𝟏𝟎𝟎𝟏 𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇 𝐔𝐒𝐓𝐀𝐙𝐀𝐇 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟏𝟎𝐛: 𝐏𝐞𝐥𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐭𝐢𝐦𝐞𝐰𝐚 𝐔𝐬𝐭𝐚𝐳𝐚𝐡 𝐋𝐢𝐚

 

Malam Rabu. Malam hari yang sama dengan ketika Ustazah Lia melayani pak Tanto dan tiga kawannya di villa di dinginnya Kaliurang.

Di sebuah rumah mewah yang tampak asri. Ada plang di depan yang bertuliskan “Abu Fawaz” dan keterangan bahwa rumah tersebut adalah rumah ketua presidium satu partai yang populer di indonesia sebagai partai akhwat dan ummahat. Rumah itu nampak sepi dari luar.

Tapi tidak demikian jika kau menengok ke dalam.

Di sebuah kamar yang ada di dalamnya, desahan penuh kenikmatan keluar dari mulut dua insan beda jenis di atas ranjang. Yang wanita tentu saja Umi Lilik Hamidah, tubuhnya saat itu masih mengenakan gamis meski sudah tersingkap di sana-sini, kerudung lebarnya juga masih terpakai meski sudah acak-acakan, sementara itu tubuhnya menggelinjang ke sana ke mari karena sedang digerayangi dengan nakal oleh seorang laki-laki. Bukan, bukan Abu Fawaz, sang abu malam itu tidak pulang ke rumah karena sedang giliran menginap di istri keduanya, Umi Habibah.

Laki-laki yang sedang menggumuli umi lilik nampak masih sangat muda, berondong. Tubuhnya tegap dan penisnya nampak sudah tegang mengacung, menusuk-nusuk belahan paha Umi Lilik. Laki-laki itu adalah Alif. Ya, Alif yang tadi sore pergi ke rumah umi lilik sebenarnya memang sengaja ke sana karena dia diminta datang oleh umi lilik, meminta jatah tusukan penis Alif di memeknya setiap Abu Fawaz sedang menginap di rumah istri keduanya itu. Pada saat yang sama kebetulan ukhti sofia, putri tunggal umi Lilik yang sudah berusia 23 tahun sedang menginap di sekretariat partai.

Dari mana sebenarnya umi lilik bisa kenal Alif dan kemudian menjadi pasangan ngentotnya?

Kalau masalah kenal sudah jelas sejak dulu sudah, karena Umi Lilik pun sudah bolak-balik berkunjung ke rumah umi Aminah. Perkenalan itu lalu berlanjut ke facebook sampai keduanya pun menjadi akrab. Sudah biasa guyon dan Alif pun memanggil umi lilik sebagai umi keduanya.

Setelah Alif memerawani ustazah Raudah, dia mulai ketagihan mengentot akhwat, terutama akhwat yang lebih tua dari dia. Sejak dulu dia sudah merasa tertarik pada umi lilik karena buah dadanya yang nampak menonjol, belum lagi umi lilik pun kalau sudah guyonan di inbok facebook dengannya sudah tak ragu lagi, blak-blakan, bahkan sampai masalah seks.

Umi lilik misalnya sering curhat ke Alif tentang kebutuhan seksnya yang tak terpenuhi setelah Abu Fawaz punya istri kedua. Alif semula menanggapi dengan sopan, kemudian dia mulai memancing-mancing.


“Umi nyari suami kedua saja deh,” begitu balas Alif saat itu.

“Ahh, mana boleh, sayang, mana ada juga yang mau sama umi, udah tua gini.”

“Alif mauuu,” balas Alif sambil memberi emotikon cinta.

“Serius? Sini dongg, umi lagi pengen nihhh, Abu sedang di rumah umi habibah.”

“Serius dong, oke, Alif otewe ya.”

“Hush, nikah dulu dongg,”

“iya umi, nikahnya berdua saja, tanpa saksi tanpa wali” balas alif sambil memberi emotikon ketawa.

“Hihihi, sini Alif, umi di rumah nih, umi tunggu satu menit.”

Alif tak membalas. Dia memoto wajahnya dengan posisi mencium. Satu menit kemudian umi lilik kembali membalas.

“Mana ini yang ditunggu kok gak dateng-dateng?”

Alif mengirimkan fotonya.

“Ahh, Cuma foto wajah doangg, gak bikin umi puas dong,” umi lilik membalas dengan emotikon menjulurkan lidah.

“Maunya umi foto apa dong?” Alif memancing.

Agak lama baru umi lilik membalas. “Foto ituuuu. Tapi Alif masih kecil ya, percuma dehhh, pasti kecil juga.” Kembali emotikon menjulurkan lidah. “

Lalu satu pesan lagi menyusul. “Mending Alif bantu umi bikin makalah yaa.”

Alif memfoto penisnya yang tegak mengacung. Dia sebenarnya agak ragu kuatir umi lilik marah. Akan tetapi merasa bahwa umi lilik sedang horny saat itu, dia nekat. Dikirimkannya foto itu. agak berdebar dia menanti balasan yang agak lama. Baru kemudian balasan umi lilik begini:

“Alif ngambil gambar porno dari internet yaa? Gak baik, mentang-mentang umi sedang pengen.”

Yessss, Alif berteriak. Umi lilik gak marah. Dia membalas: “itu punya Alif kok umi.”

“Umi gak percaya.”

“Serius.”

“Alahh, Alif bohong. Itu lebih besar dan panjang dari punya Abu.”

“Itu punya Alif umi.”

“Bohong. Awas umi laporin ke umi Aminah lho.”

Alif kemudian memfoto tubuhnya yang sedang berbaring dengan penis mengacung. Diusahakannya supaya wajahnya juga kelihatan. Lalu dikirimkannya foto itu. Umi Lilik lama tak membalas. Kemudian muncul permintaan chat dengan webcam dari umi lilik. Hampir bersorak Alif menyetujuinya.

Itulah kali pertama Alif melihat tubuh telanjang umi lilik. Malam itu dia memuaskan umi lilik meski hanya melalui chat seks dan mereka hanya saling melihat melalui webcam. Setelah itu, mereka rutin melakukannya setiap kali Abu Fawaz sedang menggilir istri keduanya. Sampai kemudian Alif pindah ke asrama syahamah yang artinya mereka pun tinggal satu kota. Dari sana dimulailah petualangan Alif mengontoli Umi Lilik setiap kali ada kesempatan.


“Umi,” Alif mengelus-elus pinggang umi lilik. Dikecupnya bahu sang umi yang halus menyembul dari gamisnya yang sudah tersingkap di sana sini.

“Iya sayanggg, hhh,” umi lilik membalas. Diterlentangkannya tubuhnya. Ditatapnya alif dari bawah. Mulutnya sedikit membuka. Cuppppp cupppp, Alif tak tahan, dikecupnya bibir sang umi.

“Umi harus bantu lagi Alif supaya alif bisa ngentot umi Alif ya?” yang Alif maksud umi Aminah.

“Hihi, kan udah umi bantu sayang. Umi sudah ngasih umi aminah vibrator lho, biar dia tambah kepengen kontol, hihihi,” umi lilik kembali tertawa ngikik. Tangannya meraba-raba ke bawah, tangannya menelusup ke balik celana kolor Alif, diraihnya kontol Alif yang sudah tegang di sana dan dikocok-kocoknya pelan.

“Uhhh, terus umi,” Alif melenguh. “Alif masih butuh bantuan umi,”

“Apa sayang?” Umi Lilik terus mengocok.

Alif menurunkan mulutnya mengulum cuping telinga umi lilik sampai dia mendesah-desah seperti kepedasan. Lalu Alif berbisik di telinga umi Lilik.

“Oke sayang, nanti umi laksanakan, tapi....” dia menatap Alif.

“Tapi apa umi....” Alif melepas kancing gamis umi lilik dengan brutal sampai terlepas sepenuhnya. Diangkatnya tubuh umi lilik dan dicobanya melepaskan gamis itu. umi lilik menggerakkan tangannya membantu. Kini dia hanya mengenakan beha dan celana dalam warna hitam, sementara kepalanya masih ditutupi kerudung.

“Tapi Alif harus selalu puasin umi.”

Alif tertawa kecil. “Iya umi seksi, emmm, Alif suka beha umi,” jawab Alif. Tangannya mengelus-elus payudara umi lilik dari balik behanya sampai umi lilik menggelinjang keenakan. Alif lalu mengambil posisi di atas umi lilik, kontolnya menekan-nekan memek umi lilik dari balik celana dalam. Umi lilik kembali menggeliat-geliat membuatnya nampak semakin seksi.

Dengan lembut mulut Alif menggigit tali beha umi lilik, tepat pada kaitan behanya. Beha umi lilik memang tipe beha dengan kaitan di depan. Tessss, dengan mulutnya Alif membuka kaitan beha itu. “Uhhh,” tubuh umi lilik melenting, apalagi saat dengan rakus mulut Alif langsung mencucup payudaranya yang memang besar meski sudah sedikit kendor termakan usia.

Alif bisa menaksir bahwa payudara umi lilik hanya sedikit lebih kecil dari punya umi aminah. Selain itu, sementara punya umi lilik sudah agak kendor, punya umi aminah masih sangat kencang seperti anak muda. Suatu hari dulu dia pernah mendengar umi aminah dan ustaz karim mengobrol mesra dan umi aminah mengatakan bahwa dia mendapat resep membuat payudaranya membulat besar dan kencang dari umi latifah. Resep rahasia turun temurun, begitu. Alif tentu saja tahu umi latifah dan dia pun mengakui bahwa payudara umi latifah masih jauh lebih bulat dari punya ibunya.

Cupppp cluppppp clupppp, dengan bergairah dilumatnya payudara umi lilik. Lalu disentil-sentilnya puting kecokelatan di sana dengan menggunakan ujung lidahnya.

“Ahhhhh terus sayangggkkkk, ahhhhkkkkk,” tubuh umi lilik menggeliat-geliat. Diadu-adukannya memeknya dengan kontol Alif yang menonjol dari balik celana kolornya.

“Alif suka susu umi, Alif hisap ya umi,” jawab Alif.

“Iya alifff, ahhh, sayangg, hisap susu umi alifff, shhhhhhhh, hisapppp,” tangan umi lilik meraih belakang kepala Alif, ditekankannya kepala itu ke susunya. Tangan Alif yang satu lagi meremas-remas susu umi lilik yang satunya membuat desahan umi lilik semakin kerap.

“Umi pengen ngentot?” tanya Alif di sela hisapannya.

“Pengennnnn, sudah seminggu umi gak dikasih jatah sayangg, ahhh, umi gak tahannn, entot umi sayang, entot umiii!”

“Abu gak pernah ngentot umi?” Alif kembali menyambung. Tangannya dengan gemas meremas-remas payudara umi lilik.

“Auhhhh, remas terusss, ahhh ahhh ahhhh, Abu lebih suka umi habibahh, lebih muda. Hisap lagi sayang, susu umi, hisappp,”

Hsssssppppppp, Alif menarik payudara umi lilik dengan mulutnya. Payudara umi lilik yang bermodel pepaya itu pun tertarik. Lalu dielus-elusnya payudara itu dengan tangannya, dipencet-pencetnya seperti memeras susu sapi.

“Akh akhhhhh, nikmat sayang, ayo entot umi, entottt,” Umi Lilik mendesah histeris. Sepertinya dia sudah benar-benar horny. Dibandingkan umi aminah, umi lilik memang lebih lemah pertahanannya tentang syahwat. Umi aminah jauh lebih alim darinya.

Alif lalu menurunkan kepalanya, dijilatinya perut umi lilik, dijulur-julurkannya lidahnya di lubang pusar umi lilik. Umi lilik mendesah-desah, tangannya meremas-remas seprai sampai awut-awutan. Jilatan itu lalu turun kembali ke bawah. Desir birahi semakin menguasai umi lilik saat dirasakannya Alif menggigit-gigit celana dalamnya.

“Copot saja sayanggg,” bisik umi lilik.

Alif tak menggubrisnya. Dijilatinya belahan memek umi lilik dari balik celana dalamnya sampai celana dalam itu basah. Lalu dengan tangannya, dicopotnya celana dalam itu, umi lilik membantu dengan meluruskan kakinya. Lalu Alif juga mencopot celana kolornya, menampakkna penisnya yang tegak mengacung. Setelah itu, dia memutar tubuhnya sampai kini keduanya ada dalam posisi 69. Mulut Alif tepat mencucup belahan memek umi lilik, sementara itu kontolnya juga pas di depan mulut umi lilik.

“Hummmpphhhhh,” dengan liar umi lilik mencaplok kontol itu dengan mulutnya. Dihisap-hisapnya gemas kontol yang sudah beberapa kali memberikannya kenikmatan itu. sama gemasnya, Alif menjulur-julurkan lidahnya ke belahan memek umi lilik yang bereaksi merapatkan kakinya menahan kenikmatan. Saat dilihatnya ada tonjolan kecil seperti kacang di sebelah atas, Alif langsung menghisap-hisapnya.

“Aughhhhhhh,” untuk sesaat kontol Alif terlepas dari mulut umi lilik yang kepalanya sedikit terangkat. “Hisap Alif, hisap hisap hisaaapppppp, ughhhhh, hisap itil umii,” saking gemasnya umi lilik kembali memasukkan kontol Alif dan menghisap-hisapnya tanpa henti. Alif merasakan kenikmatan menjalar dari kontolnya ke perutnya, membuatnya merasa tak tahan. Setelah dirasanya memek umi lilik sudah basah, dia lalu bangkit. Diputarnya kembali tubuhnya. Diposisikannya tubuhnya di atas tubuh umi lilik dengan posisi misionaris. Umi lilik yang sudah mengharapkan tusukan kontol Alif dari tadi menyeringai gembira.

“Kontolmu tusukkan memek umi sayang, cepetttt,” dia menarik punggung Alif. Alif segera menurunkan tubuhnya setelah mengepaskan kontolnya di belahan memek umi lilik. Umi lilik melihat kontol perkasa anak tunggal umi aminah itu membelah memeknya membuat memeknya tersibak. Sedikit tertahan karena kontol itu yang terlalu besar untuk memeknya, dia membantu menggerakkan pinggulnya sementara alif juga menekankan tubuhnya.

Blessshhhh, “Ahhhhhhh,” keduanya merintih bersamaaan merasakan kenikmatan persetubuhan terlarang itu. umi lilik membetulkan kerudungnya yang menjulur menutupi dahinya sementara Alif mulai menaikturunkan tubuhnya dengan tempo cepat. Dia sudah sangat bergairah karena tadi sore dirangsang oleh ustazah lia saat mengantarkan sang ustazah ke parkiran kampus.

“Ewe umi sayang, ewe umi pake kontol besarmu,”

“Huhhhhh huhhh huhhh,” Alif hanya menjawab dengan lenguhan. Tangannya asik meremas-remas buah dada umi lilik yang terguncang-guncang seirama gerakan liar mereka berdua.

“Puaskan umi, puaskan umi, puaskan umiiii,” Umi lilik menjerit-jerit. Tangannya menggaruk-garuk dada alif gemas. Kepalanya menggeleng-geleng liar, birahinya yang selama ini terpendam membuatnya malam itu benarbenar ganas. Kerudung lebar yang menutupi kepalanya kembali acak-acakan. Dia tak lagi mempedulikannya, apa yang dia rindukan saat itu hanyalah kenikmatan.

Dirasakannya kontol Alif mengganjal memeknya. Setiap tusukan menambah kenikmatan yang berdenyar di sekujur tubuhnya. Lenguhan Alif yang nampak sangat bergairah juga membuat dirinya merasa semakin bergairah menyadari tubuh tuanya masih bisa memikat remaja berkontol besar itu. diulurkannya tangannya ke atas mengusap pipi Alif, lalu dia berbisik. “Kamu ganteng sayang, kontolmu besar. jadi pacar umi ya?”

“Iya umi, Alif pacar umi, alif suami Umi,” jawab Alif di tengah deru nafasnya yang menghembuskan birahi. Diturunkannya kepalanya ke bawah, dilumatnya bibir umi lilik. Lidah umi lilik bergerak liar menerobos masuk ke dalam rongga mulut Alif, menambah kenikmatan yang membuat Alif makin liar menggenjot tubuh umi lilik.

Tubuh umi lilik terguncang-guncang di ranjang. Seprai sudah acak-acakan tanpa mereka pedulikan. Tubuh keduanya terus berpacu, keringat mulai keluar dari tubuh-tubuh mereka membuat suasana dalam kamar terasa makin panas.

“Uuggggh, peret banget memekmu umi binal!” Alif memaki sambil meremas payudara umi gemas. Dipelintirnya puting susu itu sampai umi lilik menahan nafasnya merasakan kenikmatan yang tak terkira.

“Uhhhh, uhhhh, umi, uhhhh,” dia meracau tak jelas. Kenikmatan mulai merambah ke sel-sel otaknya, membuatnya tak mampu lagi berpikir jernih. Dia merasakan badai kenikmatan sebentar lagi akan datang. Diraihnya kepala Alif mendekat. Dijilat-jilat cuping telinga remaja itu sebelum dia berbisik: “Umi hampir sampai, genjot terus sayanghhh,”

Mendengarnya Alif terus menggenjot tubuh umi lilik sambil kian gencar memberikan rangsangan di dada umi alim itu. betapa nikmat sensasi menyetubuhi umi lilik yang dalam sehari-harinya selalu berpenampilan tertutup itu. Dibenahinya kerudung lebar umi lilik yang membuatnya nampak makin erotis. Dirasakannya penisnya juga kian menegang mengocok memek umi lilik.

“Umi sampai sayang, umi sampaiii, ahh, umii samppppaaaiiiiii,” umi lilik berteriak keras, tubuhnya berkelojotan liar, dipeluknya erat tubuh Alif lalu digigitnya bahu Alif kuat-kuat. Alif menusukkan penisnya saat dirasakannya memek umi lilik mengempot-empot penisnya kian kerap. Lalu dirasakannya cairan hangat membasahi kepala kontolnya. Dia pun hampir saja muncrat, akan tetapi masih ditahan-tahannya. Dibalasnya memeluk tubuh umi lilik saat tubuh itu berkelojotan seolah tanpa henti.

“Ahhhh, kau hebat sayanghhh, hhhh, hebatt,” umi lilik melepaskan pelukannya dan menatap wajah yang meneduhinya. Wajah remaja yang ganteng dan sudah menjadi pasangan selingkuhnya selama ini. Dengan gemas diraihnya lagi kepala itu ke pelukannya.

Alif mencabut kontolnya dari memek umi lilik, tubuh umi lilik sedikit terangkat saking rapatnya kontol itu dalam lubang kenikmatan sang umi. Lalu Alif menggeser tubuhnya menduduki perut umi lilik. Diselipkannya kontolnya di antara kedua payudara umi lilik. Lalu dirapatkannya kedua payudara itu menjepitnya. Digerak-gerakkannya kontolnya turun naik.

Umi lilik mencengkram pinggul Alif dan ikut membantu menggerak-gerakkannya maju mundur. Rangsangan di payudaranya kembali terasa, sedikit ngilu tapi enak. Abu Fawaz tak pernah melakukan eksperimen liar seperti ini yang sebenarnya justru sangat didambakan umi lilik.

Jepitan buah dada umi lilik di kontolnya terasa sangat rapat dan lembut. Alif melenguh penuh kenikmatan. Birahinya terpacu melihat wajah cantik perempuan seumuran ibunya yang kini sedang berpacu dengan kenikmatan di bawahnya. Wajah keibuan itu masih mengenakan kerudung lebar membuat birahinya kian meningkat. Puting susu yang mencuat karena tekanan pada kedua payudara umi lilik juga membuatnya gemas ingin menggigitnya.

“Susumu menggemaskan, umi sayang,” desisnya.

“Hihi, susu umi, susu umi alim, sayang,” balas umi lilik yang tersenyum binal. Dia membelai-belai paha Alif bagian dalam menambahkan rangsangan pada diri remaja itu.

“Alif ingin muncratin muka umi yang alim tapi binal,”

“Muncratin saja sayang, akan umi santap mani Alif sampai habis.” Umi lilik lalu menjulur-julurkan lidahnya membasahi bibirnya. Digoda terus seperti itu akhirnya Alif pun mencapai puncaknya. Dia menggeram sambil memajukan kontolnya dan menjepitnya kian rapat dengan payudara umi lilik.

“Aghhhhhhhh!” Kontol Alif nampak bertambah panjang, meregang, sebelum kemudian bergerak ke depan memuncratkan maninya ke wajah umi lilik yang sedang menatap kontol itu, sebagian mengenai dagunya dan mengalir ke lehernya. Umi lilik mengerjap-kerjapkan matanya merasakan semburan mani alif yang seolah tanpa henti. Dibukanya mulutnya dan dengan lidahnya dijilat-jilatnya mani yang berleleran di sekitar mulutnya itu.

“Akhhhhhhhhhhh!” Alif memekik lagi. Akhirnya gairah yang tertahan-tahan sejak tadi terlepaskan juga. Ditatapnya wajah umi lilik yang berlumuran spermanya. Sebagian mengenai kerudungnya juga. Ah, pemandangan yang sangat seksi, batinnya. Seorang perempuan alim setengah tua kini berbaring nampak binal dengan wajah dan kerudung lebarnya berlumuran air maninya.

Diturunkannya wajahnya, dilumatnya bibir umi lilik sekaligus bersama dengan air maninya yang ada di area itu. umi lilik membalas tak kalah binalnya. Lalu Alif melepaskan kulumannya, dia tersenyum mengangkat wajahnya. Lalu dijatuhkannya tubuhnya ke samping tubuh umi lilik, berbaring terlentang. Umi lilik lalu menyampingkan tubuhnya. Dijepitkannya kakinya ke kaki Alif, tangannya bergerak mengusap-usap dada Alif.

“Alif suami keduaku,” bisiknya di telinga Alif.

“Umi Lilik yang binal, istriku yang alim,” balas Alif.

Keduanya lalu tertawa berbarengan. Alif balas menyampingkan tubuhnya. Dipeluknya tubuh seksi umi lilik hamidah. Saat kepala kontolnya bergesekan dengan bulu-bulu memek umi alim yang binal itu, Alif pun sadar bahwa birahinya belum sepenuhnya terpuaskan. Begitu juga umi lilik.


*


Pagi hari, umi lilik terbangun oleh remasan tangan Alif di payudaranya. Dia melenguh binal,

“Ahhh, sayang ini, masih pagi kok sudah nakal,” desahnya genit.

“Iya dongg, tubuh umi bikin kontol Alif ngaceng terus sihh,” Alif meremas-remas payudara umi lilik hamidah. Meski sudah agak kendur dan tidak sebesar punya ustazah aminah akan tetapi tetap saja payudara yang seperti buah pepaya itu membuatnya bergairah.

“Hihi, jam berapa ini sayang?”

“Jam tujuh mi.” Sebelum umi lilik terbangun, Alif baru saja mengirimi sms ke ustazah lia yang nanti jam sembilan baru terbangun di villa kaliurang.

“Ahhh, kamu sih, tadi malam masa sampai jam 3 masih saja ngentotin umi.”

“Ah kan umi juga yang minta hayoo.”

Cuppp cupp cuppp, umi lilik mencium bibir Alif, Alif membalas melumat bibir umi lilik sementara tangannya membalikkan tubuh itu terlentang. Dia langsung mengambil posisi di tengah paha umi lilik. Umi lilik surti dan langsug membuka pahanya, membuat dada Alif berdebar memandang memek wanita alim itu kini terpampang jelas di hadapannya.

Tingg tongg, saat itu bel rumah berbunyi.

Wajah umi lilik langsung pucat. Dia mendorong tubuh Alif dan berkata, “masa abi sih, biasanya dia menginap dua malam.”

Alif lebih tenang. Dengan kontol yang masih mengacung, dia langsung pergi ke depan dan mengintip siapa yang datang. Dia kembali dengan wajah cerah. “Bukan kok umi, sepertinya dari partai, paling mau minta tanda tangan.”

“Ohhh,” umi lilik menarik nafas lega. Dia turun dari ranjang dan akan memakai pakaiannya. Alif mengampirinya dan berbisik.

“Apa Aliffff,” umi lilik membeliakkan matanya.

“Ayolah umi, gak bakal ketahuan kok, sensasinya lhoo,” jawabnya sambil mengelus-elus pantat umi lilik.

“Kamu ini,” umi lilik tersenyum. Dipakainya kerudung panjangnya, tanpa memakai baju. Dia langsung pergi ke pintu depan. Alif mengikuti.

“Eh, ukhti nafisah, ada apa ukhti pagi-pagi begini?” Umi Lilik tersenyum pada orang yang berdiri menanti di depan pintu. Umi Lilik sengaja hanya membuka pintu sedikit sepenuh wajahnya. Ditunggingkannya tubuhnya ke belakang sehingga yang terlihat oleh Ukhti Nafisah hanya wajahnya saja dan separuh tubuhnya ke bawah yang tertutup oleh kerudung lebar yang menjuntai. “Maaf ukhti, ini pintunya dari kemarin macet, umi saja tak bisa lewat, baru mau diperbaiki hari ini.” Sambung Umi lilik.

“Ohh, gak apa-apa umi, maaf ana mengganggu sepagi ini,” ukhti nafisah mengangguk hormat. Dia tak punya prasangka apa-apa karena umi lilik adalah figur yang sangat dihormati di partai. Ukhti Nafisah sendiri hanyalah anggota sie di kepartaian yang tugasnya memang menjadi penghubung atau semacam pengantar surat. “Ana mau minta tanda tangan umi, ini buat undangan acara diskusi akhwat di tengah-tengah dunia global, umi,”

“Oh gitu, ohhh,” umi lilik sedikit mendesah. Dahinya mengernyit saat dirasakannya Alif mengelus-elus belahan memeknya di belakang di balik pintu. “Mana suratnya ukhti, biar umi tanda tang...ahhh...umi tanda tangan sekalian.” Umi Lilik merasakan sensasi yang luar biasa saat dirasakannya kontol Alif menusuk memeknya dari belakang. Sensasi itu muncul karena debar-debar di hatinya yang kini sedang disetubuhi di depan akhwat alim seperti ukhti nafisah.

Ukhti nafisah memang sedikit aneh dengan nada bicara umi lilik, tapi dia tak berpikiran buruk. Dikeluarkannya surat dan pulpen, berikut buku untuk alas. “Ini umi,” sahutnya sambil menyodorkannya pada umi lilik.

“Ohh, iyya,” sedikit tergagap umi lilik menerimanya. Henjutan kontol Alif terasa sangat nikmat, kontol besar dan panjang itu terasa sangat penuh di memeknya yang sudah melahirkan seorang putri. Dia lalu menggoretkan tanda tangannya dengan tangan sedikit gemetar.

“Abu sedang tidak di rumah ya umi?” hanya sekadar basa basi, ukhti nafisah bertanya. Sementara diedarkannya pandangannya ke sekitar, “halaman rumah yang asri,” begitu batinnya.

“Enghhh, enggak ukhti, abi sedang keluarrhh,” sekuat tenaga umi lilik menahan desakan syahwat yang terasa bergejolak di sekujur tubuhnya. Andai dia sedikit menegakkan tubuhnya maka ukhti nafisah akan melihat tangan Alif sedang meremas-remas payudaara umi lilik dengan ganas. “Ukhti sofia juga sedang tidak ada, nginap di sekre.”

Ukhti Nafisah mengangguk sambil tersenyum menerima kembali kertas, pulpen, dan buku dari tangan umi lilik. Diceknya sebentar, setelah beres, dia langsung berkata, “Kalau begitu ana pulang dulu, umi, makasih ya, mohon maaf ana mengganggu pagi-pagi begini.”

“Enggak apa-apa ukhti,” jawab umi lilik. “Oya, ukhti, ada tawaran pengabdian menjadi ustazah, tapi di kampung terpencil, mau enggak ukhti? Udah lulus kuliah kan?”

“Benarkah umi? Dari partai?” mata ukhti nafisah berbinar. Dia memang sedang bingung setelah lulus kuliah mau pergi ke mana. Dibetulkannya kacamatanya yang mendadak melorot. Pikirnya kalau tawaran itu datang dari partai maka dia bisa mendapatkan peluang naik karir seandainya mengambil tawaran itu. tawaran yang datang bukan dari orang sembarangan pula melainkan figur yang sangat dihormati di partainya.

“Emmm, iya, ukhhhh, partai dapat permintaan bantuan menjadi ustazah selama setengah tahun di desa Kalicangkir, desa pelosok sih, tapi kalau menurut umi itu justru baguss,” umi lilik berhenti sejenak saat dirasakannya tubuhnya semakin sukar dikendalikan. Dia hampir orgasme. “Bagus buat pembelajarann ukhh. Ukhti Sofia juga mau ikut.”

Ukhti Sofia, putri tunggal umi lilik memang kawan akrab ukhti nafisah, mereka bareng-bareng kuliah. “Nanti kalau ukhti mau umi bisa bantu ukhti biar naik ke sie pengembangan sumber daya manusia.” Sambungnya.

Ukhti nafisah membelalakkan matanya. Hatinya berdebar. Sie pemberdayaan SDM adalah seksie elit di partai. Hanya orang-orang terpilih yang bisa naik ke sana. Setahunya dulu umi lilik dan juga ustazah aminah memulai karirnya di sana sebelum mencapai jabatan tinggi seperti sekarang. Tanpa pikir panjang dia mengangguk. “Baik umi, ana siap.”

Umi Lilik tersenyum. “Baiklah ukhti, nanti ana kabari ya kalau sudah siap. Ana koordinasi sama umi Aminah juga, karena sebenarnya permintaan bantuannya lewat beliau.”

“Terima kasih umi, terima kasih.” Ukhti nafisah membungkukkan badannya kemudian dia pamit.

“Akhhhh,” umi lilik mendesah seiring kepalanya mendongak saat tubuh ukhti nafisah sudah berbalik dan sedang berjalan ke sepeda motornya yang diparkir di luar gerbang rumahnya. Pegangannya di pintu hampir terlepas, tubuhnya makin membungkuk dalam posisi doggie style sambil berdiri.

Srekkkk, Alif kini menggeser tubuhnya sehingga dia bisa melihat dan juga terlihat melalui celah pintu. “Ukhti Nafisah, lihat umimu sedang dikontoli Alif nih, ukhti, menolehlah,” racau Alif sambil terus menggenjot memek umi lilik dari belakang.

“Alif, jangannn ahhh!” umi lilik terkejut dengan tingkah Alif. Andai ukhti nafisah menoleh dia pasti bisa melihat apa yang sedang dilakukannya. Dia mencoba menutup pintu tapi tak kuat. Kekuatirannya malah membuat desir-desir di dadanya kian memuncak.

“Ayolah ukhti, ukhti nafisah, lihat umimu yang alim tapi binal ini,” racau Alif lagi. Plok plok plokkkk, setiap henjutannya menimbulkan bunyi khas yang membuat umi lilik kian birahi.

“Alif, awwasss keta...huannnnn,” susah payah umi lilik berbisik. Tapi Alif terus menghenjutnya tanpa memperdulikan ucapannya. Saat ukhti nafisah sampai ke motornya dan menytater motornya, umi lilik mencapai orgasmenya.

“Aakhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,” dia berteriak lirih, tubuhnya kelojotan sementara matanya membeliak menatap ke arah ukhti nafisah. Dirasakannya kenikmatan itu bertahan selama beberapa detik membuat tubuhnya menggeletar-geletar tak tertahankan. Lalu saat Alif kembali menghenjutkan kontolnya di dalam memeknya, dia kembali mengerang-erang merasakan orgasme susulan yang melandanya. Beruntung saat itu ukhti nafisah langsung memacu sepeda motornya tanpa sekali pun menoleh kembali ke rumah umi lilik.

“hhh hhh hhhh,” nafas umi lilik terlihat memburu. Pegangannya dipintu dilepaskannya dan dia kini berdiri. Alif sudah melepas penisnya dari memek umi lilik. Dia kini berdiri di hadapan umi lilik sambil tersenyum. “Nakal kamu Liff,” kata umi lilik di sela nafasnya yang memburu sambil memukul dada alif pelan. “Umi takut benar ketahuan ukhti nafisah tadi.”

Alif merengkuh tubuh perempuan berkerudung lebar berusia 45 tahunan itu ke dalam pelukannya. Dirasakannya tubuh sang umi melekat di tubuhnya karena keringat yang sudah membanjir dari tadi. Cuppp cuppppp cupppp, dilumatnya bibir umi lilik yang masih terasa kenyal. “Tapi umi suka kan, sampai orgasme gitu,” jawabnya.

“Iya sihhh, tapi kan itu un...ahhhh,” umi lilik kembali mendesah saat dirasakannya tangan Alif mengorek memeknya. Dari memeknya yang tak tertutupi apapun itu cairan orgasmenya meleleh menetesi karpet. “Anak nakalllll,” umi lilik memukul-mukul dada Alif, lalu dia menyandarkan kepalanya di dada anak kandung ustazah Aminah itu. alif mengelus-elus belakang kepala umi lilik yang masih tertutup kerudung lebarnya.

“Umi katanya mau ngirimi umiku video.”

“Ahh iyaaa, hampir lupa. Habis kamu nakal sih,” umi lilik tersenyum binal. Dia kemudian melepaskan diri dari rengkuhan Alif dan berjalan mendahului menuju kamarnya.

“Nah kan, Alif lagi yang disalahin,” sahut Alif sambil menyusul umi lilik.

Umi Lilik berbaring menelungkup di ranjangnya sambil menghidupkan laptop. Alif juga berbaring dalam posisi yang sama di sampingnya. Ditumpangkannya satu kakinya ke kaki umi lilik. Digesek-gesekkannya pelan.

“Aliffff, geli tau,” seru umi lilik sambil menatap Alif yang tersenyum lebar.

“Hihihi, iya iya umi.” Kini Alif berhenti menggesek-gesekkan kakinya meski tetap dibiarkannya kakinya di sana. Umi Lilik membuka facebooknya kemudian dia membuka koleksi video bokepnya yang ternyata sangat banyak. Sambil memilihi sesekali Alif mengajaknya bercanda sampai membuat Umi Lilik tertawa-tawa dan menyenggol-nyenggol tubuh Alif. Kelakuan ustazah alim itu sudah seperti anak muda yang masih puber saja di samping Alif.

“Yang ini saja, mi, cocok,” bisik Alif sambil menunjuk video yang barusan dicoba. Karena posisinya di samping kiri umi lilik, maka tangan kanannya digerakkannya ke samping, menelusup di bawah kerudung lebar di punggung umi lilik kemudian meraih pinggang umi lilik dan mengusap-usapnya. Umi lilik menggerak-gerakkan tubuhnya merasa geli geli nikmat.

“Oke. Umi kirim ya.” Jawab umi lilik. Lalu dikirimkannya video itu ke umi aminah melalui inbok facebook.

“Terus sekarang gimana sayang?” umi lilik kemudian bertanya sambil menoleh ke Alif.

“Sekarang?” Alif balik bertanya. Lalu digelitiknya pinggang umi lilik sampai sang umi mengikik geli. Lalu didorongnya tubuh itu sampai terlentang. “Sekarang Alif akan mengentot umi lilik yang binal ini sambil menunggu suaminya pulang.” Jawab Alif sambil memasang posisi di atas umi lilik. Kontolnya menggantung dari atas menyentuh-nyentuh belahan memek umi lilik yang basah oleh cairan orgasmenya tadi.

“Serius sayang? Gak mau sarapan dulu?” umi lilik menjawab setengah mendesah. Kepala kontol Alif terasa hangat di mulut memeknya.

“Sarapan Alif kan ini,” sahut Alif sambil mencucupkan mulutnya di payudara umi lilik. Dihisap-hisapnya putingnya yang kecokelatan itu dengan gemas. Umi lilik menggelinjang dan mendesah-desah liar. Dia selalu mengharapkan kenakalan seperti ini dari suaminya, akan tetapi suaminya selalu saja main cepat dan hanya memuaskan dirinya sendiri tanpa memikirkan kebutuhan seks istrinya.

“Kamu suami rahasiaku, sayanggg,” bisiknya mesra sambil memeluk tubuh Alif. Tangannya mengelus-elus punggung Alif penuh rasa sayang. Diangkat-angkatnya pinggulnya supaya kontol Alif bisa menembus memeknya. Tapi hanya sedikit saja yang masuk dan tentu saja saat tubuhnya kembali turun, kontol itu pun kembali keluar dari memeknya.

“Iya umiku binal. Sampai kapan pun,” jawab Alif tak kalah mesranya. Wajahnya kini meneduhi wajah umi lilik kemudian dia menurunkan bibirnya dan mengulum bibir itu mesra.

“Kamu ini benar-benar memuaskan umi,” umi lilik mengusap-usap dada Alif, tetesan keringat jatuh dari sana ke payudaranya, membuatnya merasa tambah nikmat.

“Umi, kalau Alif ngentot ukhti sofia gimana?”

“Hushhh!” umi lilik menepuk pipi Alif. “Kamu ini tidak puas hanya uminya, anaknya juga mau dientot,” lanjutnya dengan nada guyon.

Alif tertawa. “Dada ukhti sofia kayaknya lebih besar dari punya umi ya?”

“Iya sayang, gampanglah soal anak umi, nanti umi bantu, tapi pelan-pelan ya, fokus ke umimu saja dulu. Umi Aminah.”

“Iya umiku sayang,” cuppp cuppp, Alif kembali melumat bibir umi lilik.

“Turunin tubuhmu sayanggg, umi tak tahannn,” rintih umi lilik. Dibelitkannya kedua kakinya ke pinggang Alif, membuat tubuhnya sedikit terangkat dengan belahan memek kian membuka siap menelan kontol Alif.

“Hehe, umi gak sabaran banget,” jawab Alif. Diturunkannya tubuhnya sekaligus.

“Aaaawwwwww!” umi lilik menjerit ketika dirasakannya kontol alif yang besar dan panjang membelah memeknya dalam gerakan cepat. Pinggulnya menyentuh ranjang kemudian kembali terangkat. Kontol itu terasa menyentuh bagian paling ujung dari lobang kenikmatannya, jeritannya berubah menjadi rintih kenikmatan ketika Alif mulai menaik turunkan tubuhnya.

“Ahh ahh ahh terus sayang, terus kontoli umi, ahhh, teruuuusss,” rintihnya. Matanya terpejam sementara tangannya tak mau diam mengusap-usap punggung Alif. Sentuhan tangan itu dirasakan Alif sangat lembut membuatnya makin merasa sayang pada sang umi.

“Umi, bayangin suatu saat nanti Alif ngentot umi bareng ukhti sofia,” desahnya sambil terus menggenjot umi lilik.

“Ahh ahhh ahhh, kayaknya nikmat sayang, ahh ahh ahh,” umi lilik membalas di sela rintihannya. “Tapi anakku alim beneran sayang, perlu trik khusus untuk membuatnya mau, seperti umi aminah,” umi lilik mengakhiri ucapannya dengan senyuman.

“Hehe, kalau putrinya alim beneran, uminya alim apaan nihhh?” Alif membalas, lalu dikucupnya puting susu umi lilik sampai tubuh sang umi menggeliat-geliat keenakan.

“Uminya alim binal, hihihi,” jawab umi lilik sambil tertawa mengikik.

Plokk plokk plokkk, suara beradunya selangkangan umi lilik dengan Alif terdengar memenuhi ruangan. Bunyi nafas keduanya sudah tak teratur seiring dengan birahi yang terus menggelegak. Sesekali terdengar bunyi kucupan kedua bibir mereka yang saling melumat penuh gairah syahwat.

“Sayanggg, ahhh, kamu kuat sekali sayang, umimu mau orgasme lagiii,” desah umi lilik setelah dua puluh menitan tubuhnya digenjot Alif.

“iya umi, Alif masih belum,” jawab Alif lembut. Tangannya menyibakkan kerudung umi lilik yang turun menutupi dahinya karena gerakan umi lilik yang makin liar.

“Ahh ahh umi suka kontolmu, umi suka dientot, ahhh,” umi lilik mulai meracau liar. Tangannya mencengkram punggung Alif erat, sementara kakinya kian rapat membeli pinggang Alif. Alif paham dan dia langsung mempercepat tusukannya di memek umi lilik yang terasa kian licin karena cairan kewanitaannya yang kian membanjir.

“Umi, ukhti sofia pulang jam berapa?”

“Puaskan dulu umimu sayanggg, nanti umi jawabbb hhh hhh hhh,” umi lilik menggoyang-goyangkan pinggulnya makin liar. Tiba-tiba Alif menghentikan gerakannya. “Sayanggg,” umi lilik melenguh. Dia mencoba menarik pinggul Alif tapi Alif bertahan.

“Jawab dulu dong umi,”

“Iya iyaa, jam sepuluhan biasanya sayang,” jawab umi lilik dengan nafas memburu. “Ayo turunkan lagi, ayo entot umiii,” teriaknya gemas.

“Hehe, dasar umi binal!” jawab Alif. Kembali ditujahnya memek umi lilik dengan gencar. Umi lilik kembali mendesah desah tak karuan sampai kemudian gelombang kenikmatan menerpanya. Dirasakannya memeknya terasa gatal, kemudian kenikmatan menyebar ke perutnya dan sekujur tubuhnya. Lalu tubuhnya tersentak sentak seiring cairan orgasmenya menyembur menerpa kepala kontol Alif yang sedang berdiam di lubang kenikmatannya itu.

“Aaaaaaaaaaaaahhh umi keluarrhhh!” teriaknya keras. Kuku jemarinya menusuk punggung alif, bibirnya kemudian dengan ganas mencaplok bibir alif dan menggigitnya sampai Alif merasa kuatir bibirnya berdarah. Sekuat tenaga Alif menusukkan penisnya sambil dirasakannya tubuh umi lilik berkelojotan dalam himpitannya. Saat bibir mereka terlepas mulut umi lilik hanya mampu menganga tanpa mengeluarkan suara apapun.

Saat badai kenikmatan itu mereda, Alif lalu mencabut penisnya, dia membaringkan tubuhnya di samping umi lilik sambil sesekali menyentil-nyentil puting susu sang umi. “Umi, bikinin adonan agar-agar dong.”

“Agar-agar?” umi lilik bertanya heran. Nafasnya masih terdengar terengah-engah.

“Yuk, umi bikinin ya,” jawab Alif sambil mendahului bangkit dan keluar kamar.

“Apa maunya nih anak?” umi lilik berkata sendiri. Kemudian dia bangkit dengan tubuh terasa lelah dan keluar dari kamarnya. Dengan ditemani Alif di dapur, umi lilik kemudian membuat adonan agar-agar. Setelah selesai, umi lilik menatap Alif penuh tanya tentang apa yang selanjutnya akan dilakukan. Adonan untuk tiga orang, ditempatkan di dalam gelas.

“Umi berbalik dong,” pinta Alif. Umi lilik lalu menungging sambil berpegangan pada tempat cuci piring di dapurnya. Dia sudah bisa sedikit menebak apa yang akan Alif lakukan. Ditunggingkannya pantatnya sebisanya. Lalu desahannya kembali terdengar saat dirasakannya penis alif mulai kembali membelah memeknya dari belakang.

Tangan Alif mencengkram pinggang umi lilik sementara tubuhnya dengan liar bergerak maju mundur. Sesekali diremasnya payudara umi lilik yang menggantung menggoda. “Umi binalll, umi binalll,” racaunya. Memek umi lilik dirasakannya mulai mengempot kontolnya. Posisi doggie membuat umi lilik yang saat itu hanya memakai kerudung lebar acak-acakan yang sudah basah oleh keringat membuatnya makin nampak seksi.

“Iya sayangg, umi binalll, entot terus sayangg, ahhhh,” umi lilik membalas dengan kata-kata porno membuat birahi Alif makin terpacu. Kontolnya dengan ganas mengobok-obok umi lilik yang alim, sesekali ditamparnya pantat perempuan seusia ibunya yang masih kencang itu.

“Alif mau keluar umi, ahhh, memek umi enakk,”

“Memek umi kan alim sayang, seperti yang punya,” jawab umi lilik menggoda. Digeol-geolkannya pinggulnya dalam gerakan memutar membuat kontol alif terasa seperti diremas-remas di dalam memeknya. Alif mencengkram ujung kerudung umi lilik membuat kepala umi lilik mendongak. Punggungnya melenting membuat payudaranya nampak kian menggantung di bawah tatapan alif penuh nafsu.

“Arghhh aghh, umiiii, Alif mau keluar umiii, hghhhhh,” Alif menggeram hebat. Tubuh umi lilik sedikit tersentak saat Alif mendadak mencabut kontolnya, kemudian diarahkannya kontolnya ke salah satu gelas dengan adonan agar-agar. “Aaaaaaaakhhh!” dia mendengus seiring muncratan-muncratan spermanya masuk ke dalam salah satu gelas, bergabung dengan susu yang tadi sudah ditambahkan umi lilik.

Umi lilik hanya menatap adegan itu sambil tersenyum. Diusap-usapnya itilnya dengan lembut. Alif kemudian menghampiri umi lilik dengan penis yang masih tegak. Dia berdiri di hadapan umi lilik yang bersandar di tempat cuci piring. “Agar-agar spesial untuk ukhti sofia,” bisik Alif.

“Nakall!” jawab Umi Lilik. Tangannya bergerak ke bawah mengocok penis Alif dengan gemas. “Aaaawwww!” tiba-tiba dia menjerit kaget ketika Alif mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di tempat cuci piring itu. lalu dengan ganas Alif melabuhkan mulutnya di belahan vagina umi lilik.

“Ahhh ahh h auhhhhhh,” tubuh umi lilik bergerak-gerak liar. Tubuhnya tak bisa berpindah karena kedua pahanya ditahan kuat-kuat oleh Alif. Sementara itu mulut Alif menghisap-hisap klentitnya dengan kuat.

“Terus sayanggg, terus ahhhh, enaknnyaaaaa, ahhhhh,” umi lilik terus menggelepar-gelepar. Tangannya menggapai-gapai ke samping mencari pegangan. Dirasakannya kedutan-kedutan halus di vaginanya kian mengerap.

“Hmmmmhmmmm,” Alif hanya menggeremang tak jelas. Dihisapnya klentit umi lilik dengan penuh gairah. Paha umi lilik diusap-usapnya dari bawah ke atas bolak-balik. Sesekali lidahnya dijulurkannya membelah vagina umi lilik membuat yang empunya kian keras mendesah-desah penuh kenikmatan.

“Alifff, anak nakallll, umi keluar lagi, oooooooohhhh umi keluar...ahhhhhh,” crett crettt crettt, vagina umi lilik berkedut hebat dan cairannya sedikit menyemprot ke luar mengenai wajah Alif yang menengadah tepat di depannya. Alif mengeluarkan lidahnya menjilat-jilat cairan kenikmatan umi lilik. Setelah usai, dia kemudian berdiri, diraihnya kepala umi lilik dan diciumnya lembut mulut sang umi.

“Kau benar-benar gila,” bisik umi lilik.

Alif hanya tertawa. “Jangan lupa adonan agar-agarnya umi,” jawabnya. Umi lilik tertawa mengikik saat Alif membopong tubuhnya kembali ke kamarnya. Alif menjatuhkan tubuhnya di ranjang sementara umi lilik membersihkan tubuhnya dan menyiapkan sarapan.

Jam sepuluh pagi, Ukhti Sofia pulang, saat itu Alif sudah rapi di meja makan bersama umi Lilik.

“Eh ada dek Alif. Sudah lama?” sapa ukhti sofia. Ukhti sofia adalah ukhti dengan wajah keibuan, nampak lembut, ada tahi lalat di atas bibirny sebelah kanan. Dia mengenakan kacamata minus dua berbingkai merah tua, nampak sangat serasi dengan kerudung lebarnya yang juga berwarna seperti itu.

“Belum mbak,” jawab Alif sambil mengangguk. Di hadapannya ada segelas agar-agar. “Ini baru sampai, terus umi malah ngajak sarapan,” dia mengerling umi lilik yang juga tersenyum.

Ukhti sofia duduk di seberang Alif. Umi lilik lalu menyodorkan segelas agar-agar ke hadapannya. “Ini sebelum sarapan,” ucapnya sambil menepuk bahu ukhti sofia.

Ukhti sofia mulai menyendok. Alif mengamatinya dengan dada berdebar. Agar-agar itu yang ada campuran air maninya. Perlahan di bawah meja, dibukanya resleting celananya. Dijuntaikannya penisnya supaya terbebas. “Toh ukhti sofia tak akan melihatnya,” batinnya.

Di mata Alif, ukhti sofia yang sedang mengunyah agar-agar itu lalu menelannya nampak sangat seksi. Ukhti sofia memang merasa ada yang aneh dalam agar-agar itu, akan tetapi dia tak menaruh curiga sedikit pun sebab memang warnanya seputih susu.

“Gimana rasanya sayang?” Umi Lilik bertanya. Dia duduk di sisinya.

“Enak banget umii, makasih yaaa,” sahutnya. Sambil tersenyum dia mengelus tangan ibunya penuh rasa sayang.

“Baguslah, umi memang sedikit bereksperimen dengan agar-agar itu.” jawab umi lilik. Matanya sedikit mengerling Alif.

“Apa resepnya umiii?” tanya ukhti sofia manja. dia kembali menyuapkan sesendok agar-agar ke mulutnya. Alif merasakan penisnya bergerak-gerak, tapi dia pura-pura sibuk memakan agar-agarnya sesopan mungkin.

“Resep dari Alif tuh.” Jawab umi lilik sambil mengarahkan dagunya ke Alif.

“Dekk, apa resepnya nih, enak banget,” kini ukhti sofia menatap ke Alif. Mata Alif balas memandang sang ukhti sebelum tertumbuk ke dada ukhti sofia yang meski ditutupi kerudung lebar tapi tetap nampak menonjol. Sepertinya dia mendapatkan keturunan payudara besar dari ibunya. Umi lilik yang tahu ke mana arah pandangan Alif langsung melotot ke arahnya.

“Euhh, rahasia mbak,” jawab Alif. Dalam benaknya terbayang dia mendoggy sang ukhti berkacamata itu di meja makan sementara tangannya meremas-remas buah dada itu dari belakang. Nampaknya sama besar dengan buah dada umi lilik tapi tentunya masih kencang karena belum disentuh pria mana pun.

“Ahhh, kalian ini bersekongkol, oke oke,” ukhti sofia pura-pura merengut, lalu dia menyuapkan sendok terakhir agar-agarnya ke mulutnya. Umi lilik hanya tertawa.

Saat itulah ukhti sofia tanpa sengaja menjatuhkan sendoknya. Dia langsung membungkuk memungut sendok itu yang jatuh ke kolong meja. Agak lama dia di dalam posisi itu, saat posisinya kembali duduk di kursi, dia langsung menatap Alif dengan pandangan aneh. Wajahnya sedikit merah. Ukhti Sofia bangkit.

“Eh eh eh, sarapan dulu sayang,” seru umi lilik.

“Ana ke kamar dulu umi, ini belum ganti baju.” Jawabnya. “Umi sarapan saja sama dek Alif, ya, sofi belum lapar mi, malah ngantuk juga,” Dia langsung berlalu.

Saat itulah Alif baru sadar, saat ukhti sofia membungkukkan tubuhnya, dia pasti bisa melihat penisnya yang menjuntai keluar dari risleting. Dia menepuk kepalanya. Umi lilik menatapnya heran. Alif hanya menunjuk ke bagian selangkangannya. Penasaran umi lilik langsung membungkukkan tubuhnya melihat dari bawah meja. Saat tubuhnya kembali ke posisi semula, dia menatap Alif cemberut.

“Semoga ukhti sofia menganggap Alif lupa menutup risteling, umi,” bisik Alif, meski dia pun tak terlalu yakin. Umi Lilik hanya menjulurkan lidahnya menggoda. Lalu dia balas berbisik pelan, “Jangan pulang dulu, setelah sarapan ke kamar umi dulu, sofia kalau sudah tidur paling bangun-bangun siang.”

Alif mengacungkan jempolnya. Di bawah meja kontolnya mulai bergerak mengacung.



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com