang dia nyanyikan setiap saat memegang gitarnya.

Adrian seorang yang menyukai musik-musik Rock diantara teman-temannya yang cenderung menyukai band-band pop macam java jive,stinky,sheila on 7 dan semacamnya.
Mereka selalu memprotes kalau Adrian memegang gitar saat nongkrong karena mereka tidak pernah kenal lagu-lagu yang ia mainkan.

Ruangan kelas itu semakin ramai,siswa-siswa kelas MO3 mulai berdatangan dan memasuki ruangan. Adrian langsung menuju ke bangkunya, beberapa temannya memandangnya penuh pertanyaan.

"Kakeane..katanya kamu di skors?"

"Kok berangkat??" Tanya Chandra heran,

Nanang dan Hermawan membalikkan bangku mereka menghadap meja Adrian dan Chandra.

"Hahahaha, cah alim kok di skors." jawab Adrian menjengkelkan ke tiga temannya.

"Yan!!" Hermawan memanggil Yanti, "Sang Ibu Peri", julukan yang diberikan teman sekelasnya sebab dia lah satu-satunya cewek di kelas MO3.

"Kenapa Her?" Yanti berjalan mendekat dan berdiri di samping Chandra.

"Kemarin Gondes e ini pergi sama siapa?" Tanya Hermawan ke Yanti.

Adrian kaget memandang wajah Yanti dan Hermawan bergantian.

"Tutup mulut Rp.2000." kata Yanti sambil meletakkan telunjuk di mulutnya.

"Kemarin Yanti lihat kamu dijemput ibu-ibu." ujar Nanang,matanya seakan meminta penjelasan.

"Nang, Aku gak jadi dapat 2000 dong." protes Yanti.

"Kalau Gondes e ini menjawab nanti ku kasih." sahut Nanang santai.

"Ck ck ck..Peri Gosip mulai beraksi" decak Adrian pura-pura kesal.

"Aku habis maghrib ke rumah mu,kata ibu mu,kamu belum pulang." kata Hermawan semakin menekan Adrian.

"O..o..Ooooo..." sahut Yanti tidak jelas maksudnya.

"Ngaku Ndes.." desak Chandra.

"Kemarin saya tanya ke Bu Dewi lho,katanya tante mu,iya kah???" Tanya Yanti penuh ketidak-percayaan.

"Maaf ya..saya tidak bisa mendengar kalian..Bapak capek nak..mau tidur." Kata Adrian sambil menjatuhkan kepala di kedua lengannya.

"Cah Asu!!!" Umpat Nanang jengkel

"Kere!!" Sambung Hermawan, keduanya membalikkan bangku menghadap ke meja mereka.

"Orang tua ku semalam juga nanyain, aku diam tidak menjawab, apalagi kalian." Ujar Adrian tanpa mengubah posisinya.

"Nang..mana dua ribu nya??" Tagih Yanti.

"Sini, Ku cipok dulu bibirmu" sahut Nanang sambil melambaikan tangan.

Yanti pergi dengan bersungut-sungut..jualan gosipnya tidak laku pagi ini.

Keempat remaja ini adalah kawan baik,teman seper-cabut-an demi permainan play station 1. Mereka akrab dan setia kawan, tidak ada obrolan masa depan diantara mereka setiap hari, pun tidak ada pembicaraan soal cewek, kesibukan bermain PS dan menghindari lemparan batu saat tawuran adalah rutinitas para remaja Madesu,masa depan suram.

"Siapa sih Ndes?" Bisik Chandra pelan. Dia masih sangat penasaran dengan sosok ibu-ibu yang dikatakan Yanti.

"Ibu nya Fajar." jawab Adrian pelan persis di telinga Chandra.

"Fajar?? Fajar siapa??" Selidik Chandra.matanya mengikuti gerak mata Adrian yang mengarah ke bangku di depan meja guru.

"Cocottteeeeee!!!!" Chandra berseru keras,semua murid sekelas itu menoleh ke arahnya.

Hermawan dan Nanang kaget ikut menoleh dan melotot.

"Kaget owg Ndes." Cengir Chandra.

"Ada perlu apa kok kalian pergi sampai malam?" Tanya Chandra pelan menyelidik.

Adriam diam, ia pura-pura tidur.

"Selamat pagi Bu!!" Sapaan Arief sang ketua kelas menghentikan penyelidikan Chandra.

"Selamat Pagi semua!!" Sahut Bu Eni.

Adrian mengangkat muka saat melihat guru mata pelajaran Bahasa Indonesia itu berjalan menuju ke meja di pojok ruangan kelas itu. Matanya menyelusuri seluruh tubuh Bu Eni.

Ibu guru itu memakai seragam Korpri lengan panjang biru muda dengan rok selutut berwarna biru donker. Perawakannya tidak terlalu tinggi, badannya agak berisi, dada yang tidak terlalu besar,perutnya terlihat rata. Baju seragam yang ketat itu membalut tubuhnya, mencetak pinggang yang agak ramping dan pantat yang besar.

Mata Adrian nanar,hidungnya berminyak menandakan nafsu yang saat ini bergejolak di otaknya. Penisnya menggeliat bangun.

Adrian segera menyadari keadaan dirinya. Ia agak terkejut dengan kenyataan yang terjadi pada dirinya. Biasanya ia tidak pernah merasakan gejolak birahi yang tinggi saat melihat Bu Eni entah kenapa sekarang ia mengalaminya keanehan ini?

Tangannya masuk ke celana membetulkan posisi penisnya yang mulai keras.
"Ketekuk Ndes? Xixixi." Tanya Chandra cekikikan mengagetkan Adrian.

"Iya..Sakit." jawab Adrian meringis.

Chandra maju membungkukkan badan,

"Adrian ngaceng!" Seru Chandra lirih di tengah-tengah Hermawan dan Nanang.

Nanang dan Hermawan menoleh bersamaan,

"Bokongnya Bu Eni Ndes??" Ejek Hermawan,

"Cah mesum!!" Maki Nanang.

"Cerewet!!!" Seru Adrian sebal.

Mereka bertiga cekikikan.

Sepanjang pelajaran Bu Eni, penis Adrian tidak mau tidur seakan ikut menyimak gerak-gerik tubuh Bu Eni yang menggairahkan baginya. Otaknya mencoba mencari jawaban atas perubahan gairah seksualnya kepada Bu Eni.

Jawaban yang tidak ditemukan hingga bel istirahat pertama berbunyi. 30 menit waktu diberikan kepada siswa SMKN itu untuk melepaskan penat sambil makan minum.
Empat sekawan itu segera meluncur ke kantin sekolah yang berada di belakang sekolahan,temboknya berdempetan dengan kantin SMAN dan GOR kota Semarang. Berempat mereka berbagi sebatang rokok Djarum Super sambil sesekali Chandra,Hermawan dan Nanang memanjat tembok menggoda siswi SMAN. Adrian tidak tertarik untuk mengikuti kelakuan ke tiga temannya itu. Dia masih terheran-heran dengan kejadian saat Bu Eni mengajar tadi.

"Ndes..ulangi lah cerita soal yang kemarin." Pinta Chandra,

"Sssssstttt!!" Adrian memberi kode agar Chandra diam.

"Kapan??" Tuntut Chandra,

"Nanti balik sekolah di warung Pak Jo,tapi bayari lho Ndes!" Sahut Adrian,

"Lha kakeane!!!" Sungut Chandra

"Hehehe." Adrian meringis senang.

Nanang dan Chandra masih asyik nangkring di atas tembok.

"Susu jahe 2 pak." pinta Chandra ke Pak Jo si penjual warung angkringan yang terletak di belakang kantor Gubernuran Jawa Tengah itu.

Mereka duduk di lesehan sebelah warung itu sambil mengunyah kacang sangan.

"Susu jahe 2 ya nak" kata Pak Jo sambil meletakkan 2 gelas susu jahe di depan mereka.

"Ibu nya Fajar kemarin ngajakin ke Halmahera Ndes,toko musik di dekat Barito itu lho." Adrian memulai ceritanya

"Adiknya Fajar kan mau ujian praktek musik,dia pengen main gitar karena dinilainya lebih daripada main suling atau pianika."

"Aku dimintai tolong milihin gitar yang bagus, sudah gitu doang."

Adrian sudah memikirkan kebohongan ini selama 2jam pelajaran terakhir.

"Sudah?? Gitu doang??" Chandra memelototkan matanya.

"Iya." kata Adrian

"Aku nraktir cuma dengerin cerita biasa-biasa seperti ini Ndes???" Chandra semakin sebal.

"Lha emang gitu doang." kata Adrian santai.

"Kere..kere..ketipu!!!" Sungut Chandra.

"Hahahaha..makanya jangan termakan gosip Ibu Peri" ejek Adrian dengan gembira.

"Lha tadi kontol mu ngaceng kenapa??" Tanya Chandra masih geli mengingat kejadian tadi pagi.

"Aku ya kaget,biasanya lihat Bu Eni gak pernah ngaceng kok tadi aku sange" kata Adrian sambil garuk-garuk kepalanya.

"Makanya..jangan kebanyakan baca stensilan, mending mainan PS wae pikirane fresh..hahaha." ejek Chandra

"Rupamu!!! Novel e dibakar Sebeh (bapak) ku..ketahuan..disuruh ganti pula sama Pinokio (nama rental buku)"

"Hahahaha..modyar!! Di hajar nggak Ndes??" Chandra senang mendengar penderitaan teman karibnya.

"Nggak..diomelin semalam suntuk sama Semeh (ibu) ku." kata Adrian

"Hahahahaha..gembiranya hatiku." Ketawa Chandra semakin bergelak.

"Gathel.***thel!!" Adrian memaki sebal

"Kalau dengar gini kan nggak rugi bayarin. Hahahahaa.." Chandra semakin tergelak.

Adrian lega karena rahasianya bersama Bu Kartika masih aman. Mereka berpisah pulang ke rumah masing-masing.

"Rian..nanti jam 5 tolong anterin Ibu ke Bulik Dasuki." kata Ibunya saat Adrian baru masuk ke dalam rumah.

"Siap bos." jawab Adrian dengan sikap meghormat.

"Dah makan belum?" Tanya ibunya

"Sudah Bu" Jawab Adrian

"Cepetan mandi, ini sudah jam 4." Perintah Ibunya sambil masuk ke kamar.

"Siap laksanakan!!"

Setelah mandi dan merapikan diri, Ibu dan anak ini berboncengan ke rumah adik Ibunya.

Sesampainya di sana,mereka bergegas masuk,

"Dik.." panggil Ibunya Adrian di depan pintu

"Ya Mbak.." Bulik Dasuki keluar hanya mengenakan daster pendek tanpa lengan.

"Masuk Mbak..eh..tumben Adrian ikut" kata Bulik Dasuki mempersilahkan masuk,Adrian salim lalu mereka masuk.

Kembali,mata Adrian seakan menggerayangi tubuh belakang buliknya. Bokong buliknya yang bulat itu seakan menari-nari di relung birahinya,gairahnya naik perlahan-lahan.

Ibu dan buliknya duduk di sofa dan mulai mengobrol, Adrian langsung merebahkan diri di karpet ruang TV,menonton TV sambil matanya melirik ke arah paha Buliknya.

Dari samping ia bisa melihat dengan jelas bentuk payudara yang menonjol. Belahan yang kadang terlihat saat buliknya membungkuk memberikan validasi bahwa ukurannya lebih besar dari payudara Bu Eni yang dia lihat tadi pagi.

Adrian segera tersadar dengan keadaannya,kembali otaknya mencoba mencerna 2 kejadian pagi tadi dan sore ini.
Kenapa dia bergairah dengan wanita-wanita yang usianya jauh lebih tua,wanita-wanita yang sudah bersuami,wanita-wanita yang telah matang.

Apakah ini akibat hilangnya keperjakaannya oleh Bu Kartika??
Atau karena nafsunya yang semakin menggila tanpa dia sadari akibat membaca novel-novel stensilan??
Atau ini hanya karena pubertas yang dialami remaja seusianya lalu akan menghilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu??

Gejolak dalam pikirannya itu membawanya ke alam mimpi.

BERSAMBUNG ...


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com