𝐓𝐇𝐑𝐄𝐄𝐒𝐎𝐌𝐄, 𝐃𝐑𝐀𝐌𝐀 𝐃𝐀𝐍 𝐃𝐈𝐋𝐄𝐌𝐀 𝐁𝐚𝐠.𝟎𝟏


Wulan menghela nafas dalam .. lega .. hari yang melelahkan berakhir juga.
Mengerjakan 12 pasien bukanlah hal yang mudah untuk seorang dokter gigi. Ia melirik jam di dinding. Pukul 1 siang. Tak terasa sudah 5 jam ia bekerja.

Wulan meraih HandPhone yang tergeletak diatas meja kerjanya. Ada desir hangat dalam hatinya ketika melihat notifikasi BBM dilayar HP nya. Dari Rio. Wulan tersenyum kecil, mulai membuka aplikasi dan membaca pesan singkat.

"Bunda sayang, Ayah datang terlambat yaa .. masih ada yang harus diselesaikan di kantor. Sampai ketemu nanti, sayang'
Senyum Wulan semakin lebar. Pikirannya melayang pada sosok Rio yang sangat ia sayangi. Tak terasa angan Wulan kembali melayang ke saat pertama ia mengenal Rio.

Rio seorang pria berkeluarga dengan istri yang sangat sempurna dan 2 orang anak yang cantik dan tampan. Wulan mengenal Rio tanpa sengaja, saat ia tengah mengambil kursus bahasa untuk persiapan sekolah spesialisnya 4 tahun yang lalu.
Rio dan Wulan berada di kelas dan program yang sama.

Hang out setelah jam kursus selesai awalnya hanya kegiatan membunuh waktu bagi Wulan dan Rio. Mereka berdua menyukai kopi, menghabiskan waktu menunggu kemacetan terurai sebelum pulang kerumah masing-masing.

Awalnya tidak ada yang istimewa. Wulan sedikit menjaga jarak karena Rio telah berkeluarga. Namun lambat laun pesona Rio semakin menyusup ke dalam hatinya. Penampilan Rio yang sederhana namun bersahaja, ketenangannya dalam berpikir dan berbicara, membuat Wulan semakin terhanyut dalam gelombang asmara. Rio pun ternyata merasakan hal yang sama.

Namun keadaan tidak membiarkan mereka untuk bersatu menjalani hidup selayaknya. Wulan menyerahkan diri untuk rela menjadi wanita kedua di kehidupan Rio. Wulan sangat menghargai keputusan Rio untuk tidak meninggalkan keluarganya. Tak apa, pikir Wulan. Selama Cinta mereka tetap bersatu . Rio pun terlihat sangat menyayangi Wulan dan berusaha untuk memberikan cinta dan perhatian semaksimal yang ia bisa.

Wulan dan Rio menyewa satu apartemen untuk mereka bertemu. Hubungan rahasia yang harus mereka jaga, karena komitmen mereka untuk melindungi reputasi Rio sebagai pegawai di sebuah instansi pemerintah dengan karir yang sangat cemerlang. Wulan sudah berikrar untuk tetap mendahulukan kepentingan karir dan keluarga Rio, walau terkadang sangat sulit ia lalui.

Hari ini tepat 4 tahun pernikahan rahasia mereka. Rio menyempatkan diri untuk menemui Wulan di sela-sela kegiatan rapatnya yang padat. Wulan sangat bahagia. Sudah 3 bulan semenjak terakhir Rio mengunjunginya.

Wulan melirik koper merah disudut ruangan. Ia sejenak mengingat kembali persiapan melewati akhir pekan bersama Rio .. adakah yang terlewat?
Gaun untuk makan malam, Baju santai, dan ... Lingerie cantik untuk menggoda Rio nanti malam .. all done!
Wulan bangkit, tak sabar segera menuju Apartemen mereka. Rio menjanjikan malam spesial untuknya .. entah apa gerangan, Wulan tak bisa menebak pasti. Rio selalu memanjakannya .. sangat tau bagaimana memperlakukan seorang perempuan dengan sangat romantis.

"Lin, aku pulang dulu ya.." pamit Wulan pada Lina asistennya
"Lho .. ga makan dulu Dok? Sudah siang, nanti telat makan perutnya sakit lagi lho" desak Lina mengingatkan
"It's OK .. aku mampir makan nanti sebelum pulang" ujar Wulan ingin segera mengakhiri pembicaraan. Lina mengangguk. Wulan bergegas menuju mobilnya, memasukkan koper merah kedalam bagasi dan mulai melaju membelah ibu kota ke apartemen mungil miliknya dan Rio. Sejenak berhenti untuk membeli makan dan snack, Wulan tiba di Apartemen. Tepat waktu, karena jalan ibu kota tidak terlalu ramai saat itu.

Apartemen mungil mereka berada di lantai empat. Sebelumnya Wulan sudah meminta seorang Cleaning Service untuk terlebih dahulu membersihkan apartemennya. Maklum, apartemen yang sehari-hari dibiarkan kosong, hanya terisi jika ia dan Rio akan bertemu.

Wulan melangkah masuk. Disapukannya pandangan ke seluruh ruangan. Apartemen dengan satu kamar ini terasa sangat nyaman. CS telah menatanya dengan sangat rapi. Wulan melangkah membuka pintu kearah balkon yang menampilkan set taman belakang apartemen yang cukup indah. Dibiarkannya pintu terbuka agar udara segar taman dapat masuk memenuhi ruangan.
Notifikasi HP berbunyi lagi. Wulan membaca teks pada display. Dari Rio lagi.
"Bunda .. sudah di apartemen? Ayah On The Way yaa .."

Wulan terkesiap. Entah mengapa walau sudah 4 tahun bersama, ia masih selalu gugup bila akan bertemu Rio. Wulan melirik jam tangannya. Kalau jalan lancar seperti tadi, Rio akan tiba tidak lebih dari 1 jam yang akan datang. Masih ada waktu untuk bersiap, bisik Wulan.

Ia melangkah ke kamar mandi. Lelah seharian bekerja, akan dipulihkan dengan berdiri dibawah siraman shower air hangat selama 20 menit. Wulan ingin ia berada dalam kondisi fit dan segar saat bertemu Rio. Dibawah siraman air hangat, pikiran Wulan melayang, memberinya ide untuk membuat kejutan manis untuk Rio juga. Wulan tersenyum membayangkan reaksi Rio bila melihatnya nanti.

Berbalut handuk yang hanya menutupi batas dada dan pinggulnya, Wulan berjalan kearah dapur. Apartemen mereka memang tidak luas tapi Rio menyediakan sebuah kitchen set untuk Wulan bereksperimen membuat masakan. Wulan hobby memasak. Dapur apartemen mereka dilengkapi satu meja panjang dari kayu mahoni yang cukup kokoh, dengan 2 kursi bulat tinggi berkaki empat sebagai pelengkapnya. Wulan memanaskan air, menyeduh teh, menyiapkan kue coklat kesukaannya dan duduk tenang menunggu Rio...

Sambil menikmati kue coklat perlahan, jemari Wulan mulai mengetik pesan untuk Rio melalui HP nya. "Ayah Bunda keluar sebentar ya.. ada sesuatu yang harus di beli .. Ayah ada kunci cadangan kan? Nanti masuk aja kalau Ayah datang Bunda belum ada ya .. Miss You sayang, can't wait to see you.." Wulan tersenyum senang. Trik nya untuk menyambut Rio sudah siap. Dirapikannya handuk yang melingkar ditubuhnya. Tanpa sehelai benangpun dibaliknya, Handuk putih lembut itu hanya menampakkan sebagian buah dada dan kedua kaki serta pahanya. Ia meletakkan ikatan handuk di bagian dada, sehingga belahan handuk tepat berada di depan perut dan kedua pahanya.

Wulan kini menata duduknya. Dilipatnya kaki nya bersilang sehingga Handuk yang menutupnya makin tersingkap. Wulan menarik nafas, menghirup teh hangatnya perlahan mencoba menenangkan diri. Diperhatikannya tubuhnya sendiri dalam dalam . Hm, masih cukup menarik untuk wanita usia 40, batinnya dalam hati.

Entah berapa menit berlalu, Wulan mendengar suara di pintu Apartemennya. Bunyi anak kunci dibuka. Itu pasti Rio, bisiknya dalam hati. Degup jantungnya berdebar makin kencang. Ditegakkannya punggungnya, membuat siluet tonjolan buah dadanya semakin nyata dibalik handuk putih yang menutupnya. Disingkap sedikit handuk di bagian pahanya, membuat paha putih mulusnya terlihat jelas.

Bersambung....


 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com