𝐔𝐤𝐡𝐭𝐢 𝐀𝐫𝐢𝐧𝐚 & 𝐆𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐨𝐭𝐨𝐫 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟏𝟐 -𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝-

 


3 bulan berlalu setelah kejadian itu,

Aku sudah kembali ke kehidupan normalku. Eh tidak normal banget sih. Karena rupanya aku telat 3 bulan dan ternyata setelah aku coba melakukan test pack, hasilnya aku positif hamil. Saat ini aku hanya bisa pasrah pada keadaan. Semua telah terjadi dan tidak ada yang perlu kusesali. Toh janin dalam perutku adalah darah dagingku sendiri walau ayahnya aku tidak tau yang mana

Semua lelaki disana sudah menanamkan benihnya ke rahimku. Semua lelaki disana sudah berlomba-lomba menghamiliku dan aku tidak tahu sperma siapa yang menjadi pemenangnya.

Aku merahasiakan ini semua dari keluargaku. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi padaku, baik teman-teman kajianku ataupun keluargaku. Aku memang tidak ingin mereka tau kebenaran yang sebenarnya, aku tidak mau mereka khawatir terhadap diriku. Aku yakin aku bisa melaluinya seorang diri tanpa memberikan beban kepada teman-teman ataupun keluargaku. Walau terkadang tersirat keinginan untuk mengakhiri hidup ini, rasanya aku tidak kuat menanggung aib yang kutanggung seorang diri ini.

Memang aku menikmati momen malam itu. Momen dimana sisi liarku bisa kulampiaskan seutuhnya. Momen dimana aku mengikhlaskan tubuhku disetubuhi oleh pria-pria yang tidak kukenal itu. Walau awalnya terpaksa, lama-lama aku pun menikmatinya. Menikmati perzinahan ramai-ramai kami malam itu. Jika aku membayangkan kejadian itu, aku memang menyesalinya. Tapi tak bisa kupungkiri, aku selalu masturbasi jika memikirkan hal itu. Aku merindukan kehadiran kontol mereka di kemaluanku. Rindu sekali.

Sampai suatu hari aku tanpa sengaja bertemu ikhwan bernama Aldy saat menghadiri sebuah kajian di sebuah gedung serbaguna di kotaku. Seperti biasa Aldy terlihat tampan sekali. Senyunnya memang begitu memanjakan mata. Aku sadari, banyak Akhwat yang diam-diam curi-curi mata kepada ikhwan tampan itu, banyak juga akhwat yang menjadikan Aldy sebagai topik utama bahan ghibah mereka. Aku yang saat itu hanya sekedar mendengar tidak ambil pusing dan tidak ikut nimbrung dengan pembicaraan tidak penting itu.
“Assalamu’alaikum Ukhti Arina...”, kata Aldy mengejutkanku dari belakang

“Wa’alaikumsalam akhi.. Afwan ana tidak tahu akhi hadir juga di acara ini”, jawabku

Kembali Aldy tersenyum setelah bertemu denganku. Memang sepertinya kami sudah jarang betemu akhir-akhir ini. Mungkin karena kesibukan kami masing-masing, atau memang aku yang 1-2 bulan ini jarang mengikuti kajian besar karena kepikiran dengan jadwal mensku yang tak kunjung datang.

Terlihat sekali wajahnya begitu lega setelah bisa melihatku kembali. matanya sesekali mencuri pandang ke wajahku yang kututup dengan cadar berwarna merah muda hari ini. Walau sebagian besar ia lebih banyak menunduk dan menghindari menatap wajahku terlalu lama

“Bagaimana kabar anti?”, tanya Akhi Aldy sambil tersenyum ramah

“Alhamdulillah baik akhi..”, jawabku sambil tertunduk karena senyuman akhi Aldy begitu menggoda

“Ukhti Arina...”, sapanya mengejutkanku karena Akhi Aldy tidak meneruskan ucapannya

“I.. iya Akhi..”, jawabku terbata karena entah mengapa jantungku jadi berdebar-debar menunggu apa yang akan disampaikannya.

Jika memang dia ingin mengajakku ta’aruf kali ini aku pasti akan menerimanya. Jika memang ia langsung mengajakku menikah, aku pun pasti akan langsung menerimanya dengan senang hati, karena aku pun sebenarnya ada rasa dengan ikhwan tampan ini. Aku akan jujur kepadanya dan akan kuceritakan semua apa yang telah terjadi padaku. Aku akan bercerita saat ini aku sedang hamil akibat diperkosa oleh para gang motor itu. Entah dia bisa menerimaku atau tidak, aku pasrahkan semua kepadanya. Tetapi aku sangat yakin jika Akhi Aldy benar-benar menginginkanku, ia akan menerima ku apa adanya. Ia akan menerima semua kekuranganku apa pun itu.

“Ukhti Arina.. Afwan.. ini ana bermaksud kasih anti undangan nikah. Ana akan menikahi Ukhti Sarah, besok sabtu akad nikahnya. Anti datang ya..”, ujar Aldy dengan senyum manisnya

Bak tersambar petir di siang bolong, hatiku hancur sehancur-hancurnya. Tiba-tiba air mataku tak mampu kubendung saat itu juga. Aku coba tahan air mataku agar tidak jatuh. Pasti akan sangat memalukan jika aku terlihat menangis di hadapan Akhi Aldy. Begini rupanya rasa hati yang tersakiti. Aku semakin menunduk menyembunyikan wajahku, menyembunyikan segala rasa hancur yang kurasakan saat ini.

Aku menyesal, dulunya aku terlalu jual mahal. Bahkan terhadap Aldy yang menjadi pujaan hati para akhwat itu aku pun begitu kaku. Kutolak ajakan taarufnya saat itu. Kutolak semua keinginannya menikahiku saat itu. Sekarang aku mengerti, jadi seperti inilah rasanya patah hati, lelaki yang selalu kuinginkan sebenarnya, akhirnya menjadi milik akhwat lain karena sikapku yang begitu kaku.

“Eee.. Aa.. Akhi.. Se.. selamat ya akhi... Se.. semoga sakinah ma waddah warrahmah“, jawabku terbata sambil terus menunduk menahan sesak di dada

Air mataku tak kuasa kutahan dan akhirnya jatuh perlahan. Ingin sekali aku segera pergi meninggalkan Akhi Aldy saat itu juga. Inikah rasanya sakit hati? Inikah rasanya rasa kecewa saat apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita dapatkan?

“Afwan ana permisi pulang dulu... Assalamu’alaikum...”, kataku terburu-buru sambil terus menundukkan pandangan tak sanggup memandang senyum ikhwan yang begitu tampan itu

“Ehhh.. Ukhti Arinaa.. Wa’alaikumsalam...”, jawab Akhi Aldy dan ia pun membiarkanku pergi tanpa mengejarku

Air mataku tumpah sejadi-jadinya, aku terus berjalan menuju tempat parkiran dan tak peduli banyak orang melihatku sedang menangis selama berjalan pulang dari gedung serba guna ini. Beberapa orang yang mengenalku pun menyapaku dan tak kugubris sedikitpun. Aku batalkan untuk datang mendengarkan kajian, aku hanya ingin segera pulang !

Jam sudah menunjukkan pukul 18.00, langit sudah mulai redup dan semakin gelap. Senja di cakrawala pun mulai sirna, berganti awan hitam yang mulai membumbung tinggi di langit. Aku hanya berdiam diri dari siang tadi bersembunyi di balik selimut tempat tidurku. Bahkan aku sengaja meninggalkan ibadah 5 waktuku hari ini karena rasa kecewa akibat hati yang tersakiti.

*tit tit tit* suara WA masuk ke handphoneku

“Hai Arina, ini Bima.. Ketemuan yuk”

*Bima? Anggota gang motor itu?*, tanyaku dalam hati dan jantungku tiba-tiba berdegup kencang mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu

“Tolong jangan ganggu saya lagi mas.. Saya sudah tidak mau berurusan dengan gang motor mas lagi”, jawabku sambil gemetaran

“Tenang saja Arina, semua anggota gang motor sudah ditangkap jadi tidak akan ada yang ganggu kamu lagi”, ujar Bima lelaki berantakan yang tubuhnya atletis itu

“Eh kok bisa? Kamu kok bisa bebas?”, tanyaku terkejut

“Hehehe om ku polisi.. Inget Pak Sarwono? Polisi gendut dan temannya yang gerebek markas. Dia om ku..”

“Pak Sarwono? Maksud kamu Pak Jarwo?”, tanyaku bingung

“Hah Jarwo? Bukan... dia namanya Sarwono bukan Jarwo, dia om ku. Om yang juga ngajari hal-hal cabul ke aku. Hehehe..”

Aku kemudian mencoba mencerna situasi. Jadi Bima dan Pak Jarwo bekerja sama meringkus gang motornya sendiri?

“Kemarin itu kalian cuma sandiwara?”, selidikku

“Iya, aku yang buka data mereka semua ke om ku. Karena Aku ingin miliki kamu tanpa diganggu mereka. Jadi aku buat mereka semua ditahan polisi, dan aku bisa milikin kamu seutuhnya”, kata Bima membuatku semakin bingung

“Kamu jadi berkhianat ke gang motormu sendiri?”, tanyaku

“Sebenarnya aku sudah capek dengan kelakuan anggota gang yang makin parah... Selain itu, aku juga jatuh cinta sama kamu...”, ujar Bima dengan nada serius

“Jadi kamu memang mau buat mereka semua ketangkep dan nyelamatkan aku?”, tanyaku

“Iya gitu, apalagi Aku ga tega waktu liat kamu dikencingin mereka. Aku jadi ngerencanain ini semua, dan buat mereka membayar semuanya”, kata Bima

“Ohhhhh..?”, kataku masih mencoba mencerna situasi

“Maaf ya... Tapi Dasar omku mesum katanya dia bilang lagi pengen ngentot jadi ga bisa bantu kalau ga ada bonus ceweknya. Aku pun cerita ke omku dan paksa om ku demi nyelametin kamu. Terus aku bilang ke om ku sebagai imbalannya, omku dan temannya bisa minta dilayanin kamu..”, kata Bima

“Hah? Kamu cinta aku tapi kamu rela kasih aku ke om mu dan Pak John? Gimana sih??”, aku semakin tidak mengerti

“Justru itu Arina... Aku akan sangat merasa bangga jika bisa memilikimu.. Aku berniat memamerkan keindahanmu ke om ku. Bukan hanya ke omku saja tapi ke seluruh dunia. Arina milikku yang terindah. Hihihi..”

“Gila kamu Bimaaaaa”, aku benar-benar tak habis pikir

“Habisnya kamu begitu indah Arina, benar kata mereka kamu wanita spek bidadari surga”, ujar Bima serius

“Gombal!”, kataku

“Terus gimana? Kamu mau nemenin aku nggak? Aku sudah di depan rumahmu nih”

“Eh kamu sudah di depan rumah aku? Gilaaa ya kamu... Ya udah aku keluar sekarang”, kataku sambil buru-buru menggunakan gamis, kerudung, serta tak lupa cadar taliku

Aku pun bergegas keluar rumah dan ternyata memang benar kulihat Bima sudah parkir didepan rumahku dengan motor Ninjanya. Ada sedikit yang berbeda dari penampilannya. Ia pangkas habis rambutnya yang berantakan dan keriting, kini rambutnya terlihat cepak dan rapi seperti seorang polisi muda. Tiba-tiba rahimku terasa hangat saat memandangi pemuda itu yang ternyata kalau dilihat lama-lama tampan dan manis juga. Ia tersenyum melihat kearahku

“Ikut?”, tanyanya sambil memberiku helm

Tanpa ditanya dua kali, aku menganggukkan kepala dengan cepat dan menghampirnya. Ia lalu mencubit hidungku yang masih tertutup cadar

“Jawab dong ikut ngga?”, katanya sambil tersenyum

“Iya, ikut.. Eh tapi kamu mau ajak aku kemana?”, tanyaku

“Kemanapun kamu mau sayang..”, ujar Bima

“Tapi...”, kataku kemudian

“Kenapa?”, tanyanya heran

“Aku hamil Bima, gara kamu dan temen-temenmu...”, kataku dengan nada serius

“Hehehe.. Kalau gitu malam ini kita ngewe lagi aja. Aku kasarin kamu lagi sampai kamu hamil dan kuanggap janin dalam perutmu itu anakku.. Gimana?”, Ujar Bima

“Mauu....”, jawabku manja

“Tapi ada syaratnya”, kata Bima tiba-tiba mengejutkanku

“Syarat apa lagi sih?”, ujarku kesal

“Hehehe.. Lakukan sesuatu yang nakal dong. Sekarang”, kata Bima mesum

“Ih aneh aneh aja.. Nggak mau ah..”, kataku

“Aku mau kamu cadaran tapi nakal Arina..”, bujuk Bima

“Tapi kamu janji mau jadi ayah dari anak dalam perutku?”, tanyaku memastikan

“Aku janji”, ujarnya serius

“Baiklah...”, kataku

Kemudian dengan santainya kuangkat rok gamisku keatas dan kupelorot celana dalamku sendiri hingga terlepas dari kedua kakiku. Lalu kulempar celana dalamku ke mobil tetanggaku yang parkir di bahu jalan. Bima sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuanku.

“Aku sudah cukup nakal?”, tanyaku genit sambil menampakkan vaginaku dihadapannya

“Lumayan.. Kamu nakal Arina. Aku suka..”, ujar Bima

“Yaudah yuk”, ajakku dan segera naik motor sportnya itu tanpa persetujuannya

Sambil bergelayut dan memeluknya dari belakang, ia lajukan motornya meninggalkan rumahku dan membawaku kemanapun ia mau. Mengulang kenikmatan persetubuhan kami seperti beberapa bulan yang lalu. Tanpa ada gangguan dan paksaan.

Penuh keikhlasan kuputuskan diriku menjadi miliknya, melayaninya, dan mencintainya. Terima kasih Bima...

“I love you too Bima”, kataku lirih sambil membenamkan kepalaku dipunggungnya yang bidang

-The End-

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com