POV ARBAN
Setelah selesai dengan segala urusan dirumah sakit tersebut, segera aku mengajak Ana untuk kembali kerumah sesegera mungkin. Berat sekali rasanya jika harus terus menerus berada disini dengan segala pekerjaan yang semakin hari justru akan semakin menumpuk.
Setelah kami sampai dirumah, aku segera mengecek semua daftar pekerjaan yang sudah membuatku kembali pusing karena benar benar terbengkalai walau hanya beberapa hari kutinggalkan. Beberapa teman yang kuberikan tanggung jawab pun juga keteteran karena kesulitan berkomunikasi dengan beberapa orang selama diriku jatuh sakit.
Cukup lama fokusku berpusat pada komputer di ruang kerja miikku kini. Hingga ketika kulihat Ana mengintip dari daun pintu dengan wajah yang terlihat ragu.
“Kenapa sayang?” Tanyaku sambil berusaha tersenyum semanis mungkin padanya.
“Udah dong kerjanya, kamunya lagi sakit tau.” Ucap Ana dengan wajah khawatirnya yang kutau sedang berusaha membuatku luluh dengan wajah manisnya tersebut.
“Iya sayang. Terus sekarang aku ngapain kalau ga kerjain ini? Kamu taukan kerjaan aku numpuk banget.” Dengan segera aku mematikan komputer milikku lalu menatap lekat wajah manis wanita di daun pintu tersebut.
“Mandi aja ayo sayang, aku habis siapin air hangat tuh buat kamu mandi.” Pinta Ana dengan senyuman yang kembali merekah karena aku selalu menuruti keinginannya.
Karena tidak ingin membuatnya kembali sedih setelah masa sakitku, maka aku segera berdiri dan menggendongnya untuk ikut ke dalam kamar mandi.
“Aaaaa apaloh sayang, jangan duluuu ih. Aku lagi kuliah via zoom sayang.” Jerit Ana sambil berusaha turun yang sepertinya tau aku akan melakukan apa pada dirinya.
“Iya sayang iya, orang cuman bercanda kok hahaha..”
Setelah aku menurunkannya, nampak Ana segera berlari ke kamar karena takut aku akan kembali menggodanya.
Melihatnya berlari seperti itu, sebenarnya kembali membuat rasa jahilku muncul. Tapi mengingat kesehatanku yang benar benar harus segara pulih, maka aku memutuskan untuk segera mandi agar kembali segar.
.....
“Sayang, ambilin handuklah. Kelupaan tadi.” Air hangat yang disiapkan Ana untuk mandi rasanya begitu segar sehingga membuatku betah berlama lama dibuatnya.
“Nih, kamu yakin beneran mau ikut acara bentar malam?” Tanya Ana padaku sambil menyerahkan handuk yang kuminta, yang tentu saja langsung kuiyakan.
“Iyalah sayang, kasihan dong teman teman juga udah siapin banyak hal terus akunya malah ga ikut.”
Ucapku sambil melangkah keluar dari ruangan kamar mandi tanpa mengenakan apapun setelah mengeringkan badan.
“Hmm yaudah deh, aku gaikut kamu dulu ya. Soalnya temen temen aku pada mau datang kesini buat nonton film. Boleh nggak?” Ucap Ana yang sedang berdiri di hadapanku sambil menatapku dengan tatapan memohon agar aku memberinya izin atas permintaannya tersebut.
Mendengar permintaannya tersebut, tentu saja membuatku cukup kesal. Ternyata alasannya menolak ikut denganku adalah film korea yang entah apa gunanya tersebut. Sehingga aku ingin memberinya sedikit hukuman.
“Nungging coba.” Ucapku sambil meremasi buah pantatnya yang masih ditutupi oleh daster.
Paham akan maksudku tersebut, kekasihku tersebut segera membelakangi diriku dengan pasrah dan wajah yang sedikit cemberut, lalu mulai membungkukkan tubuhnya yang membuatku sangat bernafsu akibat bongkahan pantatnya yang begitu semok tersebut.
Tanpa berlama lama lagi aku segera mengangkat daster yang digunakannya.
Plak.. Plak...
“Ouhh.. Nghhh..” Desis Ana akibat pantatnya kutampari dengan begitu gemas.
Tidak mau kalah, nampak Ana dengan nakal mulai menggoyangkan buah pantatnya ke kanan dan ke kiri seakan ingin menggodaku.
Plak.. Plak... Plak...
“Ahhhh... Enaaak.. Lagi sayang...” Pinta Ana sambil terus menggoyangkan pantat bulatnya tersebut.
Plak.. plak.. plak...
"Shhhh lagiii nghhh shit.."
Cukup lama aku menikmati kegiatanku tersebut hingga kedua buah pantat Ana benar benar memerah.
Nakal... Tanpa aba aba akupun segera menempelkan kepala kontolku tepat di pintu masuk vagina Ana yang ternyata sudah sangat basah.
“Kok udah basah ajasih sayang?” Tanyaku ketika merasakan vagina Ana benar benar lengket.
“Ahh,, gatauuuu...” Jerit Ana sambil menoleh padaku dengan wajah yang sudah memerah terbakar birahi.
Tanpa berlama lama lagi aku segera memasukkan kepala rudalku kedalam vagina calon istriku tersebut.
“Nghhh... Pelan pelan sayang, punya kamu ge... Oughhhh yaaaaaaaang shhh fuck ughhh....” Pinta Ana yang langsung kujawab dengan hentakkan dari kontolku hingga mentok dan membuatnya menjerit dan menegang hebat hingga bola matanya memutih.
“Sempit banget sial ah..” Umpatku ketika merasakan kontolku sangat kesulitan untuk masuk secara keseluruhan.
Walau sudah berkali kali, bahkan ribuan kali kujamahi. Namun, vagina Ana ini sangat berbeda dengan vagina lain dan benar benar menjepit sehingga benar benar membuat kontolku ketagihan.
“Cabuuut.. Ouhhh... ngiluuu banget kontool shit.... cabuuuut...” Pinta Ana sambil menjerit kencang.
Tanpa memperdulikan permintaannya tersebut, akupun segera menarik pinggulnya agar semakin mentok dan mulai memaju mundurkannya dengan kasar.
Setelah beberapa saat, vagina Ana semakin basah dan terasa mulai membengkak.
“Ah.. ah.. ah... enak banget shhh nghh kontol..kontol... ngh cabuuuut oouhhh..” Desah Ana ketika vaginanya mulai kugenjot dengan sangat kasar dan liar.
Plok.. plok... plok...
Bunyi peraduan antara kelamin kami begitu intens memenuhi seisi rumah diiringi desahan binal betina liar yang sedang kugagahi ini layaknya seekor anjing.
“Ouhhh ah ah ah kontol nghhh teruuuus shhh..” Desah Ana sambil yang kini mulai memaju mundurkan pinggulnya seakan akan menyambut sodokan yang kuberikan dengan suka cita.
“Enak sayang?” Tanyaku sambil mulai meremasi payudara miliknya yang masih tertutupi oleh daster miliknya dengan begitu gemas.
Plak... Plak...
Tak kunjung mendapatkan jawaban, kembali aku mendaratkan tamparan pada kedua bongkahan pantat miliknya.
“Jawab sayang”
“Enak bangeeeet ah ah ah kontol kamu enaaak sayaaaaang... terus kontolin memek aku sayang ahhh shh ahhh nghh kontol enaaakk nghh..” Jawab Ana sambil mendesah tak karuan.
“Gini?” Ejekku sambil memperlambat sodokkan rudalku pada vaginanya yang justru membuatnya gemetar dan merinding.
“Ouhhhh jangaaaan kontooool... aku pengeeeen pipiiiiiiis...” Jerit Ana yang benar benar histeris.
Dengan cepat akupun segera menghentakkan kontolku pada memek yang sudah mulai membengkak ini agar semakin mentok dan terasa menabrak rahim Ana.
Terasa di dalam sana cairan squirt Ana dengan deras mengalir begitu hebat dan terasa panas, namun tersumbat oleh sebuah benda tumpul.
Bukannya ingin mencabut benda tumpul tersebut, nampak Ana malah merapatkan tubuhnya padaku agar kelamin kami semakin mentok.
Mendapati tindakannya tersebut, akupun mulai kembali menggenjotnya dengan ritme perlahan.
“Ouhhh memek aku enak banget shit nghhh.. aku udah ketagihan kontol kamuuu kalau gini terus yang oughhh fuckk..” Desah Ana dengan tubuh yang sudah mulai basah oleh keringatnya sendiri
“Hahahaha.. bagus dong, memek cabul...” Mendengarnya berkata seperti itu, akupun tidak mau kalah dan mulai mempermainkan kedua payudaranya dengan remasan yang begitu kuat sambil sesekali menamparinya layaknya buah pepaya yang memilik tekstur kenyal.
“Ah ah ah ah ampun shhhh aku mau keluaaaaaar ughh fuck fuck fuck ampuuuun...” Jerit Ana kembali yang nampaknya akan segera orgasme.
Dengan kasar akupun mulai kembali mempercepat ritme permainan kami yang membuat Ana semakin histeris.
“Ah ah ah gilaaaa ah ah ampun kontooooooolll ampun fuck ouhh memek aku bisa robeeek....”
Diikuti dengan jeritan hebat tersebut, nampak tubuh Anapun mengejang begituu hebat diikuti dengan orgasmenya hingga tubuhnya nampak benar benar terkulai lemas.
Tidak ingin permainan ini segera berakhir, aku segera menggendong tubuh mungil wanitaku tersebut ke kasur dan segera menindihnya sambil menjilati lehar jenjangnya yang sangat menggoda.
“Ahhh sabar.. aku oleng banget sayang” Pinta Ana sambil menahan tubuhku yang ingin mulai mencumbu dada montoknya tersebut.
“Tumben, biasanya kuat deh walau aku hajar berjam jam” Ejekku sambil tersenyum mengejek.
“Ahh kamu kan masuk rs lama banget sayang. jadi ya aku belum terbiasa.” Ucap Ana beralasan.
“Jadi? Udahan nih?” Tanyaku sambil memasukkan salah satu jari tanganku ke dalam vagina Ana dan mulai mengocoknya perlahan.
Clek.. clek... clek...
“Jangaan shhh...” Ucap Ana sambil menyosor bibirku dengan liar hingga membuat percumbuan kami terasa begitu panas.
“Nghh masukin kontol kamuu...” Ucap Ana dengan nada yang begitu manja.
“Kamu dong diatas” Godaku sambil meremasi payudaranya yang masih ditutupi oleh daster.
Dengan cepat kini kami sudah berganti posisi untuk gaya WOT
“Nghh kontol gede” Puji Ana ketika tubuhnya sudah tepat berada diatas rudal kesayangannya tersebut.
“Lonte.. masukin cepat
“Oughhhh..” Desis Ana ketika tubuhnya perlahan mulai turun dengan vaginanya yang seperti sedang melahap kontolku hingga ¾ nya.
Bukannya mulai melayani kontolku tersebut, diatas sana Ana terlihat seperti kehabisan nafas yang membuatnya sangat ngos ngossan.
“Aku gakuat nghh kontol kamu mentok ke rahim aku sayang” Ucap Ana yang ternyata merasa seluruh tubuhnya benar benar kehilangan kekuatannya untuk bergerak.
Tidak ingin semakin berlama lama, dengan sigap aku mulai kembali menggenjot memek binal betinaku ini dari bawah yang membuatnya mendesah hebat hingga tak karuan.
“Ah ah ah shhh kontoool nghhh terus ah ah ah enak ampun kontol ampuuun oughhhh..” Mendapati perlakuan tersebut nampak Ana berusaha mencabut vaginanya diiringi dengan desahannya yang begitu kencang.
Melihat payudara Ana yang nganggur, akulun tidak ingin menyia nyiakan hal tersebut dan meremasinya seperti meremasi sebuah balon.
Plak... plak... plak...
Suara selangkangan kami yang saling menghantam benar benar terus bergema dengan Ana yang berada diatas nampak seperti keasikat tapi menimatinya.
Tidak mau kalah, dengan binal kini Ana mulai memegangi tanganku untuk meremasi payudaranya terseebut. Bahkan kini vaginanya sudah benar benar banjir dengan aromanya yang khas.
“Hahahaha, enak?” Tanyaku sambil tertawa puas melihat kebinalan yang melanda salah satu wanitaku ini.
“Oughhh shh aku bisa gila kalau kamu giniin terus yang ah ah ah tubuhku buat kontol kamuuuuuuuu shit ahhhhh...” Jeritnya hingga tubuhnya ambruk dan kembali menggelepar diatas tubuhku layaknya ikan yang kehabisan nafas akibat orgasmenya untuk kedua kalinya.
“Yah 2-0 nih...” Ejekku sambil memeluk kekasihku yang sudah benar benar hampir kehilangan kesadaran ini.
“Jangan cabut nghh ahhh... diemin aja...” Paham akan tindakanku yang ingin mengakhiri permainan ini, Ana malah merengek agar kami tetap berada pada posisi seperti ini. Cari mati...
“Seponginn dong”
Paham akan diriku yang belum klimaks, terasa kontolku seperti dujepit oleh memek Ana trssebut yang memberikan sensasi nikmat walau tidak senikmat menghujam memeknya dengan kasar tentunya.
“Nghh kontol kamu kuat banget... Memek aku bisa robek tau..” Eluh Ana yang sebenarnya kutau selalu keawalahan menghadapi nafsu sexku ini.
“Kamukan ada 3 lobang sayang..” Ucapku sambil salah satu jari tanganku mulai mengelus lubang anal miliknya.
“Ah jangan.. aku gamau dulu anal..” Rengek Ana yang diikuti dengan matanya yang mulai terpejam.
Cukup lama kami bertahan diposisi tersebut karena Ana yang sama sekali tidak ingin berganti posisi. Karena juga cukup kelelahan, pada akhirnya akupun juga turut ikut tertidur dengan kondisi aku belum mencapai puncak sama sekali.
......
Kring.. Kring.. Kring...
Aku terbangun oleh suara telepon yang begitu nyaring, tidak ingin semakin terganggu oleh bising dari benda tersebut maka akupun segera mengangkat panggilan tersebut...
“Halo, assallamualaikum kak..” Ucap suara seorang wanita diseberang dengan ragu ragu.
“Hmm, siapa?” Tanyaku pada pemilik suara tersebut yang tidak kuketahui karena menggunakan nomor baru.
“Ini kak, saya dari pihak acara mau konfirmasi soal undangannya kita yang udah pernah dikasih kak. Kebetulan acaranya udah mau dimulai sekitaran 25 menit lagi, jadi apa mungkin ya kita bisa segera untuk hadir kak.” Ucap wanita tersebut yang kutebak merupakan adik tingkat ku dijurusan dengan nada yang begitu lembut.
“Ok..” Jawabku sekenanya.
Setelah membangunkan Ana dari atas tubuhku, akupun mulai bersiap siap dan segera berkendara ke lokasi dimana kegaiatn tersebut diadakan dengan waktu yang menunjukkan pukul 20:13 WITA. Pada dasarnya, sebenarnya kegatan ini untuk setiap tahunnya hanyalah sekedar makan bersama yang biasa saja dan diadakan oleh mahhasiswa baru kami dijurusan. Tapi entah ide darimana, kini mereka menambahkan agenda bincang bincang bersama kami yang merupakan kakak tingkat mereka sehingga banyak senior yang lebih tua dariku pun juga ikut hadir pada kegiatan ini.
Setelah sampai akupun memilih memarkirkan kendaraan dibawah sebuah pohon yang cukup sepi guna memudahkan untuk keluar dari parkiran nantinya ketika akan pulang.
“Halo assallamualaikum kak, selamat datang.” Sapa seseorang secara tiba tiba dari arah belakang yang membuatku refleks berbalik badan.
Sial, aku dibuat terkejut oleh sambutan anak ini yang kukira adalah penunggu pohon ini. Nampak wanita cantik dengan balutan gamis tertutup dan longgar berwarna cokelaat kini berdiri di hadapanku, wajahnyapun begitu manis dan cantik dengan tinggi badan hanya sampai bahu milikku yang membuatku cukup memujinya dalam hati. Selain itu, dia juga memiliki payudara yang begitu bulat dibalik gamis yang digunakannya ini walaupun dirinya sudah berusuha menutupinya, tentu saja mata liarku dapat mengetahuinya dengan mudah.
“Ah, kau membuatku terkejut.” Ucapku setelah tersadar bahwa yang menyapaku tersebut adalah wanita dengan tubuh yang membuatku sedikit berfantasi.
“Oh iya maaf kak, nama saya Nesya sebagai anggota panitia acara kegiatan ini. Saya tadi udah konfimasi ke kakak lewat handphone jadi saya langsung sambut kakak.” Terang Nesya tanpa jeda yang hanya kutanggapi dengan diam.
“Hehehe, mari kak arban silahkan masuk. Teman teman kakak juga udah banyak yang datang kok.” Mendapati diriku yang tidak tertarik untuk mengobrol, dirinyapun segera mengajakku untuk masuk kedalam.
Sialan anak ini, banyak wanita milf yang sudah kujadikan mainan tapi baru kali aku terpesona dengan seorang wanita lebih muda. Tubuhnya sangat sexy yang membuatku sangat gemas seakan akan ingin menggenggam pinggang mungilnya tersebut dengan satu tangan. Namun payudaranya benar benar menarik bagiku.
Setelah masuk ke aula dirinyapun segera izin untuk mengurus hal lainnya, aku juga sebenarnya tidak terlalu mengikuti alur kegiatan accara ini dan sibuk berbincang dengan beberap senior yang sejak awal diriku masuk ke kampus sudah akrab dengan mereka. Berkat mereka jugalah aku diajari banyak keterampilan baru dan skill komunikasi yang lebih baik dari awal. Beberapa masalah sengaja diberikan padaku untuk mengasah skill penyelesaian masalah milikku yang selalu berakhir pujian dari mereka. Sehingga ketika mereka bekerja, tidak jaraang mereka meminta bantuan dariku baik dari segi melengkapi SDM mereka yang kurang dengan beberapa orang dariku maupun sekedar mengobrol untuk bertukar saran dan mendapat.
Setelah beberapa saat acara tersebut berlangsung, aku dibuat begitu terkejut karena seserang terpeleset dan minuman yang dibawanya jatuh menyiram kemejaku.
“Sial..” Umpatku yang sadar bahwa ini adalah kemeja hadiah dari Ana.
Melihat hal tersebut, aku cukup lama terdiam dan beberapa temanku datang untuk menghakimi seseorang yang telah membuatku basah dengan sirup tersebut yang ternyata adalah seorang mahasiswa baru. Namun, tidak lama setelahnya aku kembali meendengar suara yang cukup familiar.
“Maaf kakak kakak senior... maaf.. teman saya tadi buru buru jadinya ga hati hati. Saya sebagai temannya mohon maaf sebesar besarnya.” Dengan berani wanita tersebut datang dan melindungi temannya tersebut.
Setelah kucermati beberapa saat, ternyata seseorang yang ini menjadi pahlawan ini adalah Nesya yang baru saja memperkenalkan dirinya padaku beberapa saat tadi sebagai panitia acara ini.
“Maaf.. maaf.. bodoh.. kamu nggak lihat dia basahin siapa hah?” Tanya Ardi yang sangat kesal karena melihat diriku basah seperti ini.
Ardi sendiri merupakan salah satu sahabatku yang cukup sering meminta saran dan bantuan dariku sehingga dirinya sangat segan padaku sebagai salah satu sahabatnya.
“Astaghfirullah kak, kan temanku ga sengaja ya allah maaf kak.” Pinta wanita tersebut yang nampaknya sangat terkejut atas kemarahan teman temanku dengan wajah sedikit memelas, walaupun dengan jelas kulihat wajahnya cukup dongkol karena mendapatkan tekanan mental dengan kalimat bodoh.
“Ceroboh bangetsih jadi orang, punya mata nggak hah!!? Jadi junior gada sopan sopannya.” Bentak Rimba dengan nada yang cukup tinggi sehingga memancing perhatian beberapa orang. Tatapan mata Rimba memang dikenal sangat sangar sehingga beberapa orangpun takut untuk menatapnya.
Mendapati bentakan tersebut, nampak kedua wanita ini sangat terkejut dan mulai takut. Bahkan wanita yang dilindungi oleh Nesya tersebut sudah mulai menangis tersedu sedu karena seperti akan dimakan hidup hidup oleh kedua sahabatku kini. Tidak hanya itu, mereka juga pasti akan dimarai oleh teman teman panitia lainnya yang juga lebih senior dari mereka setelah ini.
“Kak tolong ya, saya udah wakilin teman saya buat minta maaf. Kami minta maaff banget kak.” Pelas Nesya dengan suara yang juga sudah mulai gemetar karena menahan rasa takut dan juga ingin menangis namun berusaha terlihat berani.
“Iya, aku tanya kamu tau nggak dia basahin siapa!!?” Bentak Rimba kembali sambil menyeret kedua wanita tersebut hingga berdiri tepat di hadapanku tapi mereka sama sekali tidak berani menatapku karena pikir akupun akan memarahi mereka dengan sama kasarnya.
Setelah beberapa saat untuk berusaha menoleh padaku, Nasya benar benar terkejut ketika melihat diriku yang sedang terdiam memperhatikan mereka sedari tadi.
“Kak...”
Mendapati dirinya yang cukup terkejut, akupun cuman mengangkat kedua alisku sebagai respon untuk dirinya. Bahkan untuk berbicaara padaku saja dirinya sudah ciut ketika melihat wajahku yang sengaja kupasang ekspresi marah, walaupun sebenarnya aku sedikit kagum dengan sifaatnya barusan. Berani menghadapi bentakan Rimba saja sebagai salah satu kakak tingkatnya yang dikenal ringan tangan dirinya begitu berani.
Namun, bukannya takut dirinya malah balik memolotiku dan memegang erat jemari temannya seakan akan ingin malawanku.
“Sudahlah, biarkan mereka pergi.” Ucapku sambil tersenyum meremehkannya.
Mendengar ucapanku tersebut, Nesya segera pergi sambil mendengkus kesal. Diikuti dengan pandanganku pada buah pantatnya yang begitu menggoda walau tertutupi oleh gamis panjangnya tersebut.
“Siapa? Mukanya asing.” Tanyaku pada salah satu Asklan yang kini sibuk sebagai asisten dosen juga sehingga tentu dirinya mengenal para mahasiswa baru.
“Yang mana?” Tanyanya balik dengan raut penasarann.
“Yang mau jadi pahlawan.” Ucapku sambil terenyum kembali.
Mendengar ucapanku tersebut, teman temanku kembali tertawa dam dapat kulihat Nesya kembali memolotiku karena tau kami menertawakannya.
“Ohh, dia mahasiswa pertukaran dari kampus lain di kota sebelah. Karakternya emang gitu, keras kepala tapi baik ke teman temannya. Dia punya prinsip kuatsih terus alim gitu.” Terang Asklan setelah berusaha mengingat beberapa saat.
Sepertinya aku menemukan mainan baru lagi pikirku...
BERSAMBUNG