Setelah itu aku korek banyak informasi dari si Inah pembantuku itu, semua dia ceritakan sampai pernah juga diminta untuk melayani kung juga. Tapi kung nya yang ga mau. Entah kenapa padahal si Inah ini mau-mau aja, katanya. “Kamu kok gampang mau sih Nah?? Tanyaku.
Ia juga bercerita kalau keluarga kami, mulai dari orang tuanya mas Hendra sangat berjasa kepada keluarga si Inah ini. Dulu ibunya Inah ini juga ikut Kung sebelum dia meninggal. Nah sebelum uti nggak ada, Inah ini ikut juga mennggantikan alm. ibunya.
“trus, kenapa kok kung ga mau ama kamu tapi kok mau sama aku ya Nah? Tanyaku. “Ya iyalah bu…ibu cantik, putih bersih sexy lagi… Inah?? Ya ga bisa dibandingin lah bu” jawab pembantuku itu. “Lha mas Hendra kok mau sama kamu?” tanyaku lagi. “Ya ga tau bu… kepaksa paling… ga ada lagi… atau bosen ama yang putih2… jadi ambil yang coklat-coklat” timpalnya sambil tersenyum. “Hush… sialan kamu” hardikku.
“Biarlah semua seperti biasanya Nah… aku akan tetep pura-pura nggak tau kalau waktu aku datang bulan, mas Hendra minta ke kamu” kataku sebagai penutup di pembicaraan itu. Aku juga tersadar dan dapat kujadikan bahan intropeksi, kuingat kalau sedang mens, jangankan disuruh apa-apa, kadang disentuh pun aku marah, sering juga aku tidur dengan anak-anakku di kamar mereka. Cemburu?
Ia iyalah, aku sayang sama mas Hendra. marah? Ya gimana lagi, aku pun juga jadi penyebab semuanya. Dan lagi minggu kemarin aku juga main gila ama mertuaku sendiri. Anggap aja impas, hehe. Pikiranku pun kembali terbuka. Rasa bersalah dan penyesalan yang beberapa hari ini membebani benakku terasa longgar, bahkan aku bakal ga menolak kalaupun jung memintaku lagi. Toh juga akan berpengaruh baik ke kesehatannya.
Lelaki itu langsung pulang setelah mengantarkan anak-anakku pulang sekitar jam setengah 1. Seperti biasanya masih minim dengan kata-kata. “ma… ma aku anterin ke rumah kung maa” rengek Bayu ketika baru saja aku menaruh tubuhku di sofa. “Lho tadi kok kamu dianter pulang kalo mau dirumah kung. ada apa sih? Tanyaku.
“Pokoknya anterin… sekarang… kalo nggak, Bayu jalan kerumah kung” paksanya. “Iya-iya sayang… bentar dulu.. mama ganti baju dulu”Jawabku sambil mengambil jaket dan hijab sebagai penambah penutup tubuhku yang dari tadi memakai daster tanpa lengan.
Lima menit kemudian aku dan si Bayu sudah di dalam mobil menyusuri jalanan kota yang sedang panas-panasnya. Belum juga aku turun Ketika kuparkir roda 4 ku di halaman rumah yang tampak sederhana tapi bersih itu, anakku sudah keluar dan pamit kalau dia mau kerumah temannya di dekat situ. “Wah… bakal kejadian nih” Langsunglah timbul pikiran ngeresku. Aku segera masuk ke rumah itu.
“Anter Bayu ya Nuk? Tanya mertuaku menyambut kedatanganku. “Iya kung. tapi tadi langsung keluar, ga tau kemana” jawabku. “oh iya kayaknya dia janjian sama temennya” sahut lelaki itu. Masih malu dengan kata-kata, akhirnya aku ambil HP ku dan mengirim pesan ke Ayah mertuaku. “Jangan nuk.
Ga tau si Bayu nanti pulang jam berapa. Takut tiba-tiba pulang” jawab lelaki itu. Bener juga sih. Tiba-tiba sebuah mobil diesel berhenti tanpa mematikan mesin di depan rumah dan keluarlah seorang Wanita yang berjalan cepat masuk ke halaman rumah. “Bu Harjo” kata ayah mertuaku yang kemudian berjalan keluar rumah. Terdengar mereka bercakap-cakap. Mobil itu terdengar bergerak menjauh ketika ayah mertuaku masuk dan menutup pintu ruang tamu yang sejak tadi terbuka.
“Bayu diajak bu Harjo dan pak Harjo ke Ngancar, katanya ada obyek wisata baru disana. Pulang paling jam lima an sampe sini” kata lelaki itu sambil menutup pintu ruang tamu. Sebuah kode keras buatku. Tanpa basa basi aku langsung berdiri dan menuju kamar.
Satu-persatu pakaianku kulucuti sampai aku telanjang bulat. Lelaki itu ternyata juga sudah melepas bajunya. Sambil masih berdiri ia lalu menjilati payudaraku dan menghisap putingnya bergantian kanan dan kiri. Kupejamkan mataku menikmati permainan lelaki itu.
Kemudian lelaki itu perlahan mendorongku ke atas ranjang. Kubuka kedua kakiku ketika tubuhku sudah terlentang di atas Kasur. Kupikir ia segera mengeksekusiku, tapi ternya nggak. Ia lalu menjilati vaginaku. Lidahnya bermain-main di bagian klirotisku yang membuatku menggelinjang keenakan. Permainan baru yang tidak kudapatkan waktu pertama kali ML dengan lelaki itu. Tak ayal beberapa menit kemudian aku pun mencapai orgasmeku hanya lewat permainan mulutnya.
Seperti biasa, tanpa banyak kata-kata ia lalu mengarahkan batang kemaluannya kearah liang surgaku. “sebentar kung” kataku lalu aku pun menungging. Posisi bercinta favoritku, mas Hendra pun ga pernah bertahan lama di posisi ini.
Ia pun langsung menggenjotku dengan kecepatan tinggi dengan posisi masih berdiri di tepi ranjang. Aku pun menikmati permainan itu. Kadang-kadang lelaki itu meremas-remas payudaraku. Sekitar 10 menit kemudian aku rasakan ia mempercepat gerakannya. “ooooooocccchhh” jeritnya tapia gak tertahan.
Air maninya muncrat dalam vaginaku. Sial. Padahal aku pun tadi sudah mau mencapai klimaksku juga tapi permainan sudah selesai. Aku kemudian berdiri di sebelah ranjang dengan kaki agak mengangkang, agar sperma yang keluar dari liang kewanitaanku tidak kena sprei. “Kung tolong ambilin pembalut di laci dashboard mobil” pintaku ke lelaki itu yang sudah selesai mengenakan pakaiannya.
Aku pun segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian aku pamit. Biar nanti si Bayu diantar kungnya. “nanti malam harus lagi, kalau nggak, Ninuk ga bakal mau lagi!!” pesan yang kukirim ke ayah mertuaku sesaat sebelum meninggalkan rumahnya