𝐂𝐨𝐫𝐫𝐮𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟑

 


Di Hari Yang Sama

Setelah ngobrol dengan para penjaga townhouse, Nisa pulang ke rumah untuk melaksanakan sholat dzuhur dan makan siang. Merasa gerah, Nisa memutuskan untuk sekalian mandi lagi. Di kamar tidurnya, Nisa membuka seluruh bajunya hingga tidak tersisa sehelai benang pun. Hanya menyisakan kalung dan cincin.


Sebuah kalung pemberian Alif yang melingkar indah di lehernya. Benda berkilau itu sangatlah berharga baginya. Memang tidak mahal harganya tapi benda itu merupakan pemberian waktu anniversary pertama waktu mereka masih pacaran. Sehingga baginya benda itu sangatlah spesial. Kalung itu kembar, dimana Nisa memakai satu bagian dan suaminya memakai bagian kalung yang lainnya. Kalau kedua bagian digabungkan maka akan menjadi satu kesatuan, sebuah kalung yang utuh. Yang menggambarkan satu kesatuan pasangan suami dan istri.

Selain kalung di lehernya, ada cincin pernikahan yang tersemat di jari manisnya. Benda sakral yang mengikatkan dirinya dan Alif, untuk menjadi pasangan sah suami istri yang bahagia.

Penasaran dengan perkembangan bentuk tubuhnya, Nisa beranjak ke meja rias yang memiliki kaca besar. Lalu ia berputar di depan cermin tersebut, memperhatikan tubuh sintalnya yang sedang berbadan dua. Perutnya semakin besar seiring waktu berjalan. Kedua payudaranya juga ikutan membesar disertai perubahan warna areola yang menjadi hitam. Tipikal perubahan wanita yang sedang hamil.

Ia menatap perutnya dalam-dalam penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang, seraya mengelusnya lembut.

"Anak ku sayang, beberapa bulan lagi kamu akan keluar dari perut mama, lahir ke dunia yang indah ini. Bertemu dengan papa dan mama" ucap Nisa mengajak bicara kepada janin nya yang masih berada di dalam tubuhnya. Meski sang janin belum lahir, hubungan antara anak dan ibu sudah terjalin dengan sangat kuat. Rasa cinta kepada anaknya yang belum lahir ke dunia, sudah begitu kuat. Tidak ada yang bisa mengalahkan.

"Kehadiran kamu, membuat aku menjadikan seorang ibu, dan juga menjadikan Alif seorang ayah. Terima kasih ya sayang, kamu membuat hidup kami menjadi bahagia dan sempurna" lanjut Nisa berbicara kepada janin dalam perutnya.

"Mudah-mudahan kamu jadi anak yang berbakti kepada orangtua ya nak, amin" ujar Nisa dengan penuh harap sekaligus mengamini. Orang tua mana pun pasti mendoakan anaknya kelak menjadi orang yang hebat, baik, dan juga berbakti kepada orangtuanya. Nisa berjanji dengan dirinya sendiri, bahwa ia akan memastikan kesehatan dirinya dan asupan gizi bagi anaknya yang belum lahir ini. Agar kelak nanti, anaknya tumbuh sehat dan pintar. Nisa akan melakukan apapun demi anaknya.

Nisa terus mengelusi perutnya dengan penuh rasa akan kasih sayang dan cinta. Akan tetapi di saat sedang mengagumi tubuhnya sendiri, timbul rasa aneh dari setiap gerakan tangannya. Secara tiba-tiba ada desiran gairah nan panas yang muncul di dalam tubuh hamilnya.

"Nghhh…" lenguh Nisa tanpa sadar. Ia kaget, mengapa dirinya bisa mengeluarkan lenguhan manja dari mulutnya. Tapi ia tidak menghentikan gerakan tangannya. Sensasi elusan tangan nya terlalu menagih. Sensasi gesekan telapak tangan dengan kulit di perutnya membangkitkan birahi.

Lalu ia kembali melihat ke cermin. Ternyata kedua puting susunya mulai mengacung semakin keras. Si wanita hamil arahkan jari-jari lentiknya ke pucuk payudaranya yang sedang membutuhkan sentuhan manja itu. Nisa sentuh pelan ujungnya, akibatnya ia mendesah kala merasakan nikmat yang timbul akibat sentuhan jarinya sendiri. Ia bisa merasakan betapa sensitif putingnya, di sentuh saja bisa menyalurkan sengatan nikmat ke seluruh tubuhnya. Ia ketagihan dengan rasanya. Lantas ia pencet lagi kedua putingnya. Nisa melenguh dengan merdu lagi. Lupa dengan keadaan yang masih tanpa sehelai benang, bumil itu terus menekan-nekan jarinya di kedua puting.

"Ohhhh….." desah Nisa keenakan. Ia pejamkan kedua matanya untuk fokus dengan rasa nikmat yang sedang ia rasakan.

Lalu Nisa mulai memelintirkan kedua putingnya. Ia menengadah nikmat. Wanita yang sedang hamil 4 bulan itu seakan lupa dengan daratan karena rasa geli nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Terasa kemaluannya mulai bereaksi membasah. Vaginanya mulai mengeluarkan cairan alaminya. Dan perlahan merembes keluar, membasahi selangkangannya. Lalu mengalir ke pahanya.

“Ahhhh…..Ahhhh…..Ahhhh!”. Desah-desahan merdu Nisa sudah memenuhi isi kamar tidurnya. Ia semakin beringas mengerjai tubuhnya sendiri. Ia meremas kuat kedua bongkahan payudaranya yang belum mengeluarkan susu itu. Kombinasi antara permainan tangan dan jarinya di dadanya terlalu memabukan untuk dirinya. Tahu saat akan klimaks, jari-jarinya menarik keras kedua putingnya. Alhasil ia orgasme dengan nikmatnya.

“Oughhhhh…ohhh…ohhh....ahhhh!” erang si bumil saat orgasme menerpa. Tubuhnya sedikit bergetar-bergetar. Nisa meraih puncak kenikmatan tanpa menyentuh vaginanya sama sekali.

“Hh…hh…hh…” Nisa tengah-engah, ia baru saja mendapat kan orgasme setelah sekian lamanya. Ini adalah pertama kalinya sejak dia dinyatakan hamil oleh dokter. Ia seperti hampir lupa dengan rasa nikmat orgasme. Lelah habis klimaks, ia dudukan dirinya di ranjangnya yang empuk dan termenung menatap lantai. Dirinya tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

“Ke-kenapa aku tiba-tiba masturbasi di siang bolong begini sih?!” ucap Nisa yang tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan.

Walau baru saja mendapatkan klimaks, sejatinya Nisa masih merasa kurang. Tubuhnya masih merasa kurang. Dirinya masih ingin merasakan orgasme lagi. Masih ada gairah di dalam tubuhnya yang butuh disalurkan. Dirinya begitu rindu dengan rasa nikmat dari orgasme.

Terbesit dalam benaknya untuk melakukannya sekali lagi. Tetapi ia putuskan untuk tidak melakukannya lagi. Ia tidak mau terlena euphoria kenikmatan orgasme di siang hari ini, mengingat dirinya harus menunaikan ibadah sholat dzuhur dan makan siang. Ia beranjak dari duduknya menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri sekaligus mandi junub.


Setelah menunaikan ibadah sholat di kamarnya, dan makan siang di ruang makan, Nisa menuju ke ruang tengahnya untuk menghabiskan waktu dengan bersantai di sana sambil menunggu suaminya pulang. Bosan, ingin sekali rasanya untuk kembali ke pos penjagaan untuk mengobrol dengan mereka.

Ia kembali teringat waktu sedang bercakap-cakap dengan para penjaga yang berpenampilan menyeramkan tadi. Tapi Nisa suka bercengkrama dengan mereka. Terutama dengan Amos, karena pria itu pandai melucu hingga dirinya ketawa-ketawa terbahak-bahak tanpa malu. Aneh bukan? Ada seorang wanita berjilbab yang sedang hamil suka ngobrol dengan orang yang bukan muhrimnya dan juga berbeda kelas sosial. Tapi itulah adanya, Nisa yang baik hati tidak mau membentengi dirinya dengan belenggu sosial. Ia sebagai manusia biasa harus rendah hati dan berperilaku baik kepada siapapun, tanpa memandang status sosial seseorang.

Selain bakat melucunya, Nisa terkesima dengan fisik Amos yang gagah. Pria timur terlihat menarik dari matanya. Harus diakui penampilan kedua pria tadi sangatlah macho ketimbang suaminya sendiri. Pak Amos, yang meski sudah berumur tapi masih terlihat gagah dan menawan. Otot-otot lengan Amos terlihat besar, pasti tenaganya kuat, pikir Nisa. Dan tidak lupa dengan warna kulitnya yang hitam menambahkan kesan yang menyeramkan tapi jantan. Siapa saja kalau tidak kenal pasti merasa takut kepada Amos.

Berbeda dengan suaminya. Alif sejak menikah malah menggemuk, menjadi mulai tidak menarik di mata Nisa. Tentu ia tetap cinta dan sayang kepada suami sahnya itu. Berkali-kali Nisa meminta Alif untuk olahraga agar tubuhnya menjadi lebih bagus dan fit. Tapi dengan alasan capek karena pekerjaan, Alif selalu menolak anjuran istrinya untuk olahraga. Mau tak mau, Nisa pun memaklumi nya juga.

Tapi ada satu hal yang mengganggu Nisa saat berada di pos penjagaan tadi. Kalau dikesampingkan keseruan ngobrol dengan mereka, Nisa sadar akan bagaimana Amos dan Jono menatapnya. Keduanya menatap dirinya dengan pandangan yang mesum. Awalnya ia merasa risih, tapi tidak berani menegur keduanya. Karena takut menyinggung mereka, lantas dibiarkan saja. Namun lambat laun tatapan mesum keduanya tidak membuatnya risih, malahan ia merasa senang. Entah kenapa disaat dirinya di telanjangi oleh kedua mata mereka, ada rasa aneh yang mencuat dari dalam dirinya. Ia senang bagaimana mereka memandangi wajahnya yang cantik, juga perut serta buah dadanya. Mengapa ada rasa suka kala di pandangi mesum oleh mereka? Mungkin tabiat seorang wanita yang memang suka diperhatikan oleh lawan jenisnya pikir Nisa. Tapi sebagai wanita yang berjilbab dan taat agama, ia sadar kalau dirinya harus menjaga dirinya dari orang-orang yang bukan muhrimnya. Tubuh dan cintanya adalah milik suami sahnya, Alif.

Suaminya yang pulangnya masih lama, membuat Nisa bosan. Ia pun berancana iseng untuk nge-chat temannya Hilda. Tetapi karena lelah akibat kegiatan mastubasi dadakan tadi, Nisa memutuskan untuk tidur siang di kamarnya. Ia terasa capek karena orgasme yang tadi ia raih. Tubuhnya sudah lama tidak merasakan orgasme. Jadinya sekali mendapatkannya, tubuhnya kaget dan langsung tepar. Sebagai wanita yang sedang hamil, Nisa harus menjaga kesehatan tubuhnya tidak boleh terlalu capek.

Malam-nya

Nisa dan Alif sudah berbaring nyaman di kasur yang empuk, untuk tidur. Sang suami sedang menghadap berlawanan dengan istrinya, hampir terlelap. Tapi sang bumil tidak bisa menutupkan matanya. Sejak tadi siang, ia bisa merasakan dirinya masih sangat bergairah. Ada hambatan yang harus dituntaskan. Sejenak, ia selipkan tanganya ke dalam celana dalamnya sendiri. Meraba kemaluannya yang berbulu cukup lebat. Karena sedang mengandung ia malas mencukurnya, jadi ia biarkan saja. Terasa lembab disana. Nisa merasakan tubuhnya membutuhkan sentuhan intim dari suaminya. Terus ia putuskan akan meminta jatah kepada suaminya malam ini juga.

“Pahhhh…..” Panggil Nisa dengan nada yang di buat semanja mungkin, mencari perhatian ke Alif. Berbeda dengan Nisa yang uring-uringan karena nafsu yang sedang menggebu-gebu. Alif sudah hampir hanyut menuju dunia mimpi. Tapi mendengar panggilan istrinya, ia sanggupi untuk menjawab.

“Iya mah?" singkat Alif dengan lemas.

“Kita sudah lama nggak ini nihhhh…” ujar Nisa melempar kode kepada suaminya itu. Berharap pujaan hatinya mengerti dengan keinginannya.

“Lama enggak ini apa mah?” tanya balik Alif yang setengah mengantuk, jadinya ia tidak menangkap kode dari istrinya. Padahal Nisa sudah menggunakan suara yang begitu menggoda.

"Ihhhh…. papah ah, masa nggak ngerti sihhhhh…." rajuk Nisa. Alif menjadi bingung, rasa ngantuknya perlahan memudar.

"Hmmm… ada apa sih mah?” tanya Alif sambil membalikan tubuhnya menghadap istrinya. Ia lihat Nisa cemberut kepadanya. Dirinya bertambah bingung. Ia takut kalau istrinya sedang mengidam, dan dirinya harus mencari apa yang istrinya mau malam ini juga.

“Apa mah, mama mau apa?” tanya Alif lagi, karena Nisa hanya diam sambil memasangkan wajah yang mesem cemberut. Nisa juga melipatkan kedua tangannya di dadanya. Wanita memang sulit dimengerti pikir Alif.

Jengkel dengan suaminya yang tidak ngerti juga dengan kode yang diberikan. Ia beranjak dari berbaring lalu duduk di samping suaminya. Tanpa aling-aling ia singkap selimut yang menutupi tubuh suaminya. Nisa langsung menyerang selangkangan sang suami. Merogoh isi celana suaminya, mencari pusaka yang telah membuat dirinya hamil. Langsung ia genggam penis yang masih layu itu.

Alif kaget dengan perbuatan istrinya yang sangat dadakan. "Aduh, mah?".

“Mama lagi pengen tau" omel Nisa dengan cemberut manja, yang kemudian mencoba menarik celana Alif untuk turun.

“Ohhhh….”. Alif akhirnya baru mengerti dengan kemauan istrinya. Tapi yang tidak disangka oleh Nisa, Alif malah menahan celananya kala ingin diturunkan.

"Lho kok?! Papa nggak mau ya? Apa karena mama lagi hamil, papa nggak mau ya? Tubuh mama jelek ya?” cecar sang istri, melihat penolakan suaminya.

“Bukan begitu mah, papa lagi capek banget. Dan besok kan papa harus bangun pagi buat kerja mah” ujar Alif membeberkan alasannya menolak ajakan istrinya untuk berhubungan intim.

“Yahhhhh…. Papa gitu deh ah!” rajuk sang istri. Nisa sudah terbakar dengan api birahi, ia tidak mau mendengarkan alasan suaminya. Walau Nisa seorang wanita yang berjilbab, bukan berarti tidak memiliki nafsu. Ia ingin di puaskan malam ini juga.

“Maaf ya mah, nanti pas malam minggu deh mah. Papa janji, nanti papa ngelonin mama sampai puas" janji Alif kepada Nisa.

Tapi sang istri tidak menggubrisnya, Nisa terus mencoba menurunkan celana suaminya.

“Nggak mau, mama maunya sekarang!” pinta Nisa dengan agak memaksa.

Sejujur Alif juga ingin menikmati tubuh istrinya malam itu juga. Sudah lama sekali ia tidak merasakan tubuh hangat istrinya. Karena takut dengan keadaan istrinya yang masih hamil muda. Lantas sampai detik ini, ia pun belum juga memberikan nafkah batin kepada sang istri.

“Pah, ayo dongggg. Mama lagi pengen nih” pinta Nisa dengan iba.

Merasa kasihan dengan istrinya, ia mengalah dengan istrinya. Ia lepaskan tangannya yang tengah menahan celananya. Lantas Nisa menarik celana suaminya hingga tersangkut di pergelangan kaki. Terpampanglah penis Alif yang masih lemas. Nisa genggam penis, lalu mengocoknya perlahan.

"Ni-nissaa…..ohhhh…". Alif keenakan dengan kocokan lembut tangan Nisa.

Tidak lupa ia berikan saliva ke ujung penis sang suami, dengan cara membiarkan jatuh cairan mulutnya tepat di ujungnya. Nisa semakin lancar mengocok penis suaminya. Perlahan namun pasti, benda kesayangannya itu mulai keras. Nisa berbinar melihatnya. Mulutnya turut berair, tidak sabar menelan bulat-bulat penis suaminya.

Walau dirinya wanita yang cukup taat kepada agamanya, bukan berarti semasa pacaran dengan Alif tidak ada kenakalan-kenakalan di antara mereka. Sekedar petting atau merangsang satu sama lain, sudah mereka lakukan. Saling bergantian menghisap kemaluan pun sudah pernah mereka lakukan. Dengan akal bulus bujukan maut Alif, dirinya berhasil membenamkan pusakanya yang keras ke mulut sang kekasih. Bahkan Nisa menjadi ketagihan untuk melakukannya. Ya, salah satu kegiatan seksual favorit Nisa adalah melakukan oral sex. Ia sangat suka sekali menghisap kemaluan suaminya. Sejak diminta untuk pertama kali untuk melakukannya kala masih pacaran, dirinya ketagihan dengan menghisap penis Alif. Atas anjuran Alif, Nisa belajar untuk melakukan oral sex dengan cara menonton film porno yang ia berikan.

Bahkan tanpa di sangka Nisa yang seorang akhwat, senang menelan sperma Alif. Awalnya jijik, bahkan pernah muntah waktu pertama kalinya menelan sperma. Tapi demi sang kekasih, ia kuatkan diri untuk melakukannya. Jadinya ia sering meminum sperma sang kekasih. Alhasil ia pun terbiasa, bahkan ketagihan. Menurut Nisa ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri apabila menenggak sperma pacarnya. Awalnya demi kepuasan karena menelan sperma hasil jerih payahnya saja, lambat-laun ia juga suka dengan rasanya.

Meski sudah melakukan beberapa hal yang tidak semestinya di masih pacaran, kesucian Nisa terjaga sampai akhirnya menikah dengan Alif. Nisa ingat waktu malam pertamanya, perawan telah berhasil direnggut pasangan sahnya. Ia merasa sangat sakit di mana mahkota kewanitaan nya diterobos oleh penis Alif untuk pertama kalinya. Tapi di saat bersamaan Nisa merasa bahagia, ia telah menjadi wanita seutuhnya. Dan sekarang dirinya tengah hamil, kebahagiaan nya menjadi berkali-lipat.

Tanpa membuang waktu lagi, ia melahap penis suaminya yang sudah ereksi hingga mentok ke tenggorokannya. Sempat tersedak, Nisa diamkan penis suaminya di dalam mulutnya. Alif bisa merasakan betapa hangat mulut istrinya. Lalu bagaimana otot-otot mulut istrinya memijat batang kemaluannya.

Erangan pun terlepas membahan nyaring keluar dari mulutnya "Oghhh…. sayangggg…". Sudah lama dirinya tidak merasakan kenikmatan mulut istrinya. Hangat dan basah. Penisnya benar-benar di manjakan.

Nisa mendengar lenguhan Alif, lalu ia lepas cengkeraman mulutnya dan menyindir suaminya “Tadi nolak, ehhhh…. sekarang malah keenakan, dasar kamu ya?!”.

“Kamu jago banget sih sayang” puji sang suami.

“Hihihihi….dasar bisa aja deh mujinya” ujar Nisa sambil mengurut pelan penis suaminya yang sudah basah dengan air liur dan pre-cum.

Terbesit dalam benak Nisa di saat memandangi penis milik Alif. Kepunyaan suaminya di saat ereksi maksimal berukuran biasa saja, cukup baginya. Tapi kepunyaan suaminya tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan bintang film porno yang ia pernah tonton. Sangat jauh perbedaannya.

Tiba-tiba Ia penasaran dengan kepunyaan pak Amos. ‘Apa punyanya pak Amos se kekarnya badannya ya? Eh kok?! Aku ini kenapa sih?!’ Ia hardik dirinya sendiri ketika memikirkan yang tidak-tidak di saat sedang bersama sama suaminya. Kembali ia fokuskan dirinya kepada kemaluan Alif.

Ia kembali melahap penis suaminya, dan menghisapnya lembutnya. Bagai sedang menyelam sambil minum air, Nisa arahkan tangannya ke selangkangannya. Membelai vagina yang sudah basah. Jarinya menggesek belahan yang sudah basah membanjir. Ia melenguh dengan mulut masih penuh dengan penis Alif. Ia pun mendesah tertahan karena masih ada benda keras yang bersarang di mulutnya.

Selain menyedot, Nisa mulai menaik turunkan kepalanya, mengocok kemaluan suaminya dengan mulutnya. Bibir mungilnya mengatur rapat, menjerat batang penis Alif dengan nikmat. Lidahnya juga ikut andil memuaskan pusaka Alif. Nisa terus melakukan itu semua demi kepuasan dirinya dan suaminya. Dirinya sudah tidak sabar untuk disetubuhi oleh Alif.

Namun sayangnya itu hanya sebuah angan-angan saja. Nisa kaget di tengah-tengah kulumannya, ia merasakan kedutan di penis suaminya tanda akan segera ejakulasi. Ia tidak menyangka suaminya akan orgasme secepat ini. Sebenarnya dirinya masih ingin menikmati penis suaminya dengan mulutnya. Apalagi dirinya juga belum disetubuhi! Padahal itu tujuan utamanya malam ini. Ia ingin merasakan penis keras ini di vaginanya yang sudah sangat basah.

“Sayangggg…..oghhh…akuuuu…mau keluarrrr…..” erang Alif saat sudah di ujung tanduk. Permainan mulut istrinya terlalu hebat untuknya. Ia tidak kuat lagi untuk menahan laju spermanya untuk keluar dari lubang kencingnya.

Nisa keluarkan kemaluan suaminya, lalu mengocoknya dengan cepat. Sejujur ia ingin meminum sperma suaminya. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan, mengingat dirinya sedang hamil. Mana mungkin ia memberikan asupan gizi berupa sperma kepada janinnya.

"Maaaa…maaaaa….papaaaa…muncratttt!" erang Alif yang disertai dengan semprotan sperma yang lemah dari ujung penisnya. Beberapa kali kemaluan Alif memuntahkan isinya, membasahi jari-jari istrinya. Nisa meratapi jari-jarinya yang berlumur sperma encer suaminya. Dalam waktu singkat, penis Alif sudah mengecil.

“Lho-lho pah, kok papa sudah keluar aja sih. Belum juga masuk ke ‘ini-nya’ mama!” kecewa Nisa kepada suaminya seraya menunjukan lubang kemaluannya yang sudah basah.

“Ma-maaf mah, papa sudah nggak kuat” ujar Alif dengan lemah. Nisa agak meradang mendengar suaminya.

“Terus aku gimana pah? Setidaknya bantuin mama dulu dong pah” pinta Nisa untuk di puaskan.

“Ng-nggak bisa mah, papa sudah capek banget. Besok juga harus kerja" ujar Alif yang sudah tidak bisa lagi menahan rasa kantuknya. Setelah ejakulasi, Alif hilang tenaga sepenuhnya.

“Pahhhh……” panggil Nisa. Tapi apalah daya, dengkuran Alif sudah terdengar. Alif meninggalkan istrinya dalam keadaan tanggung. Akibatnya Nisa marah.

Nisa beranjak dari kasur, dan pergi ke kamar mandi. Ia sudah terlanjur kesal, dirinya malas membersihkan penis suaminya yang masih belepotan dan terpampang dengan bebasnya. Di kamar mandi, Ia bersihkan jari-jarinya dari sperma encer Alfi. Ia kesal dengan Alif yang egois.

Ia perhatikan pantulan dirinya sendiri di cermin kamar mandi. Wajahnya menunjukan amarah dan nafsu masih campur aduk dalam menjadi satu.

Nasib Nisa naas sekali malam itu, ia butuh pelampiasan seksual tapi sang suami tidak mau memuaskan dirinya. Atau bahkan tidak mampu. Mengecewakan sekali, pikir Nisa.

Tapi jauh lagi dia berpikir, ia harus memaklumi keadaan suami yang sedang tidak prima. Lagipula dia sendiri merasa bingung dengan dirinya. Entah kenapa, hari ini dia sangat bergairah. Sebelumnya tidak pernah seperti. 'Apa karena bawaan hamil ya…. ah besok lebih baik kutanyakan ke ci Mar saja".

Namun tetap saja, gairahnya malam ini belum padam seluruhnya. Ia Ingin menuntaskan hasratnya malam itu juga. Sudah tidak tahan lagi, ia putuskan untuk bermasturbasi seperti tadi siang. Lalu ia duduk di closet, membuka kaki sedikit. Ia mulai membelai kemaluannya yang masih basah akibat oral sex tadi dan permainan dia sendiri yang dia dilakukan.

Berhubung sedang hamil, ia harus melakukannya dengan hati-hati. Bisa saja ia lakukan di kamar tidurnya, di samping suaminya. Tapi karena perasaan kesal, ia ogah untuk bermasturbasi di dekat suaminya.

Dengan susah payah, Nisa memuaskan dirinya. Satu tangan berada di selangkangan, dan satu tangan lain memainkan kedua payudaranya sendiri. Lenguhan manja membahana di kamar mandi Nisa dan Alif.

Jari telunjuk Nisa mulai membelah garis kemaluannya yang basah dan lengket itu. Kemudian ia menguyel-uyel kemaluannya dengan telapak tangan nya, bibir kemaluan dan biji kelentitnya tergesek dengan nikmat. Kemudian ia juga padukan gerakan untuk mengerjai klitorisnya dengan cara di pencet keras dan di cubit manja. Akibatnya Nisa meringis merasakan kenikmatan di kemaluannya. Karena sudah biasa bermasturbasi ria, ia mengerti bagian tubuh mana yang perlu di manja. Walau ia tahu dosa, tapi Nisa tetap melakukannya kala tidak ada Alif yang berada di sisinya.

“Ahhhh…Ahhhh….Ahhhh…”. Mulut mungilnya mendesah-desah. Siapapun yang mendengar pasti akan terpancing untuk terangsang juga.

Di tengah memanjakan tubuhnya sendiri, secara tidak sengaja terlintas Amos di pikirannya. Tadi saat melayani suaminya, ia sempat penasaran dengan penis milik Amos. Seumur-umur, ia tidak pernah membayangkan orang lain selain suaminya. Nisa mencoba membuang pikiran yang tidak pantas itu. Tapi sekuat apapun tetap terpikirkan Amos dalam benaknya. Akhirnya ia pun menyerah. Membiarkan bayangan Amos meracuni otaknya. Terbayang tubuh gagah Amos, layaknya seorang olahragawan. Ia menghayal bentuk kemaluan pria yang berkulit hitam itu. Pastilah sangat besar, seperti pemain bintang film porno yang berkulit hitam atau negro. Ia penasaran dengan bentuk dan rasanya. ‘Batang besar apa rasanya ya kalau aku hisap’ tanya Nisa dalam hati. Kepunyaan Alif saja sudah membuatnya senang, apalagi kalau yang lebih besar pikir Nisa tanpa dosa. Ia terus memikirkannya.

Seperti mendapatkan semangat dan gairah baru, Nisa semakin beringas memainkan kemaluannya dan payudaranya sendiri. Sambil membayangkan Amos, Nisa merasakan sensasi klimaks mendekat. Orgasme kali ini datang lebih cepat dari biasanya. Apakah karena membayangkan orang yang semestinya tidak bayangkan, pikir Nisa. Lantas Ia mengucek biji kenikmatannya dengan cepat.

“Aihhhh….enakkkknyaaaa!” racau Nisa saat orgasme berhasil ia raih. Kemaluannya menyemburkan cairannya cukup deras membasahi kloset yang dijadikan tempat duduk. *Cret Cret Cret. Lantai di depan kloset pun turut basah.

“Hosh…Hosh…Hosh…hh…hh…”. Suara nafas yang sedang tersengal-sengal mengisi keheningan di dalam kamar mandi Nisa. Lengkap sudah, hari ini meraih orgame untuk kedua kalinya dengan cara masturbasi. Harus di akui oleh Nisa, rasa dari orgasme kali ini jauh lebih enak daripada yang siang tadi. Kenapa? Apakah karena ia membayangkan Amos? Yang pasti sekarang Nisa merasa berdosa kepada suaminya. Nisa merutuki dirinya sendiri, mengapa ia bisa membayangkan orang lain. Kenapa bukan suaminya. Selesai masturbasi, Nisa membersihkan diri. Lalu ia pun beranjak balik ke kamar tidurnya, dan berbaring di kasur.

Nisa yang sudah tidak ada tenaga, malas untuk membersihkan kemaluan suaminya yang masih terpampang bebas. Jadi ia biarkan saja dengan menutupnya dengan selimut. Ia memandangi suaminya yang terbaring di sebelahnya. “Maafin Nisa, pah. Maaf” ucap pelan Nisa kepada suaminya yang sudah terbang di dunia mimpi. Ia merasa bersalah atas apa yang ia lakukan tadi di kamar mandi. Nisa mencoba untuk melupakan dan berharap hal tersebut tidak pernah terjadi lagi.

Dirinya merasa lumayan terpuaskan untuk hari ini. Nisa mengira gairah membara dalam dalam dirinya sudah padam. Tapi kenyataannya belum. Masih ada yang kurang. Tapi ia tekadkan untuk tidur. Ia pun tertidur, menyusul suaminya.

Di Pos Penjagaan

Nasib Nisa yang tidak terpuaskan dengan maksimal berbanding terbalik dengan perempuan belia yang saat ini berada pos penjagaan. Permainan menggairahkan nan panas sedang terjadi di sebuah ruangan yang terdapat di dalam pos penjagaan. Di atas kasur murah, seorang wanita yang sebentar lagi naik kelas ke kelas 2 SMA sedang ditindih oleh pria yang umur terpaut jauh dengan dirinya. Kedua kakinya melingkar di pinggul pria yang menindihnya, tidak mau melepaskan dekapan dari sang pria. Dirinya sedang menerima gempuran dahsyat kelamin sang pejantan. Bagaikan kan ying-yang, sang perempuan berkulit putih dan pria berkulit hitam. Kemaluan mereka saling terhubung menjadi satu kesatuan, yang menberikan kenikmatan kepada kedua insan itu.

"Kencenginnnn… mangggg….a-aku..ohhhhh…mauuuu….ohhhhh…" erang sang gadis yang berparas cantik dan manis itu. Lantas permintaan itu langsung dibalas oleh si pria dengan meningkatkan genjotannya di kemaluan sempit sang perempuan, memberinya kenikmatan persetubuhan yang tiada tara.

Gadis itu tak lain adalah Ella, putri satu-satunya dari Ernie, tetangga Nisa. Ya, seorang gadis sedang melakukan aktivitas seksual yang hebat dengan seorang penjaga rumahan yang tak lain adalah Jono. Pria yang harus menjaga rumah sang gadis, malah menggagahi dengan nikmat. Dan Ella suka. Di paksa kah? Tentu tidak. Secara sukarela, Ella memberikan tubuh mudanya secara cuma-cuma kepada pria berbeda strata sosialnya dengan dirinya. Asalkan dirinya mendapat kenikmatan.

“Aduhhh….mangggg…Jonoooooo…..Akuhhh…Dapetttt…lagehhhh…Hmph!” teriak Ella meraih orgasme yang entah untuk keberapa kali di malam itu. Teriakan gadis itu langsung di bungkam mulut Jono yang jorok karena jarang dibersihkan. Selain itu Jono juga perokok berat. Tapi Ella tidak jijik, ia menikmati cumbuan Jono. Tak ayal keduanya sekarang melumat dengan buas.

Sambil bercumbu, tubuh mungil Ella berguncang dalam dekapan lawannya. Jono merasakan kemaluannya yang besar terjepit kuat oleh dinding vagina dan juga tersiram cairan hangat, alhasil ia pun ikut memuntahkan isi buah zakar. Mengosongkan semua benih-benih suburnya yang panas ke dalam tubuh Ella yang masih belia itu.

Ella yang merasakan semprotan kuat di liang vaginanya, langsung orgasme lagi. Belum selesai orgasme sebelumnya, dirinya didera orgasme lagi yang kuat. Ia mengalami multi-orgasme. Tubuh luluh lantak di bawah tindihan Jono.

Inilah perbedaan antara Nisa dan Ella. Jika Nisa mendapatkan 2 kali orgasme dengan masturbasi sendiri, beda cerita dengan Ella. Putri dari Bu Ernie itu, dalam waktu singkat telah meraih orgasme berkali-kali dengan bersetubuh.

“Hmphhhhh…..”. Desahan kuat Ella tertahan oleh mulut Jono yang masih setia mengunci mulutnya. Usai fase orgasme Ella berlalu selesai. Jono menjauhkan mulutnya, sekaligus menarik diri hingga penisnya tercabut dari sarung nikmatnya.

“Ngghhh….” dengus Ella saat Jono mencabut sumbatan kemaluannya. Ia terasa kosong melompong ketika benda besar itu tercabut dari dalam tubuhnya.

“Hh…hh…hh...mangggg….angetttt… pejunyaaa…” manja si perempuan muda itu sambil meraba perutnya. Ia merasakan rahim mudanya sekarang terasa hangat dan penuh karena sperma Jono.

“Entotan mamang enak nggak neng?” tanya Jono.

“Enak banget mang, Ella sampe lemes nih” jawab Ella. Dirinya betul-betul ketagihan bersetubuh dengan para penjaga townhouse tempat dia tinggal ini, termasuk Jono.

“Neng Ella, bersihin dong” pinta Jono seraya menyodorkan penis setengah ereksinya yang belepotan akan cairan cinta ke Ella yang masih terbaring lemas di atas kasur.

Tanpa sungkan karena sudah biasa, Ella langsung melahap rakus penis itu. Membersihkannya dari segala cairan. Dan tanpa ragu ia menelan semua cairan percampuran orgasme antara dia dan Jono.

*Slurph…Slurph…Slurph…Cuph…

“Makasih yang mang, kontol mang Jono juara banget, Ella sukaaaa!” ujar sang gadis gemas sambil mencium-cium gemas kelamin yang sudah memberikan dirinya kepuasan.

“Hehehe… makasih juga neng Ella. Pepek neng Ella juga mantep kok, luageitttt…” balas Jono. Ella senang mendengar pujian dari Joni. Setelah tenaga sudah kembali pulih, Ella bangkit dan mengambil pakaiannya yang tercecer.

Si gadis yang penuh ceria, menyadari keadaan pria satu lagi. Ella mendekati orang itu. Pria itu tak lain adalah Amos. Pria sangar itu hanya bisa membuang muka dengan emosi yang sudah tinggi. Apa boleh buat, ia kalah bermain catur dengan Jono. Jadi dia hanya bisa melihat temannya itu mengayuh kenikmatan bersama salah satu penghuni townhouse yang masih muda dan cantik itu,

“Bang Amosssss…..” panggil Ella dengan manja. Ia menggelayut manja di lengan Amos.

“Hmmm” gumam Amos membalas Ella yang sedang bermanja di lengan kekarnya.

“Ihhhhh…jangan ngambek gitu dong bang” ujar Ella menyadari Amos yang sedang bete.

“Iya” singkat Amos, masih tetap tidak mau menatap Ella.

“Ah! Bang Amos mah gitu deh, makanya jangan kalah main caturnya sama mang Jono dong. Masa jadi Ella yang salah sih” rajuk Ella.

"Hehehe, kau payah sih bang". Jono cengengesan melihat temannya yang sedang marah itu. Amos semakin emosi. Ia menatap Ella dengan penuh amarah dan Nafsu. Ella menjadi takut.

Tiba-tiba Amos mendengkap tubuh bugil Ella dan melumat bibir ranumnya. Sempat kaget dengan serangan mendadak Amos, karena kasihan Ella membiarkan perlakuan pria hitam itu kepadanya. Lantas ia membalas lumatan Amos. Tubuhnya juga di gerayangi. Pantat mungilnya di remas-remas.

"Cuph…slruph… Hmphm..sluprh". Suara decakan basah tercipta. Amos menikmati betapa lembutnya bibir Ella.

Dirasa cukup, Ella mendorong tubuh Amos untuk menjauh dari dirinya, melepaskan pelukan sang pria sangar yang gagah itu. "Sudah ah bang, Ella capek. Dan kan peraturannya, hanya yang menang taruhan yang boleh ngentotin Ella, dan yang kalah cuma boleh nontonin doang”.

Amos kecewa dengan penuturan Ella. Tapi apa boleh buat, daripada nanti ia tidak bisa lagi merasakan tubuh perempuan muda yang berada di depan nya ini. Ia tidak mau memaksakan kehendaknya kalau tidak mau di depak dari pekerjaan yang luar biasa gila dan nikmat ini. Lantas ia mengangguk mengerti kepada Ella. Si perempuan muda itu senang dengan Amos yang dapat menahan diri.

“Tapi kalau nanti abang dapat giliran, abang pastikan nanti neng Ella nggak bisa berdiri lagi” ancam Amos kepada Ella.

“Waduh, Ella jadi takut nih hihihihi…” goda Ella. Sebenarnya dirinya memang takut, mengingat terakhir kali ia bermain dengan Amos, dirinya terkapar tidak berdaya. Namun dirinya juga menantikannya. Dari semua pria yang pernah bersenggama dengan dirinya, Amos lah yang paling perkasa. Tidak ada pria yang bisa melebihi kehebatan Amos dalam urusan ranjang.

Sambil membawa pakaiannya, Ella beranjak pergi. Sebelum keluar dari pos penjagaan, Ella menoleh kebelakang ke arah Jono dan Amos. Kedua pria itu bisa melihat pantat mungil Ella yang indah dan sekel.

“Mang, Bang, Ella mau pulang dulu ya. Makasih kontolnya ya mang Jono. Dan kamu bang Amos…..”. Ella menatap Amos dalam-dalam.
“Ella tunggu kontol kamu bang, hihihihi…" ujar Ella dengan centilnya sambil lenggokan pantat mungilnya itu kepada kedua pria itu. Menggoda nafsu mereka lagi. Keduanya hanya bisa menggelengkan kepala.

Tanpa mengenakan apapun, Ella berjalan kembali kedalam rumah. Dinginnya malam sedikit membantu menghilang kegerahan pada badan nya. Dengan perasaan bahagia karena terpuaskan, Ella masuk ke dalam rumahnya. Dirinya langsung disambut dengan desah-desahan nikmat yang saling menyahut. Ella tersenyum, ia tahu apa yang sedang terjadi di dalam rumahnya. Kemudian ia masuk kedalam rumahnya.

Ia melihat 4 sosok orang sedang mengayuh kenikmatan persetubuhan di dalam rumahnya. Matanya berbinar, nafsu pun kembali bangkit lagi. Ella menjadi bimbang, antara ikut dengan mereka atau menyudahi kegilaan di malam ini. Rasanya tidak ada salahnya kalau orgasme untuk 1-2 kali lagi agar nanti tidurnya nyenyak, pikirnya. Putusannya sudah bulat, ia berjalan mendekati mereka.

Itulah sekelebat kecil kegilaan yang terjadi di townhouse. Dan Nisa akan mengetahui semuanya dan turut terlibat dalam pusaran kenikmatan di town house itu. Kenapa bisa? Karena semua sudah direncanakan.

Bersambung…..


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com