𝐂𝐚𝐥𝐨𝐧 𝐌𝐞𝐫𝐭𝐮𝐚 𝐃𝐚𝐧 𝐂𝐚𝐥𝐨𝐧 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏𝟐 𝐈𝐁𝐔 𝐃𝐀𝐍 𝐀𝐍𝐀

 


Hari demi hari terus berlalu, setelah malam sebelumnya kini Arban nampaknya benar benar kewalahan karena harus mengurusi pekerjaannya yang terasa tidak ada habisnya ini. Bahkan Ana juga merasakan hal tersebut dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan Arban yang sibuk.

Berpindah tempat, nampak di suatu ruangan terdapat seorang wanita yang sedang bekerja menghadapi beberapa dokumen penting. Namun isi kepalanya benar benar tidak bisa fokus akan pekerjaannya tersebut, karena vaginanya sedang bergetar hebat akibat sebuah vibrator mini yang ditempatkannya sedari berangkat ke kantor untuk mengatasi nafsunya yang sudah tidak terbendung belakangan ini.

"Ahhh sial, aku udah gakuat" Eluh wanita tersebut dengan wajah yang sudah merah merona karena menahan birahi.

Bahkan terlihat keringat sebesar biji jagung sudah sedari tadi menghiasi wajahnya.

Dengan segera, dirinya mengambil handphone miliknya dan membuka aplikasi untuk mengirim pesan. Walaupun enggan, hanya inilah harapan satu satunya.

"Tuan." Isi pesan darinya dengan tubuh yang rasanya sebentar lagi rasanya akan meledak.

" ? " Balasan dari seseorang di seberang sana setelah beberapa menit lamanya.

"Memek tante lagi pengen di kontolin sama kamu please, memek tante rindu diacak acak sama kontol tuan." Pinta wanita tersebut, tidak lupa dirinya segera mengirim foto perihal kondisinya kini dengan wajah yang dibuatnya menjadi sebirahi mungkin untuk menarik minat tuannya tersebut.

"Lagi sibuk, lonte cabul."


Mendapati balasan dengan ucapan tersebut, tentu bagi orang normal akan marah dan merasa direndahkan. Namun tidak untuk dirinya, pesaan tersebut malah membuatnya semakin bernafsu dan ingin merendahkan dirinya semakin rendah lagi.

"Tante janji layanin tuan sebaik mungkin, tante mohon." Bujuk wanita tersebut dengan sungguh sungguh.
"Aku tunggu di rumah jam 1"

Lega... Begitulah yang dirasakannya sekarang setelah mendapat kabar tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul 11:50 dan jarak dari kantor miliknya ke rumah yang dimaksud cukup jauh sehingga mau tidak mau dirinya pun segera bergegas dan nampak masih menggunakan pakaian dinas miliknya.

Tidak butuh waktu lama, kini si wanita tersebut telah berada di depan pintu rumah yang dimaksud oleh isi pesan sebelumnya. Sebelumnya mengucapkan salam dan memanggil si empunya rumah, kembali dirinya merapikan pakaian dinas miliknya yang nampak cukup ketat sehinggan dengan jelas memperlihatkan lekuk tubuh miliknya. Dengan ini dirinya yakin bahwa lelaki dalam rumah ini akan mampu dirinya tundukkan hari ini.

“Assallamualaikum.. Assallamualaikum...” Cukup lama dirinya berdiri di depan pintu tersebut sembari menunggunya terbuka.

Cklek...

Nampak seorang laki laki muda dan tampan muncul dari balik pintu tersebut dengan tubuhnya yang atletis dan sorot matanya yang tajam membuat sang wanita terpana selama beberapa saat. Sampai dirinya sadar bahwa laki laki di hadapannnya kini adalah calon menantunya sendiri atau kekasih dari anaknya sendiri yaitu Ana.

Dengan sedikit senyum merendahkan, kembali Arban masuk kedalam rumah tanpa mempersilahkan Bu Dewi untuk masuk yang membuat Bu Dewi sedikit canggung untuk kali ini setelah mendapat tatapan yang entah apa maksudnya.

Dengan perlahan kini Bu Dewi melangkah masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

“Tuan.” Ucapnya sambil terus memperhatikan punggung Arban yang semakin jauh. Kini akalmya benar benar hilang akibat nafsunya yang sudah menggebu gebu.

Dirinya sempat berpikir bahwa Arban akan membuatnya mengemis lagi kali ini, namun ternyata Arban berhenti tepat di sebuah kursi dan mulai duduk. Jika dulu Bu Dewi seakan akan selalu jual mahal, namun kini benar benar berbeda karenaa dirinya telah tunduk pada nafsunya sendiri.

Melihat hal tersebut, Bu Dewi segera melangkah dengan perlahan dan mulai berlutut tepat di depan Arban sambil menatap keatas.

“Cih lacur” Ucap Arban sambil mengelus pipi Bu Dewi dan sesekali memasukkan jari jarinya ke dalam mulut Bu Dewi yang disambut oleh Bu Dewi dengan mengemut jari jarinya tersebut.

“Nghh tuan shhhh..” Desis Bu Dewi sambil mengeluarkan lidahnya dengan begitu binal, seakan akan kini dirinya lupa bahwa pejantan yang berada di depannya ini adalah kekasih anaknya sekaligus calon menantunya sendiri.

“Kenapa lonte?” Tanya Arban sambil mulai mengeluar masukkan jarinya pada mulut Bu Dewi yang langsung dijilati oleh Bu Dewi layaknya anjing yang sedang menjilati sebuah tulang dengan begitu lahap.

“Slurp.. slurp.. slurp... ngh mau kontol tuan, memek lonte udah gatal.” Pinta Bu Dewi sambil terus menjilati jari tengah Arban dengan begitu lincah dan telaten yang sedikit membuat Arban merinding karena kegelian.

“Menggonggong dulu dong biar kek anjing lonte” Ucap Arban sambil mulai mengaduk jarinya dalam mulut Bu Dewi yang membuat Bu Dewi sedikit mual dan ingin muntah.

“Nghh guk guk guk...” Dengan sigap Bu Dewi segara merangkak dan mulai menggonggong. Dengan tubuh yang masih terbalut oleh pakaian dinasnya membuat tubuhnya benar benar menjadi semakin sexy. Bahkan di belakang sana, pantat Bu Dewi benar benar tercetak jelas akibat begitu montok.

Dengan begitu binalnya, nampak Bu Dewi terus menggonggong layaknya seekor anjing sambil mengeluarkan lidahnya, sehingga membuat air liurnya mulai menetas ke lantai dengan harapan Arban segera memberikannya kenikmatan pada tubuhnya.

Tidak ada lagi harga diri yang terdapat pada dirinya jika sudah berhadapan dengan tuannya. Itulah gambaran Bu Dewi saat ini.

Tidak ingin berlama lama lagi, nampak Bu Dewi mulai merangkak maju dan menjilati selangkangan Arban yang masih tertutupi oleh celana training. Sesekali Bu Dewi menggigit kontol Arban tersebut yang diketahuinya sudah mulai menegang dan mengeluarkan bau khas.

Karena merasa tidak tahan lagi, Bu Dewi pun segera bangkit dengan membelakangi tubuh Arban dan mulai duduk tepat diatas selangkangan Arban.

“Oughhh tuan ayo buka, masih ketutup tapi udah kerasa banget kerasnya tuan.” Pinta Bu Dewi sambil mulai menggoyangkan pinggulnya seakan akan sedang mengulek diatas selangkangan Arban menggunakan buah pantatnya yang montok dan padat.

“Buka apa lonte?” Tanya Arban kembali, diikuti dengan kedua tangannya yang kini sudah hampir berhasil meloloskan semua kancing kemeja dinas Bu Dewi dan mulai meremasi payudara calon mertuanya tersebut dengan begitu lembut. Bahkan sesekali Arban menjilati leher dan bahu Bu Dewi yang membuat Bu Drewi makin menggila dan nafasnyapun semakin tidak beraturan.

Permainan baru saja dimulai namun pada leher Bu Dewi sudah terdapat beberapa cupangan dan vaginanya sudah basah kuyup.

“Kontol tuaaan ughhh..” Jerit Bu Dewi yang merasa tubuhnya sudah benar benar panas, bahkan dirinya merasakan bahwa putingnya sudah mulai mengeras akibat rangsangan pada payudaranya yang sebenarnya masih ditutupi bra.

“Apa?” Nampak Arban terus mempermainkan Bu Dewi, namun kini tangannya mulai melepaskan kemeja Bu Dewi hingga menyisakan bra yang juga langsung dicopotnya. Sehingga payudara Bu Dewi bergelantung bebas layaknya buah yang siap dipetik.

Setelah Arban membandingkan tubuh antara calon istri dan calon menantunya ini, sebenarnya tubuh keduanya nyaris sama. Hanya saja, payudara dan buah pantat Bu Dewi lebih montok berisi yang wajar saja pikirnya dikarenakan Bu Dewi adalah seorang ibu yang sudah pernah melahirkan dan menyusui.

“Kontool tuan kontol kontol...” Teriak Bu Dewi yang langsung menggema ke seisi rumah dengan tubuh yang rasanya sudah mulai menegang.

Sementara payudaranya kini sudah dipermainkan oleh Arban dengan sesekali putingnya dipelintir yang membuat Bu Dewi merem melek akibat birahinya yang naik turun. Bahkan kini terasa vaginanya sudah mulai berkedut seakan akan ingin orgasme dan terkencing kencing.

“Bukannya ni anjing udah punya suami ya? Kok minta kontol punya suami anaknya sendiri sih?” Ejek Arban sambil mendorong Bu Dewi agar bangkit dan mulai menurunkan resleting rok dinas milik Bu Dewi yang dengan cepat kini Bu Dewi telah berhasil ditelanjanginya.

“Nghh kontol punya suami anak tante enak, gede, keras, shhh bisa muassin memek tante yang gatal yang cabul tuan. Cuman kontol tuan yang bisa. Oughh kurang ajar kamu ahhh..” Jawab Bu Dewi sambil berdiri tenang menunggu tindakan Arban selanjutnya.

“Kalau kontol punya suami tante?” Dengan kasar Arban mulai meremasi payudara Bu Dewi sambil sesekali memerahnya seakan akan dirinya sedang memerah susu sapi.

“Nghh kontol punya tante lembek, gaenak, kecil, gabisa muasin memek tante yang udah ketagihan sama kontol tuan.” Nampak Bu Dewi yang sedang membelakangi Arban pun mulai duduk tepat diatas kontol Arban yang ternyata juga sudah dikeluarkan juga oleh Arban. Ada rasa marah ketika dirinya berkata seperti itu pada Arban. Namun lagi lagi, nafsunya telah menutupi akal sehatnya dan jika dirinya ingin rudal kebanggaan Arban masuk kedalam vaginanya, maka dirinya harus menuruti Arban.

“Ughhhhh.... tuaaaaaaaaaaannnn...” Desis Bu Dewi menikmati orgasme pertamanya yang benar benar nikmat ketika kepala kontol jumbo Arban berhasil membelah vaginanya.

Plok...

“Shhh gedeeee tuan, guk guk guk... kontolin memek anjing ini tuan ahhh..” Desah Bu Dewi sambil mulai menurunkan pinggulnya, yang membuat vaginanya seperti sedang melahap kontol Arban.

Setelah kontol penjatannya tersebut sudah terasa mentok hingga rahimnya, Bu Dewi nampak berhentisebentar untuk mengatur nafasnya agar kembali normal. Namun kepalanya terasa oleng dan kosong seketika ketika Arban memeluk tubuhnya dengan sangat erat diikuti dengan rahimnya yang terasa panas akibat Arban yang mengencingi rahimnya secara langsung.

“Tuaan ughh ampun tuan ampun shh nghhh...” Jerit Bu Dewi sambil menaik turunkan pinggulnya yang tentu saja membuat Arban gemas sehingga dirinya terus mengencingi rahim Bu Dewi tersebut hingga air seninya terasa benar benar habis.

Kini bukan hanya rahimnya yang terasa panas, air kencing Arban tersebut bahkan membuat perut Bu Dewi seperti terisi penuh dan panas oleh air seni dari tuannya. Sehingga Bu Dewi terus memompa vaginanya sendiri dengan begitu liar.

“Ah ah ah enak tuan enak uhh kontol tuan enaak..” Desah Bu Dewi yang merasakan lendir vaginanya bercampur dengan air seni calon menantunya sehingga menjadi pelumas bagi persetubuhan mereka.

Cukup lama keduanya bertahan pada posisi tersebut, Bu Dewi nampak tidak kehabisan tenaga sama sekali walau tubuhnya sudah dibanjiri oleh keringat sebesar biji jagung.

Plok.. plok.. plok.. plok...

Suara benturan selangkangan pasangan tersebut terasa begitu merdu berirama dengan desahan desahan yang hanya keluar dari mulut Bu Dewi.

“Tuann ah mau pipis tuan, boleh?” Eluh Bu Dewi kembali ketika merasakan vaginanya juga akan mengeluarkan air kencing.

“Tidak boleh anjing, tolol. Cabut cepat.” Bentak Arban sambil menampar payudara Bu Dewi.

“Ouhh tuaaan gakuaat aghhhh...” Lolong Bu Dewi diikuti dengan tubuhnya yang mengejang hebat dengan cairan orgasmenya yang kembali mengalir deras diantara sela sela kelamin mereka.

Plok..

Setelah merasa bahwa Bu Dewi sudah usai dengan orgasmenya, Arban segera mencabut kontolnya dan menjambak rambut Bu Dewi yang masih ditutupi oleh hijab.

“Jilat, bersihkan tuh anjing” Bentak Arban sambil menekan kepala Bu Dewi ke arah selangkangannya.

“Nghh iya tuan” Ucap Bu Dewi yang langsung melahap kontol tuannya tersebut tanpa rasa jijik sama sekali.

Slurp slurp slurp....

“Mphhh kontol..” Ucap Bu Dewi sambil terus menjilati kontol Arban hingga benar benar bersih, dimulai dari ujung hingga pangkalnya. Bahkan buah zakar Arban juga tidak luput dari servis Bu Dewi kali ini.

Sementara dibawah sana, Arban juga terus meremasi payudara Bu Dewi dan sesekali menamparinya yang membuat Bu Dewi sedikit merasa perih pada payudaranya tersebut.

“Guk guk guk..” Mendapati perlakuan tersebut, Bu Dewi kembali menggonggong dengan wajah binalnya dan hijab yang sudah nampak berantakan.

“Nungging lonte.” Perintah Arban sambil beberapa kali menampari pipi Bu Dewi menggunakan kontolnya.

Tidak menunggu untuk diperintahkan kedua kalinya, kini Bu Dewi sudah memasang posisi menungging membelakangi Arban.

“Shhh tuan ughh jangan disitu tuan..” Pinta Bu Dewi ketika merasakan anusnya mulai direcoki dengan benda tumpul yang cukup gemuk. Namun dirinya hanya bisa menjerit dan pasrah ketika benda tersebut terus memaksa masuk kedalam anusnya.

Setelah berusaha cukup keras yang diiringi dengan jeritan jeritan Bu Dewi, nampak Arban berhasil memasukkan setengah alat kelaminnya pada anus Bu Dewi tersebut dan langsung disodoknya tanpa ampun berulang kali.

“Ah ah ah tuan enak tuan enaaaak ughh anus tante periiih.. anus tante penuuuhh tuan..” Jerit Bu Dewi sambil menggelengkan kepalanya seolah olah sangat menikmati permainan kali ini.

Plak.. plak.. plak...

Cukup keras bunyi yang dihasilkan dari tamparan Arban pada buah pantat Bu Dewi kali ini, diikuti dengan dirinya yang menarik kedua lengan Bu Dewi kebelakang sehingga membuat Bu Dewi hanya bertumpu dengan lututnya saja.

“Tuaaan ughhh jangan..” Kali ini Bu Dewi benar benar tidak tahan karena merasakan anusnya yang benar benar menjepit kontol calon menantunya tersebut.

Bahkan selama ini pantatnnya yang montok selalu menjadi alasan suaminya untuk tidak menyodok vaginanya dalam posisi nungging karena ukurannya yang tidak begitu panjang. Sementara kini berbeda dengan Arban yang justru benar benar menyiksa anusnya dengan begitu hebat yang tentu saja memberikannya sensasi baru.

“Mamah sama anaknya sama sama anjing ternyata.” Ejek Arban sambil terus memperkosa dan sesekali menjilati leher jenjang Bu Dewi.

“Oughh tante mau pipis..” Terang Bu Dewi dengan suara yang sudah gemetar dan serak.

Plok..

“Aghhhh apa itu tuan?” Tanya Bu Dewi ketika merasakan sesuatu kembali dimasukkan kedalam vaginanya.

Dengan segera Arban ternyata memasukkan sebuah vibrator dengan getaran max pada vagina Bu Dewi yang membuat Bu Dewi semakin histeris akibat rangsangan pada kedua lubang kenikmatanntya.

“Tuan ahh ahh ampun tuan enak banget ngentot sama tuan.. memek tante bisa gila tuaaaaaan...” Terbayar sudah rasa birahinya selama ini, Bu Dewi benar benar iri dengan anaknya yang tentu saja bebas ingin ngentot dengan Arban. Sementara dirinya, haruslah mengemis terlebih dahulu jika ingin mendapatkan ini semua.

“Tapi suami tante udah mau balik nih.” Ucap Arban sambil melepaskan lengan Bu Dewi yang membuat posisi tubuh Bu Dewi kini seperti sedang sujud dengan pinggul yang terangkat tinggi, sementara kepalanya berada dilantai.

“Nghh memek lonte ini cuman buat tuan ugghh.. tubuh lonte ini punya tuan.. ayo sayang sodok tante.” Dengan suara yang sedikit lemah, Bu Dewi nampaknya benar benar kehabisan tenaga dan hampir tidak sadarkan diri.

Mendapati ucapan Bu Dewi tersebut, Arbanpun hanya diam dan mulai meningkatkan ritme permainannya pada anus Bu Dewi yang membuat anus Bu Dewi terasa melonggar.

“Tuann oughh mau pipiiiiis tuaan, tante mohoon....” Teriak Bu Dewi sambil mendongakkan kepalanya dan tangannya berusaha meraih Arban.

Setelah Arban mencabut kontolnya dari anus Bu Dewi, nampak Bu Dewi pun pipis dilantai dengan posisi merangkak dan mengangkat satu kakinya seperti anjing yang sedang kencing dengan tubuh yang mengejang hebat. Rupanya Bu Dewi kembali orgasme walau permainan mereka terjeda sehingga setelahnya Bu Dewi pun ambruk tepat diatas genangan air seni miliknya. Bahkan vibrator yang dimasukkan kedalam vaginanya tadi kini sudah terlepas.

Tidak ingin memberikan Bu Dewi waktu untuk beristirahat, Arban pun segera memposisikan Bu Dewi seperti sedang kencing tadi dengan mengangkat salah satu kaki Bu Dewi lalu mulai menyodok nyodok memek Bu Dewi dengan kasar sehiinggga membuat Bu Dewi kembali meracau hebat.

“Enak jadi lonte?” Tanya Arban sambil terus menyodok memek Bu Dewi yang nampak sudah memerah dan benar benar bengkak.

Mendapati pertanyaan tersebut ternyata Bu Dewi menggeleng sambil mengatur ritme pernapasannya.

“Tante mau jadi lontepun kalau ga dapat kontol gede tuan sia sia aja aghhh..” Jawab Bu Dewi yang langsung merasakan panas pada kepalanya karena dijambak oleh Arban.

Tanpa kenal ampun, Arban segera mencabut kontolnya dan menarik kepala Bu Dewi untuk melahap kontolnya tersebut lalu langsung mengencingi mulut lonte barunya tersebut. Bahkan air kencingnya tersebut tidak dapat dapat langsung ditelan oleh Bu Dewi, namun tetap dipaksakannya sehingga Bu Dewi langsung melotot dengan pipi yang menggelembung. Sebagian air kencing tersebut juga turut mengalir keluar melalui hidung Bu Dewi hingga Arban selesai.

Setelah mulutnya kembali bebas, ternyata Bu Dewi sama sekali tidak mencabut mulutnya dan malah menjilati kontol Arban untuk membersihkannya sehingga mendapatkan pujian dari calon menantunya tersebut berupa tamparan tamparan kecil pada pipi Bu Dewi.

Setelah usai, nampak Bu Dewi yang benar benar kelelahan dengan vaginanya seperti robek dan terasa panas. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kenikmatan yang dirasakannya jauh lebih nikmat dari apapun dan membuatnya seperti melayang.

“Ckckck lacur sialan, bangun gih.” Ucap Arban sambil meremas payudara kiri Bu Dewi dan menariknya keatas.

“Aghhh ampun.” Eluh Bu Dewi yang merasa kesakitan.

Dengan sigap, Bu Dewi segera bangkit. Ketika melangkah, nampak jelas dirinya begitu kesulitan karena selangkangannya terasa penuh dan kembung. Sementara Arban masih duduk santai seakan akan tidak terjadi apa apa.

Bahkan dirinya sama sekali belum orgasme yang membuat Bu Dewi gigit bibir sekaligus bingung. Jika ingin melanjutkan permainan ini, dirinya haruslah istrihat terlebih dahulu karena benar benar kelelahan. Bahkam waktu sudah menunjukkan pukul 15.10 yang berarti mereka sudah bermain sekitar 2 jam lebih.

“Tidak usah pusing lonte kalau capek, istirahat saja terus balik. Sebentar malam Ana mau kesini soalnya.” Jelas Arban yang sepertinya tau kebingungan Bu Dewi.

Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Bu Dewi kecewa dan sedikit cemburu karena disini sudah berada dirinya, namun Arban lebih menunggu Ana yaitu anaknya sendiri untuk menumpahkan spermanya. Namun Bu Dewi tidak punya pilihan lain dan segeraa melangkah ke arah kamar.

“Mau kemana? Bersihkan dulu itu lantai.” Tutur Arban yang nampak mulai sibuk dengan Hp nya tanpa beranjak sama sekali.

Sementara itu Bu Dewi segera melangkah ke ruang cuci dengan lemas untuk mengambil kain lap lalu mulai membersihkan lantai tersebut.

Tidak lama setelahnya, Arban kembali memanggilnya untuk duduk di depan tv di ruang keluarga yang langsung diturutinya. Dengan tidak malu untuk memilih duduk di pangkuan Arban dengan kondisi telanjang.

Setelah tv menyala, terlihat jelas dirinya ketika di awal permainan mereka tadi hingga berakhir yang rupanya direkam oleh Arban dari sudut ruangan. Pada rekaman tersebut, wajah Bu Dewi benar benar terlihat jelas dengan begitu binal. Terdengar pula desahan desahan Bu Dewi yang begitu histeris diikuti dengan hinaan hinaan yang merendahkan Bu Dewi dari Arban. Setelah menonton video tersebut selama beberapa menit ,kini Bu Dewi kembali digendong oleh Arban dan memeknya kembali dihujami oleh kontol Arban.

“Oughhh ampun tuanku kontol..” Eluh Bu Dewi yang hanya bisa pasrah karena sudah lemas.

Plok... plok... plok...

Suara benturan selangkangan keduanya kembali terdengar yang bahkan kini menjadi lebih nyaring.

Karena takut jatuh, Bu Dewi pun memeluk leher Arban dan kakinya juga memeluk erat tubuh Arban, yang membuat Arban semakin bebas untuk mengaduk aduk vaginanya dengan kasar menggunakan kontolnya.

Setelah bertahan di posisi tersebut selama 20 menit. Kembali Bu Dewi merasakan ingin orgasme diiringi dengan desahan miliknya yang diputar pada TV yang terus menyala.

“Tuan ah ah ah anjing agh cabut bangsat uhhhhhh ampun anjing ampun huhuhu tuaan ampuun...” Pinta Bu Dewi sambil mulai berontak diatas tubuh Arban dengan suara yang sudah histeris ketika dirinya kembali orgasme namun Arban terus menggenjotnya tanpa kenal ampun.

Dirinya benar benar seperti ingin pingsan saat ini, tulang tulangnya terasa lepas dari seluruh persendiannya dan vaginanya mulai mati rasa sehingga membuat dirinya tidak bisa berbuat apa apa lagi.

Hingga akhirnya Bu Dewi merasakan sebuah cairan dengan deras memaksa masuk kedalam rahimnya hingga luber dan mengalir keluar dari sela sela vaginanya yang masih tertancap oleh kontol calon menantunya sendiri.

“Aggh tuuaaan tante gakuaat, memek tante penuuh tuaan shhh oughh tuaan...” Setelahnya Bu Dewi juga kembali orgasme untuk sekian kalinya dengan tubuh yang menegang serta kesadarannya yang benar benar hampir hilang.

“Enak nggak tante?” Tanya Arban sambil menurunkan Bu Dewi dari tubuhnya tepat diatas lantai seperti sebuah barang.

Hening.. Rupanya Bu Dewi telah pingsan yang membuat Arban tersenyum puas.

Setelahnya, Arban pun segera bersih bersih lalu kembali melanjutkan pekerjaannya mulai dari menggambar desain perumahan hingga menghitung R.A.B dari desainnya tersebut.

Setelah beberapa saat, Bu Dewi tersadar bahwa dirinya habis pingsan dan dengan buru buru dirinya mulai menggunakan kembali pakaiannya, lalu bersiap untuk pulang karena khawatir Ana akan datang kesini yang nampaknya haripun sudah mulai gelap.

Dirinyapun tidak sempat untuk berpamitan pada Arban yang kelihatannya masih sangat sibuk di ruang kerjanya.

Ketika di perjalanan, Bu Dewi merasakan bahwa tubuhnya sudah benar benar kelelahan dan pegal pegal sehingga dirinya memutuskan untuk langsung kembali kerumah secepatnya.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, pada akhirnya Bu Dewi pun sampai kerumah dan bergegas masuk dengan buru buru.

“Loh, mamah darimana?” Tanya Ana dengan wajah menyelidik ketika berpapasan dengan ibunya tersebut.

“Emm.. mamah abis dari pinggiran kota buat survey masyarakat, makanya kaya capek banget gitukan?.” Jelas Bu Dewi yang benar benar gugup.

“Hmm iyasih, aku pikir mamah darimana. Yaudah deh, aku mau keluar ya mah ke rumah Arban sekalian bawain dia makan.” Ucap Ana sambil memamerkan rantang miliknya yang sudah terisi berbagai menu makanan.

Iri dan cemburu.. mulai merasuki hati Bu Dewi namun segera ditepisnya, bagaimanapun juga Ana adalah anaknya sendiri yang harus dia pastikan anaknya tersebut bahagia. Jadi tidak mungkin dirinya berniat untuk merebut Arban dari anaknya sendiri.

“Iya sayang, hati hati ya.” Ucap Bu Dewi yang langsung mengikuti langkah Ana dengan sorot matanya ke arah luar.

Setelah memastikan Ana sudah pergi, dirinyapun segera ke kamar pribadi miliknya dan memutuskan untuk mandi. Namun setelah melepaskan semua pakaiannya, betapa terkejutnya Bu Dewi ketika melihat bahwa cairan pada vaginanya telah mengering dan ketika membuka Hp nya dirinya seger mendapati bahwa Arban telah mengirimkan sebuah video kepadanya dengan durasi 4 jam. Tentu saja itu adalah video persetubuhan mereka barusan.

“Nantii ada permainan yang lebih seru, dah lonte.”

Deg... membaca pesan tersebut seketika membuat tubuh Bu Dewi membeku.

BERSAMBUNG

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com