Aku mengikuti kak Alya dan teman-temanku ke kamar mandi. Aku sudah 
benar-benar tak berdaya. Sebelumnya aku melihat mulut kak Alya dijejali 
penis oleh Dado dan membuat kak Alya menelan semua spermanya, bahkan kak
 Alya melakukannya dengan suka rela dan tampak menyukainya.
Hal
 yang lebih gila lagi adalah ketika kak Alya menerima panggilan telpon 
dari Papa, dia tetap berbicara ketika sedang dikerjai oleh Dado. Bahkan 
sempat-sempatnya mengucapkan kalimat-kalimat yang tersirat mesum, untung
 saja Papa tidak tahu. Kini kak Alya sedang menuju ke kamar mandi 
diikuti teman-temanku. Saat kak Alya sudah masuk ke kamar mandi, 
teman-temanku berebutan ikut masuk juga ke dalam yang ruangannya pasti 
tidak begitu luas. Pintupun tertutup. Terbayang betapa sempitnya untuk 
diisi sebanyak lima orang yang pastinya akan saling berhimpitan dan 
bergesek-gesekan tubuh mereka di dalam sana.
Kak Alya, tunggu! Ikut donk kak.. please.. pintaku penuh memelas dengan sedikit malu.
Adeek..
 kak Alya juga pengen sih dek... tapi kamar mandinya sempit banget nih. 
Lagian ngapain sih teman-teman adek pada ngikutin kakak? Duuuh, jadi 
sempit banget deh.. jawab kak Alya mengeluh tapi malah dengan nada 
manja dari dalam sana.
Ah bisa aja lo kak... bukannya udah 
kangen nungguin kontol kita-kita dari tadi yah? Kayaknya demen tuuuh... 
hahaha! ledek Dado ke kak Alya yang membuat hatiku panas mendengarnya.
Iiih, siapa juga yang nungguin... udah item, kotor, bau lagi, dasar jorok, engga pernah mandi yah? Sana jauh-jauh, hihihihi...
Makanya mandiin kita-kita donk kak, biar kak Alya makin suka mainin kontol kita berempat, iya ngga bro? Hehehe...
Awww!
 Eh, Feri kurang ajar deh pegang-pegang kakak, udahan aaah, geli tau! 
Yantooo! Apaan sih gesek-gesek, kakak gak mau lho ampe masuk yah? Kakak 
udah janji ama Aldi loh... awas yah! kudengar cekikikan mengingatkan 
mereka.
Iya loh bro, jangan apa-apain kak Alya, entar Aldi 
marah... Lagian kak Alya kan biasa pake pakaian sopan sehari-harinya, 
malu donk lo semuanya! Yanto terdengar nimbrung sok membela kak Alya.
Cie cieee... kampret lo ah bro!
Hehehe...
 becanda gue brooo... Dikit aja yah kak... ucap Yanto yang ternyata 
cuma menggoda kakakku saja. Apakah ia sedang mau menyelipkan batang 
kemaluan sialannya itu di vagina kakakku? Ugh, aku benar-benar seperti 
orang bingung di luar sini, antara tak rela dan ingin melihat kejadian 
di dalam.
Udah aaah... jangan, gini aja yaaah... hihihi
Kayaknya
 nih bro, Aldi konak denger kakaknya kita kerjain kayak gini! Pinjem 
bentar gak papa kan brooo? Hahaha! Bono malah meledekku yang menurutku 
lebih seperti sebuah penghinaan.
Mendengar mereka menertawakanku 
aku hanya bisa menundukkan kepala karena malu. Pintu kamar mandi yang 
tertutup juga terkunci dari dalam. Aku tak bisa melihat apa yang terjadi
 di dalam sana. Kak Alyaku yang cantik dan putih bersih, mau saja 
dikelilingi empat remaja jelek dan mesum dalam satu kamar mandi. Tapi 
malah membuatku benar-benar ingin melihat apa yang mereka lakukan 
terhadap kak Alya. Sampai-sampai aku setengah mengutuk diriku sendiri 
karena otongku sudah mengeras berdiri tegak melawan kewarasanku, padahal
 kakakku sedang dilecehkan teman-temanku sendiri.
Kudengar 
suara-suara terus menggema di dalam sana. Aku masih bisa mendengar apa 
yg mereka ucapkan. Mereka malah sengaja terus bicara supaya aku 
mendengar apa saja pelecehan yang mereka lakukan pada kak Alya.
Geser
 dikit bro... nganggur nih, hehehe... asli nakal banget nih cewek, 
pengen donk punya satu kayak gini buat di kamar, hahaha!
Bener 
lo bro, tapi mending di tempat gue aja... gue khawatir lo rebutan ama 
bokap sama om lo, kan tampangnya sama kayak elo bro, produk mesum semua,
 ya ngga bro? Hahaha!
Ah lo semua, tinggal digilir aja tiap hari gantian... iya kan?
Repot-repot
 banget sih, tinggal nginep di sini aja tiap hari, beres dah, hahaha! 
sambil bersahut-sahutan mereka merendahkan kakak kandungku akibat 
kenakalannya sendiri. Namun aku sebagai adiknya yang awalnya tak ingin 
kakakku diperlakukan demikian, malah jadi membayangkan apabila apa yang 
barusan mereka bicarakan benar-benar terjadi.
Fuaah! Adeeek... 
dengar gak tuh dek? Emangnya kak Alya barang kali yah, pengen dipunyain 
sana-sini... bandel semua deh temen-temen adek...
Yeee... masukin lagi donk kaaak... nganggur niiih!
Iiih,
 pada kurang ajar deh tuh deeek... masa kepala kakak ditarik-tarik... 
aduuh! Mmmmmmmhhh! kak Alya mendadak seperti terbungkam.
Cantik-cantik
 bawel juga yah kakak lo bro, hahaha! Terus bro, genjot yang kuat... dia
 suka tuh kayaknya, hehehe... entah apa yang merka lakukan pada kak 
Alya, tapi itu membuatnya tak bisa bersuara dan berkata-kata.
Kak
 Alya! Mau masuk! Buka donk! aku memanggil kak Alya dengan tidak 
memperdulikan yang lainnya. Tapi teriakanku sama sekali tak terdengar 
seperti orang marah. Melainkan tak berdaya. Tak berdaya karena tidak ada
 satupun yang mengijinkanku masuk untuk ikut melihat kenakalan apa yang 
sedang kak Alya alami lagi saat ini.
Sambil terus aku 
menggedor-gedor pintu itu, aku terus meminta supaya diijinkan melihat. 
Aku tidak lagi merasakan bahwa aku khawatir akan apa yang dialami oleh 
kak Alya. Tapi aku ingin melihat bagaimana seorang kak Alya menghadapi 
perlakuakn mereka yang kurang ajar. Dengan tak sedikitpun kak Alya 
merasa diperlakukan dengan tak senonoh.
Ditengah panggilanku pada
 kakak dengan merana, kudengar di dalam sana kak Alya masih cekikikan 
dengan suara air yang sedang digayung dan disiram-siram dari bak mandi 
sehingga suaraku tenggelam diantara suara-suara mereka dan air di kamar 
mandi. Aku berharap setelah ini mereka selesai dan keluar dari kamar 
mandi. Tapi yang kudengar setelah acara siram-siraman itu malah hanya 
hening.
...
Kak Alya! panggilku tak ada tanggapan.
...
Kak!
 Kakak lagi diapain? terdengar jelas pertanyaanku bukan karena 
khawatir, melainkan penasaran karena sudah terbawa hasrat birahi ingin 
tahu adegan apa yang sedang berlangsung saat ini. Bahkan aku tak sadar 
sejak kapan aku sudah memelorotkan celanaku.
Tenang aja broo! Nih kak Alya lagi kita kasi asupan bergizi.. hehe.. kini terdengar suara Bono.
Lagian
 nih kakak lo tercinta mau-mauan aja loh bro.. gue yakin lo udah pernah 
kan bro disepong kakak lo? Eeeghh... anget bener nih mulut kakak lo, 
lacur bener! Ampe kontol kita berempat dah bau ludah aja masih mau 
diisepin lagi! kekurangajaran Yanto dalam menjelaskan detil kenakalan 
kakakku kini malah hanya memperparah hasratku untuk membayangkan kakakku
 yang tengah dilecehkan mereka saja. Kak Alya sudah benar-benar hanya 
seperti objek pemuas saat ini.
Fuaaahh! Udahan yaaah... pegel 
nih rahang kakaak... Adeeek, temen-temen adek bandel banget deh, pada 
ngocok semua di depan muka kakak... Kakak dipaksa mangap buat nampung 
susu kental temen-temen kamu loh... tapi kalau bergizi buat kakak boleh 
kan dek? Hihihi..
Aaarghh, kak Alya pereek! Lonte! Perempuan 
nakaal! teriakku sambil melepaskan muncrat pejuh yang hanya mengotori 
pintu kamar mandi dan lantai saja. Dimana sebenarnya aku juga ingin 
mengotori kakakku sendiri dengan pejuhku seperti biasa. Malah saking 
pasrahnya, aku malah sedikit memberi kerelaan pada teman-temanku untuk 
mengerjainya, asalkan aku diijinkan melihat kakakku yang tengah 
menikmati ketika digagahi, entah oleh siapapun itu, termasuk mereka. Aku
 benar-benar menyerah pada kesadaranku. Setelah ejakulasiku meledak, 
semua terasa hening sesaat.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, 
dan kak Alya keluar dari dalam kembali menggunakan seragam lusuh 
kepunyaan Dado karena kak Alya tidak membawa handuk tadi. Tapi dengan 
rambut basah tergerai dan juga seragamnya yang mencetak tubuhnya karena 
juga basah justru membuat kak Alya semakin tampak seksi. Bahkan saat 
keluar kak Alya sempat melemparkan senyum sambil bergaya seperti 
kedinginan di depanku. Dengan spontan aku ingin memeluk kakakku yang 
menggemaskan itu, sampai akhirnya keempat temanku muncul menyusul 
kakakku hingga mengurungkan niatku. Walau sudah mandi tetap saja mereka 
seperti bulukan.
Waduh broo, jangan lupa aja ya dilap tuh pejuh, bahaya orang kepelset di kamar mandi bro.. hehe Ujar Feri membuka omongan.
Iya
 bro.. ga safety kata orang lapangan, hahaha! setelah meledekku mereka 
pergi meninggalkanku sendiri di depan kamar mandi. Sedang mereka semua 
pergi meninggalkanku begitu saja, seolah-olah tidak ada yang menarik 
dari hal yang aku lakukan di depan mereka. Bahkan ketidak berdayaanku 
membuat mereka menjadi semena-mena di rumahku sendiri.
Eeeh! Nakalin Aldi kakak gak mau mainan lagi sama kalian yaah...
Hehehe,
 becanda kok kaaak, iya kan broo? Tapi kita mah, yang penting kak 
Alyanya udah sehat minum asupan bergizi dari kita berempat,hahaha!
Iya loh kak... apa mau mulut yang lain kita kasi susu bergizi dari kita-kita nih kak? Hehehe...
Hush! Ngentot donk namanya... Hihihi, gak boleh loh sama Aldi, iya kan dek? awas loh yah pada coba-coba...
Mendengar
 kak Alya mencoba menepati janjinya agak membuatku sedikit lega. Walau 
aku teringat ketika awal kak Alya mulai terlihat nakal di depanku, yang 
awalnya hanya eksib akhirnya bobol juga oleh orang-orang yang tak jelas.
 Entah apa lagi yang akan mereka lakukan pada kakakku...
Hari 
sudah sore menjelang magrib. Acara nikahan siang sudah terabaikan, 
bahkan untuk seorang kak Alya kini lebih memilih membersihkan 
penis-penis kotor dari keempat temanku dari pada hadir ke acara 
pernikahan anak teman papa. Kakakku benar-benar lonte.
Yang aku ingat adalah, mereka berencana menginap malam hari ini..
***
Setelah
 kejadian sore tadi, aku yang masih merasa lemas tak berdaya hanya bisa 
duduk di sofa ruang tengah. Entah sebenarnya aku memikirkan 
ketakberdayaanku terhadap teman-teman yang melecehkan kakakku. Atau 
karena aku juga menginginkan apa yang teman-temanku rasakan ketika 
melecehkan kak Alya. Terlebih lagi, kak Alya justru menikmati dirinya 
dilecehkan sehabis-habisnya oleh mereka.
Kakakku yang dilecehkan 
teman sendiri adalah hal baru bagiku, terutama bagi fantasiku. Tapi 
apapun yang dialami oleh kak Alya, semua akan menjadi list dalam 
fantasiku. Apakah aku mulai menikmati ketidak berdayaan ini selagi 
kakakku dihina, dilecehkan, bahkan direndahkan serendah-rendahnya oleh 
mereka. Bukan-bukan. Mungkin oleh siapa saja. Yang terutama seperti 
fantasi yang pernah kutunjukkan pada kak Alya melalui foto editan gambar
 kak Alya yang menunjukkan kak Alya sedang disetubuhi oleh orang-orang 
berkulit hitam dengan kontol yang besar dan panjang-panjang.
Akankah kak Alya mengijinkanku untuk menikmatinya bersama mereka juga?
Malam
 sudah tiba. Satu lagi acara pernikahan terlewati oleh kami. Kak Alya 
dari tadi dijadikan mainan oleh teman-temanku. Mainan mesum lebih 
tepatnya. Bahkan kak Alya masih disuruh mengenakan seragam dan celana 
dalam yang kini baunya sudah tak jelas lagi itu.
Mereka meminta 
kak Alya melakukan hal yang aneh-aneh. Seperti menyuruh kak Alya 
menelepon teman cowok kuliahnya yang ganteng sambil mengulum penis. 
Berganti temanku yang mengentoti mulutnya, ganti pula siapa yang 
ditelpon. Termasuk teman-teman kuliahnya. Hanya saja mereka tidak 
menelepon pacar kak Alya. Entah kenapa aku tak tahu.
Dan saat mereka sudah tampak puas, mereka lalu bilang, ayoo.. sini kak.. saatnya makan dulu..
Dan
 kak Alya pun menjawab dengan bercanda balik, Huuuu.. gelo deh manggil 
kakak kayak peliharaan aja. Adeeek.. kakak mau dikasih mamam lagi tuh...
 ummmm, kamu mau liat gak? Hihihi...
Tiba-tiba terdengar suara penjual sate ayam akan melewati rumah kami.
Yoi!
 Pas laper, pas benerr ada yang jualan.. Eh, cun! Gue bagi duit lo yak, 
hehe.. si Dado dengan kurang ajar main ambil duit di dompet kak Alya 
yang tergeletak di depan TV begitu saja.
Untuk sikap dia yang 
kebablasan ini, aku tak tahan melihatnya dan mendampratnya, Eh, Do! 
Duit siapa itu? Lo kurang ajar banget sih maen ambil aja? hardikku agak
 setengah matang sepertinya.
Ya udah deh.. gue balikin.. jangan 
sewot donk, broo.. hehe.. Dado dengan mesem membawa kembali uang itu, 
tapi langsung menuju kamar kakakku. Aku tak tahu ada apa, tapi cukup 
lama ia berada di sana. Saat aku penasaran dan menyusulnya, kak Alya 
muncul disusul keempat temanku.
Adeek.. kasian tuh temen-temen adek belum pada makan.. dipanggil yah tuh abang.. seraya menyodorkan lembaran uang padaku.
Ngga
 ah, enak aja.. udah seenak-enaknya mereka di sini, Aldi juga yang 
beliin makanan.. Mereka aja lah kak yang beli.. aku setengah dongkol 
dan kak Alya malah menyuruhku membelikan mereka makanan.
Adeek..
 kamu tau kan kak Alya baru aja dikasih makan sama temen-temen adek.. 
Kak Alya sampe kenyang lho, hihi.. Masa kita ga suguhin mereka makanan 
juga sih dek? Kak Alya menjelaskan seolah itu hal yang lumrah. Memang 
sih ini namanya timbal balik. Tapi sate ayam plus lontong balasan dari 
pejuh? Mana dari mereka-mereka pula...
Kenapa gak kak Alya aja?
 kekesalanku kutuangkan sekalian dalam bentuk tantangan untuk kak Alya. 
Toh kak Alya sudah seharian bertingkah nakal dan liar.
Jadii.. kakak nih yang keluar nemuin abang sate itu? tanya kak Alya dengan nada seolah malah balik menantangku.
..
 Kak Alya berani keluar cuma pakai itu aja? tanyaku balik lagi, dan 
jantungku berdebar kencang, entah kak Alya mau melakukannya atau tidak.
Adek
 liat kan kakak cuma pakai ini aja? Adek sengaja nggak mau karena pengen
 liat kakak beli sate pake ginian di depan abang itu kan? Hayoo.. kak 
Alya menyerangku. Entah kenapa, aku jadi ingin melihat kak Alya 
melakukannya.
.. Iya kak, pengen.. jawabku polos.
Adek 
liat yah,apa sih yang engga buat kamu dek.. sebenarnya ada lagi siih 
yang sedang kakak pakai.. hihihi.. lalu kak Alya sambil mencubit 
hidungku ia berucap, liat kakak yah..
Apa lagi yang kak Alya 
pakai selain seragam lusuh dan celana dalam itu? Tak lama kak Alya 
keluar menuju teras dan memanggil tukang sate yang umurnya kira-kira 
setengah tua. Hanya dengan mengenakan pakaian itu, membuat paha putih 
kak Alya terpampang kemana-mana. Untung saja kak Alya membeli sate ayam 
itu dari balik pagar yang tingginya sedada kak Alya. Tapi kalau si abang
 benar-benar mendekat sampai ujung atas pagar, pasti si abang bisa 
melihat jelas paha putih kak Alya yang sangat mulus. Paha perempuan 
cantik yang sedianya kemana-mana selalu berpakaian tertutup dan 
berkerudung.
Sedang aku berdiri mematung di balik jendela ruang 
tamu, melihat kak Alya sedang beraksi. Di samping menunggu bakar-bakaran
 si abang selesai dibuat, aku lihat sesekali kak Alya menunduk sambil 
menutup mulutnya, lalu kembali melirik kearahku sambil tersenyum nakal.
Bahkan
 kali ini kak Alya mencoba membuka kancingnya satu persatu sambil 
berbicara dengan abang si penjual yang sedang sibuk memasak dan posisi 
gerobaknya tidak begitu jauh.
Kak Alya menghadap kearahku. 
Seluruh kancing seragam kak Alya sudah terbuka semua. Lalu dengan gaya 
nakal kak Alya perlahan-lahan membuka lebar kemejanya sehingga nampak 
buah dada kak Alya yang putih itu. Dua buah payudara yang ranum dan 
menggemaskan dengan puting mengacung tegak menunjukku. Kak Alya 
benar-benar nekat. Bagaimana kalau si abang itu melihat kak Alya berpose
 seperti itu?
Saat mendadak si abang itu mendekat entah untuk 
apa, kak Alya langsung cepat-cepat merapatkan tubuhnya ke pagar hingga 
dadanya tergencet pagar supaya si abang tak melihat dari tepi pagar. 
Untung saja pagarnya dilapisi fiber gelap.
Satenya tadi berapa bungkus mba?
Lima
 bungkus deh pak, lagi rame nih kebetulan, hihihi.. ouughh.. kak Alya 
menjawab tapi terpotong. Kak Alya kulihat menundukkan wajahnya sambil 
memegang tepian pagar dengan kedua tangannya.
Iya deh.. anu mba, mba ga papa? tanya si abang khawatir.
Kak
 Alya hanya menggeleng sambil tersenyum saja. Ada yang aneh dengan kak 
Alya. Apa kak Alya masuk angin karena hanya berpakaian seperti itu 
seharian. Biasanya juga malah tidak berpakaian apa-apa.
Woi bro!
 Hehe.. Serius amat liatnya. Liat apaan sih? Dado datang mengagetkanku 
sambil ikut melihat keluar melalui jendela. Aku tidak menjawab 
pertanyaan si brengsek ini karena kesal.
Kak Alya emang baik 
bener ya bro? Hehe.. Udah baik, cantik, putih bening lagi kulitnya.. ya 
ngga bro? Pasti semua cowok pada ngejar-ngejar kakak lo kan bro? Dado 
mulai bertanya seolah ada maksud yang aku tak peduli.
Gue yakin 
pasti semua pengen banget ngentotin kakak lo.. termasuk lo juga kan bro?
 Hehe, yakin gue.. Dado menebak dan memang tepat sasaran. Aku tak bisa 
bersembunyi lagi, karena buktinya saat kak Alya dientot mukanya, aku 
malah coli dan ejakulasi di depan kak Alya. Bahkan aku melakukan dua 
kali, di depan teman-temanku. Kak Alya
Bro.. lo suka kan gue 
panggil kakak lo lonte tadi? Hehe.. jangan salahin gue ya.. tapi emang 
kakak lo yang suka diapa-apain kayak gitu. Gue aja ngga nyangka kakak lo
 kayak gitu.. sorry nih ya bro, lonte banget..
Aku seharusnya 
marah. Tapi aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku menyerah pada keinginan 
untuk melihat kakakku tercinta yang cantik ini diperlakukan tak senonoh 
oleh orang-orang yang kontras darinya. Tapi aku tak menyangka saja kalau
 ternyata akhirnya teman-temanku yang juga ikut melecehkan kak Alya.
Bro.. nih bro, pegang deh.. Dado menyerahkan HPku yang diambil dari kamar kak Alya. Apa maksudnya?
Telpon deh kakak lo.. hehe.. Dado meyuruhku menelpon kakakku?
Buat apaan sih Do? tanyaku merasa aneh.
Lo
 coba aja.. tar lo ketagihan deh.. hehehe.. buruan lo, kelamaan nih.. 
pantes aja kakak lo keburu dipake ama orang-orang.. Dado mulai berkata 
kurang ajar padaku. Tapi karena penasaran, akupun mulai menghubungi 
kakakku. Nada tunggu lama tak diangkat dan terputus. Begitu juga untuk 
panggilan kedua. Sampai akhirnya aku sedikit demi sedikit mulai 
menyadari sesuatu.
Awalnya setiap kali kuhubungi kak Alya 
merespon dengan gaya tertunduk. Kukira dia akan mengangkat telpon yang 
mungkin saja dia pegang atau ditaruh disaku seragam terkutuk itu. Tapi 
tak ada satupun yang kak Alya terima. Kutelpon terus, dan kak Alya masih
 merespon dengan gerakan yang sama, terkadang menutup mulutnya. Tapi 
semakin kesini pegangannya pada pagar semakin erat.
Kak Alya 
terlihat kakinya seperti gemetaran, dan dilihat cepatnya naik turun 
gerakan dadanya, kak Alya terlihat bernapas seperti terengah-engah.
Pada pake lontong semua kan mba?
Iya pak.. eeghh.. lontongin yah semua pak.. jawab kak Alya terlihat wajahnya memerah.
Kalo pake lontong biar tambah kenyang sih mba.. Si abang menimpali dengan lugu.
..
 Eemmhh.. Bener Pak.. makin banyak lontongnya.. makin baguss.. Eeghh.. 
makin enak Paakkh.. pegangan kak Alya semakin kuat pada pagar.
..
 Eh.. iya mba.. Anu.. Iya.. makin panjang juga lontongnya makin enak ya 
mba? si penjual mulai salah tingkah sambil coba-coba mulai nakal pada 
kakak..
.. Uugh Pak.. makin panjang makin penuh di dalem perut 
Alya Pak.. Alya suka Pak, Uuhh.. Alya mulai meracau tak terkendali. Aku
 sepertinya tahu kenapa kak Alya jadi meracau begini. Aku hanya menoleh 
pelan ke arah Dado. Dado membisikkan ke telingaku bahwa ia memasukkan 
sesuatu kak Alya ke vaginanya, dan celana dalam Dado yang dikenakan 
kakakku menahan sesuatu yang dimasukkan Dado kedalam kak Alya supaya 
tidak jatuh.
Kini jelas, setiap aku hubungi, sesuatu di dalam 
kakak ikut bergetar. Dan tiap getarannya membuat kak Alya menggelinjang 
hebat. Kini aku seperti memiliki mainan baru dari Dado. Antara yakin tak
 yakin memperlakukan kakakku seperti ini. Tapi aku sungguh menikmatinya.
Kak
 Alya menggigit bibirnya dan dengan pelan menekan tubuhnya rapat ke 
pagar, seperti sedang menahan sesuatu. Semua itu kak Alya lakukan di 
depan si abang sate ayam yang hanya dibatasi oleh pagar. Dan yang 
terlihat dari kak Alya hanyalah wajahnya yang cantik bersemu merah 
karena horni berat, serta leher jenjang putihnya dan atas dadanya yang 
terlihat mengkal mengeras.
Aku sambil terus menghubungi kak Alya, mulai kugosok-gosok celanaku yang terasa sempit dari tadi.
..
 Ouugh... Pak.. lontongnya yang banyak yah... juga panjang-panjang... 
kak Alya mulai terlihat bergetar hebat sambil melihat si abang itu 
terus. Tiba-tiba kak Alya dengan satu tangan masih memegang erat pagar, 
mendorong tubuhnya menjauh dari pagar dan menutup mulutnya erat-erat 
dengan tangan satunya. Kak Alya terdengar menjerit tertahan. Kak Alya 
orgasme! Dan aku pun menyusul muncrat sambil memegang tongkolku yang 
menegang keras di dalam celanaku. Ya, aku bahkan tak sempat mengeluarkan
 tongkolku. Aku benar-benar payah. Kini celana ku basah karena pejuhku 
sendiri. Memalukan.
Mba.. mba.. ini satenya lima bungkus, 
hehehe... a-anu mba, saya juga mau loh yang enak-enak, hehehe... si 
abang mendekat kak Alya.
Kak Alya mengumpulkan sisa tenaga dan 
menghadap si abang lagi, ini Pak, uang lima puluh ribu.. ambil aja 
kembaliannya.. enak kan Pak? Hihi.. makasih ya Pak.. seraya Alya 
bergaya imut dengan memiringkan kepala lalu meninggalkan si penjual yang
 merasa dongkol itu. Uugh kak Alya. Berani amat, ga takut diperkosa apa?
 Nakal bener kak Alya.
Setelah masuk kak Alya disambut oleh teman-temanku dengan sorakan.
Waaa!
 Gila nih lonte, asli bikin gue panas dingin loh.. Aldi aja ikutan panas
 dingin ampe ngompol, hahaha! Dado menghina kak Alya dan meledekku.
Hihi.. tapi udahan kan? Kakak boleh gak keluarin sekarang? Ngeganjel banget tau?
Yoii!
 Keluarin aja.. biar si Aldi liat, hehe.. Bono yang sudah datang karena
 sate ayamnya tiba ikut nimbrung sambil mengurut-urut tongkinya yang 
hitam. Aku jadi ingat kemarin, soal bon bon hitam.
Adeek.. liat yah, hihi.. ada yang mau keluar nih.. uugh.. wajah kak Alya seperti menahan sesuatu.
Kak
 Alya memelorotkan celana dalamnya pelan-pelan. Dari mulut vaginanya 
terlihat tali gantungan dengan ujung bandul kepala hello kitty menjuntai
 keluar dari dalam ditarik perlahan oleh kakak, hingga akhirnya keluar 
meluncur bebas jatuh ke lantai keluar dari persembunyiannya. Benar 
seperti dugaanku, vagina kakak dimasuki HP oleh mereka, HP kak Alya 
benar-benar terlumuri cairan-cairan pelumas kak Alya yang kental. Bahkan
 masih ada yang menetes dari vaginanya.
Adeek.. liat deh tuh 
kerjaan temen kamu, basah deh HP kakak, huuuh.. kak Alya kayak abis 
melahirkan aja... kamu bisa bayangin ga sih dek, kalo yang keluar dari 
sini tuh bayi beneran? Hihi.. kak Alya mulai lagi dengan nakal 
memancingku seperti seorang pelacur asal ngomong.
..Uugh.. bayi kak Alya? aku merasa tegang kembali.
Iya
 dek.. kak Alya kayak dihamilin.. terus keluar baby.. kebayang ngga sih?
 Hihihi kak Alya malah bertingkah geli sendiri di hadapan 
teman-temanku.
Ga usah pura-pura, beneran juga gue kasi buat nih cewek.. hehe, gue hamilin yah..
Dado
 memotong. Sementara yang lain mulai beranjak mendekati kak Alya. Ada 
yang mulai grepe-grepe. Dan ada yang meremas susu kak Alya. aku masih 
terperanjat melihat semuanya berjalan begit ucepat.
Bro.. nih lonte kayaknya suka kalo hamil bro. Gimana kalo gue hamilin bro? Boleh kan? Bono menimpali.
Iiih, sembarangan deeh panggil kak Alyanya yaaah...
Ah,
 bukannya kak Alya demen yah? Tadi di kamar mandi gua bisikin perek, 
pecun, pelacur, lonte, malah melongo ampe mukanya merah gitu, hahaha!
Duuuh, apaan siiih! Bohong kok dek, hihihi... masa sih kakak suka dipanggil kotor kayak gitu?
Gue juga yakin lo suka kan dientotin kak? Udah berapa cowo yang ngentotin lo kak? Siapa aja sih?
Palingan
 nih cewek udah hamil kali, gak tau siapa aja deh yang udah 
ngobok-ngobok memeknya hehehehe... bener ngga kak? mereka saling 
melemparkan celetukan yang membuat kak Alya makin tak berdaya melawan 
janjinya sendiri pada adiknya. Kulihat nafas kak Alya malah makin berat,
 dan bodohnya begitupun juga denganku.
Inget loh... kakak gak 
mau sampai kebablasan... udahan yah? Diliatin Aldi tuh... hihi.. kak 
Alya berusaha menahan mereka, dan akupun seperti menanti sampai sekuat 
mana kak Alya berpegang pada janjinya itu. Hanya saja kini aku sendiri 
pun seperti mempertanyakan keteguhanku pada janji yang kupinta sendiri 
pada kakakku. Karena apabila kakakku akhirnya memang digagahi mereka, 
akan terjadi di depan mataku sendiri. kak Alya, dengan teman-teman jelek
 sepermainanku di sekolah.
Bawel lo cun... bilang aja lo pengen, hehehe... muka lo ampe merah begitu?
A-adeeek...
I-iya kaaak...
Dek..
 kak Alya mau dihamilin temen-temen adek nih.. boleh ngga sih dek? kak 
Alya bertanya padaku dengan wajah agak ragu-ragu sambil terus 
digrepe-grepe mereka.
Uugh, kak Alya.. dihamilin mereka? tanyaku seperti agak tak terima.
Iya
 bro.. itu artinya kita semua bakal ngentotin nih lonte.. kakak lo.. 
Heh! Lo pengen kan kita entotin? Minta ijin dulu donk ama adek lo tuh? 
tanya Dado dengan kasar ke kak Alya.
Adeek.. temen-temen pengen ngentotin kak Alya nih.. boleh ngga dek?
Kak Alya.. pelacur.. hina ku pada kakakku sendiri yang seperti melempar keteguhan janji balik kepadaku.
Kak
 Alya nanti dientotin di semua lobang kakak, mulut, memek, sama pantat 
kalo temen-temen adek mau.. boleh ngga dek? kak Alya seperti lonte 
meminta padaku dengan merendahkan dirinya.
Kak Alya.. lonte.. aku semakin menegang lagi melihat kenakalan kakakku ini.
Adeek..
 boleh yaah.. kak Alya mengiba padaku. Aku tidak bisa membayangkan 
seperti apa kakakku yang cantik ini digenjot bersamaan oleh mereka.
Maka ketika aku mengeluarkan kontolku, seperti persetujuan bagi mereka. Teman-temanku mulai menggarap kak Alya.
Aku
 seperti menyerah pada ketakberdayaan ini hanya bisa berdiri dan terus 
mengocok batang kemaluanku. Pandanganku hanya tertuju pada kak Alya yang
 sedang digagahi oleh teman-temanku di ruang tamu. Aku seperti tak ingin
 pertunjukan kak Alya digarap oleh teman-temanku berhenti begitu saja. 
Apalagi melihat kakak didorong punggungnya oleh Dado supaya membungkuk 
sambil masih berdiri membelakanginya.
Nungging yah kak, hehehe... ouugh brooo, gue kontolin nih kakak lo yang cantik, eeegh..
Uuugh deeek... kontol Dado deek... masuk semuaaah.. emmmhh.
Gila sempit banget nih meki... Akhirnya gua entotin juga lo kak! Uuuhhh...
Eegh.. eeeghh... adeeek, kakak dientot Dado nih deeek... temen kamu nakaaal...
Sambil
 bicara nakal dan menggoda kak Alya dientot oleh Dado dari belakang. 
Tubuh Kak Alya bertumpu pada tepi sofa. Terlihat yang lain sambil 
mengurut-urut tongkinya sesekali menjejalkannya pada mulut kak Alya. 
Bahkan secara bergantian. Dan semuanya memperlakukan mulut kak Alya 
dengan kasar. Berkali-kali kak Alya tersedak, tapi sekalipun kak Alya 
muntah, tetap saja kak Alya hanya cekikikan saja.
Tidak ingin 
ketinggalan menggarap kakakku, mereka mengubah posisi lagi. Posisi lain 
memperlihatkan kak Alya duduk di atas Bono yang sedang tidur terlentang 
dan memasukkan penis hitamnya kedalam liang peranakan kakak, sedang Bono
 sambil memegang pinggul kakak menggoyangnya maju mundur dengan tidak 
sabar.
Goyang dong lonte! Lo lonte kan? Ayo terus goyang! Entar gue kasi anak lo.. gue bikin hamil.. Eeghh.. tariknya dengan kasar.
Iyah
 sayang.. iyah.. uugh.. lonte goyang terus kok.. lonte goyang nih.. 
Ough.. kak Alya jejeritan ga karuan. Tapi sesekali melirikku, seolah 
tidak ingin aku ketinggalan sajian dari kakakku yang nakal ini.
Ayo lonte! Makan dulu.. lo abis muntah kan? Ayo makan lagii.. hehe Feri langsung menjejelkan mulut kak Alya.
Gila
 nih lonte.. mau aja diapa-apain yah bro.. Cuih! Yanto meludah lobang 
pantat kak Alya berkali-kali sampai akhirnya dia menempelkan kepala 
kontolnya di lobang anus kakakku.
OOUGH! Adeek.. UUGHH! Anus 
kakak.. eeggh! Anus kak Alya deek.. pelan To, sakit.. uugh! kak Alya 
seperti berusaha menahan sakit saat anusnya dijejali kontol Yanto.
Kini
 kak Alya resmi sudah menjadi objek fantasiku di mana sajian tidak lagi 
melalui cerita atau suara saja, melainkan di depan mataku, walau harus 
dimulai dari teman-temanku. Semua lobang kakak dipenuhi oleh mereka. 
Mulut manis dan imut kak Alya digenjot oleh Feri hingga air air ludah 
kak Alya meleleh sampai ke dagu. Memek dan Pantat kak Alya dientot 
dengan kasar bersamaan dengan irama bergantian keluar masuknya kontol 
Bono dan Yanto.
Bentar bro.. bentar.. cabut dulu.. seru Dado meminta Feri mengehentikan kegiatan menggenjot mulut kakakku.
Bro
 liat kakak lo yang alim bro.. hehe.. cuih! Cuih! Dado meludah kedalam 
mulut kakakku yang sedang terbuka berkali-kali. Dan Feri juga ikut 
meludah tepat di lidah kak Alya yang sedikit terjulur keluar, dengan 
wajah memerah terlihat kakak sangat menikmati direndahkan orang jelek 
seperti mereka yang seharusnya menghormatinya. Dan gilanya sambil terus 
menggoyang pinggulnya, ludah yang teman-temanku ditelan begitu saja oleh
 kakak. Kakakku benar-benar suka dihina lebih rendah dari seorang 
pelacur.
Dasar lonte lo.. gue tinggal pasti dia yang minta dientot.. ya ngga? Jawab donk kak! hardik Feri ikut terbawa suasana.
Aaakhh...
 Iyah... kak Alya minta dientot.. dientot terus... Uuugh.. Adeek..kak 
Alya boleh ngga jadi lonte? Eeggh.. boleh yaah... pinta kak Alya 
ditengah-tengah genjotanya dua kontol di lobang anus dan memeknya.
Kalo gua ga mau ngentotin lo lagi gimana donk kak lonte? Hehe..
Kak
 Lonte cari orang.. eeghh.. yang mau entotin terus.. uugh.. adeek.. sama
 anjing kak Alya juga mau, hihi.. eeennghhh.. kak Alya seperti tak bisa
 kupercaya. Apakah hanya karena terbawa horni hingga tak sadar 
mengucapkan itu?
Gila nih kakak lo bro.. lebih parah dari yang gue kira.. hehe.. Dado menghina kakakku.
Kak
 Alya terlihat mulai kepayahan menghadapi mereka. Mata kak Alya mulai 
sering menatap kosong ke langit-langit, seperti menahan deraan badai 
kenikmatan atas perlakuan tak senonoh ini. Melihat genjotan 
teman-temanku semakin kencang, kak Alya pun seperti kesetanan 
menggelinjang. Tubuh ramping dan putih kak Alya yang begitu kontras 
dengan warna kulit teman-temanku tergocang maju mundur dipompa mereka 
pada ketiga lobang kak Alya, vagina, anus dan mulutnya secara bersamaan.
 Aku pun mempercepat kocokanku sambil bangkit mendekati kak Alya. 
Tertatih-tatih aku dan kak Alya melupakan janji sakral kami berdua.
Feri
 yang sudah tak kuat menggenjot mulut kakakku langsung menumpahkan 
pejuhnya kedalam rongga mulut kak Alya hingga kak Alya kepayahan 
menelannya.
Yanto yang sedianya menggenjot anus kak Alya langsung
 mencabutnya dengan paksa dan berganti posisi dengan Feri yang kini 
sudah terduduk lemas dengan nafas terengah-engah. Bahkan belum selesai 
kak Alya mengambil nafas panjang lagi, kini giliran Yanto menjejalkan 
mulut mungil kakakku. Sambil melirik kearahku, kak Alya memperlihatkan 
kehinaannya padaku, bahwa ia kakak yang cantik dan sopan, bisa menjadi 
hina sehina-hinanya dengan mulut penuh pejuh orang-orang yang jelek.
Nih Lonte.. makan dulu yah.. hehe.. biar sehat, dan bergizi, hahaha..
Adeeek,
 kakak disuruh mamam lagi niiih... liat deh, kontol Yanto dipukul-pukul 
ke muka kakak nih, mana anget loh kontolnya, hihihi... Aaaa.. kak Alya 
dengan tatapan nakal dan terangsang tingkat tinggi malah mangap dan 
menunggu kontol Yanto yang bau itu dijejalkan kedalam mulut kak Alya.
Aargh
 gue semprot yah.. telen yang banyak yah njing.. biar sehat, hehe.. 
Aargh! sambil menodai mulut kakakku dengan semprotan pejunya, Yanto 
mengatai kak Alya seenaknya hanya karena kak Alya asal bicara mau 
dientot anjing sebelumnya.
Setelah dicabutnya kontol Yanto, kak 
Alya masih menganga akibat paksaan jejalan kontol Yanto barusan. Dengan 
sedikit memamerkan paju-peju temanku di dalam rongga mulut kakak yang 
sampi menetes ke dagu, kak Alya terus menatap sayu padaku di tengah 
goncangan tubuhnya akibat sodokan-sodokan Bono dan Dado yang masih 
mengapit tubuh ramping kakakku.
Setelah dua temanku K.O. kini tinggal Dado dan Bono yang saling memburu didalam liang vagina dan anus kak Alya.
Gue
 bikin hamil lo.. gue entot nih memek lonte ampe hamil.. Uuugh! Setelah
 mengejang pertanda muncratnya peju Bono dalam liang peranakan kakak, 
Bono tumbang. Tapi Dado masih menggenjot pantat kak Alya diatas tubuh 
Bono yang lunglai.
Terus sayang.. terus entotin kakak.. kakak 
suka dientot Dado.. kakak mau dientot terus.. uuugh.. adek.. kakak boleh
 yah dientot Dado.. tiap hari.. kak Alya mulai meracau tak karuan, dan 
membuatku hampir klimaks..
Adeeek.. boleh ya kakak minta dientot terus.. dihamilin... dipejuhin badan sama muka dan mulut kak Alya..
AARGH! KAKAK PELACUUUR! KAK ALYA LONTEE! aku muncrat sejadi-jadinya kesegala arah sambil kupegang erat kontol menyedihkanku.
...Eeeeggghhh! ADEEEK! kak Alya mencapai orgasme memanggil namaku dengan kencang.
Sambil
 duduk aku melihat teman-temanku kelelahan karena ngecrot seharian 
dilayani kakakku. Begitu juga denganku yang lemas menghadapi siksaan 
dari tingkah nakal kakak kandungku ini. Ingin rasanya aku juga ikut 
ambil bagian mencicipi tubuh kak Alya, tapi aku pastinya akan selalu 
mendapat jawaban yang sama.
Malam ini mereka melanjutkan ronde 
kedua di dalam kamar kak Alya. Aku yang sudah muak memutuskan untuk 
tidur saja di kamarku sendiri. Sempat terlihat di mata kak Alya sebuah 
tatapan kaget tak menyangka ketika melihatku yang justru memutuskan 
untuk tidak mengikutinya ke kamar. Aku hanya mendengar suara-suara 
berisik mereka sibuk meledek dan merendahkan kakakku sambil terus 
melakukan entah apapun itu. Yang kudengar awalnya hanya cekikikan saja, 
lalu diakhiri dengan jeritan panjang kak Alya. Dan itu terjadi berkali 
kali sampai tengah malam di mana akhirnya sunyi senyap menandakan mereka
 sudah tertidur.
Namun tak kusangka, ketika tengah malam pintu kamarku terbuka. Seseorang masuk dan mendekat ke tepian ranjangku.
"Adeeek... kakak boleh gak bobo di sini?"
"Kenapa kak? Kok gak bobo di sana aja?" jawabku ketus berusaha menarik perhatiannya.
"Cuma
 pengen aja, boleh kan?" tanyanya lagi. Akupun seperti tak mampu 
menolak, akhirnya ku menerima kak Alya tidur di kamarku. Kak Alya lalu 
memelukku dari belakang menyadari aku tidak menghadap dirinya.
Setelah
 beberapa minggu banyak hal terjadi di antara kami berdua, kini semuanya
 seolah terlupakan dalam sekejap saja dengan pelukan hangatnya. Seolah 
dalam pelukannya menceritakan banyak hal padaku. Tentang bagaimana 
sebenarnya dirinya, kenapa aku hanya kebagian coli atas fantasiku 
tentang kakakku, dan mengapa aku harus memiliki pacar sendiri ketimbang 
harus menggagahinya yang merupakan kakak kandungku sendiri. Tapi 
sebagian dari diriku tetap menginginkan kakakku sebagaimana orang-orang 
lain juga bisa mencicipinya.
"Aku sayang kakak..." Walau aku masih kesal karena dia mau-maunya digagahi teman-teman jelekku, namun aku masih menyayanginya.
"Kak Alya juga sayang kamu dek...makanya cari pacar yah"
"Uuugh...
 kak Alyaaaa, hehehe..." Dan walaupun aku masih kesal, tetap saja aku 
tak tahan melihat penampilannya yang masih mengenakan seragam lusuh 
dengan bawahan sudah tak mengenakan apa-apa lagi itu. Kehadirannya saat 
ini seolah mengobati rasa kesalku seharian, yang mana saat ini hanya ada
 aku dan kak Alya di dalam kamarku...
Kak.. ngentot dong
Jangan
 gak boleh!
Yah
 kak, please dong
Kamu ini
 udah kakak bilang gak boleh!
.
"Deek..."
"...."
Adeeek..."
"...."
Ya udah boleh, tapi cuma kali ini aja ya
Beneran kak?
Iya
 sekali ini aja, gak ada lagi ujarnya dengan senyum manis.
Ng
 iya deh kak, gak apa
Ugh
 senangnya hatiku akhirnya kak Alya membolehkan aku bersetubuh 
dengannya. Dengan semangat akupun menindih tubuhnya, menggerayanginya, 
serta menciumi wajahnya berkali-kali. Aku lampiaskan nafsuku yang selama
 ini tertahan ke padanya. Jika benar yang dia katakan kalau aku hanya 
boleh sekali ini saja, maka aku harus menggunakannya sebaik mungkin dan 
sepuas-puasnya.
Hihihi, Adek
 pelan-pelan aja, nikmatin
Ngh
 iya kak
Puas-puasin yah adekku
Iya kak
 makasih.. Aku sayang kakak
Ketika
 penisku yang mengeras benar-benar amblas di dalam liang peranakan kak 
Alya, perasaan dan pikiranku melayang tinggi tak berujung. Aku dan kakak
 kandungku akhirnya bersetubuh!
Ya... Aku bersenggama dengan 
kakakku malam ini... berulang-ulang. Bahkan ketika aku sudah ngecrot dan
 terasa lelah, seolah tak ingin waktu dan kebersamaan dengan kakakku ini
 berlalu begitu saja, cukup dengan melihat kak Alya yang putih mulus dan
 bening setengah bugil sambil tersenyum padaku akhirnya aku bangkit lagi
 lalu kembali menggagahi kakakku sendiri, lagi... lagi... dan lagi...
"Eeghh... kak Alyaaaa... kakaaaaakkuuu..."
"Hihihi... emmmmhh...adeekkuuuu..."
Setelah sekian lama... aku dan kakakku akhirnya bersetubuh...
Aku, adik kandungnya... dan kakakku yang cantik dan seksi, kak Alya...
***
***
Iya kak, sore nanti aku sampai kok
Ohh
 sore ya? Masih cukup waktu deh kalau gitu
Cukup waktu ngapain kak?
Eh, nggak kok
 Udah dulu yah dek. Alamat rumah kakak jelas kan? Kakak tunggu ya di rumah
Iya kak, terus
 belum selesai aku ngomong ternyata telepon sudah dimatikan. Dasar, kebiasaan kakak yang ngga pernah hilang.
Tiga
 tahun berlalu. Masih teringat jelas bagaimana waktu itu kak Alya 
membolehkan aku menyetubuhinya. Apa yang aku rasakan malam itu sungguh 
luar biasa. Malam terindah yang pernaha kurasakan selama ini. Walau 
ternyata memang hanya sekali di malam itu saja, dia benar-benar tidak 
mengizinkan aku melakukannya lagi bersamanya.
Aku kini sudah 
kuliah dan tidak tinggal bersama dengan kak Alya lagi. Kakakku sudah 
menikah dan tinggal bersama suaminya, mas Hendi. Tapi hari ini, aku 
berencana untuk mengunjungi kakak di rumahnya dan menginap di sana 
selama liburan semester. Siapa tahu kakak masih mau melepas rindu 
seperti dulu lagi. Atau mungkin Alya sudah berubah semenjak menikah 
dengan mas Hendi?
Setelah perjalanan yang cukup lama akhirnya aku
 sampai juga di rumah kak Alya. Namun ternyata aku sampai lebih cepat. 
Aku sampai saat masih siang, bukan sore seperti yang aku perkirakan. 
Tapi biarlah, malah bagus kan berduaan dengan kak Alya sebelum mas Hendi
 pulang kerja?
Tok tok tok Ku ketok pintu depan rumahnya. Aku 
tak sabar berjumpa kak Alya lagi. Namun setelah berkali-kali ku ketok 
tidak ada yang menyahut. Apa tidak ada orang di rumah?? Namun saat ku 
coba meraih gagang pintu, ternyata tidak terkunci.
Ku coba saja 
masuk ke dalam sambil berteriak memanggil kak Alya, tapi tetap tidak ada
 yang menyahut. Bahkan di dalam kamar tidur kakak dan mas Hendi pun tak 
kudapati ia di sana.
Hingga akhirnya aku mendengar suara aneh 
dari ruang belakang yang tepatnya di gudang. Ketika menengok ke dalam 
salah satu kamar, aku terperanjat! Seorang wanita cantik terbaring di 
atas spring bed bekas sedang ditindih seorang pria! Namun pria yang 
terlihat tua, berkeringat, dan sedang asyik menindihnya itu bukan 
suaminya!
K-kak Alya!
Eh, A-adek? Kamu udah sampe??
 







