𝟏𝟎𝟎𝟏 𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇 𝐔𝐒𝐓𝐀𝐙𝐀𝐇 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟏𝟏: 𝐒𝐢𝐬𝐢 𝐓𝐞𝐫𝐬𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐲𝐢 𝐒𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐔𝐦𝐦𝐚𝐡𝐚𝐭

 


Hari Rabu.
Ustazah Aminah bangun dari tidur siangnya dengan kepala sedikit pusing. Laptopnya masih menyala. Tadi sampai jam sebelas siang dia masih mengetik makalah untuk disampaikannya di diskusi mingguan partai akhwat. Akan tetapi mendadak otaknya terasa pusing dan dia memutuskan untuk tidur setelah meminum obat. Dia bahkan tak sempat mematikan laptopnya.

Dengan malas dia turun dari ranjangnya. Sudah jam dua, andai dia tak ingat bahwa dirinya harus beribadah siang maka dia akan malas-malasan saja di ranjangnya. Selesai membasahi wajahnya dengan air, dia merasa sedikit segar. Setelah selesai beribadah, dia lalu duduk di kursi dan menghadapi laptopnya. Niatnya dia ingin melanjutkan mengetik makalahnya.

Karena idenya mentok, dia kemudian memutuskan untuk browsing dulu mencari penyegaran. Tentu saja dia juga menyempatkan diri membuka facebooknya. Beberapa kenalannya di kepartaian memang terkadang menghubunginya lewat facebook, termasuk umi lilik hamidah.
Benar saja, ada beberapa inbok baru yang belum dia buka. Setelah membalas semuanya, dia kemudian membuka satu yang paling akhir yaitu dari umi lilik. Umi lilik mengirim sebuah video. Ustazah Aminah membaca pesan yang mengiringi video itu. begini bunyinya:

“Umi, ana mau sedikit cerita. Ada kenalan ana di facebook tiba-tiba ngirim video yang tidak senonoh ini. Ana sudah ngeblokir dia dari pertemanan. Nama akunnya ini. Silahkan umi juga cek, sekalian saja umi juga ngeblokir dia karena ana lihat dia juga berteman dengan umi. Dia sepertinya hanya pura-pura saja mencari kenalan untuk berteman, padahal sebenarnya punya niat tersembunyi. Atau jangan-jangan dia juga sudah mengirim inbok ke umi? Ana sertakan videonya, silahkan umi lihat, benar-benar video tidak senonoh...”
Ustazah Aminah merasa penasaran dengan video itu. Dikliknya untuk menonton langsung secara streaming. Betapa kagetnya dia. Ternyata video itu adalah video bokep. Durasinya 34 menit. Seperti tersihir ustazah aminah menontonnya, terutama karena tokohnya adalah seorang wanita yang nampaknya seumuran dirinya, dan anak kecil. Dadanya berdesir membayangkan Alif dan dirinya sendiri.

Cerita bokep itu begini: dua tokoh itu yang ternyata ibu dan anak, hanya tinggal berdua. Suatu hari si ibu tanpa sengaja melihat anaknya mandi dan mengocok penisnya yang lumayan besar. si ibu kemudian memikirkan berbagai cara untuk menikmati penis anaknya itu. dia kemudian memberi anaknya minuman yang diberi obat tidur. Setelah itu, si ibu meniduri anaknya saat dia tidur.
Selesai menonton film itu, ustazah aminah merasakan memeknya basah. Jantungnya berdegup kencang. Di benaknya langsung terbayang-bayang bahwa dirinya adalah sang ibu dan alif adalah anak itu.

 imajinasinya kemudian melambung makin tinggi, mana dia sudah lama tidak bersetubuh juga dengan suaminya...
Dibalasnya pesan dari umi lilik itu:
“Iya umi, menjijikkan sekali. Ana juga sudah memblokir akun itu. beruntung dia belum mengirimi ana video apapun. Terima kasih atas pemberitahuannya ya. Bla bla bla.”
Balasan dari umi lilik langsung muncul: “Sama-sama umi. Oya, kemarin sore Alif datang ke rumah ana, katanya mau ngobrol sama Abu, tapi Abu sedang di istri mudanya, jadi Alif langsung pulang lagi, katanya dia mau nginap di rumah temennya saja. Gak ada masalah kan di rumah? Dia kok kelihatan agak galau gitu.”

Ustazah Aminah termenung sejenak sebelum membalas pesan itu. “Enggak kok umi, enggak ada apa-apa. Iya sih Alif malam tadi tidak pulang.”
Setelah itu dia mengirim pesan pada ustazah raudah lewat sms: “Ukhti, bisa tolong belikan umi obat tidur? Umi susah tidur nih akhir-akhir ini.”
Jawaban ustazah raudah: “Baik, umi.”
Setelah itu, ustazah aminah mengirim pesan ke nomor Alif: “Alif pulang jam berapa?”
Jawaban Alif: “Jam limaan mi.”

Ustazah Aminah menarik nafas lega. Diteruskannnya mengetik makalahnya sampai sejam kemudian ustazah raudah datang mengantarkan obat tidur. Ustazah Aminah tak tahu bahwa Umi Lilik sengaja mengirimi video itu supaya dirinya punya ide meniru video itu. saat umi lilik inbokan facebook dengannya tadi, Alif masih ada di sampingnya, ikut membaca juga sambil tak lupa meremas-remas payudara umi lilik yang sudah agak turun. Ustazah Aminah juga tidak tahu bahwa ustazah raudah mengirimi pesan kepada Alif tentang ustazah aminah yang menyuruhnya membeli obat tidur. Membaca pesan itu, Alif berbisik di telinga Umi Lilik sambil menjilat-jilat cuping telinganya: “Rencana Alif hampir sukses umi, berkat umi juga. Makasih ya sayang.”

*

Malam Kamis.
Jam setengah delapan malam, ustazah Raudah membaca sms dari ustazah lia dengan heran. Dia disuruh menjemput kawannya itu membawa sepeda motor. Bukan hal itu yang aneh, melainkan bahwa dia juga disuruh membawa bawahan mukena potong.

“Untuk apa?” begitu dia bertanya-tanya. Ustazah Lia tak membalas lagi, maka dia pun langsung berangkat ke tempat yang disebutkan. Tak jauh memang dari asrama syahamah yaitu di parkiran kampus. “Sekalian mau ngecek saldo di rekening,” begitu pikir ustazah lia.

Pada saat yang sama, ustazah Aminah sedang mengaduk teh. Ada tiga gelas teh di depannya, terlihat sama, akan tetapi hanya dia yang tahu bahwa dua gelas isinya berbeda. Di benak ustazah aminah yang terbayang saat itu adalah dirinya yang sedang meneduhi sang anak yang bugil dan tertidur pulas. Sudah terbayang di benaknya bahwa dia akan merintih-rintih seperti sang ibu dalam video yang dia tonton kiriman dari umi lilik hamidah tadi.

Tentu saja dia tak tahu bahwa Alif sudah bisa menebak rencananya.
Tiga gelas teh itu diperuntukkan tiga orang. Yang dua adalah untuk ustaz karim dan Alif sementara yang satu untuk dirinya sendiri. Yang untuk dirinya sendiri adalah the normal, sementara yang dua dibubuhi obat tidur. “Kuat untuk 6 jam tidur nyenyak,” begitu iming-iming di bungkusnya. Saat itu ustaz karim masih di mushola bersama Alif, sementara ustazah Aminah sendiri ijin dengan alasan kepalanya sedikit pusing.
Setelah selesai mengaduk teh itu, dia meletakkannya di meja, kemudian dia pura2 menunggu sambil membaca buku. Alif ternyata datang lebih dulu daripada ustaz karim. “Sayang, ini umi bikinin teh.” Seru ustazah aminah sambil tersenyum.

“Eh tumben umi.” Begitu jawabnya pendek. Alif memang masih meneruskan rencananya untuk membuat pertahanan uminya makin lemah mengira bahwa dirinya marah sebab uminya menolak melayani keinginannya untuk bersetubuh yang sudah dia sampaikan secara tersirat kemarin itu.
“Sekali-kali, sayang,” jawab ustazah aminah. Alif pergi sebentar ke kamarnya. Dia mengirim pesan ke umi lilik: “Telpon umi sekarang,” setelah itu dia mengambil obat perangsang dan pergi kembali ke kamar ibunya.
Ustazah Aminah baru akan berkata kembali ketika hpnya berbunyi. Dia langsung mengangkatnya. “Ya umi?”

“Kok suaranya gak jelas, umi, putus-putus,” begitu terdengar balasan umi lilik dari seberang.
“Oh, iya, sebentar umi, mungkin sinyalnya, ana keluar dulu.” Ustazah aminah bergegas pergi ke luar.
Alif menghampiri meja. Dilihatnya tiga gelas teh, yang satu terpisah, sepertinya punya ustazah aminah. Setelah yakin bahwa ibunya sedang menerima telpon di luar dan memunggungi jendela, dia langsung menaburkan obat perangsang ke gelas teh ibunya dan mengaduknya. Lalu dia mengambil gelas teh satu dan langsung membawanya ke kamarnya. Dibukanya bufetnya yang selalu dia kunci. Sambil senyum-senyum dikeluarkannya gelas yang sama berisi setengah teh yang sembunyi-sembunyi tadi magrib dia bikin. Dimasukkannya teh buatan ibunya ke dalam.

Lalu dengan memasang wajah polos, dia kembali ke kamar ibunya menenteng gelas teh setengah gelas, seolah dirinya sudah meminumnya. Saat itu, ibunya masuk diiringi oleh ustaz karim.
“Teh, abi,” ustazah aminah langsung menyodorkan satu gelas teh kepada suaminya. Sekilas dia melirik ke Alif yang duduk di kursi sambil mereguk tehnya. “Sudah setengah gelas dia minum,” batinnya. Dadanya berdebar-debar. Diraihnya tehnya dan dia pun meminum dengan nikmat.
“Umi Lilik ada apa mi?” Tanya Alif.

“Itu lho sayang, katanya ukhti nafisah siap ikut pengabdian ustazah di kampungnya Umi Latifah.” Ustazah Aminah kemudian menoleh ke Ustaz Karim. “Jadi kita sudah ada tiga orang yang siap, bi, ustazah Lia, ukhti nafisah, sama ukhti sofia. Tinggal dua orang lagi, karena kata Umi Latifah butuhnya lima orang.”
Ustaz Karim hanya mengangguk. Dia kemudian meneguk teh hangatnya.
Mereka bertiga kemudian mengobrol ringan di sana. Lima belas menitan kemudian, Alif mereguk habis tehnya, sementara ustaz karim sudah meneguk tiga perempat gelas. Sama dengan ustazah aminah.
“Ah, kok jam segini alif sudah ngantuk ya mi?” alif menutupkan tangannya ke mulutnya yang menguap.

“Ya sudah alif tidur saja,” Jawab ustazah aminah dengan hati berdebar-debar. Obat perangsang yang dimasukan alif sudah mulai bekerja, membuat syahwatnya naik dan benaknya terisi oleh adegan-adegan dalam video kiriman umi lilik tadi.
“Iya nih, abi juga,” ustaz karim menyusul menguap. Ustazah Aminah menatapnya sambil tersenyum.
“Yee, abi ikut-ikutan. Sono tidur juga.” Ustazah Aminah mencubit suaminya pelan.

Ustaz Karim sebenarnya sedikit heran merasakan ustazah aminah Nampak gembira sekali malam itu. Tapi rasa kantuk sudah menyerangnya. Dia kemudian ngeloyor hendak membaringkan tubuhnya di kasur. Saat itulah dia melihat kasur yang biasa dia tiduri basah.
“Umi, ini basah kenapa?”
“Oh, itu tadi tak sengaja ketumpahan air, bi. Maap lho.” Jawab ustazah Aminah.
“Waduh, lha abi tidur di mana nih? Masa di mushola?”
“Abi tidur di tempat alif saja ya, lif?” Ustazah aminah menoleh pada alif yang saat itu masih terus menguap.
“Iya bi, gak apa2, muat kok.” Jawab alif.
Ustaz Karim menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
“Yaudah, alif tidur dulu ya mi.” Alif langsung beranjak ke kamarnya. Ustaz karim menyusul juga pergi ke sana dengan wajah nampak sudah sangat mengantuk. Pintu penghubung kedua kamar itu tidak dikunci.

Ustazah aminah merasakan gairahnya semakin naik. Dengan gelisah dia menunggu sambil meneruskan membaca buku. Setengah jam kemudian, dia tak tahan kemudian masuk ke kamar alif. “Lif, Alif.” Dia memanggil-manggil nama anaknya itu dengan keras. Untuk memastikan bahwa obat tidurnya benar-benar bekerja. “Abi.” Sekali lagi dia memanggil.

Alif yang hanya pura-pura tidur tidak menjawab. Dia tidur terlentang, seperti biasa hanya mengenakan sarung yang kedodoran dan kaus singlet. Demikian juga sang abi, tidur terlentang, benar-benar pulas. Terdengar ngoroknya berkepanjangan. Ustazah aminah tersenyum lega.

Ustazah Aminah kemudian kembali ke kamarnya, mengunci pintu, meredupkan lampu. Dia membuka gamisnya dan menggantinya dengan mukena sutera hitam kesayangannya. Setelah itu, sambil mengendap-endap naluriah yang sebenarnya tak diperlukan, dia kembali ke kamar sang anak.
Dia merasakan desiran aneh menguasai dirinya seiring dengan gairah yang semakin memuncak. Pertama-tama dia menghampiri sang suami, menyingkap sarungnya kemudian mengusap-usap penis yang dulu pernah sangat dia rindukan. Diusap-usap lembut, penis ustaz karim menegang, kemudian dicaplok dengan hausnya oleh mulut ustazah aminah. Setelah mengoralnya dengan kasar sambil tangannya menggentel-gentel vaginanya yang telah basah dari tadi, ustazah aminah kemudian beralih ke sisi lain dipan, menghampiri sang anak. Dia biarkan penis ustaz karim mengacung berlumuran ludahnya.

Perlahan dia tatap wajah alif, sang anak semata wayang itu. Dia kemudian menyingkapkan sarungnya perlahan-lahan. Nampak jelas penis anaknya yang besar dan panjang terkulai. Dia menghela nafasnya yang semakin memburu. Kemudian dia usap-usap penis itu perlahan sampai akhirnya bangkit dan mengacung tegak, melebihi kontol ustaz karim.

Ustazah aminah melumat habis kontol itu dengan penuh gairah. Tangannya terus mengobok-obok vaginanya yang sudah tak terkira basahnya. Setelah merasa birahinya sudah di ubun-ubun, dia kemudian naik ke dipan dan mengambil posisi WOT. Dia angkat bagian bawah mukenanya sedikit, mengepaskan kepala penis yang seperti jamur melebar itu dengan liang vaginanya. Setelah pas, diturunkannya tubuhnya...

“Uhhhhhhhh,” tanpa sadar dia melenguh merasakan penis itu membelah memeknya, terhenti sebentar saking besarnya, tapi kemudian ditekannya kembali tubuhnya turun. Dibantu oleh cairan birahi yang sudah membasahi memeknya, penis raksasa itu akhirnya kembali menusuk memeknya sedikit demi sedikit.

Kepala ustazah Aminah mendongak, matanya merem melek merasakan kenikmatan yang tak terkira. Kedua tangannya masih memegang ujung mukenanya sementara tubuhnya ditahannya dengan kedua lututnya sebagai tumpuan di ranjang, di samping kedua paha Alif.

“Besarnya punya kamu nakk, ahhh, lebih besar dari kontol di video,” ada desir aneh saat dia menyebutkan kata kontol. Naluri binalnya yang sudah lama terpendam serasa terlepas terlampiaskan. Perlahan diturun naikkannya tubuhnya memacu kontol itu menggesek-gesek dinding vaginanya.
“Enak memek umi nak? Enak? Memek umi lama tak dikontoli abimu yang selingkuh, memek umi kini Cuma buatmu nakkk, ahhhhh ahhhh,” Ustazah aminah terus meracau sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dari balik mukena. Dibiarkannnya ujung mukenanya jatuh menutupi kedua lututnya. Desisan-desisan nikmat terus keluar dari mulutnya seperti orang kepedasan.

Sementara pinggulnya sibuk bergerak naik turun, ustazah Aminah menoleh ke samping menatap wajah suaminya yang nampak pulas tertidur. Dengkurnya masih terdengar. Dirasakannya kembali sensasi aneh menerpa, menciptakan desir-desir yang memberikan kenikmatan tambahan di tubuhnya. Bagaimana tidak fantasi liarnya kini menjadi kenyataan, dirinya seorang ustazah Alim kini mengentot anak kandungnya sendiri di sampingnya suaminya, ayah anak yang kini sedang digenjotnya.

Memeknya terasa sudah sangat basah membuat tusukan kontol anaknya terasa kian lancar. Meski demikian, tetap saja kontol itu hanya bisa bertambah dalam masuk sedikit demi sedikit saking besarnya. “Kontolmu buat umi saja ya nak, buat umiii,” ustazah aminah kaget sendiri mendengar dirinya mengatakan demikian. Itu semua terjadi secara spontan. Nafsu birahinya yang sudah mengendap lama selama ini nampaknya membuat segala keliarannya tumpah saat mendapatkan pelampiasan.

Ustazah aminah mencengkram kedua pinggang anaknya saat dirasakanya tubuhnya sedikit bergetar tak kuat menahan kenikmatan. Tusukan-tusukan yang kian dalam menembus memeknya itu terasa sangat melenakan. Kalau tak disangganya tubuhnya bisa bisa ambruk menimpa tubuh sang anak. “Betapa nikmatnya, ohhhh,” begitu dia mendesah. Ada sedikit rasa menyesal dalam hatinya kenapa tidak dari kemarin-kemarin dia melakukan ini. Dalam hatinya dia juga berterima kasih pada umi lilik yang sudah mengirimkan video padanya sehingga dia bisa punya ide seperti ini.

Alif membuka matanya sedikit mengintip sang umi. Dilihatnya uminya mendesah-desah dalam posisi woman in top. Tubuh uminya nampak sangat seksi mengenakan mukena sutera tembus pandang, buah dada uminya nampak membusung besar menggoda tangannya untuk meremas-remas sepuasnya. Dalam remang lampu kamarnya dia bisa melihat bayangan hitam puting sang umi yang dia yakin sudah sangat mencuat.

“Uuhhh nikmatnya kontolmu uhhhh, ahhh, terus sayang, kocok memek umi pake kontolmu, kocokkkk uhhh, umi pasrah sayang, ahhh ahhhh,” didengarnya uminya meracau sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Pinggulnya makin liar bergerak ke kiri ke kanan. Memek uminya terasa sangat hangat, dinding-dinding vaginanya menjepit batangnya kuat, kalau tak tahan-tahan menahan dari tadi kontolnya sudah memuncratkan air mani.

“Aduhh, umi tak tahan sayanggg, ah, kontolmu besar sekali umi tak tahannn,” ustazah aminah merem melek, tangannya meremas-remas pinggang Alif sementara pinggulnya begerak kian liar memompa. Masih sepertiga kontol alif yang belum masuk tapi sudah dirasakannya kepala kontolnya menembus sangat dalam menyentuh-nyentuh ujung vaginanya yang tak pernah tersentuh kontol ustaz karim.

Diliriknya kembali ustaz karim yang kini bergerak menyamping. Posisinya seperti dirinya sedang mengamati persetubuhan terlarang seorang ibu dengan anak kandungnya di samping dirinya. Sensasi semacam itu membuat ustazah aminah kian tak tahan. Dihunjamkannya tubuhnya sekuat tenaga membuat memeknya terpaku kuat dan hanya sedikit kontol Alif yang belum masuk.
“Ahhhh umi keluar sayangg, umi keluarrrrrhhhhhh,” ustazah aminah melenguh keras kemudian digigitnya bibirnya saat puncak kenikmatan menerpanya. Tubunya bergerak-gerak liar, kepalanya mendongak dengan mata membeliak menatap langit-langit.

Seerrrrr serrrr serrrr, dirasakannya cairan kenikmatannya menggelora di dalam vaginanya, “Auhhhhhhhhh,” dia kembali melenguh, tubuhnya bergerak ke samping seperti akan ambruk. Kenikmatan orgasmenya susul menyusul tanpa henti, untuk pertama kalinya dia merasakan multi orgasme. Vaginanya mengempot kontol Alif dengan kuat selama beberapa detik sebelum akhirnya dia kembali berkelojotan liar di atas tubuh sang anak yang kini mulai berkeringat.

“Hh hhhh hhhhh,” deru nafas ustazah aminah terdengar memburu saat kenikmatan itu akhirnya selesai. Diangkatnya tubuhnya pelan-pelan seolah dirinya sangat sayang untuk mencopot penis sang anak dari vaginanya. Plopppppp, penis itu keluar dari vaginanya dengan susah payah, terasa kedutan di vaginanya, kedutan nikmat, saat kontol itu tercabut bibir vaginanya ikut tertarik ke bawah, lalu tetesan cairan kenikmatannya ikut meleleh keluar, sebagian mengenai bulu kemaluan sang anak yang nampak rimbun.

Ustazah Aminah mengamati penis anaknya yang masih tegak teracung, nampak mengkilap berlumur cairan kewanitaannya. “Ahh, masih tegak ya nak, kontolmu gagah sekali, sini umi bersihinnn,” bisik ustazah aminah. Lalu dengan gemas dikulumnya penis itu, dihisapnya kuat-kuat sampai Alif hampir tak tahan menahan kedutan kontolnya yang siap memuncratkan air mani.

“ungghhhh,” Alif melenguh. Ustazah aminah menoleh ke wajah anaknya lalu dia kembali berbisik. “Ahhh, nikmat ya nak hisapan umi? Ustaz karim kalau umi hisap biasanya langsung muncrat lho nakk, kontolmu masih tetap tegak, nakk, buat umi yaaa,” kini kontol Alif nampak bersih kembali seperti semula. Lalu dengan liar ustazah aminah menjilati jembut alif yang tadi terkena cairan kewanitaannya. Alif merasakan geli yang nikmat di selangkangannya saat dirasakannya lidah ustazah aminah menyapu-nyapu pangkal selangkangannya itu.

Ustazah aminah menenangkan nafasnya yang memburu sambil membaringkan tubuhnya di antara kedua laki-laki itu. Alif sementara itu sekuat tenaga menahan keinginannya untuk memeluk sang umi yang bau keringatnya saja sudah membuatnya sangat bergairah. Kemudian ustazah aminah bangkit duduk, sambil tersenyum, satu ide baru muncul di kepalanya. Tangan kanannya meraih kontol ustaz karim sementara tangan kirinya meraih kontol alif. Kemudian dengan penuh semangat dia mengocok keduanya sambil mendesah-desah tak karuan. Vaginanya kembali basah dan dia kembali merasakan birahinya naik ke ubun-ubun.

“Nggghhh,” didengarnya Alif kembali melenguh dalam tidurnya. Sebenarnya Alif saat itu saking tak tahannya hampir saja memanggil nama uminya. Beruntung dia masih bisa menahan diri dan hanya mengeluarkan lenguhan sementara matanya tetap menutup pura-pura tidur.

Ustazah Aminah menatap wajah Alif. Wajah yang ganteng. Dilihatnya mulut anak kandungnya itu sedikit membuka. Dadanya berdesir membayangkan bagaimana rasanya jika bibirnya dilumat bibir itu. dia sadar dirinya tadi terburu nafsu sebab syahwatnya sudah mencapai ubun-ubun maka dia tak sempat mencumbu dulu sang anak. Dilepaskannya kocokannya di kedua kontol itu. ditatapnya sebentar kontol suaminya yang langsung ngelumbruk kembali lemas. Lalu ditatapnya kontol Alif yang tetap tegak mengacung.

“Beda sekali,” bisiknya kagum, seolah ingin diterkamnya kontol raksasa milik anak kandungnya itu. Birahinya kembali naik. Dia ingin mengulang apa yang dia lakukan tadi dengan tubuh anaknya tapi kini dengan lebih pelan supaya kenikmatannya terasa lebih dahsyat. “Toh pengaruh obat tidur masih lama,” begitu batinnya.

Dia duduk di samping kepala anaknya. Dibelai-belainya rambut anak kandungnya itu penuh kasih sayang. Dihirupnya bau rambut anaknya. Lalu cupppp, diciumnya dahi anaknya. Bibirnya turun menyusuri ke bawah, sampai akhirnya disentuh-sentuhkannya bibirnya lembut ke bibir anaknya. Terasa nikmat.

Cuppp cuppp cupppp, kali ini dipagutnya bibir itu, dilumatnya bergantian bibir atas dan bawah, dia melakukannya berkali-kali sampai dia merasa puas. Sempat digelitiknya juga rongga mulut anaknya dengan lidahnya, meneteskan sebagian liurnya ke mulut yang setengah terbuka itu.

Tak cukup di situ, dengan tangannya digenggamnya pangkal payudaranya dari balik mukena sampai membusung. Bahkan dari balik mukena itu nampak jelas puting susunya mencuat, tertekan oleh bahan sutera yang tipis. Lalu dengan hati-hati ditekan-tekankannya puting susu itu ke bibir anaknya sambil meracau, “hisap puting susu umi sayang seperti dulu saat kau kecil, hisap terus, hisappp,” bisiknya. Dilakukannya bergantian payudaranya yang kanan dan kiri.

Setelah merasa puas. Dia lalu naik kembali ke ranjang. Didudukinya bagian bawah perut anak kandungnya itu. Pantatnya menyentuh-nyentuh penis alif yang tegak mengacung. Lalu dirundukkannya tubuhnya ke depan setelah disingkapkannya singlet yang menutupi tubuh anaknya ke atas. “Mmmmm,” begitu dia menggumam, bibirnya menjilat-jilat puting susu anaknya.

Tangan ustazah aminah mengelus-elus pinggang alif sementara bibirnya asyik berpindah-pindah menjilati kedua puting susu anaknya sampai basah. Lalu disusurinya dengan kedua tangan dari perut anaknya sampai ke atas dengan lembut sampai Alif merasakan desir-desir yang membuatnya tak tahan ingin menerkam sang ibu. Penisnya kian tegak mengacung berkedut-kedut ingin kembali menusuk memek ibu kandungnya yang hangat.

Ustazah aminah makin merundukkan tubuhnya. Kini tubuhnya menempel erat dari atas ke tubuh anaknya. Lalu kembali dilumatnya bibir anak kandungnya itu dengan penuh nafsu birahi. Disentuh-sentuhkannya pantatnya ke belakang menyenggol penis alif sampai penis itu bergoyang-goyang pelan.
Puas dengan cumbuannya, ustazah aminah memundurkan tubuhnya sampai kini posisinya tepat menghadap penis yang mengacung itu. diludahinya penis itu sebelum dikocok-kocok lembut menggunakan tangannya. Menatap penis dalam keremangan lampu kamar alif, dirasakannya ketakjuban yang kembali tumbuh. Penis anaknya yang tegak mengacung itu memang benar-benar merangsang syahwatnya. Dia yakin sehari semalam pun penis itu akan sanggup berpacu terus dengan memeknya. Sensasi liar menjalarinya kian pekat, menimbulkan denyar-denyar nikmat di tubuhnya.

Satu tangan ustazah aminah mengobel-ngobel memeknya sementara yang satu tetap mengocok penis alif dengan pelumas air ludahnya. “Ahhh ahhhh ahhhh,” ustazah aminah mendesah-desah, memeknya mulai dibanjiri kembali cairan kewaniitaannya, membuatnya kian matang untuk digenjot kembali dengan kontol raksasa alif.

“Sayangg, umi tak tahan, ayo masukkan yaaa,” bisik ustazah aminah. Kembali diangkatnya pinggulnya, mengepaskan penis alif ke memeknya. Diturunkannya pelan-pelan sementara tubuhnya dicondongkan ke depan ke dada alif. Tangannya yang satu menahan di pinggir tubuh alif sementara tangannya yang satu lagi memegang penis alif membimbingnya masuk ke lubang nikmat di pangkal selangkangan ustazah aminah.

Sleppppp, kali ini penis itu bisa masuk lebih lancar karena memek ustazah aminah yang sudah licin dan juga lebih mudah beradaptasi setelah ngentot tadi. “Uhhhh,” ustazah aminah kembali mendesah. Kenikmatan mendesak ke atas perutnya, terasa geli dan gatal membuatnya tidak sabar ingin kontol itu menusuk kian dalam.

Kembali diturunkannya tubuhnya sampai kontol itu mulai amblas perlahan. Matanya merem melek menahan kenikmatan, lalu diturunkannya tubuhnya pelan-pelan ke tubuh alif. Setelah merasa posisinya pas, ustazah aminah menaik turunkan pinggulnya, lidahnya kembali menjilat-jilat puting susu anaknya sementara kedua tangannya memegang bahu alif kuat-kuat.

“Hngh hngh hnghhhh,” setiap tusukan kontol alif diiringi dengan lenguhan ustazah aminah. Betapa nikmatnya tusukan yang terus kian dalam di lubang nikmatnya itu. keringat sudah membanjir di punggung ustazah aminah membuat mukenanya terasa lengket di sana. Sementara perutnya dan buah dadanya juga terasa hangat, menempel lekat ke perut alif.

“Ahhh, nikmat sekali ngentot kamu sayang, ahhh,” diremas-remasnya bahu alif penuh gairah. Sesekali dipandangnya wajah alif yang di matanya tetap nampak pulas. Sesekali pula dielus-elusnya leher alif penuh kasih sayang. Dia merasa jatuh cinta pada anaknya itu. sudah tak diperdulikannya bahwa dirinya adalah ibu kandung alif, sekaligus juga seorang ustazah alim yang dalam kesehariannya selalu menutup tubuhnya dengan gamis kombor dan kerudung lebar sepinggang. Saat itu yang ada di pikirannya adalah kontol anaknya yang raksasa dan memeknya yang butuh kenikmatan setelah lama tak dientot ustaz karim.

Slepp slepp sleppp, bunyi gerakan kontol alif di memek ustazah aminah terdengar konstan mengisi kesunyian kamar. Ustaz karim masih asyik mendengkur sementara alif masih sibuk dalam pura-pura tidurnya menahan kenikmatan yang hampir mencapai puncaknya. Memek ibunya terasa hangat sekali, memek yang sangat dia dambakan. Dinding-dinding memek ibu kandungnya itu menjepit kontolnya seperti memerasnya. Jauh lebih nikmat dari memek umi lilik ataupun ustazah raudah dan ustazah lia.
“Entot ibu terus nak, entot umi,” racauan ustazah aminah terdengar pula sesekali. Pinggulnya makin liar bergerak-gerak memacu kontol alif. “Huhhh huhhh huhhh, kau mau kan ngentot umi nak? Entot umi semalaman, ahh, umimu binal, umimu lontemu nak,,, ahhh, ahhh ahhh,” racauan ustazah aminah terdengar makin porno. Tangannya liar menggerayangi sekujur tubuh alif sebisanya. Andai alif tidak kuat menahan dari tadi dirinya pasti sudah menggelinjang-gelinjang penuh kenikmatan.

“Ouhhhhh, umi hampir keluar lagi sayang, ahhh, umi tak tahannn, kontolmu enak sekali nak, ahhh, kontolmu buat memek umi yaaa kontolmuuuuuuuu,” pinggul ustazah aminah bergoyang dahsyat seperti mengebor kontol alif. Mulai dirasakannya kedutan-kedutan tanda dirinya hampir orgasme lagi. Kontol alif melesak makin dalam seiring gerakan pinggulnya menekan dari atas.

“Ahhhhh akhh auhhh, uhhh huh huh huhhh, umi ke lua...ahhhhhhhhh!” Ustazah aminah menjerit keras. Kepalanya ambruk di dada alif, ada air liur menetes keluar dari kepalanya yang tergeletak menyamping, membasahi singlet alif. Tangannya memeluk tubuh alif kuat-kuat. Pinggul ustazah aminah menyentak-nyentak kuat beberapa kali sementara cairan kenikmatan kembali menyemprot-nyemprot di dalam memeknya. “Ouhhhhhhhhhhhhhh,” dia merintih panjang seiring sentakan terakhir orgasme yang kedua kalinya malam itu. keringat membanjir di tubuhnya, menimbulkan bau yang bahkan tercium oleh alif, membangkitkan rangsangan yang memabukkan.

Beberapa saat kemudian, ustazah aminah mengangkat tubuhnya dari tubuh anak kandungnya itu. digoyangkannya kembali pinggulnya sebelum kemudian dia perlahan mengangkat pinggulnya itu. sebenarnya dia ingin mendiamkan penis itu lebih lama di tubuhnya, tapi dia juga ingin berbaring. Maka ditariknya tubuhnya ke samping dan dia kembali berbaring di antara ustaz karim dan alif. Ditatapnya sebentar kontol alif yang masih tegak mengacung itu. untuk kesekian kalinya dia merasa takjub pada kegagahan penis anak kandungnya itu. sudah dua kali dirinya orgasme dan penis itu masih tegak tanpa menyemprotkan apapun.

“Kau hebat nakkk,” bisik umi aminah di telinga alif. Alif tentu saja mendengarnya tapi dia pura-pura tidur. Ustazah aminah berbaring terlentang mengatur nafasnya yang masih tak karuan. Pada saat yang sama dia juga mengingat-ingat video yang tadi dikirimkan umi lilik padanya, mencoba memikirkan apa lagi yang bisa dilakukannya malam itu untuk mendapatkan kenikmatan dari kontol anak kandungnya. Malam masih panjang.

*

Jam dua pagi, ustazah Aminah baru kembali ke kamarnya. Dia sebenarnya masih belum puas, tapi dia memutuskan untuk malam ini cukup seperti itu saja, toh kepenasarannnya sudah terobati untuk sementara. Pusing di kepalanya syukurnya lumayan berkurang, dia merasa sangat tenang dan kini setelah syahwatnya terpenuhi, dia ingin sekali berbaring dan tidur.

Jam setengah tiga, Alif bangun. Dia mengendap mengintip ke kamar sang umi dan melihatnya tidur pulas. Bersijingkat dia pergi ke kamar ustazah raudah, toh dia tahu abinya tak akan bangun sampai pagi. Dia sudah mengirimi sms ke ustazah raudah untuk tidak mengunci kamarnya, maka dia pun bisa masuk dengan mudah.

Perlahan ditutupnya pintu dari dalam. Cklek, dikuncinya. Di dalam sangat tenang. Di atas ranjang ditemukannya ustazah raudah dan ustazah lia tertidur nyenyak sambil berpelukan, keduanya masih mengenakan gamis lengkap meski dilihatnya juga strapon vibrator plus kontol melingkar di pinggang ustazah raudah. Kontol-kontolan itu nampak basah, sepertinya kedua ustazah itu tertidur setelah saling memuaskan.

Dibaringkannya tubuhnya di belakang ustazah lia, dielus-elusnya pinggang sang ustazah dengan lembut. “Nnggghhh,” ustazah lia menggeliat. Kemudian dia membuka matanya. “Alifff?” begitu tanganya saat kesadarannya sudah pulih.

Alif melumat bibir seksi ustazah lia. Kemudian dipeluknya erat-erat tubuh sang ustazah itu. dibisikkannya di telinganya: “Aku sudah janji akan mengentotmu sampai kau berteriak ampun, ustazahku,”
“Ana capai banget, Lif,” desah ustazah lia. Alif tak peduli. Digerayanginya tubuh ustazah lia sampai dia menggeliat-geliat dan membuat ustazah raudah pun ikut bangun. Dia langsung bertelekan dengan sikutnya dan menyapa Alif.

“Eh Alif, dini hari gini kok ke sini? Dari tadi malam ditunggu lho, untung ada ustazah lia.”
“Hehe, kan enak dini hari, mumpung dingin-dinginnya nih,” jawab Alif seenaknya. Tangannya kini menelusup ke balik gamis ustazah lia. Meremas-remas benda sekal yang membusung di dadanya. “Enghhhh Alifff, ana capai nihh, sama ustazah raudah saja ya?” ustazah lia mengerang.
“Alif pengen ukhti,” jawab Alif. Semakin nakal tangannya memencet-mencet puting susu ustazah lia yang masih sangat sensitif setelah digumuli empat pria di villa kailurang. Mau tak mau birahi ustazah lia bangkit juga.

“Ahhhh, kamu ini, nakal banget ganggu orang tidur,” dia menggerutu. Tapi tangannya kini mulai membalas menggerayangi tubuh Alif. Ustazah raudah hanya tertawa. Dia bangkit dari ranjang dan berlalu ke kamar mandi. “Pipis dulu ahhh,” ucapnya.

Saat ustazah raudah sudah keluar dari kamar mandi, dilihatnya ustazah lia sedang meringis-ringis merasakan tusukan-tusukan kontol Alif di memeknya. Tubuhnya terbaring menelentang di ranjang, pahanya rapat menjepit kedua paha Alif. Setiap hentakan Alif diikuti oleh lenguhan ustazah lia dan sentakan kepalanya ke atas. Alif nampaknya sudah sangat bergairah akibat rangsangan ustazah Aminah tadi yang menyetubuhinya karena mengiranya sedang tidur.

“Unghhh, pelan Lif, pelannn,” keluh ustazah lia. Kontol Alif yang terlalu besar dan panjang itu terasa sangat pepat di memeknya. Dia mencoba sedikit menahan tubuh Alif yang meneduhinya.
Alif tak peduli. Benaknya dipenuhi oleh bayangan ibunya yang mengentotnya dengan posisi woman in top tadi. Diremas-remasnya payudara ustazah lia dengan kasar. “Lontee, kuentot kau lonte, anakmu sendiri kau entot, lontee!” dia meracau tak jelas.

Ustazah raudah yang sudah ada di belakangnya tersenyum mendengar racauan Alif. Sedikit banyak dia bisa menebak apa yang ada dalam benak anak itu. diposisikannya tubuhnya di belakang Alif. Tubuhnya kini bugil hanya ditutupi oleh beha pink sementara bagian memeknya terbuka lebar. Ditempelkannya bebuluan memeknya di atas pantat Alif yang sedang sibuk memacu birahinya.

“Umi suka melihat kontolmu sayang,” bisik ustazah raudah di telinga Alif. Suaranya diusahakan meniru suara umi aminah. Lalu dijulurkannya lidahnya menjilati belakang telinga Alif, merangsang saraf di sana yang sangat sensitif.

“Uhhhh uhhh uhhhh,” rintihan ustazah Lia terdengar makin keras. Tubuhnya melonjak lonjak dihenjut oleh Alif makin keras. Kepalanya bergerak-gerak ke kiri ke kanan sementara tangannya meremas-remas seprai putus asa. Rasa sakit dan kenikmatan atas entotan Alif yang kasar membuat otaknya tak mampu berpikir apa-apa.

Alif menolehkan kepalanya ke belakang yang langsung disambut dengan ciuman dari ustazah raudah. Bibir keduanya saling melumat penuh gairah. “Umii,” bisik Alif. “Umi pakai beha ya?”
“Iya sayangg,” ustazah raudah balas berbisik. Ditempelkannya rapat payudaranya yang masih tertutup beha di punggung Alif. Digesel-geselkannya di sana membuat Alif merasa geli. Bahan lembut beha sang ustazah terasa nikmat di alur punggungnya yang telanjang.

“Kenapa sayang? Alif lebih suka susu umi gak ditutupi beha, besar dan kencang,” balas Alif. Tangannya meremas-remas gemas susu sekal ustazah lia di bawahnya. Ustazah lia hanya bisa menatapnya sayu sambil mengggerak-gerakkan pinggulnya sebisa mungkin mengimbangi setiap tusukan kontol Alif di memeknya.

“Umi ingin kamu yang membukanya pake mulut kamu anakku sayang,” balas ustazah raudah di telinga Alif. Ustazah Raudah beranjak dari belakang Alif dan berpindah mengangkangi perut ustazah Lia tepat di depan Alif menghadap ke anak itu. dipaskannya kedua payudaranya di depan mulut Alif.
Alif menjulurkan mulutnya menyambut, giginya menempel di kaitan beha ustazah raudah yang memang ada di depan. Sementara itu bagian bawah tubuhnya tetap bergerak-gerak menusukkan kontol jumbonya di memek ustazah lia. Dirasakannya paha ustazah lia kian kuat menghimpit pahanya.

“Susah sayangg?” ustazah raudah menggoda Alif yang nampak kesusahan membuka kaitan behanya.
“Grrrhhhh,” Alif hanya menggeram pelan. Giginya mencoba menarik kaitan itu ke atas, dengan sekali sentakan akhirnya kaitan itu terlepas. Ustazah raudah tertawa kecil kemudian dia meloloskan beha itu melalui kedua tangannya. Lalu didorongkannya kedua payudaranya yang sudah terbuka lebar dengan puting mencuat itu ke mulut Alif.

“Mmmpphhh,” Alif mencaplok payudara kanan ustazah raudah dan memasukkannya sepenuh mulutnya. Setelah itu digigitnya sedikit sambil dihisapnya seperti pompa. Ustazah raudah mendongakkan kepalanya, hisapan Alif terasa sangat nikmat dirasakannya. Sambil menunggu Alif tadi memang dia sudah saling memuaskan dengan ustazah lia, tapi bercumbu dengan Alif selalu memberikannya sensasi tersendiri yang tak tergantikan, bahkan oleh kenikmatan sesksual dengan ustaz karim sekalipun.

Setelah itu ganti payudara kiri ustazah raudah yang diserang Alif. Disentuhkannya ujung lidahnya ke sekitar puting susu ustazah raudah membuat tubuh sang ustazah menggeletar penuh kenikmatan. Tak tahan, ustazah raudah meraih belakang kepala Alif dan dibenamkannya kepala itu di payudaranya, membuat Alif megap-megap kehabisan nafas.
“Umi nakal,” bisik Alif dengan nafas memburu.
“Iya sayang, hanya buat kamu,” balas ustazah raudah.
“Alif pengen ngentot umi,”

“Memek umi juga sudah gatal, memek umi alim hanya buat Alif anakku,” jawab usatzah raudah tak kalah binal. Kemudian dia menahankan tangannya ke belakang, lalu diturunkannya tubuhnya pelan-pelan sampai akhirnya tubuhnya terlentang rapat tepat di atas tubuh ustazah lia. Kakinya diselonjorkan sementara pahanya dibuka menampilkan memeknya dengan belahan menggoda.

Ploppppp, melihat posisi ustazah raudah seperti itu, Alif mencabut kontolnya dari memek ustazah lia, lalu ditusukkannya kontolnya langsung ke memek ustazah raudah yang langsung merem melek merasakan benda hangat tegang menembus lubang kenikmatannya. Di bawahnya, dirasakannya lidah ustazah lia menjilat-jilat kulit lehernya membuatnya merasa geli-geli nikmat.

“Hhh hhh hhh, ustazah ustazah alim, kuentoti kalian semua,” dengus Alif sambil tak henti menusuk-nusukkan kontolnya memacu kenikmatan syahwat yang kian menggebu. Plakk plakk, sesekali ditamparnya pinggiran paha ustazah lia dan ustazah raudah menimbulkan bekas merah di sana.
Ustazah lia menangkupkan kedua tangannya di payudara telanjang ustazah raudah di atasnya. Digerakkannya tangannya melingkar di pangkal payudara itu, kemudian semakin mengerucut dan berakhir memijat-mijat putingnya yang merah kecokelatan kian melebar.

“Ukhtiiii,” ustazah raudah mendesah nikmat. Kepalanya melorot ke bahu kiri ustazah lia di bawahnya. Lalu ditolehkannya kepalanya ke samping yang langsung disambut dengan lumatan ustazah lia di bibirnya. Slurrrppppp sllurrrpppp, terdengar bunyi beradunya kedua bibir mereka. Ustazah lia menjulurkan lidahnya ke dalam mulut ustazah raudah, ustazah raudah membalas. Lidah mereka saling membelit liar sementara kedua bibir mereka menyatu. Tetesan-tetesan air liur mereka yang lolos dari celah mulut mereka menetes membasahi ranjang.

Alif menatap kedua ustazah yang saling melumat dengan liar itu penuh gairah. Dibayangkannya andai kedua wanita itu adalah ustazah aminah ibu kandungnya dan umi lilik hamidah, betapa bahagianya dia andai itu terjadi. Imajinasi seperti itu membuat kontolnya makin tegang dan dia makin ganas menggenjot memek ustazah raudah.

Ustazah raudah merasakan sentuhan-sentuhan tangan ustazah lia yang halus dan lembut di tubuhnya membuat tubuhnya meremang. Apa yang bisa dia lakukan hanyalah makin liar mencumbu bibir seksi ustazah lia. Dihisapnya lidah ustazah lia sampai dirasakannya wanita alim itu menahan nafasnya lama dan terengah-engah hebat saat dilepaskannya hisapannya. Gantian ustazah lia menghisap bibir bagian bawah ustazah raudah sampai dia meremas-remas seprai dengan liar menahan rangsangan di memeknya, di payudaranya, dan di bibirnya.

“Ploppppp,” Alif kembali mencabut kontolnya dari memek ustazah raudah dan dimasukkannya kembali ke memek ustazah lia. Tubuh ustazah lia sedikit mengejang merasakan kembali benda itu menusuk lubang kenikmatannya. Jemari Alif dengan brutal kini mengocok-ngocok memek ustazah raudah yang tepat di atas memek ustazah lia.

“Hhhhhhhhngngng hhhhngngng,” ustazah raudah mengeluarkan erangan tak jelas merasakan kocokan kasar itu. memeknya sudah sangat basah. Dijepitkannya kedua pahanya di pinggul Alif saat dirasakannya jemari Alif menggesek-gesek klentitnya. Sementara itu perutnya berdesir-desir nikmat saat tangan ustazah lia mengusap-usap pusarnya dan payudaranya bergantian.

“Ahh ahh ahh, terus sayang, terus ahhh, ahhh, auhhhh,” ustazah lia tak henti mengeluarkan desahan nikmat. Himpitan punggung ustazah raudah di payudaranya yang masih terlindungi gamis sebagian terasa hangat. Dirasakannya keringat bermunculan di alur punggungnya yang seperti menempel di ranjang.
“Enak lonte? Enak?!” Alif berteriak keras di tengah dengus nafasnya yang menderu-deru.
“Enakkkk, ahhk terus, ke atas, sayang, ke atas ah ituuuu yaa, ahhhh,” ustazah raudah membalas dengan racauan yang tak kalah binalnya merasakan rangsagan jemari alif di titik-titik sensitif tubuhnya. Dikulumnya cuping telinga ustazah lia dengan gemas dan digigit-gigitnya sampai ustazah lia merasa kuatir rekannya itu akan menggigitnya sampai putus.
“Enak mana sama kontol ustaz karim ha? Enak mana?” Alif kembali berteriak.

“Enak kontolmu auhhhhhhhhh, hhh hhh hhhhhhh,” tubuh ustazah raudah menggelepar-gelepar. Rangsangan di klentitnya memicu kenikmatannya menuju titik tertinggi. Tak ingin orgasme sendirian, tangannya diulurkannya ke samping, meraih puting susu ustazah lia dan memelintirnya kuat-kuat.
“Heeee auh auhhhh ukhtiiii,” gantian tubuh ustazah lia yang menggelepar-gelepar. Dia belingsatan merasakan kenikmatan yang terasa menyebar di sekujur tubuhnya. Sodokan kontol Alif di memeknya terasa kian dalam kian dalam meraih titik-titik sensitif dalam lubang memeknya. Gamisnya kian kusut tersingkap di sana sini, sebagian basah oleh keringatnya yang tak terbendung.

“Hah hah hah, rasakan sodokanku hah!” Alif kian kuat menyodok. Tangannya yang satu kini meremas payudara ustazah lia yang tak tertutupi tubuh ustazah raudah yang sedikit menyamping. Tangan ustazah lia semakin luar meremas kedua payudara ustazah raudah sampai sang ukhti hanya bisa merem melek dan mengeluarkan desahan nikmat tanpa bunyi yang jelas.

“Aaaaahh ana keluar ana keluar ana keluarrrr, ahhh, ukhtiiii,” Ustazah raudah merintih keras saat puncak kenikmatan menerjangnya. Ustazah Lia merasakan hal yang sama, digerakkannya pinggulnya sekuat tenaga membuat empotan keras yang membuat Alif tersentak dan tak kuat menahan muncratnya mani dari kontolnya.

“Lonteeeee!” maki Alif sambil mencabut kontolnya. Merasakan kontol yang mengganjal memeknya tiada, ustazah lia cepat meraih tubuh ustazah raudah dan langsung memeluknya dengan posisi tubuh menyamping saling berhadapan. Ustazah raudah balas memeluk sambil melumat bibir ustazah lia.
“NGhhhhhhhh,” keduanya melenguh bersamaan menyambut puncak kenikmatan. Kedua paha mereka saling membelit sementara memek mereka saling beradu. Tangan keduanya saling merangkul erat lalu tubuh-tubuh seksi itu berkelojotan dengan pinggul menyentak-nyentak liar.

Crottt croottt crooooooot, Alif menyemprotkan air maninya ke bibir kedua ustazah itu yang saling menyatu. Dia menggeram merasakan kenikmatan yang sangat dahsyat orgasmenya yang pertama. Diperasnya batang kontolnya sampai pancutan terakhir. Tubuh kedua ustazah itu sudah tenang, lalu mereka saling melepaskan bibir mereka dan saling menjulurkan lidah menjilat air mani Alif yang meleler di pipi dan pinggir mulut mereka.

“Lonte kalian, lonte alimmm,” bisik Alif. Kedua tangannya meraih kepala kedua ustazah itu lalu dilumatnya bibir keduanya bergantian. Setelah itu dibaringkannya tubuhnya terlentang di antara mereka berdua. Tangan ustazah lia mengusap-usap dada Alif, sementara tangan ustazah raudah bergerak ke bawah menggerayangi area perut ke selangkangan. “Kalian benar-benar cocok,” sambung Alif lagi.
Ustazah Lia dan ustazah Raudah hanya tertawa binal. Mereka tahu bahwa ini baru orgasme pertama Alif, dia tak pernah puas hanya dengan satu kali orgasme, beberapa menit lagi sesi selanjutnya akan berlanjut. Mungkin sampai pagi.

Tak heran kedua ustazah itu tidak Nampak di mushola saat ibadah pagi karena kelelahan melayani kontol perkasa Alif yang tak mau berhenti menggenjot lubang-lubang kenikmatan mereka, demikian juga ustazah Aminah dan ustaz Karim yang bangun telat. Hanya Alif yang kemudian menjadi imam, karena dia memang belum tidur, menggenjot kedua ustazah itu hanya menguras staminanya sedikit saja.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com