𝟏𝟎𝟎𝟏 𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇 𝐔𝐒𝐓𝐀𝐙𝐀𝐇 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟏𝟎𝐚 : 𝐏𝐞𝐥𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐭𝐢𝐦𝐞𝐰𝐚 𝐔𝐬𝐭𝐚𝐳𝐚𝐡 𝐋𝐢𝐚


Dua hari setelah ustazah aminah mengobrol dengan ustazah lia, sore itu ustazah lia kembali izin dua hari dua malam. Kali ini izinnya dia berbohong akan pulang dulu ke rumah umi Purwanti. Padahal alasan sebenarnya adalah dirinya disewa oleh Pak Tanto, seorang pemilik perusahaan besar di Semarang. Kebetulan dia sedang ada acara di Yogya, maka sekalian pula dia menyewa akhwat itu untuk menemaninya.

Pak Tanto mengenal Ustazah Lia dari twitter. Dia menawarkan memberi bayaran yang sangat tinggi, tapi syaratnya Ustazah Lia harus kuat melayani dia dan tiga temannya selama sehari semalam. Semula ustazah lia sedikit berpikir-pikir dulu, dia belum pernah melayani banyak lelaki sekaligus, akan tetapi setelah melihat beberapa video gangbang yang didownloadnya, dia kemudian memutuskan untuk menerima tawaran itu.

“Hitung-hitung pengalaman baru,” pikirnya. “Toh si perempuan di video juga Nampak menikmati banget, lagian bayaran yang ditawarkan terlalu menggiurkan untuk ditolak.”
Sore itu ustazah lia memakai gamisnya yang berwarna cokelat cerah, dikombinasikan dengan kerudung warna abu-abu. Tubuhnya yang mungil terlihat selaras membawa tas kecil sederhana. Setelah izin, dia pun melangkah keluar dari gerbang asrama syahamah.
“Ukhti?” baru sepuluh meteran dia keluar, terdengar suara motor berhenti di belakangnya dan suara sapaan.

Dia berhenti dan menoleh. Ternyata Alif.
“Mau ke mana ukhti?” Alif bertanya sambil tersenyum.
“Mau ke parkiran kampus, Lif,” Ustazah Lia menjawab. Dia balas tersenyum.
“Ayo, sekalian, Alif juga searah.”
“Serius nih? Gak merepotkan?”
“Enggak kok ukhti,” Jawab Alif sambil mengedipkan matanya.
Tanpa banyak berkata, Ustazah Lia langsung naik ke belakang Alif. Memang jarak antara parkiran kampus dengan asrama syahamah tidak jauh, akan tetapi lumayan juga jika ditempuh dengan jalan kaki. Sambil menjalankan motornya, tangan Alif sedikit iseng meraba paha ustazah Lia tanpa kentara.
“Husshhhh, tangannya nakal,” ustazah lia berkomentar. Tapi dia tidak mencegah tangan Alif.
“Ukhti...” Alif berkata dengan nada bertanya.
“Ya?”
“Ukhti gak pakai celana dalam?” Alif menoleh sedikit ke belakang, kemudian kembali fokus mengendarai motornya.

Ustazah Lia tidak menjawab. Tangannya perlahan digerakkan ke depan seperti akan berpegang pada pinggang Alif, tapi tangan itu tak berhenti di sana, terus maju dan...
“Ikhhh,” Alif sedikit mengejang. Dirasakannnya tangan ustazah lia meremas kontolnya pelan.
“Ana juga tidak pakai kutang,” bisik Ustazah Lia di telinga Alif. Alif menyumpah-nyumpah dalam hatinya mendengar kebinalan ustazah lia. Sudah dua malam dia tidak menyentuh sang ustazah, terus terang dia kangen pada payudara kenyal sang ustazah bertubuh mungil itu.
“Ukhti nanti malam pulang kan?” Bisik Alif.

“Enggak, kenapa? Mau minta jatah?” Ustazah Lia semakin binal.
“Iya ukh....ahhh!” Tubuh Alif kembali mengejang ketika dirasakannya tangan ustazah lia kembali meremas penisnya yang perlahan mulai tegak di balik celananya. Ada orang di pinggir jalan yang menoleh mendengar jeritannya yang terlepas tanpa sengaja.
“Ukhti jangan nakal, tuh orang pada lihat.” Bisik Alif.

“Hihi, salah antum sendiri yang duluan nakal. Ngomong-ngomong antum mau ke mana?”
“Ini ada urusan mau ke rumah umi lilik, ukhti.”
“Kok sore-sore gini?”
“Iya dong,” jawab Alif. Dibelokkannya sepeda motornya ke parkiran kampus.
“Makasih ya Lif,” ustazah Lia berkata setelah dia turun dari sepeda motor.
Alif menyodorkan pipinya. “Sun dulu dong.”
“Hushhh,” ustazah lia menjawab pelan sambil sedikit menoleh ke sekitar. Parkiran kampus sore itu lumayan ramai. “Jangan nakal,” desisnya.
“Iya, ukhti,” jawab Alif. Matanya liar menatap busungan sekal di dada ustazah lia. Ah, menggairahkan sekali. “Kabar-kabar ya kalau ukhti sudah pulang.”

Ustazah Lia celingukan menoleh sekitar, kemudian sembunyi-sembunyi supaya tak ada yang melihat, disingkapkannya sedikit kerudungnnya di bagian dada, lalu kancing gamisnya dibuka tiga, mata Alif makin liar menatap busungan itu yang nampak separuh, lalu puting itu yang mencuat....
Saat Alif hendak turun dari motornya, ustazah lia menutupkan kembali kerudungnya, lalu dia berjalan menjauh sambil menjulurkan lidahnya menggoda. “Weekk, makasih ya Lif.”
Alif menyumpah-nyumpah di dalam hatinya menyadari dirinya dipermainkan sang ustazah alim tapi binal itu. “Awas kalau kau sudah balik asrama, kugenjot semalaman sampai bilang ampun.” Desisnya sambil memajukan kembali sepeda motornya menjauh dan keluar dari parkiran kampus itu.

*

Jam enam malam lebih seperempat, mobil yang membawa ustazah Lia berhenti di sebuah villa mewah di Kaliurang. Kaliurang jam segitu hawa sudah terasa sangat dingin. Sekitar berkabut. Memang daerah kaliurang terkenal dengan cuaca dinginnya, maklum terletak di lereng gunung merapi.
“Mari, ustazah, sebelah sini,” seorang pesuruh yang tadi juga menyertai ustazah lia di mobil kemudian mendahului berjalan ke arah pintu. Ustazah lia melangkah mengikuti sambil tak henti mengedarkan pandangannya ke sekitar. Halaman villa itu lumayan luas, lengkap dengan gazebo dan juga kolam renang. Taman yang dipenuhi bunga, dan rumput segar serta palem yang tersinari lampu redup. Suasananya sangat romantis.

Masuk ke villa itu, ustazah lia langsung diarahkan ke salah satu ruang yang lumayan besar. sepertinya itu ruang berbincang-bincang. Ada meja bar kecil lengkap dengan raknya yang dipenuhi beberapa botol minuman, lalu ada sofa mewah berwarna hitam yang nampak sangat empuk. Di sana ada empat orang laki-laki seumuran ustaz karim sudah duduk menunggu. Merekalah sepertinya pelanggannya kali ini.
Ustazah Lia langsung duduk di sofa yang kosong. Salah satu dari laki-laki itu tersenyum dan menyodorkan tangannya ke ustazah lia, “saya Tanto, ukhti.”
Ustazah lia menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum. Pak Tanto bertubuh agak gemuk pendek, wajahnya nampak ramah dan murah senyum. Kemudian berurutan pak Tanto mengenalkan tiga orang lelaki yang bersamanya.

Lelaki yang bertubuh tinggi besar dan wajahnya nampak tegas itu namanya Pak Sakir. Sementara yang sama gemuknya dengan pak tanto tapi lebih tinggi namanya Pak Karto, laki-laki yang satu lagi yang bertubuh langsing tinggi adalah pak Sahid, dia yang paling ganteng di antara mereka berempat dan nampaknya dia juga yang paling muda.

“Gimana perjalanannya Ukhti?” Pak Tanto membuka kembali pembicaraan setelah mereka selesai berkenalan. Di ruangan itu kini hanya ada mereka berlima. Meski demikian, di luar ruangan itu ada dua orang anak buah Pak Tanto yang berjaga. Pak Tanto memang adalah tuan rumah, ketiga orang itu adalah tamunya sekaligus sahabatnya.
“Sangat mengesankan pak, ana sangat nyaman seolah tak terasa,” ustazah lia tersenyum manis. Tangannya membetulkan letak kerudungnya. Dadanya berdesir membayangkan nanti tubuh mungilnya didekap oleh keempat laki-laki itu. dia merasa tertantang.

“Syukurlah kalau ukhti nyaman,” jawab pak Tanto. “Ayo minum-mnum dulu,” dia kemudian mendahului bangkit dan mengambil satu botol dari rak. Diambilnya sloki dan langsung dituangkannya mengisi setengah sloki itu. lalu dia mengambil empat sloki lagi dan melakukan hal yang sama. Ketiga laki-laki yang lain pun bangkit, sementara ustazah lia yang akan ikut bangkit tak jadi ketika dilihatnya pak tanto menghampirinya. Diterimanya sodoran satu sloki dari pak tanto, sementara pak tanto langsung duduk di sampingnya, merapatkan tubuhnya, tangannya yang satu melingkar ke belakang tubuh ustazah lia dan memeluk bahunya.

“Ustazah cantik sekali, dan mungil,” bisik pak tanto. Lalu, cuppppp, diciumnya pipi ustazah lia.
“Ah, bapak ini,” jawab ustazah lia, matanya mengerling, dia tersenyum sementara tubuhnya sedikit bergerak, membuat gayanya terlihat sangat menggoda di mata pak tanto.
“Serius, ukhti, berkerudung lebar pula, menggairahkan,” pak tanto menyambung, tangannya meremas-remas bahu ustazah lia.

“Hei hei, Tanto, kau gak sabaran banget,” Pak Sakir menyambung. Dia duduk di sebelah kanan ustazah lia. Maka kini tubuh ustazah lia diapit oleh dua laki-laki itu. sementara Pak Karto duduk di seberang mereka, dia tak berkata apa-apa, mulutnya langsung mencicipi isi slokinya. “Enak sekali,” desisnya, “Kau benar-benar tahu caranya berpesta, Tanto.” Suaranya terdengar berat. Dikendorkannnya dasinya. Pak Sahid sementara itu yang paling tenang. Dia duduk di sofa sambil mengamati ketiga rekannya. Mulutnya menyunggingkan senyum.

Tangan Pak Sakir menjawil dagu ustazah lia, sementara pak Tanto mlepaskan tangannya yang tadi merangkul, kemudian mengambil tas kecil ustazah lia dan meletakkannya di meja. Pak Sakir menuangkan isi sloki ke mulutnya, tangannya masih memegang dagu ustazah lia, lalu dia mendekatkan mulutnya yang kembung dengan minuman di mulutnya, dengan sedikit kasar dibukanya mulut ustazah lia, dan disodorkannya mulutnya mendekat.

Glgk glgk glgk, ustazah lia merasakan isi sloki itu berpindah dari mulut pak Karto saat mulut itu memaku erat mulutnya. Dia langsung menelannya. Cairan itu terasa hangat di tenggorokannya. Tak berhenti sampai di situ, pak Sakir langsung melumat bibir seksi ustazah lia dengan ganas. “Kau menggairahkan sekali ustazah mungil.” Desisnya kemudian sebelum dia kembali melumat bibir itu.
“Mmmmm mmmm,” ustazah lia mengeluarkan desahan pelan diperlakukan seperti itu. dari sudut matanya dilihatnya pak Tanto berdiri di sampingnya, mencopot jasnya, mengendorkan dasinya, kemudian meraih satu tangan ustazah lia yang tak memegang sloki. Dihisap-hisapnya jemari lentik ustazah lia sambil bersimpuh di lantai.

“Kau wangi sekali ukhtiku,” Pak Sakir nampaknya yang paling beringas di antara mereka berempat. Tangannya mulai liar menggerayangi tubuh ustazah lia dari balik gamisnya. Tubuh itu meliuk-liuk merasakan rangsangan yang ditimbulkan gerayangan pak karto. Dirasakannya juga rasa hangat di perutnya akibat minuman tadi.

Tahu bahwa dirinya malam itu harus memberikan servis yang memuaskan, satu tangan ustazah lia kemudian menenggak slokinya, tapi dia tidak menghabiskannya. Ditariknya tangan yang sedang dihisap-hisap pak Tanto dan digerakkannnya memberi kode, pak tanto kemudian tahu kode sang ustazah. Dia menyodorkan mulutnya yang langsung disambut ustazah lia. Ustazah lia menyungkup mulut pak tanto sambil mengalirkan minuman itu dari mulutnya. Sementara pak sakir makin liar meremas-remas dada sekal sang ustazah dan mengusap-usap perutnya dari balik gamis. Tangannya mengambil sloki dari tangan ustazah lia dan melemparkannya ke lantai.

Prangg, bunyi itu sedikit mengagetkan ustazah lia, tapi melihat keempat laki-laki itu tidak terpengaruh, dia pun cuek. Diteruskannya lumatan di bibir pak tanto, sesekali dia mendesah, “Ahhhhh ahhh,” merasakan gerayangan tangan pak sakir yang tampaknya tak ada puas-puasnya.
Pak Karto bangkit dari sofa. Dicopotnya jasnya, baju, dan celananya hingga kini dia hanya mengenakan singlet dan celana kolor. Nampak benda menonjol membayang di selangkangannya. Kepalang tanggung, dicopotnya juga sekalian kolornya menampakkan penisnya yang sudah tegang. Setelah itu, dihampirinya tiga orang yang sedang bercumbu itu. tangannya meraih tangan ustazah lia yang bebas, diarahkannya ke penisnya, dikocokkannya pelan sampai kemudian ustazah lia pun mengocok penis itu dengan lembut.

“Euuuhhh,” Pak Karto mendesis penuh kenikmatan merasakan lembutnya tangan ustazah alim berkerudung lebar itu. sementara pak tanto masih asyik menjulur-julurkan lidahnya ke rongga mulut ustazah lia yang dibalas dengan ganas oleh ustazah itu. tangan ustazah lia yang satu meraih ke samping ke arah pak Sakir, digenggamnya bagian kemeja di bawah kerah pak sakir dan dengan gerakan kuat ditariknya ke bawah.

Krrrttkkkkkk, kemeja pak sakir terbuka lebar saat kancing-kancing putus berhamburan akibat tarikan ustazah lia. “Anjing, aku suka cewek alim kayak gini, hahaha,” pak sakir memaki sambil menghentikan sebentar cumbuannnya. Dicopotnya sekalian kemejanya itu lengkap. Tubuhnya nampak tegap berisi. Setelah itu diangkatnya tubuh ustazah lia.

“Awww!” ustazah lia memekik. Lalu dirasakannya tubuhnya menimpa tubuh pak sakir. Kini posisinya dipangku oleh pak sakir di atas sofa. Tangan kekar pak sakir meremas-remas payudaranya dari belakang. Pak Tanto sementara itu duduk dengan posisi menyamping di samping kirinya, sementara pak Karto dalam posisi yang sama tapi di samping kanannya.

Tangan Pak Tanto kembali meraih kepala ustazah lia supaya menoleh ke arahnya. Dia nampak sangat terobsesi dengan bibir seksi ustazah lia. Dilumatnya kembali bibir itu sampai menimbulkan suara berkecipak, sementara pak Karto punya kesibukan lain. Tangannya meraih tangan ustazah lia untuk kembali mengocok penisnya yang nampak tegang memerah.

Ustazah lia merasakan rangsangan dari tiga arah itu sangat menggairahkannya. Tubuhnya tak henti bergerak ke kiri kanan menahan rangsangan tangan pak sakir. Tangannya yang satu mengocok kontol pak karto sementara tangannya yang satu lagi mengelus-elus leher pak tanto yang mulai berkeringat.
Lalu dirasakannya sentuhan di kakinya. Dia menoleh sedikit. Ternyata pak Sahid. Sambil tersenyum jahil pak sahid mengelus-elus kaki ustazah lia sampai sang ustazah merasa tak tahan dan menggerak-gerakkan kaki itu. pak sahid terus melakukannya dan ustazah lia merasakan perutnya berdesir-desir tak tahan.

“Ah!” ustazah lia memekik, mulutnya lepas dari mulut pak tanto saat dirasakannya benda yang basah hangat menyusuri pahanya terus ke atas. Kepala pak sahid ternyata menelusup di dalam gamisnya, mengangkangkan kakinya, lalu kepala itu bermukim dengan tenang di selangkangannya. “Ahhh ahhhh,” kepalanya bergerak gerak ke kiri ke kanan ketika dirasakannya lidah pak sahid menjilat-jilat memeknya. Pak Sakir tak mau kalah. Dibukanya tiga kancing gamis teratas ustazah lia, lalu dikeluarkan dua tonjolan sekal membusung di dada ustazah lia. Diremas-remasnya buah dada sang ustazah dengan gemas. “Aghh aghhhh, terus ahhhh, auhhhh,” ustazah lia hanya bisa merintih-rintih.

Pak tanto yang melihat tak ada ruang bagi dia kemudian memilih memenuhi slokinya kembali. Baru kemudian disingkirkannya satu tangan pak sakir dan dibasahinya satu buah dada ustazah lia. Tubuh ustazah lia bergetar merasakan siraman itu. “Agh agh aghhhhhhhhhhh,” satu tangannya yang bebas menekan erat kepala pak tanto di dadanya. “hhhh HHHH hhh,” pak tanto dengan bernafsu melumat dan menghisap-hisap buah dada ustazah mungil itu, sementara buah dada yang satunya masih diremas-remas tangan kekar pak sakir. Kocokan tangan ustazah lia di penis pak karto semakin keras dan cepat sampai pak karto meringis-ringis menahan kenikmatan.

Dikocok seperti itu, pak karto tak tahan. Dengan penis mengacung dia duduk di sofa. Diraihnya tubuh ustazah lia dari pangkuan pak sakir dan ganti dipangkunya tubuh mungil itu. Pak Sakir tertawa. “Kau mau giliran pertama Kar?”

“Tak tahan aku, hh hhh, ustazah binal ini menggairahkan sekali.” Sahut pak Karto. Digerayanginya sekujur tubuh ustazah lia dengan kasar sampai ustazah lia menggeliat-geliat tak tahan. Ketiga temannya tertawa. Ustazah lia meronta membebaskan diri, pak karto hendak bangkit tapi ustazah lia berbalik dan mendorong tubuh pak karto tetap di sofa. Dia bersimpuh di lantai dan sluppppppp, disepongnya kontol pak karto dengan liar.

“Ughhh, terus lonteee, ughhhhh, hangat sekaliii,” pak karto merem melek merasakan kuluman dan hisapan mulut ustazah lia di kontolnya. Tangannya meraih kepala ustazah lia yang tertutupi kerudung, mengelus-elusnya pelan seirama gerakan kepala itu maju mundur menikmati kontolnya.
Melihat posisi ustazah lia seperti itu, pak tanto tak tahan, dia mengambil posisi di belakang ustazah lia, disingkapnya gamis ustazah lia yang ngelumbruk ke lantai. Pantat ustazah lia kini terbuka bebas. Ditepuk tepuknya pantat itu sampai tubuh ustazah lia sediki bergerak maju. Erangannya tertahan oleh kontol pak karto yang memenuhi mulutnya.

“Ahh!” kontol itu terlepas dari mulut ustazah lia saat penis pak tanto yang sudah tegang menyelinap di belahan selangkangannya dari belakang. Kepala penis itu menyentuh-nyentuh belahan memek ustazah lia yang basah karena jilatan pak sahid tadi, mencari posisi yang tepat untuk menujah. Pak karto meraih kembali kepala ustazah lia dan menariknya untuk mengulum kembali kontolnya.

“HmmHmmmmhhhhhmmmmm,” di sela kulumannya ustazah lia mengeluarkan erangan tak jelas saat penis pak tanto mulai membelah memeknya. Punggung ustazah lia melenting merasakan benda kenyal yang kini terus maju menembus memeknya yang hangat.

“Uhhh,” pak tanto melenguh merasakan betapa sempitnya memek ustazah bergamis dan berkerudung lebar itu. dipajukannya tubuhnya membuat tubuh ustazah lia juga terdorong maju, tapi ditahan oleh tubuh pak karto. Penis pak karto mulai bergerak masuk keluar sementara tangan pak karto mencengkram pinggang ustazah lia erat-erat.

“Hhhh hhhh hhh,” pak tanto mendesah-desah nikmat, dinding vagina ustazah lia terasa sangat hangat bergesekan dengan kulit penisnya. Sementara itu sambil merem melek ustazah lia mengulum dan menghisap penis pak karto kian liar membuat tubuh pak karto berkelojotan menahan keliaran mulut sang ustazah.

Setelah beberapa saat menonton kedua kawannya seperti itu, pak sakir ikut tak tahan. Dikangkangkannya kakinya di atas punggung ustazah lia. Lalu dipukul-pukulkannya penisnya yang hitam panjang di alur punggung ustazah lia membuat ustazah lia makin melentingkan tubuhnya. Setelah itu dengan perlahan pak sakir memaju mundurkan penisnya menggosok alur punggun ustazah lia dari balik gamisnya.

Pak sahid tak mau kalah. Dia berbaring menelentang dan memposisikan kepalanya tepat di bawah payudara ustazah lia. Disentil-sentilnya puting susu ustazah lia membuat ustazah lia bergerak ke kiri dan ke kanan tanpa guna sebab tertahan oleh kedua kaki pak sakir. Lalu slupppppppppp, dicaploknya payudara ustazah lia membuat sang ustazah merasa dirinya hampir gila dirangsang dari semua arah.
Ustazah lia melampiaskan gairahnya dengan menghisap-hisap penis pak karto kuat-kuat. Beruntung pak karto terhitung jago ngentot sehingga dia tak langsung orgasme meski dirasakannya hisapan itu sangat nikmat. Pak tanto masih mendesah-desah sambil menusukkan penisnya keluar masuk memek ustazah lia yang kian basah oleh cairan kewanitaannya. Di atas punggung ustzah lia, pak sakir mengusap-usap leher sang ustazah dari balik kerudungnya, sementara kontolnya masih menggesek-gesek alur punggun ustazah lia.

“Hmmmmm mmmm hhhhmmmm,” ustazah lia menggeram-geram ketika dirasakannya rasa gatal di memeknya kian menjadi. Tangannya menggapai-gapai yang satu ke bawah mengangkat kepala pak sahid supaya menghisap puting susunya lebih kuat, sementara tangannya yang satu menahan tubuhnya yang mulai bergetar.

Ploppp, kontol pak karto lepas dari mulutnya, kepalanya mendongak, mata ustazah lia terpejam. Pak sakir yang paham bahwa sang ustazah hampir mencapai puncak kenikmatan kemudian menarik kerudungnya membuat kepala sang ustazah kian mendongak. Cuhhh, pak karto mludahi mulut ustazah lia yang terbuka, ludah itu langsung mengalir ke tenggorokan ustazah lia membuatnya hampir tersedak. Segala syaraf di tubuhnya terasa berdenyar bersiap menuju puncak kenikmatan. Di belakangnya, pak tanto juga kian gencar menusuk memeknya dalam posisi doggy ketika dirasakannya empotan empotan vagina sang ustazah kian mengerap.

“Auhh uhhh uh ah uuhhhhhhh uuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhh,” ustazah lia meraung, tubuhnya bergetar hebat saat dirinya orgasme. Pak sahid menahan tubuh ustazah lia kuat-kuat dari bawah supaya tidak ambruk, sementara pak tanto menujahkan penisnya kuat-kuat, dirasakannya cairan orgasme ustazah lia membasahi penisnya, hangat, digenggamnya pinggang sang ustazah kuat-kuat, ditepuknya pantat bulat itu dengan penuh gairah.

Ustazah lia menundukkan kepalanya setelah orgasmenya berlalu. Nafasnya terengah engah sementara dari sudut bibirnya air liur meleleh keluar. Ploppp, “Nghhhh,” kepala ustazah lia kembali mendongak merasakan sisa orgasme menyerangnya saat pak tanto mencabut penisnya yang kini basah dari memek ustazah lia.

Pak sakir menarik kerudung ustazah lia menarik tubuh itu berdiri. “hhhmmmmm,” ustazah lia mengerang saat tubuh mungilnya didekap pak sakir kuat-kuat sementara bibirnya dilumat dengan kasar. Dimainkannya lidahnya di rongga mulut pak sakir sementara dengan gemas pak sakir menghisap-hisap bibir bawahnya yang seksi. Dari memek ustazah lia keluar cairan kental kewanitaannya sisa orgasme tadi. Pak sahid yang melihat itu langsung menjilatinya dengan penuh gairah, sementara pak tanto masih dengan penis mengacung pergi ke meja bar dan mengambil bungkusan.
“Ukhti, pakai ini, ganti gamisnya.”

Ustazah lia melepaskan pelukan pak sakir. Diraihnya bungkusan itu. ternyata isinya lingerie hitam menerawang. Dia tertawa, diraihnya sloki yang disodorkan pak karto dan diminumnya, kemudian dibukanya kancing gamisnya dan dicopotnya sampai dia bugil.

Keempat lelaki itu menatap pemandangan eksotis ustazah alim yang kini bugil dan hanya memakai kerudung lebar sepinggang. Dengan gaya menggoda ustazah lia memakai lingerie itu, melenggak lenggok membuat keempat lelaki itu menelan ludah. Pak karto yang pertama tanggap. Ditariknya tubuh ustazah lia ke sofa dengan posisi menelungkup, disambut oleh tubuh pak karto yang menelentang. Penis pak karto yang masih tegang setelah tadi disepong ustazah lia kemudian langsung diarahkan ke memek ustazah lia.

“Memekmu peret sekali ustazahhh,” bisik pak karto saat penisnya mulai menembus memek ustazah lia yang basah karena cairan orgasmenya tadi. Ustazah lia tak menjawab, dia sedikit meringis merasakan penis pak karto yang terasa lebih besar dari penis pak tanto.

“Slapp slappp slappp,” bunyi kocokan penis pak karto di memek ustazah lia terdengar seiring gerakan ustazah lia yang menarik turunkan tubuhnya. Ustazah lia menoleh ke belakang saat dirasakannya benda hangat basah menjilati anusnya.
“Ppp pakkk,” desahnya melihat pak tanto menjulurkan lidahnya di sana. “Kottorrr pakkk, jang ahhhhhh,” dia melenguh merasakan kenikmatan saat jemari pak tanto menyentuh-nyentuh lubang tempat keluarnya kotoran itu.

“Hahaha, tampaknya masih perawan ya ndukk?” sahut pak tanto. Dikocok-kocoknya kontolnya yang basah oleh cairan vagina ustazah lia. Lalu diludahinya anus ustazah lia, “cuhhh cuhhh,”
“Pak, jangan pakkk, ahhh, jangann,” ustazah lia dipeluk erat oleh pak karto, sementara itu matanya membeliak merasakan ujung penis pak tanto menyentuh anusnya, pak tanto mendorong tubuhnya. Tubuh ustazah lia bergetar, dahinya sedikit mengernyit merasakan benda asing menusuk anusnya. Ada rasa nyeri sedikit.
“Ahhhhhh!” dia menjerit keras, tubuhnya ambruk di tubuh pak karto saat pak tanto mendorong tubuhnya keras-keras ke depan membuat anusnya serasa terbelah.
“Hehehe, nanti juga nikmat ndukkk,” pak tanto mengekeh sambil mulai mendorong penisnya keluar masuk di anus ustazah lia. Pada saat yang sama pak karto juga mulai mendorong tubuhnya dari bawah, membuat penisnya kembali bergerak maju di memek ustazah lia.

Untuk sejenak ustazah lia memejamkan matanya merasakan dua penis yang kini menujah dua lubang dalam tubuhnya. Diakuinya ucapan pak tanto benar. Rasa sakit tadi kini tergantikan oleh kenikmatan yang berangsur-angsur membuat tubuhnya kembaii segar. Maka dia kini mulai mengikuti tempo tusukan kedua laki-laki itu dengan menggerakkan pinggulnya membuat penis pak karto makin dalam menusuk memeknya.

“Uhh uhhh, aku ustazahh, uhhhh,” mulutnya mendesah-desah merasakan kenikmatan itu.
“Iya ukhti, kamu ustazahku lonte,” sahut pak karto, tangannya mengelus-elus pipi ustazah lia. Ustazah lia meraih jemari itu dengan mulutnya dan mengulumnya dengan gaya menggoda. Pak tanto mengusap-usap punggung ustazah lia yang tertutupi lingerie, dirapihkannya kerudung ustazah lia yang kusut karena gerakan ketiganya. Betapa bergairahnya dirinya merasakan kenikmatan menyetubuhi ustazah yang kini hanya mengenakan kerudung lebar dan lingerie, threesome pula!

Seolah sepakat, pak sakir dan pak sahid masing-masing duduk di kanan kiri ustazah lia. Kontol keduanya sudah tegang maksimal, dikocok-kocok dengan tangan mereka sendiri. Paham dengan maksud mereka, pak karto lalu menahan tubuh ustazah lia dengan menangkupkan kedua tangannya di kedua payudara sekal ustazah lia. Ustazah lia yang juga maklum kemudian mempercayakan tubuhnya ditahan pak karto, kedua tangannya masing-masing menggapai kontol pak sakir dan pak sahid dan mulai mengocoknya.

Suara desahan dan rintihan memenuhi ruangan itu saat kelimat orang itu dipacu birahi. Sesekali dengan nakal tangan pak sakir mengelus-elus pinggang ustazah lia dari balik lingerinya, sementara pak tanto menarik-narik kerudung ustazah lia dari belakang seperti menarik tali kekang kuda. Pak karto tak kalah nakalnya, tangannya meremas-remas payudara ustazah lia sekaligus menahan tubuh mungil sang ustazah.

Diperlakukan seperti itu tentu saja ustazah lia kalang kabut. Tubuhnya terkunci rapat oleh keempatnya. Maka yang bisa dilakukannya hanya merintih-rintih sambil mempercepat kocokannya kedua tangannya di penis pak sakir dan pak sahid, goyangan pantatnya juga semakin gencar mengikuti irama tusukan di lubang kenikmatannya.
Plakkkk plakkk, pak karto melepaskan satu tangannya dan menampar lembut pipi ustazah lia kemudian kembali menahan tubuh itu. “ustazah Lonte, memekmu enak sekali, hhhh,”
“Memekku enakkkkhh?” ustazah lia menjawab setengah mendesah. Dijulurkannya lidahnya. Air liurnya menetes di dada pak karto.
“Enak sekali ustazah, peret kaya perawan.”

“Hihihi, memek ustazah ahhhhh, kontol kaliannn ahhhh,” ustazah lia mulai meracau. Setelah orgasme tadi tubuhnya memang lebih sensitif, belum lagi ketika dirasakannya rangsangan di semua spot tubuhnya tanpa henti. Dilenting-lentingkannya tubuhnya merasakan remasan tangan kasar pak karto di dadanya. Sesekali jemari pak karto dengan nakal menjepit putingnya membuat mulutnya membuka tercungap-cungap merasakan kenikmatan syahwat yang menggila.

“Ukhti lonteee,” pak tanto mendengus sambil terus menusuk anus. “Lubangmu nikmatt,,gak mirip lonte lainn,” srakk srakkk plokkkkkk, bunyi sentuhan selangkangannya dengan pantat sang ustazah terdengar menggema di ruangan itu. tubuh mungil ustazah lia nampak sangat seksi, berbalut lingerie dan kerudung lebar, terjepit empat lelaki. Sementara di samping, pak sakir dan pak sahid hanya bisa merem melek merasakan kocokan tangan ustazah lia yang kian tak beraturan. Tangan mungil yang lembut dan terawat. Tangan ustazah yang alim.

“Iya donggg pakk, ukhhh, ana kan ukhti alimmm,” rintih ustazah lia, matanya memejam. Mulutnya tak henti mendesah. Rasanya kenikmatan ini tak ada habis-habisnya bagi dirinya. Pengalaman pertamanya melayani empat laki-laki bersamaan juga membuat hatinya berdebar-debar seperti malam pertama.
“Akhhh, terus pak, terussss,” ustazah lia mengerang-erang saat dirasakannya kontol pak karto hampir mentok di memeknya, mengunci selangkangannya yang terus didorong maju oleh tujahan pak tanto di anusnya. “terussssss,” bisiknya makin pelan.

“Iya ukhti, hhhhhhhh,” pak karto mendengus, kini dilepaskannya topangan tangannya di dada ustazah lia, dipeluknya erat tubuh ustazah itu. bibirnya melumat ganas bibir sang ustazah. Lidah ustazah lia mulai menari-nari mencari jalan menuju ke mulut pak karto. Sementara kedua tangannya masih mengocok penis pak sahid dan pak sakir. Lingerinya sudah mulai basah kembali oleh keringat.

Bunyi nafas tertahan ustazah lia terdengar pula setiap kali pak tanto menghentakkan tubuhnya. Memek ustazah lia masih diganjal penuh oleh penis pak karto. “ungghhhhhhh,” tubuh ustazah lia menggeliat geliat saat tangan pak tanto menggusap-usap punggunya lembut. “Ahhh, ana mau kelu..arrr...ahhh,...kontollll,” ucapan ustazah lia mulai tak terkontrol. Syahwatnya mulai menguasai pikiran. Digoyang-goyangnya pantatnya seolah mengharapkan pak tanto menujah anusnya lebih kuat.
Pak tanto surti. Dikabulkannya keinginan ustazah lia. 

Plokkk plokk plokkk, dia makin gencar mengocok lubang kenikmatan ustazah lia. Ustazah lia akan mendongakkan kepalanya saat kenikmatan orgasme kembali menerpanya, tapi pak karto mendekap kuat-kuat tubuhnya dan melumat bibirnya.
“Nnghh!” hanya itu yang sempat keluar dari mulut ustazah lia.
 Tubuhnya bergetar hebat. Pak tanto mendiamkan tubuhnya dan memegang pinggang ustazah lia. Kocokan tangan ustazah lia di tubuh pak sahid dan pak sakir terlepas. Kedua tangannya kini menggapai gapai liar, pantatnya bergoncang hebat.
“Huh huhhh huhhhhh,” dengan nafas terengah engah ustazah lia mendengus-dengus saat bibirnya terlepas dari bibir pak karto. Pak tanto tersenyum kemudian menepuk pantat ustazah lia sambil mencabut kontolnya. Pak karto mendorong tubuh ustazah lia sambil meremas payudaranya.

Ploppp, seiring tubuh ustazah lia yang berdiri, kontol pak karto pun lepas dari memeknya. Dengan liar ustazah lia menatap ke penis pak sakir yang hitam panjang. Dia meraih kontol itu dengan mulutnya dan menghisap-hisapnya seperti gemar sampai pak sakir memaki-maki penuh kenikmatan. “Anjing, lonte, ukhti, anjinggg, ahhh, ukhti binal, ukhti syahwatttt!”

“Hrhhh hrrrhhhh,” hanya jawaban itu yang keluar dari mulut ustazah lia. Birahinya seperti tak habis-habisnya. Dari memeknya cairan kewanitaan dari orgasme keduanya meleleh keluar. Pak tanto menyapu cairan itu dengan jemarinya membuat tubuh ustazah lia menggelinjang.

Pak tanto yang nampaknya sudah punya ide lain kemudian menarik tubuh ustazah lia dan menyodorkan bingkisan baru. “Ustazah, stop dulu, istirahat sebentar, ustazah ganti pake ini.”
Ustazah Lia menurut. Dilepaskannya kontol pak sakir dari mulutnya. Nampak hitam mengkilap terkena air liurnya. “Mukena?” ustazah lia menatap seolah tak percaya. Di tangannya kini tergenggam mukena putih bersih berbahan sutera. Mukena dua potong atas bawah, bukan mukena terusan.
“Iya ukhti, sama pakai ini,” pak tanto menyodorkan kacamata berbingkai hitam. “Kami ingin lihat ukhti menari dulu, sama pidato. Kan ukhti ustazah, pasti bisa pidato.” Sambung pak tanto.

Keempat pria itu lalu duduk di sofa, berdampingan. Ustazah lia mencopot lingerinya yang sudah basah dan melemparkannya ke arah pak sakir. Pak sakir mencium-cium lingerie itu penuh nafsu. Keringat ustazah lia baginya terasa menggairahkan, sama menggairahkannya dengan tubuh mungil itu. demikian juga kerudungnya dicopot.

Setelah mengenakan mukena putih lengkap, ustazah lia kemudian duduk di seberang keempat lelaki itu seperti seorang guru akan mengajari murid-muridnya. Bedanya murid-muridnya ini semuanya telanjang bulat dengan penis mengacung.
“Anak-anak,” suara ustazah lia memulai.

“Hahaha,” keempat pria itu tertawa tergelak-gelak. “Teruskan, teruskan, iya buuu.”
“Kalian harus belajar ngentot sejak dini....” ustazah lia menjulurkan lidahnya menjilati bibirnya dan menatap keempat pria itu.

“Ngentotttt,” teriak mereka berempat sambil mengocok-kocok kontol.
“Karena ngentot itu nikmat, ya enggak?” ustazah lia meremas payudaranya dengan gaya menggoda.
“Iya buuu, setujuu.” Pak sakir tak tahan, dicondongkannya tubuhnya ke depan, meremas payudara ustazah lia.
Ustazah lia menepis tangan itu. “Kamu! Jangan tidak sopan ya.”
“ustazah, contohin ngentottt,” bisik pak sakir sambil mendekap erat tubuh ustazah lia.
“Jangannn, jangan begini, nanti ustazah laporin ke kepala sekolah,” ustazah lia bergaya merengek seperti wanita yang menolak diperkosa. Gayanya yang menggoda seperti itu membuat pak sakir kian gemas. Dilumatnya bibir ustazah lia, “jang....ahhh,” ustazah lia balas melumat bibir pak sakir. Gairahnya kini kembali naik.

pak sakir menurunkan tubuhnya setelah puas, disingkapkannya mukena bagian bawah ustazah lia, Clupppp clupppp, dijilat-jilatnya memek ustazah lia yang lembab dan lengket oleh cairannya. “Ngghhh, anak nakalll,” rintih ustazah lia, “Kamu bikin ustazah ketagihan ngen...totttt!”

Pak sahid mengambil sebotol anggur dari rak. Kemudian dia menuangkan isinya ke dada ustazah lia. “Ahhh, slurppp slurrpppp,” ustazah lia menengadahkan kepalanya menadahi sebagian anggur itu. sebagian lagi membasahi mukena bagian atasnya tepat di dada, membuat busungan sekal di dadanya itu terbayang jelas karena mukena yang lengket di kulit.

Pak tanto langsung meremas remas payudara itu dari depan, dikangkanginya tubuh pak sakir yang masih merunduk sibuk merangsang memek ustazah lia. “Ahhh, kalian ini...ahhh ahhh enakkkkkk,” ustazah lia menggeleng-gelengkan kepalanya menikmati rangsangan dari ketiga laki-laki itu. dari sudut matanya dilihatnya pak karto sedang mengocok-ngocok kontolnya sambil memandang pemandangan ustazah alim bermukena putih bersih sedang dihimpit oleh tiga laki-laki.

“Pppakkk, masukin ppakkkk, ana udah gak tah..hannn,,,” desis ustazah lia sambil meraih-raih kepala pak sakir di selangkangannya. “Ana tak tahann, ahhh, kontolll kontolll,”
“ukhti pengen kontol?” pak sahid menjawab lembut sambil mengusap-usap kepala ustazah lia yang tertutup mukena.
“Iyaaaa, ahh ahhh aaaaaaahhhhh,” ustazah lia menjawab sambil menjambak kepala pak sakir. “Ayo pppakkkk, kontolmuuuu,” sambungnya setengah berbisik.

Pak sakir mengangkat kepalanya. Lalu dia menyuruh kedua kawannya pindah posisi. Pak sahid mendahului pergi ke meja bar. Kontolnya mengangguk-angguk di setiap langkahnya. Lalu dia berbaring menelentang di sana. Meja bar kecil itu memang unik, berbentuk bundar dan tidak terlalu lebar. Pak sakir lalu membopong tubuh mungil ustazah alim yang terbalut mukena putih itu ke sana. Dipaskannya tubuh ustazah lia di atas pak sahid, ditahannya sebentar sampai pak sahid bisa mengepaskan penisnya yang mengacung tepat di lubang anus ustazah lia. Lalu dilepaskannya tubuh ustazah lia masuk ke rangkulan pak sahid.

Jreeeessshh “Aaaahhhhh!” ustazah lia menjerit saat benda kenyal panjang langsung menerobos anusnya seiring tubuhnya yang jatuh ke dekapan pak sahid. Matanya membeliak lebar. Lalu dengan gerakan cepat, pak sakir langsung menusuk memeknya dari depan sambil berdiri. “Nih memek lonteeeeeeee!” serunya.

Tubuh ustazah lia menggeliat merasakan kontol hitam itu menujah memeknya yang sudah licin. Dibandingkan yang lain penis pak sakir memang yang paling besar. sambil menusuk anus ustazah lia, tangan pak sahid menelusup ke balik mukena bagian atas ustzah lia dan meremas-remas buah dada sekal sang ustazah dengan gemas.

“uhhh, dadamu indah sekali ustazah, uhhhhh,” desisnya penuh gairah.
“Ahh Ahh ahhh,” ustazah lia hanya menjawab dengan erangan. Tubuhnya masih meresapi kenikmatan tusukan kontol pak sakir yang liar di memeknya. Urat-urat di batang penis hitam itu terasa menekan-nekan dinding memeknya membuatnya merem melek merasakan kenikmatan syahwat untuk yang kesekian kalinya.

Lalu pak Tanto datang menghampiri. Plakkk, ditepuknya pipi ustazah lia sampai menoleh ke samping. Pak tanto berdiri di samping kepala ustazah lia dan menyodorkan penisnya untuk dikulum. “Hmmmphhhh,” ustazah lia mendesis mengulum penis itu. ada bau kotorannya sendiri tercium sekilas tapi anehnya dia tak merasa mual. Dia malah makin bergairah. Dihisap-hisapnya penis itu dengan liar, “Hngh hngh hngh,” bunyi seperti orang mengejan keluar sesekali di sela kulumannya seiring dengan henjutan pak sakir di memeknya.

Pak karto yang terakhir menghampiri ustazah lia. Dia membelai kepala ustazah lia yang tertutup mukena. Ditatapnya wajah ustazah lia yang nampak keibuan dan alim dengan kacamata bingkai hitam menghiasinya. Selintas terbayang olehnya wajah ustazah yang tinggal di rumahnya yang juga sering dia khayalkan sebagai cewek yang melayaninya. Sang ustazah pun sama memakai kacamata hitam dan selalu memakai baju gamis kombor setiap kali keluar.

Membayangkan itu penisnya makin menegang. Diraihnya tangan ustazah lia dan dimbimbingnya menuju ke penisnya. Tangan itu langsung mengocok-kocok penisnya lembut, kemudian makin lama makin cepat, seiring kepalanya yang bergerak-gerak mengulum penis pak tanto.
“Hhhh, peretnya memek ukhtiiii, anjinggg, memek alim nihhh, ahhh rasakan kontolku rasakann!” pak sakir memaki-maki sambil menusuk-nusukkan kontolnya tanpa henti dengan liar. Sesekali pak sahid bergerak pelan di bawah mengangkat dan menurunkan tubuh ustazah lia membuat kontolnya menggesek-gesek dinding anus ustazah lia yang tadi diperawani pak tanto.

“Hisap terus ustazahku, ahhh hisap terusss, ustazah alim hisap kontollkuuu,” pak tanto berteriak-teriak menimpali, “Hmmphhhhh, hhhh hhhh,” hanya itu jawaban ustazah lia. Tangannya sibuk mengocok kontol pak karto sementara mulutnya pun tak kalah sibuknya menghisap penis pak tanto.

“Hhh, ahhh, Karto, gantian sini, tak tahan aku, sini, hhh,” pak tanto merasa hisapan itu terasa nikmat sementara dia belum mau keluar, maka dia pun pindah posisi dengan pak karto. Penis pak karto kini dihisap-hisap dan dikulum oleh ustazah lia, membuat yang empunya penis mendengus-dengus keenakan. Sementara itu tangan ustazah lia kini mengocok-ngocok penis pak tanto yang sudah licin oleh liurnya tadi.

Aroma ruangan itu mulai kembali menguarkan bau syahwat yang menggelora. Bunyi desahan dan erangan kelima orang itu bercampur baur dengan bau anggur dan keringat. Plokkkk plokkk plookkk, bunyi kocokan kontol pak sakir di memek ustazah lia terdengar sesekali, memek ustazah lia memang sudah licin tapi tetap terasa peret memijat dan meremas batang pak sakir yang hitam panjang.
“Ahhhh ahhhh!” dihisap seperti itu oleh ustazah lia, pak karto mulai tak tahan. Diraihnya kepala sang ustazah dan digerak-gerakkannya lebih cepat mengulum kontolnya itu. pada saat yang sama pak tanto juga merasakan hal yang sama. “Argh, ukhti, terus uhti terus terusssss a...aahh ahhhhhhhhh.”
Pak karto akhirnya orgasme. Ustazah Lia merasakan penis pak karto menegang di dalam mulutnya, kemudian memancutkan sperma di dalam. Dicobanya akan mengeluarkan penis itu tapi pak karto menahan kepalanya kuat-kuat. Dengan mata membeliak ditelannya semua sperma yang dipancutkan penis pak karto.

Crot crottt crottttt, pada saat yang sama dirasakannya pancutan sperma juga menimpa wajahnya, sebagian mengenai kacamatnya. Ternyata pak tanto juga akhirnya orgasme. “Uh uhhh uhhhhhh,” dengus pak tanto sambil memeras batang penisnya, memancutkan semprotan-semprotan sperma di wajah ustazah lia yang terlindungi mukena.

“Hhhhh hhh,” akhirnya pak karto melepaskan genggamannya di kepala ustazah lia. Sebagian spermanya berleleran dari mulut ustazah lia yang terbuka dengan nafas memburu. Mencium bau sperma itu, ustazah lia merasakan denyar-denyar di tubuhnya seolah dirinya pun sudah hampir kembali mencapai puncak kenikmatan.

“Plopppppp,” saat itu mendadak pak sakir mencabut penisnya dari memek ustazah lia.
“Terusshhh hhhh terusssss,” rintih ustazah lia merasa kenikmatannya terhenti mendadak. Lalu dirasakannya pak sahid mengangkat tubuhnya mencopot penisnya dari anus ustazah lia. Dia langsung bangkit dan blesssssss, “ahhhhhh,” penis pak sahid kini gantian menusuk memeknya menyambung kenikmatan yang sempat terhenti.
Pak sakir naik ke meja bar. Dikangkanginya kepala ustazah lia lalu diarahkannya penisnya yang hitam tegak berlumuran cairan vagina ustazah lia. “Sloppppppp,” penis itu masuk menyumbat mulut ustazah lia. Digerak-gerakkannya pinggulnya membuat ustazah lia seperti sedang gosok gigi menggunakan batang penisnya.

“Auhhhhhhhhgggg,” ustazah lia merintih di sela kuluman batang penis itu. memeknya terasa makin gatal seiring tusukan kontol sahid di sana. Satu tujahan, “ahhh,” tubuhnya bergetar. Penis sahid terasa makin dalam menyentuh-nyentuh rongga kewanitaannya. Satu tusukan lagi, “auuuhggggggg ah terusss ahh ahh ahhhh,” dia merintih-rintih, bau penis pak sakir terasa menyengat membuatnya makin cepat meraih puncak.

“Aku hampir keluar ukhti, ahhh, memekmu ketat, aghhh,” pak sahid mendengus dengus. Batangnya terasa seperti diperas di dalam memek sang ustazah. Dirasakannya sesuatu mengalir dari pangkal ke pucuk penisnya, dan akhirnya muncrat seiring kenikmatan.

“Aghhhh, rasakan ahhhh, ukhtiii.” Dicengkramnya pinggang ustazah lia kuat-kuat seiring penisnya memancut-mancut menumpahkan sperma di lorong vagina ustazah lia. Merasakan kehangatan pancutan itu tubuh ustazah lia bergetar hebat, memeknya mengempot kuat lalu matanya membeliak meraskaan kenikmatan orgasmenya yang ketiga malam itu. dia ingin menjerit tapi mulutnya disumpal penis pak sakir yang kian menegang, kian menegang, dan...

“Mphhhhhhhh,” mata ustazah lia kian membeliak merasakan penis di mulutnya juga menyemprotkan sperma dengan ganasnya. Orgasme pak sakir di mulutnya membuatnya merasakan orgasme susulan yang membuat memeknya mengempot makin keras penis pak sahid. Pak sahid melolong-lolong merasaan kenikmatan yang sedemikian rupa tak pernah didapatkannya dari istrinya ataupun pelacur yang pernah dia sewa.

Tubuh ustazah lia berkelojotan hebat. Pak sakir lalu mencabut penisnya dan memuncratkan pancutan pancutan terakhir spermanya di wajah ustazah lia yang kini basah berlumuran keringat dan air mani. “Hhhh,” pak sakir mendesah puas, sementara ustazah lia berbaring lemas dengan nafas terengah-engah. Empat lelaki ini benar-benar memeras kebinalannya malam itu.

Selesai ronde ketiga itu, jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Aroma ruangan itu sudah pepat oleh aroma syahwat dan bau sperma keempat lelaki itu bercampur keringat mereka dan keringat ustazah lia. Ustazah lia bangkit dengan mukena basah oleh keringat dan sperma yang berleleran. Wajahnya juga nampak dipenuhi oleh sperma. Kacamatanya juga tak kalah kotornya oleh sperma nampak putih kental di kaca dan frame hitam yang membingkainya.

“Kau benar-benar hebat ukhti lonte,” desis pak sakir sambil menapok pantat ustazah lia. Ustazah lia tertawa mengikik sambil mengelus penis pak sakir yang menjuntai hitam. Pak sahid memeluk ustazah lia dari belakang, melumat bibirnya ganas. Sementara pak karto duduk terhenyak di sofa, nafasnya masih memburu. Pak tanto duduk di sisi lain sofa sambil memenuhi kembali slokinya.
“Malam yang dahsyat, aku janji kukasih bonus besar lonte alim ini.” Desisnya sambil mengacungkan sloki.

“Aku juga, sebulan sekali kusewa lonte ustazah ini, anjing sekali dia.” Pak Karto membalas sambil balas diacungkannya slokinya.
“Hihiihiii, geliiii,” keduanya menatap ustazah lia yang saat itu sedang mengikik geli karena tubuhnya dipangku oleh pak sakir sementara mulut pak sakir mencucup memeknya yang dipenuhi jembut semrawut tersiram sperma tadi. Pak sakir membopong ustazah itu dan membaringkannya terlentang di meja depan pak karto dan pak tanto. Pak sahid mengikuti lalu duduk di samping pak karto, sementara pak sakir duduk di samping pak tanto.

Posisi ustazah lia kini terbaring menelentang dengan mukena dua potong yang dia kenakan acak-acakan berlumur sperma, tersingkap di sana sini. Sementara di sisi kanannya dan di sisi kirinya empat pria yang telanjang bulat setelah merasakan kepuasan tubuhnya memandangnya penuh gairah.
Pintu ruangan itu terbuka. Dua orang pelayan Pak Tanto masuk mendorong kereta dorong kecil penuh dengan berbagai macam makanan. Dada ustazah lia kembali berdesir melihatnya. Kedua pelayan itu meletakkan kereta barang di tepi meja, kemudian mereka kembali.

“Ayo kawan-kawan, kita kembali berpesta,” teriak Pak Tanto. Dimulainya dengan mengambil tiga potong sosis dari nampan di atas kereta dorong, disingkapkannya mukena bagian bawah ustazah lia, lalu diselipkannya sosis-sosis itu di belahan memek ustazah lia. Setelah itu, disodorkannya mulutnya mendekat, digigitnya sosis itu satu gigitan, “Nggghhhhhh,” ustazah lia melenguh merasakan geli di memeknya. Tak mau kalah, pak karto mengambil es cream dan menumpahkannya di kedua buah dada ustazah lia.

“Auhhhh, hhhhrrrrr ahhhhh,” ustazah lia melenguh merasakan dingin di susunya. Lalu tubuhnya menggelepar gelepar saat dirasakannya dengan buas dua lidah menjilat-jilat es cream di sana, pak karto dan pak sakir. Sementara itu pak sahid meneduhi kepala ustazah lia dari atas, lalu perlahan bibirnya turun dan cuppp cuppp, dilumatnya bibir ustazah lia dengan posisi terbalik.

“Ahhhh ahhh ahhhhh” di ruangan itu kini hanya terdengar suara desahan ustazah lia yang sedang dicicipi oleh keempat pria penuh nafsu. Bunyi kecipak mulut dan ciuman terdengar juga berselang-seling. Tubuh ustazah lia entah kenapa terasa segar, ada desir-desir gairah yang terus memuncak di tubuhnya terutama ketika dia membayangkan bahwa ini baru awal dirinya melayani keempat tamu istimewa itu, waktu 24 jam masih lumayan panjang.

BERSAMBUNG ...


 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com