Hubunganku dengan Fitri pacarku makin hari semakin renggang. Setiap kali aku chat ke dia, "lagi apa Beb...?, selalu slow respons. Kalau udah dibalas, kutanya lagi "koq lama dibalas ?" selalu saja ada alasannya yang terkesan sibuk.
Menurut pengakuannya, beberapa bulan terakhir ini dia sibuk dengan aktivitas belajar sekolah demi mau meraih ranking kelas. Apalagi dalam 2 minggu terakhir itu minggu ujian. Kami sama sekali tidak saling kontak.
Karena udah sifat gw yang suka penasaran, kucari info dari ci Velin. Awalnya Velin gak mau terus terang karena takut gw marahin Fitri. Setelah kudesak akhirnya dia ceritain yang dia tahu.
Memang ada benarnya kalau Fitri agak sibuk dengan kegiatan belajar. Namun tidak jarang ci Velin melihat Fitri sedang berduaan dengan Rizki. Kalau sudah begini pikiran kotorku langsung muncul, kalau Fitri pasti gak akan dikasi ampun sama orang kayak si Rizki itu. Si Fitri pasti udah diajak ngentot sama si Rizki. Ternyata ci Velin pun mengaku kalau pernah kedapatan mereka sedang having sex di rumah Rizki setelah mereka belajar bersama.
Sebagai cowok pasti ada perasaan marah karena gw sudah dibohongi selama ini. Ternyata Fitri diam-diam memang bermain dibelakangku. Di sisi lain gw selama menjalani hubungan pacaran ama dia, gw udah jenuh amat. Gw akui kalo gw memang bukan cowok yang baik. Gw cuma pengen bersenang-senang sama tubuhnya. Gak jarang juga dia kuajak ke rumah gw, lalu di ruang tamu ini tubuhnya gw grape-grape ampe kontol gw masuk ke memeknya. Beberapa kali dia kuajak main ke kamarku saat tidak ada orang di rumah. Salah dia sendiri, siapa suruh dia yang duluan suka sama gw. Mungkin sekarang dia udah bosan sama gw, jadi dia berpindah hati ke Rizki.
Malam minggu ini gw coba pelan-pelan minta penjelasan sama dia. Sesampai di rumahnya sekitar pukul 8 malam, Fitri keluar menemuiku dengan pakaian tidur dan masih mengenakan jilbabnya.
Kuajak dia keluar untuk ngobrol di cafe-cafe ala kampung di daerah sini. Tidak disangka dia menolak ajakan gw. Katanya papa mamanya lagi pergi ke luar kota menghadari acara adat pernikahan keluarga papanya dan besok baru kembali. Di rumah cuma ada kakaknya yang gak berani di rumah sendiri.
Kuberanikan diri untuk minta masuk kedalam rumahnya untuk memastikan kebenarannya. Fitri membiarkan aku masuk kerumahnya. Jadi memang benar kalau di rumah hanya ada dia dan kakaknya. Setelah kami duduk di ruang tamu, ada sesuatu yang bikin gak nyaman. Tidak jauh dari ruang tamu ada kakaknya sedang duduk sambil bermain hp. Kalau kami ngobrol pasti kedengaran oleh kakaknya. Aku harus menunggu sampai kakaknya masuk agar bisa menuntut penjelasan Fitri.
Selama kakaknya di dekat sana, obrolan kami hanya bersifat basa basi. Kebanyakan hanya diam dan bermain hp. Hubungan yang renggang ini membuat kami sulit untuk memulai obrolan. Semakin malam suasana semakin dingin tanpa banyak bicara. Gw semakin mati kutu di sini. Gw udah mulai gak sabar.
Kuberanikan diri bertanya padanya kenapa kakaknya dari tadi duduk di sama. Fitri bilang kalau kakaknya itu penakut, gak berani tidur sendiri di kamar. Dia sedang menunggunya menemani dia tidur. Kalau sudah dibilang gitu, secara tidak langsung kakaknya menungguku untuk pulang supaya Fitri bisa menemani kakaknya di kamar.
Dengan kesal gw minta pamit aja. Selama kakaknya masih menghantui kami, gw gak bisa berbuat apa-apa. Fitripun tidak menahan kepergianku, perasaan sensitif gw bilang kalau dia memang pengen gw pergi dari rumahnya, hanya saja sungkan untuk berterus terang. Gw tetap tenang saja, seakan tidak merasa apa-apa. Lain kali gw akan ungkap kebenarannya, kalau bisa ketangkap basah sedang enak-enakan bersama Rizki. Pokoknya selama dia belum minta putus, gw diamin aja. Lagipula gak ada ruginya buat gw. Otak jahatku berkata, justru kalau gak putus gw masih punya kesempatan untuk mengajaknya untuk bersenang-senang.
Sebelum beranjak dari rumah Fitri, gw mengecek hp gw. Ternyata ada chat masuk dan telepon beberapa kali dari Om Faiz. Gw udah dihubungi sejak dua jam yang lalu. Sekarang ini udah hampir pukul 10 malam dan aku diminta untuk ke rumahnya menemui Om Faiz. Dengan bergegas aku mampir ke rumahnya.
Perjalanan dari rumah Fitri menuju ke rumah om Faiz melewati rumahku. Di depan pagar rumahku ada sekelompok om-om yang sedang nongkrong sambil merokok. Ada yang jongkok, ada yang berdiri dan aada yang duduk di tempat duduk sepeda motor. Aku hanya melewati mereka dan mereka tidak kenal denganku. Sebaliknya aku sepertinya mengenal mereka.
Kulanjutkan perjalananku menuju rumah om Faiz. Kuingat-ingat lagi wajah itu akhirnya teringat kalau gw pernah lihat om itu di warung tengah hutan sawit. Om itu yang sempat mau perkosa Mama. Ngapain dia nongkrong di depan rumahku ?!
Kalau melihat situasi rumahku sih harusnya aman, karena mereka cuma di luar pagar. Gerbang pagar sudah terkunci rapat. Begitu pula pintu rumah sudah terkunci seperti biasa. Mama pasti udah tidur karena kamarnya sudah gelap. Gw sendiri ada bawa kunci rumah, jadi mereka tidak perlu menungguku pulang karena aku bisa buka pintu sendiri.
Sesampai di rumah om Faiz ku ketuk pintunya sambil memanggil Om Faiz. Ada bang Zulman yang biasa dipanggil Maman, membuka pintu rumah lalu menyuruhku segera ke ruang tamu. Dia bilang om Faiz sudah menungguku dari tadi.
Di ruang tamu ternyata sudah ada ci Elena dan ci Ayen sedang duduk membicarakan sesuatu yang penting dengan om Faiz. Akupun bergabung duduk di sebelah ci Elena. Rasanya sofanya agak hangat karena barusan di duduki oleh bang Maman. Menyusul bang Maman berpindah posisi duduk di sofa lain.
"Zalll...!!! dari mana saja kamu Nakk...?! Dari tadi Bapak nelpon kenapa gak dijawab...?! tegas Om Faiz.
"Sorry Pakk...tadi aku lagi di rumah pacar jadi gak bisa nerima nelpon..." kataku jujur.
"Ohhh... jadi kamu lagi bersenang-senang sama pacar kamu sampe gak mau jawab telepon...??! tegas om Faiz.
"Bukan begitu Pakkk... tadi hape aku dalam keadaan silent jadi gak kedengaran ada telepon yang masuk Pakkk...." jelasku.
"Ya sudah kalau begitu... asal jangan senang-senang sampai lupa tanggungjawab... jangan seperti mereka semua ini...!!! tegas om Faiz dengan raut wajah galak sambil jarinya menunjuk-nunjuk ke bang Maman, ci Elena dan ci Ayen.
"Ada apa Pakkk...?! tanyaku bingung.
"Begini Nakkk... sudah berkali-kali kho Afuk papa kalian nelpon ke bapak... dia komplain kalau barang-barang pesanan pelanggan sering terlambat di antar... kadang sampai tidak diantar sama sekali..." jelas Om Faiz.
"Loh jadi ini masalahnya apa Pakkk...?! tanyaku bingung lalu kulihat ke yang lain semua pada tertunduk gak berani menjawab.
"Masalahnya, orang-orang yang menangani udah keenakan sampai-sampai lupa sama tanggungjawab kerja....!!! sindir om Faiz.
"Maksud bapak siapa sihhh...?! tanyaku lagi.
"Siapa lagi..?! Ya mereka-mereka ini Nakkkk....!!! kata Om Faiz sekali lagi menunjuk yang lain.
"Jangan sampai hubungan bisnis bapak sama kho Afuk jadi rusak gara-gara kamu kerja gak bercus Mannn...!!! bentak Om Faiz ke bang Zulman.
"Iyaaa Banggg iyaaa.... maafin sayaaa..." ucap bang Maman dengan rasa bersalah.
"Zalll... kamu tahu gak kalau cicik lu Elena sama kawannya sering dientot sama bang Zulman dan kawan-kawan lain...?! tanya om Faiz.
"Tahu Pakkk....emang kenapa sih Pakk..? tanyaku
"Bagus kalau kamu tahu Nakkk... tapi kamu harus belajar untuk kuat nahan nafsu... kalau entot ya entot kalau kerja ya kerja... habis kerja baru entot... ini abang-abang dan kakak-kakak ini tahunya entot dulu baru kerja... gimana gak timbul masalah....!!!! kata om Faiz.
"Pakkk... ini bukan salah kami donggg... bang Maman yang suka ajakin kami main makanya kami mau...!!! kata Ci Elena membela diri.
"Gak usah bela diri dek....Lu cewek berdua juga gatal.... bapak paham kalau amoy emang bawanya begitu.... gampang diajak ngentot... jadi bukan hanya salah kalian... salahnya itu kau Mannn...!!! kata om Faiz menatap bang Maman dengan marahnya.
"Iya banggg.... maappp....!!! kata Maman tertundak
"Lu amoy berdua juga.... mau aja diajak main sama orang kami...." ledek om Faiz ke Ci Elena dan ci Ayen.
"Pakkkkk....!!! kami ini masih wanita normal lo Pakkk...!! bela ci Ayen.
"Hahahahaha... iya bapak tahuuuu... kalian memang wanita normal.... orang-orang kerja bapak kayak Maman ini juga lelaki normal... jadi bapak sangat menghargai manusia yang normal asal kalian tahu kapan main kapan kerja.... JELASSS...?! tegas Om Faiz.
"Jelas Pakkk...." jawab mereka satu per satu.
"Jadi begini saja... bapak ini orang baik... gak suka kasi-kasi hukuman sama kalian... malah saya mau kalian benar-benar senang dulu biar kedepannya jangan timbul masalah lagi...." kata om Faiz
"Maksudnya apa Bosss....?! tanya bang Maman bingung
Belum sempat dijelaskan tiba-tiba ada yang suara kelakson mobil dari luar.
"Man... cepat kamu bukakan pintu dulu.. ada kawan saya sudah sampai..." perintah Om Faiz. Kami semua menunggu sembari bang Maman membuka pintu.
...............
"Selamat malam bangg Faizzz....!!! sapa seorang tamu lelaki yang wajahnya tidak asing.
"Malam juga bang Samsulll....!!! Gimana kabarnya ?!
"Baikk bangggg..!! jawab Om Faiz menyambut hangat tamunya yang bernama om Samsul. Gw masih berpikir keras tentang siapa lelaki yang bernama Pak Samsul yang rasanya semakin tidak asing. Menyusul di belakang om Samsul menyusul seorang wanita chinese dengan penampilan anggun nan seksi.
"Wei Na...!!!! wanita chinese itu memanggil nama ci Elena dengan nama Tionghoanya. Ci Elana yang tadinya tunduk main hp menatap wanita itu.
"Mamaaaa...!!! ci Elena memanggil wanita itu Mama. Akhirnya aku ingat siapa Pak Samsul dan siapa wanita chinese ini. Wanita chinese ini bernama tante Mei Cen mantan istri Papa. Dulu aku pernah bersama ci Erika diantar supirnya ketemu dia di sebuah perumahan baru. Dan Pak Samsul ini adalah bos yang mendirikan dan memasarkan perumahan baru itu sekaligus bos tante Mei Cen. Maka ci Elena ini adalah anak pertama tante Mei Cen.
"Lu koq ada di sini Naaaaa...?! tanya tante Mei Cen seakan tidak percaya bertemu putri sulungnya di sini.
"Lohhh... Mama juga kenapa bisa ke sini...?! tanya ci Elena kembali.
"Ceritanya panjang Naaaa.... kamu gimana kabarnya...?! tanya tante Mei Cen
"Wahhh...wahhh... siapa ini sayangg...?! Abang gak ngerti kalian bicara apa... habis kalian pake bahasa cina..." kata Pak Samsul memotong pembicaraan.
"Oh iya banggg... kenalin ini anak aku namanya Wei Na...!!! tante MeiCen memperkenalkan ci Elena. Pak Samsul pun mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan dengan ci Elena.
"Elena omm... Wei Na itu nama cina aq..." jelas ci Elena lalu berdiri menyambut jabat tangan Pak Samsul
"Ohh begitu..!? kalau cewek cantik yang satu lagi siapa tuh..?! tanya Pak Samsul menatap ke ci Ayen.
"Kenalin om... ini teman aq namanya Ayen.." kata ci Elena memperkenalkan ci Ayen.
"Ayen ommm...." kata ci Ayen juga berdiri sambil berjabat tangan dengan Pak Samsul
"Anak lu cantik juga ya Cen... mirip sama kamu..." puji Pak Samsul.
"Silakan duduk dulu banggg....!!! kata Pak Faiz.
Dengan segera tante MeiCen duduk di sebelah ci Elena tampak sangat merindukan putri pertamanya. Merekapun saling bertanya kabar dalam bahasa dialek kami.
"Jadi gimana banggg.... si MeiCen sudah siap...pokoknya malam minggu ini abang gak akan kecewa... hehehehe..." kata Pak Samsul, tapi aku masih belum mengerti pernyataan Pak Samsul.
"Bagus banggg... kalian masuk saja dulu ke kamar biasa banggg... nanti saya menyusul setelah bicara sama orang-orang ini..." kata om Faiz.
"Beres banggg....!!! kata Pak Samsul berdiri kemudian menarik tangan tante MeiCen mengikutinya. Padahal tante MeiCen masih kepengen ngobrol dengan ci Elena karena sudah lama gak bertemu.
"Tunggu dulu banggg... aku masih mau bicara sama anakku....!!! tegas tante MeiCen.
"Bicara nya nanti saja setelah kita bersenang-senang.... sekarang lu ikut abang dulu ke dalam....!!! ajak Pak Samsul dengan paksa menarik kuat lengan atas tante MeiCen.
"Tapi bangggg....sudah pokoknya ikuti apa mau abangggg.... jangan banyak cakap lu...!!! paksa Pak Samsul menarik lengan tante MeiCen semakin kuat. Akhirnya tante MeiCen terpaksa menuruti Pak Samsul masuk ke dalam.
"Pakkk... Mamaku mau diajak ke mana..?! tanya ci Elena.
"Sudah dek... gak usah banyak nanya.....kalian ikut saya....!!! perintah Om Faiz. Dari belakang kami semua mengikuti langkah om Faiz yang berjalan menuju ke sebuah kamar yang cukup luas dengan sebuah ranjang besar di tengahnya.
Setelah kami semua masuk ke dalam om Faiz berkata:
Masalah kalian belum selesai.... bapak mau kasi pelajaran sama kalian....jadi malam ini kalian jangan pulang.... silakan kalian ngentot sepuas-puas nya malam ini supaya kalian tahu kalau waktunya kerja ya kerja....waktunya ngentot silakan ngentot... saya harap kelalaian kalian tidak terulang lagi....!!!! jelas om Faiz.
"Apaan sih Pakkk...?! koq jadi begini..?! ucap ci Elena agak menolak memaksa untuk keluar dari kamar namun ditahan oleh om Faiz. Berbeda dengan sikap ci Ayen yang hanya berdiri dengan tatapan kosong.
"Gak usah pura-pura menolak dekk...!! Bapak tahu lu sudah bernafsu... hehehe..." kata om Faiz.
"Naaaa...... sudahlahhh... kita bermalam aja di sini..." kata ci Ayen duduk di tepi ranjang.
"Yennn... emang lu gak takut... kita mau diapain di sini ?! Trus Mama aq juga mau diapain sama mereka...?! kata ci Elena agak ketakutan.
"Gak usah takut Naaaa... apapun yang terjadi kita selalu bersama..." kata ci Ayen berpelukan dengan ci Elena.
"Mannn... kutinggalkan dulu kalian di sini... abang dan kawan abang mau bersenang-senang dulu dengan cik Mei Cen itu... kamu di sini entot saja anaknya dan kawannya itu sampe puas.." kata om Faiz.
"Dan satu lagi biar kamu tahu Man... abang tadi sudah masukkan obat perangsang ke minuman mereka tadi... tuh cewek lesbian tinggal kamu garap..." tambah om Faiz dengan suara bisik agar gak kedengaran ci Elena maupun ci Ayen. Setalah itu, om Faiz meninggalkan kami berempat di kamar.
Kutatap raut muka bang Maman tampaknya murung. Rasanya ada sesuatu yang janggal dengan dirinya. Apakah mungkin karena dia baru saja dimarahi oleh om Faiz.
"Bang Maman kenapa...? koq murung gitu...? tanyaku
Sejenak dia tidak menjawab pertanyaanku.
"Gak apa-apa Zaall... cuma abang kesal aja sama cici lu itu..." jawab bang Maman
"Kenapa kesal bang...? Emang cici aku ada buat salah apa....? tanyaku
"Dia gak bikin salah... cuma abang kesal sama pilihannya..." jawabnya
"Pilihan apa maksudnya bang...? tanyaku
"Jujur abang itu suka sama Elena... tapi ya itu... dia gak mau sama abang...." jawabnya sedih.
"Emangnya abang sudah bilang ke cici kalo abang suka sama dia...?? tanyaku
"Udah beberapa kali Zalll... tapi ditolak terus sama dia..." jawabnya
"Tapi abang sadar kalau abang ini bukan siapa-siapa... cuma lelaki kampung yang gak menarik di matanya.... terus yang paling bikin abang kesal sama cici lu adalah dia lebih milih sama sesama cewek dari pada sama abang...." jelasnya.
"Itu pilihan cici sih banggg...." kataku
"Itu dia maksud abang tadi... abang kesal sama pilihannya... dia bilang semua cowok itu cuma mau manfaatin cewek... padahal abang gak berniat begitu..." katanya.
"Siapa bilang banggg... bukannya abang sering main sama cici... berarti itu termasuk manfaatin dong bangg...?! kataku.
"Hmmm... mungkin awalnya begitu... tapi akhir-akhir ini hati abang makin cinta sama dia Zal..." katanya.
Sembari gw ngobrol sama bang Maman, kuperhatikan ke ci Elena sedang curhat ke ci Ayen. Sekilas kudengar pembicaraan mereka, tampaknya ci Elena takut kalau om Faiz lapor masalah ini ke papa. Kalau sampai papa tahu kejadian ini maka ci Elena bakalan dimarahi bahkan dipukuli papa habis-habisan karena bikin malu keluarga.
"Abang coba yakinkan cici sekali lagi... jangan menyerah banggg..." kataku memberi semangat pada bang Maman.
"Loh...emang lu setuju kalau abang dekat sama cici lu...??? tanyanya
"Kenapa ngak bang.... aku setuju aja..." tegasku.
"Emang lu setuju kalau cici lu didekati sama orang pribumi kampung kayak abang ini...?! tanyanya
"Apa salahnya bang...?! mau orang mana juga sama bang... sama-sama manusia... justru aku lebih suka cici sama laki pribumi biar berbaur bang...." tegasku.
"Oh ya?! Jarang ada orang cina yang bisa mikir kayak elu Zall...." katanya heran.
"Biar abang tahu aja... aku ini anak hasil pembauran banggg... aku ada darah pribumi nya... tapi jangan bilang-bilang cici ya... ini rahasia keluarga aku....hehehe..." kataku.
"Pantesan Zall... lu gak mirip-mirip amat sama orang cina... kalau orang lain gak kenal liat elu pasti mikir lu orang lokal..." kata bang Maman.
"Biarin aja banggg... biar aku bisa dukung pembauran juga... hahahaha..." candaku.
"Mantap Zalll... nanti abang dukung... hahahaha..." katanya.
..........
"Eh banggg... liat tuh..." kataku.
Keliatan obat perangsang sudah bereaksi dalam tubuh ci Ayen. Dia mengajak ci Elana untuk berciuman layaknya pasangan sejenis yang saling mencintai. Suasana hati ci Elena sebenarnya masih sangat takut dan kuatir, tapi reaksi obat perangsang lebih kuat mendominasi. Perlahan keduanya mulai dikuasai nafsu, terutama ci Ayen yang lebih aktif mencumbui ci Elena.
"Zall... lu liat sendiri kan... cici lu maunya main sama yang sesama jenis..." kata bang Maman
"Iya bang... aku pun bingung harus gimana nih..." kataku
"Payah cici lu Zalll... anah-aneh cewek kota zaman sekarang...." keluh bang Maman.
"Jadi ?! Abang gak mau ikutan gabung sama mereka..!? tanyaku.
"Biarin aja dulu... kali ini abang mau mencoba menahan diri... biar mereka puas ngentot sesama jenis...." tegas bang Maman. Terus terang aku agak meragukan perkataannya, sebagai cowok normal pasti bisa terangsang biarpun melihat percumbuan sesama jenis. Apalagi kini sekarang mereka udah saling menelanjangi sampai akhirnya keduanya tanpa busana saling menjilati kelamin dengan posisi 69.
"Yakin bang gak mau ikutan gabung sama mereka...?! tanyaku lagi.
"Lagi berusaha Zalll.... soalnya kontol abang udah keras...."katanya.
"Nanti dulu... abang penasaran, apa sesama cewek tanpa cowok bisa saling memuaskan..." tambahnya.
"Mungkin juga bisa bang... soalnya aku sering ngintip mereka beginian kalo di rumah....hehehe..." kataku.
"Kalo gitu abang mau buktikan dulu... tapi rasanya susah Zalll... kontol abang ngencang..." katanya menyaksikan sambil mengusap kontolnya dari luar celana.
"Ok bang... bentar aku mau ke pergi pipis dulu ke toilet..." kataku.
"Jangan lama Zal... abang udah mau gerak nih..." pesannya.
Aku keluar dari kamar itu menuju ke kamar mandi melepaskan kencingku yang sudah kutahan dari tadi. Setelah lega teringat aku pada om Faiz dan temannya Pak Samsul. Kudekati kamar om Faiz yang agak jauh masuk lagi kedalam rumah untuk menyaksikan apa yang sedang mereka lakukan.
Benar-benar gila, tante MeiCen dihimpit oleh dua lelaki sekaligus. Pak Samsul di posisi paling bawah memasukkan kontolnya ke memek tante Meicen, sedangkan Om Faiz di atas menyodok kontolnya ke lubang anusnya. Tante Meicen menjerit-jerit kesakitan kemasukan dua kontol yang gede banget di kedua lubang selangkangannya.
"Shhhhttt...ssshhhtt......aaaaahhh.....sakitttt banggg....ssssshhhttt..." erang tante MeiCen sambil mendesis menahan perih.
"Ayo banggg... sodok terus boolnya...!!! seru Pak Samsul.
"Kalau sakittt jerittt aja Ciiikkk....abang suka dengar jeritan cik Meicennn....aaaaarrhhh...aaarrrhhh...." ucap Om Faiz.
"Aaaaarrrrhhhh.....!!! Aaaaarrrhhhh....aaaaaahhhhh.....AAAAAHHHHHH.....AAAAAHHH.....!!! jeritan tante Meicen semakin kencang. Gesekan kedua kontol di bool dan memeknya juga semakin cepat. Benar-benar persetubuhan yang panas banget. Benar-benar gak tahan menyaksikan persenggamaan mereka. Kontolku kerasnya bukan main menuntut pelampiasan.
Akupun kembali ke kamar semula mencari kesempatan untuk menuntaskan nafsuku. Sesampai di kamar itu, ternyata bang Maman sudah bergabung dengan mereka. Bang Maman sedang mengenjot ci Elena di ranjang, sedangkan ci Ayen menunggu giliran untuk digenjot. Kasian ci Ayen tampak merana menyentuh punggung bang Maman menanti giliran.
Bergegas aku melepaskan pakaianku sendiri hingga kontolku yang sudah keras menyembul keluar dari sarangnya. Sejak kontolku diobati oleh Ki Jarwo, ukurannya sudah jauh lebih besar layaknya kontol para pejantan pribumi. Sampai ci Ayen pun melirik ke arah kontolku yang siap digunakan.
Aku duduk dekat mereka tepatnya disamping ci Ayen. Tanpa diperintah ci Ayen langsung naik ke atas pangkuanku, memasukkan sendiri kontolku ke dalam liang memeknya yang sudah basah.
"Aaaaaaahhhhh..... kontol lu besar juga Sennnn...." ucap ci Ayen. Akhirnya kontolku dilahap habis oleh memeknya.
"Cici suka sama kontolku...?? tanyaku.
"Sukaaa bangettt Sennnn.....ooooohhhh....yesssss....yesssss...." ci Ayen mulai bergerak menunggangiku. Terasa kontolku keluar masuk memeknya.
"Aaaaaahhh....aaaaaahhhh....bangggg terussss bangggg.... terussss masukin Nanaaaaa...." desah ci Elena. Sejak kapan ci Elena semanja gitu sama bang Maman.
Mendengar suara manja ci Elena membuat ci Ayen terbawa emosi. Ci Ayen semakin kencang bergoyang di atas pangkuanku. Oh, enak sekali goyangan ci Ayen yang terbawa nafsu bercampur emosi. Suara desahan ci Ayen dan ci Elena seperti bersaing mendapatkan kepuasan dari kami para lelaki.
Kupeluk erat tubuh mulus ci Ayen sambil menjilati payudaranya. Malah ci Ayen semakin menyodorkan kedua bukit kembarnya hingga wajahku masuk di antara kedua bukit mulus kenyal itu. Nafsunya makin mengebu-gebu, untung aku masih kuat meladaninya.
Ci Ayen memang tipe wanita yang mendominasi dalam permainan ranjang. Berbeda dengan ci Elena yang lebih pasrah, sehingga dia mengikuti kemauan bang Maman yang ingin menyetubuhinya dengan gaya yang berbeda.
Karena ci Ayen itu tipe yang tidak mau didominasi, akibatnya dia hanya menuntutku bersetubuh dengan durasi yang lama. Setelah merasa lelah bergoyang di pangkuanku, dia memintaku untuk mengenjotnya dari atas. Sempat beberapa kali dia mengalami orgasme, sampai akhirnya aku menumpahkan pejuku ke dalam memeknya. Sungguh ini malam minggu yang sangat melelahkan karena persetubuhan kami berakhir sampai pukul 3 subuh. Sangkin lelahnya, kami berempat ketiduran dalam satu ranjang sampai pagi.
Keesokan hari sekitar pukul 7 pagi, aku keluar dari kamar itu. Ci Ayen dan bang Maman masih tertidur sedangkan ci Elena sudah tidak ada di ranjang. Ternyata ci Elena duduk di kursi teras sedang ngobrol dengan tante MeiCen mama kandungnya.
MeiCen: Pokok lu tenang aja... masalah ini gak akan ketahuan papa lu..."
Elena: Tapi gimana mama bisa yakin...? Bisa aja nanti om Faiz bakal laporin ke papa..."
MeiCen: Nanti mama bilangin ke bang Samsul... mama suruh sampaikan ke bang Faiz supaya jangan lapor ke papa lu..."
Elena: Beneran ya Maaaa..."
MeiCen: Iya Naaaa... serahin ke mama aja.."
Elena: " Ngomong2 koq Mama mau sama orang kayak Pak Samsul gitu sih....??
MeiCen: (terdiam sejenak) Mama juga gak tahu kenapa... yang jelas Mama merasa nyaman aja..."
Elena: "Emang Mama udah resmi pacaran ama dia...?
MeiCen: "Belum Naaaa...."
Elena: "Terus semalam Mama diajak ke mana sama Pak Samsul...?
MeiCen: "Ada aja dehh... "
Elena: " Apa sih Maaaa.... kenapa Mama gak mau jawab pertanyaan aq...?
MeiCen: "Ini privasi Mama Naaaa....Mama gak mau jawab..."
Elena: " Koq gitu sih Maaa....???
...............
"Zaaaalll.....!!! panggil om Faiz dari dalam ruang tamu. Sesampai di sana om Faiz sedang duduk ngobrol bersama Pak Samsul.
"Ada apa bapakk....?? jawabku lalu duduk mengisi kursi yang kosong.
"Barusan bapak bicara dengan Pak Samsul, kalau minggu depan kita akan berangkat liburan ke Bali selama 10 hari... benar begitu bang Sam...?
"Betul Zalll... om ini seorang pengusaha developer perumahan... liburan ini dalam rangka memberikan apresiasi untuk tim marketing om yang sudah capai target penjualan proyek perumahan om... salah satu anggota tim marketing nya ya itu cik MeiCen...." jelas Pak Samsul
"Jadi berhubung Pak Samsul ini kawan baik bapak... kita ikut diajak juga... lagipula kamu kan lagi masa liburan sekolah bukan....?! nanti bapak juga akan ajak mama kamu sekalian..." kata om Faiz
Setelah pembicaraan ini selesai, aku bergegas untuk pulang ke rumah untuk memberitahukan kabar ini ke Mama.
Sesampai di rumah pintu pagarnya tadi terkunci, tetapi pintu rumah gak terkunci. Aku langsung masuk ke dalam rumah melihat ruang tamu agak berantakan, tidak seperti biasanya selalu rapi. Beberapa puntung rokok jatuh ke lantai. Semalam pasti ada tamu yang datang ke rumah.
Kudekati kamar tamu yang pintunya tidak tertutup rapat. Setalah buka pintu, rupanya Mama dan ci Velin sedang terbarung di ranjang dalam keadaan tanpa pakaian sedang tidur kelelahan. Semalam pasti ada pertempuran panas di ruang ini, aroma baunya yang bercampur aduk rokok dan peju masih terasa.
Biarlah mereka tidur dengan nyenyak dan aku kembali ke kamarku untuk tidur kembali setelah melalui malam minggu yang melelahkan.
Apakah Mama mau ikut dalam liburan ke Bali ?
Mungkinkan Papa mengizinkan Mama untuk pergi liburan ?