𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟔 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐂​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ 𝐊𝐀𝐔 𝐏𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐀𝐊𝐔, 𝐌𝐎𝐇𝐎𝐍 𝐀𝐊𝐔 ]

POV YOGA
[Jumat, 27 Mei 2022]

Pada hari Rabu kemarin, Andre sepertinya dua kali lebih menumpahkan spermanya di vagina istriku. Aku memang tidak menanyakan hal itu. Yang pasti.. istriku membangunkanku yang tertidur di sofa sekitar jam 1 malam, Andre sudah pulang. Berarti ada sekitar 4 jam lebih yang aku tak tahu sejak aku meninggalkan mereka berdua di dalam kamar.

Hari ini adalah hari terakhir bagi mereka, semoga saja pengorbananku ini tak sia-sia, dan aku segera memiliki anak meskipun bukan darah dagingku sendiri. Hari Rabu kemarin juga sudah kupastikan sebagai hari terakhir aku menikmati fantasiku, aku sudah tak mau dan tak sanggup lagi melihat istriku disetubuhi di depanku. Maka rencana lanjutanku kali ini murni karena ingin istriku hamil, bukan lagi persoalan nafsu fantasiku.

Di malam ini, ekspresi yang ditunjukkan oleh Mila terlihat sangat ceria, wajahnya tak bisa menutupi jika ia memang sudah menunggu dan mendambakan pertemuan terakhir ini. Aku juga sudah tak membaca sama sekali pesan chat mereka, biar sajalah.

Mila yang lagi-lagi berdandan dengan begitu cantiknya, sudah bersiap dengan lingerie merah yang menggairahkan. Tapi aku segera memintanya untuk mengganti baju dengan pakaian yang lebih sopan. Mila tampak kebingungan tapi dia tetap menuruti perintahku dengan mengganti bajunya dengan t-shirt dan celana legging hitam.

Begitu Andre tiba, Mila sudah tak ragu-ragu lagi untuk mencium pipi dan bibir begitu mereka bertemu di teras depan rumah. Aku menyuruh Andre masuk di ruang tamu. Duduk mereka pun langsung bersebelahan sambil menggenggam tangan satu sama lain.

“Malam ini kalian mainnya di luar aja ya…. Saya ga akan ganggu…. Awas lho jangan di mobil kaya dulu, buka kamar aja di hotel…”, ucapku tenang dan dibalas dengan tatapan mereka yang tajam memandangku, seperti kaget dengan ucapanku.

“Kamu malam ini bisa nginep kan Ndre? Kalo bisa… besok ga usah kerja… saya kasih waktu kalian sampe besok sore”, ucapku lagi.

“Pah…”, balas Istriku yang sepertinya kehabisan kata-kata dan tak percaya pada perintahku ini, tapi aku yakin dia sangat menyetujuinya.

“Emang besok saya libur, Kang”, ucap Andre sepertinya semangat dengan rencana dan izin dariku ini.

“Ya udah… saya mohon sama kamu, saya minta kamu buat bantu…. Lakuin yang terbaik ya Ndre..”, pintaku dari dasar hati terdalam.

“Iya, Kang…”, jawab Andre singkat.

Sebelum mereka pergi, aku minta Mila untuk menyiapkan dulu barang-barang yang akan dibawanya ke Inggris di hari Minggu pagi. Aku khawatir besok dia kelelahan dan belum mempersiapkan barang-barangnya. Tapi ternyata semuanya sudah disiapkan dengar rapi, kini dia tinggal mengumpulkannya di satu tempat agar tak tercecer dan tertinggal saat nanti kami berangkat.

Kebetulan juga, besok ada perpisahan dengan rekan-rekan kerjaku.. kemudian aku juga harus menitipkan mobil-mobilku dan menitipkan kunci rumah pada salah satu saudaranya Mila yang tinggal di Jakarta. Rencananya memang rumah ini akan dia isi selama kami berada di Inggris. Jadi besok aku harus mempersiapkan semuanya, sementara Mila menyiapkan kehamilannya, cocok!

Akhirnya mereka pergi, setelah bersalaman dan menciumiku, Mila melangkah ke mobil Andre sambil bergandengan tangan. Jujur ada perasaan cemburu dan panas hati melihat istriku jalan berdua dengan Andre meninggalkanku. Setiap langkahnya seakan menusuk hatiku. Bisa jadi mereka tidak langsung ke hotel tapi jalan-jalan dulu menikmati malam yang tidak akan pernah lagi mereka rasakan di kemudian hari.

Setelah mobil mereka melaju dari depan rumahku, aku masih mematung… aku meneteskan air mata merutuki nasibku. Andai saja aku bukan lelaki lemah, sudah barang tentu kejadian seperti malam ini tidak akan pernah terjadi.

Meskipun kepergian mereka aku setujui, bahkan justru aku yang memintanya… tapi tetap saja di malam ini aku tidak bisa tidur selalu memikirkan Mila yang pasti sedang meraih kenikmatan dengan lelakinya itu.

----++-----​

[Sabtu, 28 Mei 2022]

Sejak pukul 8 pagi, aku sudah menghubungi Mila. Melalui video call tampak Mila begitu bahagia menjawab teleponku itu sambil menyender di kepala tempat tidur di sebuah kamar hotel yang sepertinya cukup berkelas. Mila memperlihatkan Andre dengan dada telanjang yang bagian bawahnya tertutupi selimut masih tertidur di sebelahnya. Sepertinya mereka baru melewati malam yang begitu melelahkan.

Mila yang pagi itu memakai lingerie sexy-nya, mengatakan akan check out jam 12 siang, tapi mereka berencana untuk jalan-jalan dulu sebelum nanti sore pulang ke rumah. Aku pun mengiyakan sambil tersenyum walau hati ini terluka.

Dua teman kantorku sudah datang menjemputku, aku akhiri pembicaraan dengan istriku. Mereka yang akan menyimpan mobil-mobilku selama aku berada di Inggris. Jadi sekarang aku berangkat ke perpisahan kantor bersama dengan mereka.

Acara perpisahan dengan rekan satu divisi-ku berlangsung hingga pukul 12 siang. Di sela-sela itu juga aku didatangi oleh saudara sepupunya Mila bernama Raina, seorang mahasiswi yang memang sedang kuliah di Jakarta. Dia menemuiku untuk mengambil kunci cadangan rumahku, dia mengatakan akan mulai mengisi hari Rabu depan.

Ketika teman-temanku bubar, salah seorang teman yang membawa mobilku menawarkan aku untuk mengantarkanku pulang, tapi aku tolak karena aku masih ada keperluan. Daripada berdiam diri sendirian di rumah lebih baik aku menemui Deasy sekalian untuk berpamitan. Di taxi online menuju rumah Deasy aku sempat menghubungi istriku tapi teleponnya tak aktif, begitu juga dengan Andre. Kemana mereka? Aku cemas dan tentunya rasa cemburuku semakin hebat.

Begitu bertemu Deasy, aku langsung mencurahkan isi hatiku, semua pengalaman hidupku sejak aku berkonsultasi dengannya dulu hingga hari ini, tidak ada satupun yang aku tutupi. Kadang di beberapa moment yang kuceritakan aku mengucapkannya sambil menangis, Deasy memelukku dan mencoba menenangkanku.

Rupanya Deasy merasa bersalah dengan analisanya dulu yang sulit untuk dijalankan dan malah berkembang terlalu jauh, dia menyalahkan dirinya sendiri. Deasy kali ini mengatakan bahwa masalah seksualku termasuk fantasiku ini lebih baik ditangani oleh orang yang profesional. Dia mengatakan tidak ada kata terlambat, Inggris adalah negara yang tepat karena disana banyak psikolog yang bagus juga Rumah Sakit yang bisa mengobati masalah seksual seperti yang aku alami.

Sampai pukul 4 sore aku berada di rumah Deasy sambil setiap jam mencoba menghubungi Mila maupun Andre. Tapi telepon mereka masih saja tidak aktif. Aku memutuskan untuk pulang, khawatir ponsel mereka habis baterai, jangan-jangan sebenarnya mereka sudah pulang sekarang, sementara kunci rumah aku yang pegang.
----++-----​

Sudah pukul 10 malam, aku masih menunggu mereka di teras depan rumah.. istriku tak juga pulang. Bodohnya, aku juga tadi lupa tidak menanyakan di hotel mana mereka menginap.

Aku sudah berpikir yang tidak-tidak, mungkin istriku tak akan kembali lagi… benar-benar memilih Andre sebagai pendamping hidupnya. Rencanaku untuk tinggal bersama istriku di Inggris menjadi semakin tak menentu. Besok pagi, sekitar jam 10 aku sudah harus berada di bandara.

Sampai tak sadar akhirnya aku tertidur di kursi teras, beberapa waktu kemudian tidurku terganggu oleh nyamuk yang mengerubutiku. Aku pun pindah ke dalam, aku coba merebahkan diri di atas sofa, kulihat jam dinding sudah menunjukkan jam 12 malam. Sepertinya istriku benar-benar tak akan pulang. Aku menangis lagi, apalagi saat melihat tumpukan koper yang sudah siap di depan pintu kamar… terasa begitu sakit. Haruskah aku berangkat tanpa istriku? Haruskah aku berpisah dengan istri yang sudah kunikahi selama 10 tahun tanpa ada ucapan perpisahan sepatah katapun?

Sampai pukul 2 aku belum juga tertidur, malam ini begitu sepi… tak ada satupun mobil atau kendaraan apapun yang melintas di depan rumahku. Aku sudah benar-benar lelah, akhirnya kupejamkan lagi mataku ini.
----++-----​

[Minggu, 29 Mei 2022]

Aku terbangun jam 8 pagi, begitu mataku terbuka aku langsung berlari ke arah depan rumah, berharap disana sudah terparkir mobil Andre dan istriku ada menunggu di dalamnya karena tak bisa masuk. Tapi…. semuanya kosong, tak ada apapun di depan rumahku… begitu hampa.

Aku pun bergegas mandi, aku harus berangkat jam 9 menuju bandara. Sebuah keberangkatan yang sudah aku idam-idamkan sejak lama, dimana ada jutaan mimpi disana bersama istriku, ternyata harus kulalui seperti ini.

Sampai aku selesai mandi pun aku masih berharap istriku datang, tapi dia tetap tak pernah ada. Akhirnya aku bersiap berangkat setelah menghubungi taxi online. Ada keraguan tentang barang-barang yang kubawa ini, haruskah aku membawa semuanya? Aku pun mengirimkan pesan pada istriku yang ponselnya masih tidak aktif….

“Papah berangkat duluan, Papah ga akan marah… malah Papah bakalan bahagia kalo Mamah nyusul ke bandara… barang-barang sama tiket Mamah udah Papah bawa… tapi kalopun Mamah udah punya rencana lain, itu hak Mamah dan Papah ga akan pernah ada di hidup Mamah lagi…. moga-moga Mamah bahagia disini…”.​


 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com