𝐌𝐚𝐲𝐚, 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤𝐮 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟎𝟖

 


Pagi ini aku bangun lebih awal di saat udara sejuk menusuk tulangku. Kudengar suara hujan di luar, seakan menyambut pagi kali ini. Dan saat kubuka mataku, aku melihat Maya masih tertidur, memelukku erat sampai-sampai kakinya mengunci gerakan pinggangku. Kulihat jam masih menunjukkan pukul 5.55 pagi, biasanya di jam ini Maya sudah bangun dan mempersiapkan pelayanannya sebagai istri.

Kutatap wajah istriku.

Ada perasaan marah dan kecewa saat mengingat kelakuannya yang sangat hina bagiku. Bercinta dengan pria lain selain diriku, bahkan merendahkan derajat dan harga dirinya demi kepuasan seksual yang dia miliki. Namun.... ketika melihat wajahnya yang tertidur ini membuat semuanya surut.

Kasihan...... aku benar-benar kasihan kepadanya.

Sedih..... aku benar-benar sedih kepadanya.

Alasanku kasihan padanya karena aku tahu trauma yang ia miliki hingga efek trauma itu membentuknya menjadi wanita yang haus seks seperti ini. Lalu alasanku sedih kepadanya...... betapa dia tak mampu menahan semua itu, dan melepaskannya kepada pria yang bukan suaminya. Hanya saja. Apakah Maya juga memiliki rasa kasihan dan sedih kepadaku dari sisinya sebagai seorang istri?

Tapi itu kupikirkan saja belakangan.

Melihat dia tertidur dengan wajah lelah seperti ini mampu membuatku mengerti betapa terkuras tenaga yang ia miliki saat melayani 4 pria sekaligus kemarin malam. Aku tak tahu kenapa aku masih membiarkannya.

Apa karena aku menyayanginya?

Apa karena itu kah aku membiarkannya mendapatkan kepuasan seksual yang tak bisa ia dapatkan dariku?

Bisa jadi, atau tidak.

Dia semakin erat memelukku dalam tidurnya. Dan aku juga membalas pelukannya untuk memberinya kehangatan walau aku sendiri sebenarnya kedinginan.

Aku memandang istriku lagi, dan tersenyum. Di saat aku mengingat betapa lugu dan lucunya dia sewaktu masalah ini belum menimpa kehidupan rumah tangga kami. Aku mendekat dan mencium pipinya, dan lanjut mencium keningnya, berkali- kali. Sepertinya karena itu aku mengganggu tidurnya, karena dia terbangun dan melihatku masih sempat mencium keningnya yang terakhir kali.

“Gio......” Maya tersenyum, memejamkan matanya dan mengelus bibirku dengan keningnya itu.

“Pagi, sayang,” balasku pelan.

“Udah pagi ya?”

“Ya,” aku mengusap-usap lengan tangannya.

“Jam?”

“Mau jam 6.”

Maya sepertinya kaget dan mau beranjak, tapi aku menahannya untuk berbaring lagi dan kupeluk erat.

“Mama mau bikin sarapan untuk papa.....”

“Sudah, nanti saja. Kamu masih ngantuk bukan?”

“Hujan lagi ya?”

“Iya, adem jadinya. Kamu tidur saja dulu ya, kamu benar-benar kelihatan letih.”

“Hm,” dia tersenyum dan tampak senang saat aku memeluk untuk menghangatkannya, “Tadi malam pulang jam berapa?”

“Pas hujan reda papa langsung pulang, maaf ya ga liat HP. Papa ga sadar mama menelepon.”

“Mama sendirian tau,” dia mulai cemberut.

“Kalau sekarang?” kupertemukan keningku ke keningnya dan tersenyum.

“Langsung main bujuk aja,” mulutnya manyun.

“Bodo,” aku mengecup bibirnya sekali.

“Dasar,” dia menahan tawanya, menutup matanya dan mencium bibirku.

Kuterima ciuman itu dan merasakan betapa lembutnya bibir Frieska. Aku bisa mengingat kelembutan ciuman itu dan..... hei? Kenapa aku malah memikirkan ciumanku dengan Frieska kemarin malam? Kan aku lagi berciuman dengan istriku!

Tapi, memang tak bisa kusangkal. Bibir Frieska benar-benar lembut. Sebuah bibir yang berwarna merah muda, lembut dan katanya bibirnya itu pernah menghisap penis pria.

Hei tunggu-tunggu! Menghisap penis? Aku jadi teringat sesuatu dan ingin kupastikan! Kulepas ciumanku dan bertanya kepada istriku.

“Maya,”

“Iya?” dia tersenyum dan mengelus pipiku.

“Kemarin kamu mandi nggak?” kutanyakan ini dulu untuk basa-basi, karena aku tahu kemarin dia mandi dari CCTV setelah selesai bercinta dengan pak Bogo.

“Iya. Kenapa?”

“Udah sikat gigi belum?”

“Belum. Memangnya bau ya mulut mama?” dia mencoba mencium aroma mulutnya sendiri, “Tuh, enggak kok.”

“Oh, enggak,” aku tersenyum dan memeluknya, “Tidur lagi yuk, mumpung hujan.”

“Hm,” Maya tersenyum dan memelukku lagi dengan erat. Lalu istriku ini dengan cepat tertidur kembali.

Dan aku merasakan mual yang tak bisa kutunjukkan kepada istriku. Aku tidak masalah dengan mulutnya itu semisal kan mulutnya bau karena belum gosok gigi. Benar, itu sama sekali bukan masalah. Yang jadi masalah adalah.......... MULUTNYA ITU BELUM DICUCI SEHABIS MENGHISAP PENIS-PENIS PRIA TUA KEMARIN!! Mandi sih iya, tapi itu seperti membilas saja bagian mulutnya. Dan aku berciuman..... dari bekas penis-penis yang menyodok mulut istriku.

“GUURRRBBHH!!” dan aku benar-benar mual telah menodai mulutku dengan kuman-kuman dari penis pria yang menempel dimulut istriku. Terlebih lagi membayangkan ‘Rambut Keriting’ yang ada di kelamin pria-pria tersebut.

Sial!

*************​

Kami berdua bangun tidur tepat di jam 9, dan kudengar di luar rumah masih menyisakan gerimis yang menggoda. Sekarang aku asyik bersantai dan ‘Membasuh’ mulutku dengan kopi mengingat kejadian tadi. Sementara Maya sedang memasak sambil memainkan ponselnya.

Aku juga melihat ponselku, untuk melihat apa yang dilihat istriku lewat CCTV tersembunyi di dapur. Kulihat dia mengetikkan sebuah pesan di dalam sebuah aplikasi chating. Heh, aku tahu, dia pasti mau memberitahu kalau tidak aman bagi pria-pria lendir tua kemarin untuk kesini karena aku ada di rumah. Istriku meletakkan hp nya di meja dan lanjut memasak. 2 menit kemudian dia memanggilku.

“Pa, ini sarapannya. Mama mandi dulu ya.”

“Iya.”

Maya masuk ke dalam kamar untuk mengambil handuk dan saat keluar dia langsung menuju kamar mandi. Dan itulah saatnya aku beraksi untuk memeriksa chat istriku. Seperti yang kuketahui kemarin dari perbincangan istriku di rumah pak Bazam. Kurasa dia masuk ke dalam sebuah grup chat yang di mana berisi Maya beserta pria-pria jahanam itu.

“Sial! Dikasih password!” keluhku.

Cerdik juga Maya memberi password di dalam sebuah grup bernama ‘ALUMNI SMA’. Aku tahu ini hanyalah kamuflase, grup alumni macam apa juga yang isinya hanya 5 orang saja? Aku tahu 1 orangnya adalah Maya dan 4 orang lainnya adalah orang-orang itu. Bahkan Maya mengubah nama mereka dengan nama-nama wanita. Klasik sekali caranya. Kulihat juga ada 12 notifikasi yang tak bisa kubaca di grup itu, ingin kubaca tapi aku sendiri tak tahu passwordnya apa.

Kutaruh hp istriku kembali di tempatnya dan memikirkan cara bagaimana menembus password tersebut. Cara yang mudah adalah istriku lupa mengunci hp-nya, lalu dia melakukan aktivitas lain meninggalkan hp-nya yang menyala itu, baru habis itu aku bisa melihat isinya dan kukutuk semua isi-isinya! dalam hati. Hanya saja kesempatan itu sangat langka, istriku tak bisa lepas dari benda ini, karena benda ini juga merupakan hiburannya selama di desa ini untuk berselancar di internet.

Tunggu, hiburan? Ah! Mungkin ini ide yang bagus.

Selama tinggal di desa ini aku tak pernah mengajak Maya dan anakku jalan- jalan. Kurasa ide yang bagus untuk mengajak istriku jalan-jalan hari ini, sekali-kali memanjakan istri.

“Oh iya,” aku mengingat sesuatu.

Aku mengingat janjiku kepada Frieska, dan kurasa aku harus mengatur jadwal pertemuanku dengannya hari ini. Sebuah pertemuan untuk membahas solusi bagi istriku. Kuambil ponsel ku dan segera menghubunginya.

“Halo,” sapanya di sana.

“Halo,” aku lega karena dia cepat mengangkatnya, “Fris. Apa nanti siang atau sore kita bisa bertemu? Untuk membahas solusi itu?”

Tak ada jawaban yang membuatku memanggilnya lagi.

“Fries?”

“Aku tak mau menjawabnya kalau kau masih memanggilku seperti itu.”

“Maksudmu?” aku bingung.

“Lupa dengan panggilanku?” suaranya mendadak galak.

“Oh....” aku menggaruk kepala, “....Mpris?”

“Iya?” sekarang suaranya mendadak lembut.

“Jadi.... seperti yang kutanyakan tadi.”

“Terserah kamu saja. Aku banyak waktu luang hari ini.”

“Kalau begitu nanti kuhubungi lagi untuk kapan waktunya.”

“Kenapa tidak sekarang saja?”

“Kalau sekarang aku.....”

“Udah sarapan?” potongnya.

“Ini sekalian.”

“Good.”

“Jadi sekarang aku....”

“Udah mandi?” potongnya lagi.

“Belum, kamar mandiku lagi dipakai istriku.”

“Kenapa tidak mandi bareng saja sama istrimu?”

“Tidak kepikiran tadi,” iya juga ya kupikir-pikir, tapi kalau aku ikut mandi maka tak ada kesempatan ini.

“Mau mandi bareng denganku?”

“Kau sedang bercanda?”

Kudengar Frieska seperti sedang menahan tawanya, “Yaudah. Jadi kenapa ga bisa sekarang?”

“Aku berencana mengajak istriku jalan-jalan.”

“Jalan-jalan?”

“Kupikir aku ingin menyenangkan dirinya hari ini.... aku tak pernah mengajaknya jalan-jalan di daerah ini selama kami tinggal di sini.”

“Oh....”

“Kuharap itu bisa membantu sedikit agar dia bisa mengubah perilakunya....”

“Naif.”

“Aku tahu.”

Kudengar Frieska menghela nafas dan juga berbicara dengan suara pelan, “Kamu kenapa bisa sebaik itu sih....” katanya dengan harapan kecil.

“Baik?” aku tak mengerti maksudnya.

“Terlalu baik hingga menjadi bodoh seperti ini.....”

“Bodoh..... hm, ya aku tak akan menyangkal. Tapi yang baiknya itu, aku tak pernah merasa kalau aku ini adalah orang baik.”

“Dasar bodoh.....”

“Kau boleh menghinaku sepuasnya.”

“Ya sudah...... have fun....”

“Kenapa suaramu seperti orang lagi sedih begitu?”

“Kau meneleponku di saat aku menonton berita sedih di TV.”

“Memang ada berita apa?”

“Badak Jawa melahirkan.”

“Apa?”

“Udah. Kututup.”

Telepon terputus dan aku bingung bukan main sambil memandang hp-ku. Di bagian mana manusia harus sedih saat melihat seekor badak melahirkan? Ah sudahlah. Tuh cewek memang aneh. Mungkin dia adalah wanita pertama di dunia ini yang sedih melihat Badak Jawa melahirkan.

Aku lalu mau memakan sarapanku. Tapi tiba-tiba aku ditelepon Frieska lagi, dan aku segera mengangkatnya.

“Halo?”

“Nanti hati-hati di jalan ya? Pake jaket juga tuh, kan dingin. Jangan lupa makan kalau kalian jalan-jalannya sampai siang nanti. Oke?”

Aku terdiam dan alisku mengerut.

“Kau sedang latihan menjadi emak-emak atau gimana?”

“Cerewet!”

“Habisnya kau....”

“Udah! Tutup!”

“Oh, oke.”

Kumatikan telepon dan hendak memakan sarapanku. Tapi lagi-lagi Frieska meneleponku.

“Kok ditutup sih!!!” dia terdengar kesal.

“Bukankah tadi kau memintaku menutup telepon....” balasku dengan wajah datar.

“Aku kan sudah mengingatkanmu dari tadi! Masa ga dibalas?”

“Mengingatkan?”

“Makan! Mandi! Dan lain-lain!”

“Oh.... kau mau aku membalasnya?”

“Atau mau kupasang tarif untuk itu?” dia malah mengancam, makin aneh nih anak.

“Astaga....”

“Ingetin balik! Baru tutup!”

Dari pada sarapanku tertunda terus lebih baik kuturuti saja maunya.

“Oke, Mpris. Jangan lupa makan, jangan lupa mandi, dan jangan lupa bernafas. Oke?”

“Iya!!” nada suaranya terdengar begitu senang bukan main.

“Kau kayaknya bahagia sekali,” tanyaku dalam kebingungan.

“Aku habis menonton berita bahagia di TV!”

“Memangnya ada berita apa?”

“Badak Jawa-nya mati!”

“Hah?” aku kaget bukan main.

“Hehehe, daaaah.”

Telepon terputus dan ini untuk kesekian kalinya aku bingung dengan sikap wanita 1 itu. Tadi Badak Jawa nya melahirkan dia sedih, lalu Badak Jawa nya mati dia malah bahagia. Benar-benar nih anak, TV mana sih yang menayangkan berita itu?

***********​

Akhirnya aku dan Maya jalan-jalan ke pusat kota kecil daerah ini yang sekiranya mampu untuk menghiburnya. Kami menggunakan mobil sewaan yang letak sewanya tak jauh dari desa ini menggunakan sepeda motor.

Dan ternyata Maya juga ada urusan nanti siang. Yang pasti urusannya melegakan hatiku. Dia berkata kalau Farin dan ibu-ibu didesa nanti siang mau datang ke rumah untuk membicarakan masakan konsumsi saat festival nanti, sekalian bersilahturahmi, memasak camilan kecil-kecilan sebagai teman obrolan..... atau bergosip, aku yakin gosip menjadi salah 1 agenda para wanita nanti sebagai bahan obrolan.

Jadi, dengan banyaknya orang-orang di rumah nanti bisa membuatku tenang saat pergi menemui Frieska nanti. Ke 4 orang itu tak mungkin akan datang menemui istriku di rumah, dan istriku juga tidak akan mungkin meninggalkan tamu-tamunya. Setidaknya aku bisa lega hari ini, jadi sekarang aku bisa fokus untuk membahagiakan istriku.

Dan untuk membahagiakan wanita itu sederhana, salah satunya ya bayarkan saja barang-barang belanjaannya.

“Papa!” Maya begitu senang menunjuk case HP yang sesuai dengan HP-nya.

“Boleh,” aku tersenyum.

“Papa!” Maya menunjuk tas wanita.

“Boleh.”

“Papa!” Maya menunjuk alat-alat kosmetik.

“Boleh.”

“Papa!” Maya menunjuk Tupperware.

“Boleh.”

“Papaaaaa!!” Maya menunjuk jam tangan wanita.

“Boleh! Ambil mana saja yang kamu suka!”

Semua yang dia tunjuk dengan semangat itu aku perbolehkan dan aku bayar semua. Dia terus menunjuk apa-apa saja yang mau ia beli sampai akhirnya dia menunjuk sesuatu.

“Papa!!” Maya menunjuk toilet umum.

“Gimana cara membawanya?” aku kaget setengah mati, “Penjualnya siapa????”

“Apanya? Mama kebelet pipis!! Pegangin!”

“Oh.....”

Syukurlah. Kukira Maya memintaku membeli toilet umum ini. Apa faedahnya juga membeli bangunan ini dan membawanya ke rumah? Setelah Maya mengoper kantong belanjaannya kepadaku, dia segera pergi ke tempat itu.

Dan kulihat ada seorang pria tua dan pria gemuk yang bersantai di tepi toilet itu memperhatikan istriku. Setelah istriku masuk, mereka berdua seperti membicarakan sesuatu diselingi tawa dan gerakan tangan seolah mengangkat payudara.

Ya, kurasa mereka membicarakan dada istriku. Meski Maya memakai kaos yang dipadu dengan rok, tapi dadanya yang ‘Memberontak’ itu masih bisa terukir indah dibalik rajutan kaos yang ia kenakan. Setelah itu Maya keluar dari toilet dan ke 2 pria itu masih memperhatikan istriku. Maya menghampiriku dan berbicara.

“Nonton ke bioskop yuk pa? Habis itu makan, lalu pulang,” usulnya.

“Boleh. Mama saja beli tiketnya ya? Papa mau masukin dulu ke mobil,” aku mengangkat barang-barang belanjaannya.

“Iya,” dia tersenyum.

Aku dan Maya berbagi tugas. Aku menaruh barang dulu, sedangkan Maya membeli tiket bioskop untuk kami berdua. Setelah menaruh barang, aku kembali ke bioskop. Dan jangan mengira bioskop di sini mewah, tidak. Gedungnya hanya gedung tua dengan atap seng karatan seadanya. Yah, sangat jauh berbeda dengan bioskop- bioskop di kota. Namun bioskop ini memang hiburan warga-warga daerah sini, itu bisa dilihat begitu ramainya orang mengantre tiket di situ.

Kucari istriku dari luar pembatas dan tak susah menemukannya, karena hanya istriku yang begitu mencolok pakaiannya.

“Hei? Kenapa itu?” batinku.

Aku melihat pria tua tadi tepat di belakang istriku, sedangkan pria gendut itu di belakang sang pria tua. Kulihat pria tua menoleh ke belakang dan tertawa bersama pria gendut. Lalu pria tua itu kembali menoleh ke depan, dan hei, dia terlalu memepet tubuh istriku dari belakang.

Sedangkan kulihat Maya mengulum bibirnya dan menoleh sedikit ke belakang, ia melihat bagian bawah yang tak bisa kulihat karena kerumunan, setelah itu istriku memandang pria tua tadi.

Pria tua lalu memberikan secarik kertas dan diterima istriku. Istriku kembali menoleh ke depan untuk membaca kertas yang ia pegang. Selesai membacanya istriku kembali menoleh ke belakang dan tersenyum tipis. Pak tua itu alisnya naik turun, sedangkan Maya kembali menoleh ke depan.

Pak tua dan pria gendut sepertinya celingak-celinguk seperti mengamati situasi. Setelah itu pak tua memberi isyarat sama pria gendut dan dijawab dengan anggukan kepala. Lagi-lagi aku melihat pria tua itu memepetkan tubuhnya, seolah-olah dia terdorong oleh sesaknya antrean.

Lalu kulihat istriku membuka sedikit mulut dan menggigit bibir bagian bawahnya. Hei! Apa pria tua itu menggesekkan penisnya di pantat istriku? Karena sekarang kulihat perlahan-lahan badan pria tua itu naik turun.

Kalau iya, ini nekat sekali! Bahkan istriku sepertinya tidak melakukan perlawanan. Aku berusaha untuk melihat dari dekat dalam kerumunan ini. Butuh usaha namun aku berhasil, tapi tetap saja aku tidak bisa melihat jelas apa yang dilakukan pria tua itu kepada istriku dari bawah.

Untung saja otakku tidak bodoh-bodoh amat. Aku mencari akal dengan cara menjatuhkan uang recehanku ke bawah, meski dalam keramaian ini. Tentu saja orang-orang yang berkumpul seperti ini akan memaklumi dan memberiku gerak ruang.

Kulakukan dan aku berjongkok untuk memungutnya. Dan benar, para pengunjung lain memberi gerak ruang untukku agar bisa memungut bendaku yang jatuh. Dan karena renggangnya ini, maka aku bisa melihat apa yang terjadi di bagian bawah.

Dan betapa kagetnya aku melihat pria tua itu benar-benar menggesekkan penisnya yang masih di dalam celana ke pantat istriku. Aku tentu saja akan marah kalau istriku mengalami pelecehan seperti ini di tempat umum. Namun rasa amarah itu tak muncul karena rasa tak menyangka ku.

Kulihat bukan pria tua itu yang menggesekkan penisnya ke pantat istriku. Justru pantat istriku yang naik turun untuk menggesek penis pria tua itu dengan pantatnya.

Tangan pria tua itu bahkan sampai memainkan paha istriku dan hampir mengangkat rok yang istriku gunakan. Tapi tangan pria tua itu ditepis oleh tangan istriku, mungkin dia masih sadar kalau ini tempat umum dan begitu banyak orang. Tapi sebagai gantinya, tangan istriku yang ke belakang itu mengelus selangkangan pria tua tadi, lalu pantatnya kembali berdansa untuk menggesek penis pria tua itu.

Gila! Maya benar-benar gila! Dan kegilaan istriku ini membuatku terpaku menikmatinya. Sial! Selalu saja begini!

“Mas, kok lama?” kata orang di belakangku.

“Oh, maaf,” aku kembali berdiri.

Untung saja suara orang dibelakang-Ku mengembalikan akal sehatku. Aku lalu melihat pria tua itu tertawa kecil bersama pria gendut dibelakang-Nya, sementara istriku dadanya naik turun dengan irama nafas yang tersengal, seolah dia menahan nafsunya untuk ini.

Aku tak bisa membiarkan istriku seperti ini. Dengan segera aku berjalan ke samping melewati kerumunan dan memanggil istriku.

“Maya!”

Istriku tersentak begitu juga pria tua dan pria gendut tadi. Punggung istriku kembali tegak sementara pria tua tadi agak mundur ke belakang. Maya menoleh ke belakang melihatku menghampirinya.

“Di sini rupanya.”

“O-Oh iya,” istriku sedikit gagap.

Aku lalu berdiri di belakang istriku untuk melindungi bagian belakangnya. Aku tak perlu melihat ke belakang, tapi aku merasa pria tua dan pria gendut kesal dengan tindakanku ini.

“Ramai begini, gimana kalau nanti saja nontonnya?” usulku untuk ‘MENYELAMATKAN’ istriku dari tempat ini.

“Udah deket loh,” istriku menunjuk loket.

Sial! Kalau begitu ini akan menjadi susah. Setelah membayar tiket, istriku katanya hendak kembali ke toilet sebentar. Dan kali ini aku menemaninya dari belakang. Kulihat ada sebuah cairan yang mengalir turun dari paha istriku, aku tentu saja kaget melihatnya. Apakah tadi dia terangsang saat dilecehkan seperti tadi? Jadi sekarang celana dalamnya basah dong!

Di saat dia mau memasuki toilet, Maya meremas kertas yang tadi diberikan pria tua itu dan membuangnya ke tong sampah. Maya masuk dan aku hendak memungut kertas tadi. Kulihat situasi dulu. Cukup aman, maka segera kuambil remasan kertas tadi. Aku bersandar di dinding dan membuka remasan kertas itu dan membaca apa yang tadi dibaca oleh istriku.

“Bisa dipake?”​

Mataku membulat membaca itu. Ternyata pak tua itu bertanya menggunakan kertas ini, dan kurasa Maya sudah memberikan jawabannya dengan kelakuannya tadi saat mengantre.

Astaga Maya! Bahkan kau berani melakukan hal ini terhadap orang yang tak kau kenal! Dan kenapa kau menyambut pertanyaan itu dengan jawaban yang pasti, seolah kau mengiyakan kalau kau memang wanita yang BISA DIPAKAI!! (Bispak) Tapi kenapa pria tua tadi bisa menyangka Maya bispak ya?

“Di hotel saja yuk mainnya.”

“Yuk.”

Aku mendengar suara pria dan wanita di dekat toilet ini. Aku mencoba melihat dan melihat seorang pria dan wanita yang tak kukenal asyik berciuman. Setelah itu sang pria melepaskan ciumannya dan memberikan sejumlah uang kepada sang wanita. Wanita itu menerimanya dan tersenyum. Setelah itu mereka pergi dan tangan sang pria terus menerus meremas pantat wanita itu.

Dan kalau kulihat-lihat..... pakaian wanita itu hampir mirip dengan pakaian istriku. Yang kumaksud adalah, hanya memakai kaos dan rok. Persis seperti yang dipakai istriku. Lalu kulihat ada seorang pria datang lagi dan berkata.

“Bispak?”

“Ya.”

Dan muncul seorang wanita dari belakang toilet, dan sama. Dia juga memakai pakaian yang sama seperti Maya dan wanita tadi. Lalu kulihat pria itu berbicara dengan sang wanita. Pria itu lalu menepuk pantat wanita itu dan berbicara.

“Main di kos saja yuk, hehehe.”

“Yuk, tapi...”

“Tenang saja,” pria itu mengeluarkan sejumlah uang.

Setelah itu pria dan wanita itu pergi. Aku penasaran, apakah ke 2 wanita itu pelacur? Demi menuntaskan rasa penasaranku maka aku keluar dari balkon toilet ini dan berjalan ke samping menuju belakang. Dan saat sampai, aku terdiam. Karena aku melihat puluhan wanita di situ sedang asyik duduk, berbicara, bahkan ada yang berdandan. Lalu pakaian mereka sama seperti ke 2 wanita tadi, memakai kaos dan rok.... PAKAIAN YANG SAMA SEPERTI ISTRIKU!

“Kenapa, Mas?” salah 1 nya melihatku.

“Oh, enggak.”

“Mau ngentot?” salah 1 nya bertanya dan tertawa bersama teman-temannya. Wanita yang tadi juga tertawa dan kembali menatapku.

“Tarif kami sama semua, mas. 300 ribu.”

“Tidak. Terima kasih. Maaf mengganggu,” dan aku buru-buru pergi.

Dan ternyata benar! Ternyata di belakang toilet ini tempat mangkal para lonte! Dan dari outfit mereka..... kurasa itulah jawaban kenapa pria tua dan pria gendut tadi menyangka istriku Bispak. Kurasa ‘BISPAK’ itu kata kode untuk mencari pelacur di daerah ini!

“Yuk, pa.”

Aku melihat Maya sudah keluar dari toilet sambil membetulkan posisi rok nya. Dan aku kaget, aku bisa melihat puting istriku yang menegang! Apa dia tidak memakai BH dari rumah?!!!

“O-Oh, yuk.....” kataku.

Aku dan istriku kemudian berjalan. Aku melirik dan memang puting mencuat, dan aku masih punya kecurigaan lain. Yaitu saat mengingat betapa mudahnya air dari vagina istriku merembes di pahanya. Aku lalu menepuk pantat istriku dan mengelusnya, istriku tentu saja kaget dan menatapku.

“Papa! Ini kan tempat umum!”

“Udah lama papa tak melakukannya.”

“Huh!” dia sebal dan mencubit perutku.

Dan aku terdiam. Di saat aku meraba pantat istriku tadi, sama sekali aku tak merasakan guratan celana dalamnya. Itu artinya.... MAYA SAMA SEKALI TIDAK MEMAKAI PAKAIAN DALAM SEDARI TADI!!

Aku terperangah melihat Maya. Dia benar-benar nekat dan berani untuk ini. Kurasa pria tua tadi juga sadar kalau Maya tidak memakai pakaian dalam, itulah kenapa dia sampai menghampiri istriku dan bertanya dengan selembar kertas.

Kurasa pak Tua dan pria gendut tadi bahagia saat istriku berkelakuan layaknya bispak. Itu berarti mereka mendapatkan bispak putih bersih, itu kupikirkan karena saat aku melihat lonte-lonte tadi sangat bisa dibilang tak sedap dipandang.

Putih sih muka-muka mereka. Tapi.... pergelangan tangan dan lehernya hitam.... kurasa semua orang juga tahu artinya apa. Dan kalau dibandingkan dengan istriku yang putih, bersih, terawat, manis, tentu saja mereka semua akan kalah.

Apalagi kalau membayangkan istriku bekerja sebagai lonte di sini. Tentu saja dia akan terus kedatangan pelanggan, dan akan diistimewakan karena dia yang paling spesial. Dan kalau karirnya ini terus ditekuninya, aku yakin suatu saat nanti istriku akan mendapatkan gelar, RATU LONTE!!

Tapi sebentar? Kenapa aku memikirkan ini? Sial!! Otak bodohku mulai mengkhayal yang aneh, lagian aku mana rela melihat istriku bekerja sebagai lonte dan mendapatkan gelar RATU LONTE seperti itu.

Aku dan istriku mulai memasuki bioskop tua ini dan beberapa orang sudah ada di dalam. Penjaganya juga kulihat malas-malasan, asyik mengisi TTS dan membiarkan saja orang-orang masuk ke dalam studio tadi. Namanya juga bioskop usang nan murah, pelayanan apa juga yang mau diharapkan? Aku dan istriku duduk, dan beberapa orang mulai masuk.

“Kenapa film ini sih, Ma?” aku duduk bersandar.

“Ga ada film lain, coba aja. Siapa tau seru.”

“Bagi papa serunya di bagian mereka berbicara.”

“Hihihihi.”

Dan film yang dipilih Maya tadi adalah film Thailand. Salah satu film dari negara Asia ini mampu membuatku tertawa di saat mereka berbicara dengan logat mereka, padahal itu film horor. Aku bahkan membayangkan apabila ada orang Thailand marah kepadaku menggunakan bahasanya.

“APA KAU LIAT-LIAT!” teriakku.

Dan orang Thailand itu juga teriak.

“PANG TOK TUNG-TANG! TANG TING MO PUTANG INA MOO!!”

“BUAHAHAHAHA!!” dan aku malah tertawa, seketika hilang emosiku.

Beneran. Kalau hal itu terjadi.... aku benar-benar tidak akan bisa menahan tawaku, logat bahasa Thailand itu lucu bagiku. Jadi kalau orang Thailand itu marah menggunakan kata-kata, bukannya takut, seram atau apa, malah lucu bagiku.

Susah emang punya selera humor receh sepertiku.

Asyik menunggu film dimulai, lalu ada yang duduk di samping istriku. Dan ternyata itu adalah pria tua tadi! Istriku melihatnya dan kembali menghadap ke depan dengan wajah cukup tegang, sementara pria tua tadi senyum-senyum saja sambil melihat layar.

“Kenapa, ma?” tanyaku pura-pura tak tahu.

“Gak,” Maya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Film akhirnya dimulai dan di dalam kegelapan ini. Aku tak berkonsentrasi menonton, dikarenakan ada pria tua yang menyangka Maya itu bispak duduk tepat di samping Maya.

Aku mencoba konsentrasi menonton. Sepertinya ini film drama yang sedih, karena sudah menampilkan adegan tokoh pria melayat di rumah duka. Akting nya bagus, pria itu masuk ke dalam rumah duka yang penuh suara tangisan. Dia terus masuk dan berhenti di depan peti mati. Wajahnya sedih melihat jenazah didalam-Nya, lalu dia berkata.

“Pa kai na sokhap!”

“Bwahahahaha!!” dan aku spontan tertawa.

“Papa!” Maya mencubit tanganku.

Sial! Dengan cepat aku menutup mulutku dengan tangan dan menahan tawaku! Ini memang salahku! Orang-orang di bioskop menatapku heran, mungkin mereka bingung kenapa aku malah tertawa di adegan sedih ini. Memang susah kalau punya selera humor receh sepertiku! Mendengar logat bahasa Thailand saja aku tertawa!

Akhirnya aku terus menonton dan sudah beberapa kali aku berusaha menahan tawaku mendengar suara yang logatnya lucu bagiku, mana ada adegan adiknya ke tabrak lagi.

“Sssssshhh.”

Dan aku mendengar Maya mendesah tepat di menit ke 10. Aku tahu pria tua itu tak mungkin hanya duduk saja. Dengan cahaya seadanya dari layar aku sengaja memajukan tubuhku untuk memberi reaksi kejut bagi mereka berdua dan aku segera menoleh ke samping.

“Kenapa, Ma?”

“Oh, t-tadi mama kedinginan,” kata Maya sambil menarik rok nya ke bawah.

Aku lalu menatap pria tua yang sedang asyik memangku kepalanya dengan tangan kanan, dan tiba-tiba muncul tangan kiri nya yang sepertinya tadi ia tekuk. Aku sudah curiga pasti tangannya itu sudah meraba istriku dan karena tadi rok istriku dibetulkan, maka aku yakin tadi dia mengusap paha Maya.

Aku kembali menonton dan memangku kepalaku dengan tangan kiri. Agar aku bisa melihat sekilas dengan apa yang terjadi kepada Maya yang duduk di sebelah kananku.

6 menit berlalu, dan lagi-lagi aku mendengar lenguhan yang tertahan di dalam mulut Maya. Aku tidak perlu memajukan tubuhku, aku hanya perlu menjelingkan mataku ke kanan sekejap.

Dan aku melihat Maya menutup mulutnya dengan tangan kiri. Tidak ada yang aneh, namun akan menjadi wajar saat aku melihat 1 jari muncul dari payudara kanannya itu. Ternyata benar! Pria tua itu menggerayangi istriku dengan meremas payudara kanannya! Aku yakin itu karena aku bisa melihat ujung jarinya di area payudara istriku.

Sial! Aku mau saja mendampratnya, tapi yang kulihat istriku tidak melawan seakan menikmati. Lalu tangan kiri istriku itu digunakannya untuk menggeplak sesuatu di dada kanannya, setelah itu istriku tersenyum tipis walau matanya memandang layar bioskop.

Aku benar-benar resah di sini. Demi ‘MENYELAMATKAN’ istriku maka aku mencoba mengajaknya berbicara agar aktivitas pria tua itu terganggu. Maya meladeni obrolan kecilku yang mengomentari adegan-adegan film ini.

Lalu aku melihat tangan pria tua itu menyelip di paha istriku dan memasukkan sesuatu ke dalam rok nya yang sempit karena terhimpit paha. Istriku sepertinya tahu tapi berpura-pura tidak tahu.

Pria tua itu lalu pergi yang sedikit memberiku kelegaan hati. Akhirnya dengan tenang aku bisa menikmati film ini, tentu saja sambil mencuri pandang ke arah istriku. Kulihat tangan Maya meraih sesuatu tadi dibalik rok nya dan ternyata itu secarik kertas yang terlipat kecil.

Kepala Maya lalu agak miring ke kanan seperti ingin membaca isi kertas itu.

Setelah itu Maya meremas kertas itu dan menyentilnya ke arah yang jauh dan membuatku tak tahu jatuh di mana kertas itu dalam kegelapan ini. Maya kembali menonton dengan tenang, sangat tenang. Sampai akhirnya 3 menit kemudian Maya menoleh ke arahku.

“Pa, mama ke WC dulu ya?”

Mendengar itu membuatku berdebar-debar! Aku tak tahu kenapa Maya jadi doyan ke toilet hari ini, tapi aku yakin alasan dia mau ke toilet pasti ada hubungannya dengan kertas tadi! Kurasa itu seperti yang dilakukan pria tua itu pertama kali, dia mengajak Maya keluar. Karena itulah pria tua itu keluar dan menunggu istriku menyusul!

Aku mengiyakan saja dan Maya segera berdiri dan keluar dari studio. Sial! Walau tahu istriku akan berbuat nakal lagi kenapa aku bisa ‘Rela’ begini ya? Tapi aku juga tak mau diam di sini! 6 detik saat Maya keluar dari pintu dengan cepat aku menyusulnya untuk membuntutinya!

“Nao Swadakidaaaap!!!” teriak aktor di film itu.

“Bwahahahaha!!” dan aku sempat-sempatnya tertawa karena itu! Sial!

Setelah aku keluar, aku celingukan mencari sosok Maya. Dan di kejauhan aku melihat pria gendut tadi menghilang dari balik pintu. Dengan cepat aku menyusul, aku berhenti di daun pintu dan mencoba mengintip.

DAN TERNYATA BENAR!!

Kulihat Maya sedang berjalan dan dirangkul oleh pria tua tadi, dan pria gendut ini menyusul di belakang. Mereka seperti menuju lantai 2 gedung bioskop tua ini, yang membuatku juga buru-buru untuk menyusul merekam. Di lantai 2 mereka terus melanjutkan perjalanan mereka dan kulihat istriku tertawa dengan pembicaraan yang dia lakukan dengan pria tua di sampingnya itu. Mereka terus berbicara sampai menaiki tangga menuju lantai 3.

Tentu saja aku menyusul mereka, lalu kuperhatikan lantai 2 ini begitu lenggang. Mungkin lantai 2 ini sudah tidak terpakai lagi, kalau lantai 2 saja sudah tak terpakai. Bagaimana dengan lantai 3 nya?!

Lalu dilantai 3 seperti yang kuperkirakan. Benar-benar sepi! Aku melihat Maya terus berjalan dan berhenti di depan suatu ruangan. Lalu mereka ber 3 pun masuk ke dalam. Perlahan demi perlahan aku berjalan. Setelah sampai ternyata ruangan yang mereka masuki adalah sebuah WC. Dan aku mendengar suara Maya dari sini.

“Mana janjinya?”

Sial! Ternyata di tempat ini mereka akan melakukan aksinya. Aku mencoba melihat ke dalam dan ternyata toilet ini memiliki sekat dinding, yang di mana harus masuk ke dalam lagi untuk masuk ke dalam toilet sesungguhnya.

Tapi bagaimana caranya aku mengintip dari depan?

Aku berusaha mencari cara. Di sebelah toilet ini tak ada ruangan, dan tak ada juga ruangan lain untuk pembatas wc pria/wanita. Tapi di atas dinding ini ada sebuah kaca ventilasi seperti dirumah-Ku, dan ada juga meja yang ditumpuk dengan meja lain.

Nekat, maka aku mencoba menaiki meja ini dan menaiki meja diatas-Nya lagi. Lalu di ujung kaca ini aku mulai mengintip dan membulat mataku saat melihat ke dalamnya.

Kulihat pria tua tadi dengan wajah mesumnya asyik menggesek-gesekkan selangkangannya dipantat Maya. Sedang Maya tampak biasa sekali dari wajahnya, bahkan dia lebih mementingkan sesuatu dengan pria gendut di depannya.

“Nih, punyaku sama bapak ini!” pria gendut itu menyerahkan beberapa lembar uang.

Maya menerima uang itu dan menghitungnya, dengan kondisi dirinya masih dilecehkan di bagian pantatnya. Maya masih sibuk menghitung uang lusuh yang begitu banyak, terdiri dari uang 20 ribu, 10 ribu, itu bisa dilihat dari warna uangnya.

“Oke, pas!” Maya merapikan uang itu dan memasukkan uang itu ke dalam tasnya.

Hei! Ini tidak mungkin kan? Maya mau melakukannya demi uang?!!!!

“Hehehe kalau begitu, ayo!” pria gendut tampak semangat.

“Bapak!” Maya menampar pelan tangan pria tua di pinggangnya, “Gak sabaran amat sih?”

“Ayo! Hehehe!” pria tua itu tampak masih semangat menggesekkan selangkangannya di pantat Maya.

“Dia agak tuli,” pria gendut tertawa, “Sebentar.”

Pria gendut menepuk pundak bapak itu dan memberi isyarat sesuatu yang membuat pria tua itu mengerti dan melepaskan gesekannya dipantat Maya.

“Gak ada tempat lain? Masa di sini?” Maya bertanya sambil menaruh tasnya di wastafell.

“Ada, tapi dikuasai preman sini. Harus bayar, lagian bahaya.”

“Bahaya?”

“Biasanya mereka kasih gratis, kalau ceweknya cakep kayak mbak hehe.”

“Terus? Ke sana aja kalau gitu,” ajak Maya.

“Bayarannya ya mbak. Kami emang dikasih gratis, tapi sebagai gantinya mbak yang lanjut dientot mereka. Itu bayarannya. Mereka ramai loh, mau? Ada lebih dari 10 preman di sini hahaha.”

“Hmm, yaudah deh, di sini aja.”

Kurasa itu keputusan bijak dari Maya. Melayani 4 orang yang bisa dibilang gangbang saja aku tak kuat melihatnya, apalagi preman-preman di sjnj menurut penuturan pria gendut itu. Baik juga nih orang gendut. Tapi dalam situasi ini..... salah tidak ya kusebut itu sebagai keputusan bijak?

“Ayo, dek! Bapak tak tahan!!” pria tua itu tampak nafsu melihat Maya.

“Iya iya, ya ampun, gak sabaran banget deh,” Maya manyun.

“Maklumin saja. Udah 5 tahun ga gituan,” kata pria gendut.

“Beneran?” Maya tampak kaget.

Pria gendut mengangguk, “Ngomong-ngomong pria tadi siapa, mbak? Pelanggan mbak juga? Kok posesif gitu?”

“Suami saya.”

“Apa?” pria gendut kaget, “Jadi mbak udah punya suami?”

“Iya.”

“Tapi kok..... apa dia yang menjual mbak di sini?”

“Hmm,” Maya tersenyum, “Langsung aja deh, biar cepet.”

Dan akhirnya adegan yang menegangkan bagiku terjadi. Kulihat Maya tidak membuka bajunya, tapi dia bersender di dinding dan tersenyum kepada pria tua.

“Silakan,” ucap Maya.

Pria gendut menepuk pundak pria tua dan memberi isyarat. Mengerti maksudnya membuat pria tua itu langsung menyerbu istriku.

“Hihihi,” istriku hanya tertawa melihat kelakuan pria tua tersebut.

Pria gendut juga melakukan aksinya setelah membuka celananya yang berukuran jumbo dan.... Astaga.... ini kalau menertawakan penis orang dosa tidak ya? KECIL BANGET PENISNYA BIAR PUN UDAH TEGANG!!

“Emmm,” istriku saja sampai datar wajahnya melihat ukuran penis pria gendut ini.

“Iya saya tahu,” muka pria gendut tampak jutek sambil mengocok penisnya yang kecil itu.

“Hihihi.”

Lalu kulihat pria gendut itu berjongkok dan mengangkat rok yang Maya pakai, dan benar seperti dugaanku. Maya tidak memakai celana dalam! Sementara pria tua itu tampak tak sabar dan mengangkat kaos yang Maya pakai. Tanpa basa- basi mulut pria tua itu langsung mencaplok puting kiri Maya.

Sial! Ini benar-benar menegangkan. Melihat istriku berhubungan seks setelah dibayar.

Pria tua tampak terkejut saat menghisap payudara istriku. Dia tarik mulutnya dari puting dan berkata.

“Susu!!”

“Iya, pak, susu,” kata pria gendut yang asyik memainkan bulu kelamin istriku.

“Ada susu!!” pria tua memencet payudara istriku hingga keluar susu putih dari putingnya itu.

Pria gendut kaget dan melihat istriku, “Udah punya anak mbak?”

“Iya,” Maya tersenyum dan menonjolkan payudara kirinya kepada pria tua dan digoyang-goyangkannya, “Ayo, nenen.”

Pria tua itu segera melahap payudara istriku dan aku tak percaya mendengar kalimat Maya yang menawarkan payudaranya terhadap orang yang tak dikenalnya. Pria tua itu tampak bernafsu menghisap susu Maya sampai-sampai Maya menggigit bibir bagian bawahnya dan memegang kelala pria tua itu.

“Ssssshhhh, pelan-pelan....”

“Slrrrrpppp!!! Mmhhhh slrrrrpppp!!” sementara pria tua tak peduli, suara isapannya yang bercampur liur itu menandakan kenikmatan yang ia rasakan.

Pria tua itu menarik tubuh Maya dari dinding dan terus menghisap susunya. Sementara pria gendut sudah mulai mengobok vagina Maya.

“Ouuuhh!! Sssssshhhh,” Maya mendesis keenakan.

“Saya kira pepek Amoy tak ada bulunya, ternyata ada ya hehehe,” pria gendut terus mengocok vagina Maya.

“Mmmmmmhh ooohhh,” Maya melenguh dan berteriak kecil, “Aaaw!!! Jangan digigit kuat-kuat dong pak!”

“Jangan kuat-kuat katanya pak,” pria gendut menepuk paha pria tua.

“Hehehehe slrrrpppp,” pria tua kembali menghisap susu Maya setelah menggigit putingnya tadi.

Tangan pria tua itu juga turun ke bawah dan memainkan bulu kelamin milik Maya.

“Ouuuuhhh, nngghhhhhhhhhhh,” Maya mendesah lagi.

“AAAAHH AHHHH AAAAAAAAAHHHHH!!” Maya mengerang keras.

Dan SERRRRRRRR!! Air orgasme mulai mengalir deras dari vaginanya, ke dua lututnya bergegar-gegar dan hampir saja ambruk ke bawah kalau tidak ditahan pria tua yang memeluknya.

“Banjir,” pria gendut tertawa melihat genangan air orgasme Maya dilantai dan mengibas tangannya yang terkena ‘AIR KENCING KENIKMATAN’ itu.

“Aahhh.....” Maya melenguh pelan dan tersenyum sambil menutup mata.

Pria gendut lalu berdiri dan menghisap payudara kanan milik Maya, sedangkan puting kirinya juga masih dinikmati sang pria tua.

“Nnnnghhhhh,” kepala Maya ke atas dengan mata terpejam, tangannya itu lalu memegang 2 kepala ‘BAYI BESAR’ yang disusuinya itu.

“Slrrrrrrpppp!!!” pria tua kembali mengeluarkan suara isapan nikmatnya itu.

“Slrrrrrrrpppp!!” begitu juga dengan pria gendut.

“Aaaaaaaahhhhhhhhhh,” mulut Maya sampai menganga, “Iyaaa, teruss. Iseep..... Nnnngghhhhhh, enaaaaaakkk! Ouuuuuhhhhh!”

Pria gendut yang puas menyusu lalu meremas dan menggoyangkan payudara Maya secara melingkar.

“Mantap!!! Susu murni dari sumbernya langsung.”

“Nnnnghhhhh,” Maya tersenyum dengan mata terpejamnya itu.

Pria gendut lalu mengajak Maya berciuman, sementara pria tua sekarang asyik menjilat-jilat leher Maya dan mengulum daun telinga Maya.

Pria tua lalu melepaskan diri untuk melepaskan celananya. Sementara pria gendut berbicara sambil meremas-remas payudara Maya.

“Yuk, mbak. Ngentot.”

“Yuk,” Maya tersenyum.

“Saya mau jilat dulu!!” kata pria tua.

“Jilat?” Maya tampak bingung.

“Memek mbak maksudnya,” jelas pria gendut.

“Oh,” Maya tersenyum dan menungging sedikit dengan bantuan dinding, “Nih.”

Tanpa basa-basi pria tua itu berjongkok dan langsung menjilat-jilat memek Maya.

“Nnnnghhhh....” Maya sampai merem melek dan menutup mata menikmatinya.

“Pak! Udah! Saya mau coba memek mbak nya ini!” protes pria gendut.

Pria tua itu mengalah, dia lalu berdiri dan berdiri di depan Maya. Pria gendut lalu pindah ke belakang Maya dan meminta Maya sedikit membungkuk untuk memudahkan proses penetrasi.

Tapi pria gendut tampaknya kesusahan melakukan penetrasi.... ya bagaimana ya,... Dengan penis sekecil itu mau melakukan gaya menyodok dari belakang tampaknya ide buruk, bahkan ujung kontolnya saja aku rasa tak sampai mendekati dinding vagina Maya.

“Kok lama?” tuh, Maya sampai menoleh ke belakang.

“Eeee...” pria gendut menggaruk kepalanya, “Mbak.... baring aja deh, susah di posisi ini.”

“Hmm, ya udah deh.”

Maya lalu berdiri sejenak, tapi belum dia berbalik badan, tubuhnya malah ditarik si pria tua dan menempelkannya di dinding. Tanpa basa basi malah pria tua itu yang melakukan penetrasinya duluan kepada Maya.

“Ahhhhh!!!” Maya sampai terpekik kecil dibuatnya.

“Waaaah!! Enaknya memek amoy!!” kata pria tua, aku yakin dia merasakan sensasi kontolnya dipijit-pijit dinding vagina Maya.

“Eh! Malah dia yang duluan! Saya dulu, pak!” protes pria gendut.

“Habisnya lama!” gerutu pria tua.

“Nantikan bisa!”

“Iya! Iya!” pria tua menggerutu dan mengeluarkan kontolnya dari memek Maya, Maya sampai menahan tawa melihat 2 pria yang memperebutkan memeknya itu.

“Ya udah, baring mbak!” pinta pria gendut sambil mengocok kontoknya.... sial!! Aku susah menahan tawa melihat kontol sekecil itu!

Maya lalu mencari lantai yang terbilang bersih bagi dirinya. Dia lalu berbaring dan mengangkang, dia tahan ke 2 kakinya itu dengan tangan. Lalu pria gendut mendekatinya.

“Sini,” Maya menepuk vaginanya sendiri dan tersenyum, “Masukin ke sini kontolnya.”

“Hehehe iya, mbak.”

Aku benar-benar takjub, Maya benar-benar memberikan servis binal, tadi payudaranya. Sekarang dia sendiri yang menawarkan penis orang tak dikenal untuk memasuki vaginanya. Dan seperti biasa, penisku juga ikut menegang melihat kelakuan istriku ini! Pria gendut itu mulai bersiap melakukan penetrasi di vagina Maya dan istriku juga siap. Kemudian..... pria gendut itu terlihat kesulitan.

“Ayoo,” Maya menutup matanya.

“Sebentar, mbak.”

Maya lalu membuka pintu vaginanya sendiri dengan ke 2 tangannya, “Ayooo, memekku siap dimasukin nih.”

“Iya, mbak, sebentar...”

Pria itu benar-benar kesulitan. Sepertinya karena ukuran penis dan perut gendutnya itu, maka di posisi itu penisnya tak bisa melakukan penetrasi ke vagina Maya.... jangan kan melakukan penetrasi, ujung kepalanya saja tak sampai ke vagina Maya.... kayaknya mau ganti gaya apa pun hasilnya tak jauh berbeda.

“Kok lama sih?” Maya membuka matanya dan melihat.

“Susah mbak....”

“Oh,” Maya tertawa karena mengerti maksudnya, “Hihihi yaudah.”

Maya lalu berdiri dan mengelus-elus penis pria gendut ini. “Kurusin badannya, mas biar panjang hihi.”

“Kapan-kapan, ayo mbak.”

“Iya.”

“Hei! Bapak dulu dong!” pak tua protes.

“Sebentar pak, saya mau Try dulu.”

Maya lalu membungkukkan badannya di depan pria gendut, ia buka lagi vaginanya dengan ke 2 tangannya dan menggoyang-goyangkan pantatnya. Sial kau Maya! Kenapa seksi sekali saat kau melakukan ini!

“Ayooo, sekarang pasti bisa,” ucap Maya.

Pria gendut lalu mendekati Maya dan Maya menghentikan goyangan pantatnya. Tangannya masih membuka lebar pintu vagina nya agar pria gendut itu mudah memasukkan penis ke dalam vaginanya. Masih agak kesulitan bagi pria gendut ini untuk melakukan penetrasi, sampai-sampai dia menekan punggung Maya dan menaikkan pinggulnya. Dan diposisi itu barulah dia bisa melakukan penetrasi.

“Wuuuhh!! Mantap sekali memekmu, mbak!!” ucap pria gendut saat berhasil melakukan penetrasi.

Maya hanya tersenyum, tapi saat ia menoleh ke depan, senyumnya itu hilang, wajah Maya tampak biasa saja. Seolah mengatakan penis pria gendut ini tak terasa di vaginanya. Pria gendut mulai memaju mundurkan pinggulnya yang membuat istriku kesusahan menjaga keseimbangan. Wajar saja itu terjadi karena tubuh istriku jauh lebih kecil dari pria yang menggenjotnya.

Tapi tampaknya ada bantuan. Pria tua tadi menopang tubuh istriku dari depan dan menahannya. Istriku tersenyum mendapatkan bantuan dan ia pun mencium pria tua ini seolah-olah itu adalah hadiah.

“Mantap, pak!!” ucap pria gendut yang begitu semangat menggenjot vagina istriku.

“Apa katanya?” tanya pria tua kepada Maya.

Maya membisiknya dan tersenyum. Sementara pria tua itu tampak sebal kepada pria gendut.

“Gantian kalau nikmat!”

“Sebentar, pak! Enak banget nih memek! Kayak dipijit-pijit!”

“Hihihi,” sementara istriku hanya tertawa.

Kulihat pak tua itu masih bersabar, ia lalu berjongkok dan menghisap payudara istriku itu. Dan baru sekarang istriku mendesah saat payudaranya dihisap, padahal sedari tadi dia digenjot namun tak mendesah sama sekali.

“Oohhhhhh ngggggg,” Maya mengelus kepala pria tua yang asyik menyusu.

Pria tua itu tampaknya tak tahan mendengar suara desahan seksi istriku tersebut. Ia berdiri menghampiri pria gendut, sementara istriku menahan tubuhnya sendiri dengan dinding.

“Gantian!”

“Adoooh, pak! Lagi enak!!”

Maya yang mendengar itu lalu menoleh ke belakang dan berkata,

“Gantian aja, kasihan....”

“Tapi, uuh!! Enak banget!!” pria gendut malah semakin brutal menggenjot vagina Maya.

“Nanti aku kasih yang lebih enak,” kata Maya dan tersenyum, “Kasihan loh si bapak, katanya udah 5 tahun ngga ginian.”

Benar kata istriku. Kasihan. Apalagi tadi menurut penuturan pria gendut tadi kalau pria tua ini tidak pernah bercinta 5 tahun lamanya. Tentu saja sperma nya memberontak untuk keluar dari kediamannya. Aku tahu rasanya wahai pak tua, bahkan sekarang saja aku masturbasi melihat kelakuan kalian untuk mengeluarkan spermaku dari penisku ini. Karena itu pak tua, kuizinkan kau menikmati istriku!!

Tapi tunggu.... Kok aku jadi mendukung hal ini!!!!

Pria gendut akhirnya mengalah dan mengeluarkan penisnya dari vagina Maya. Ia mundur ke belakang dan sekarang pria tua ini yang menggantikan posisi pria gendut.

“Heheheheh akhirnya,” pak tua menepuk-nepuk pantat istriku.

“Hmmm,” istriku tersenyum, ia menggoyangkan pantatnya lagi untuk menggesek penis pak tua.

“Uuuhh mantap!”

“Hihihi,” Maya kembali membuka pintu vaginanya dengan tangan dari posisinya yang membungkuk itu, “Ayo, kontolnya masukin sini.”

Tanpa perlu disuruh sepertinya pak tua itu juga tahu. Dia arahkan penisnya itu dan mulai melakukan penetrasi nya ke vagina Maya.

“Uuuuhhh,” Maya melenguh saat penis tua itu masuk ke dalam vagina.

“Woooooh!!” pak tua itu tampak kaget, “Dipijiiiit!!”

“Udah saya bilang,” kata pria gendut jutek.

“Nnnnngggjhhh,” Maya menggigit bibir bagian bawahnya dan menggoyangkan pantatnya lagi untuk menggoda, “Ayooooo, enak kan?”

“Mantap!” pak Tua menepuk pantat Maya, “Enak sekali memekmu!!”

“Eeeemmmm,” Maya menggoyangkan pantatnya lagi.

“Berhentilah menjadi lonte!” kata pria tua itu.

Wow! Baru kali ini aku setuju dengan kata-kata pria yang menyetubuhi istriku selama ini. Benar sekali katamu, pak tua. Hei Maya, kau dengar itu? Berhentilah menjadi wanita murahan seperti ini!

“Lalu jadilah istriku! Saya mau bercinta denganmu setiap hari!” lanjut pak tua. Enggak gitu juga kali maksudnya, Pak! Mau ngajak berantem ya sama saya?!!

“Enggak,” kata Maya.

“Oke! Habis ini kita ke KUA!!” pak tua tampak semangat menepuk pantat Maya.

“Dia bilang enggak, pak,” kata pria gendut.

“Apa!!” pak tua tampak kesal dan mulai mengentakkan pinggulnya, “Harus mau lah!!”

“AWWWW!!” teriak istriku.

Dan pria tua ini akhirnya bisa menggenjot vagina istriku. Istriku mendesah hebat, hanya saya desahannya itu pura-pura. Aku bisa melihat jelas wajah Maya dari sini, wajahnya tampak biasa saja tapi mulutnya yang luar biasa untuk mendesah seolah dia menerima sodokan nikmat. Tentu saja, karena penis pria tua itu peyot meskipun tegang. Dan bagi Maya mungkin itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penis pria yang ada didesa, yang sudah menikmati vaginanya. Kurasa Maya sengaja melakukan itu agar pria tua itu merasa senang dan bisa cepat orgasme.

“Aaaaaahhhhh. Nnnggggghhh aaaahhh ahhhh aaahhh!!”

“Astaga enaknya!! Uuuhhh! Memek nya juara nih amoy!!” pak tua menepuk pantat Maya terus menerus.

“Aaaaaaahhh, oooohhhh, ngggghhh iyaaaa, oooohhhhh enaaak bangeeet kontol bapaaak. Nnghhh,” desah Maya yang pura-pura.

Diposisi ini aku merasa lucu juga. Aku seperti melihat antrean sembako, hanya saja sembakonya ini adalah vaginanya Maya. Karena kulihat pria gendut itu setia mengantre di belakang pak tua yang asyik menggenjot vagina Maya. Pria gendut itu sampai menjulurkan lidah melihat lekuk tubuh Maya dari belakang.

Ada 5 menit pria tua ini menggenjot vagina istriku. Dan kulihat dari raut wajahnya, sepertinya pria tua ini mau mencapai orgasme nya.

“Ohhhhh bapak mau keluaaar!!”

“Aaaaahhh aaaaaahhyhh, keluarrriiinn, ooohh, keluariiiiin di memek sayaaa, paaak... Ooooohh!!!”

💦 BERSAMBUNG

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com