Aku masih tidak mengetahui saat ini sedang berada dimana. Suara rintik hujan deras gemricik membasahi tanah adalah satu-satunya suara yang dapat kudengar. Mereka menggiringku masuk ke dalam sebuah bangunan. Aku dipaksa mereka terus berjalan ke depan dan masuk ke dalam ruangan. Sebuah ruangan yang terasa cukup lembab dan gerah. Kucium pula aroma rokok, dan juga aroma tembok-tembok batu bata yang tidak di semen. Sepertinya aku dibawa di sebuah bangunan tua yang terbengkalai.
“Sudah aman. Buka penutup matanya”, ujar seseorang lelaki dari arah depanku
Lalu salah satu dari mereka mulai melepas kain yang dari tadi menutup mataku. Begitu terbuka, betapa terkejutnya aku melihat keadaan sekelilingku. Aku berada disebuah bangunan kosong. Ditembok-temboknya tergambar beberapa coretan graffiti dan juga “maaf” gambar penis lelaki. Beberapa coretan lain juga bertuliskan kata-kata kotor dan makian, serta beberapa kata yang aku tidak tahu maksudnya.
Tidak ada apa-apa diruangan ini selain sebuah meja dan juga botol-botol miras yang tersaji diatasnya. Yang lebih membuatku ketakutan, Aku dikerumuni oleh banyak lelaki berwajah menyeramkan. Beberapa bahkan kulihat memiliki tattoo dan tindik di wajah mereka. Usia mereka mungkin sekitar 20 hingga 30 tahunan. Kukira-kira mereka yang berada dibangunan ini mungkin berjumlah 14-17 orang
Tubuhku seketika menggigil, karena seluruh pakaianku sudah basah kuyup terkena hujan deras tadi. Aku hanya bisa menunduk ketakutan, tidak mampu memandang kearah para pria yang kini menatap kearahku dengan kurang ajar. Aku berdiri mematung diantara para lelaki itu. Sementara itu, para lelaki disana kurasakan sedang memandangiku terus menerus sambil sesekali kudengar tawa menjengkelkan seolah mereka sedang menertawakan nasib burukku.
“Sini tas lu!”, kata lelaki yang menghunuskan goloknya di warung tadi
“Eehhhh...”, dengan sekali tarikan tasku sudah dirampas olehnya
Aku hanya bisa melihat tasku digeledah olehnya. Satu persatu barang-barangku dikeluarkan dari dalam tas. Mulai dari handphone, dompet, beberapa skincare dan peralatan make up, serta beberapa kertas catatan yang biasa kupakai untuk mencatat beberapa poin penting saat mengikuti kajian.
“Duit cuma bawa 300ribu? Gak laku lu jualan badan?”, tanya lelaki bertato kerbau di lengannya
“Hahahaha...”, tawa mengejek lelaki-lelaki disana
“Itu sudah laku. Dia mungkin tarifnya 100ribu per jam. Hahahaha”, celetuk lelaki yang lain
“Hahahahahah...”, seketika suasana menjadi ramai karena suara tertawa mereka yang menjengkelkan
Kembali aku sakit hati mendengar ucapannya. Bisa-bisanya dia menganggapku seperti seorang PSK yang sedang menjajakan diri ke lelaki hidung belang. Ingin kutampar mulutnya saat ini juga. Tetapi mengingat jumlah mereka yang banyak, aku urungkan niatku untuk melawannya.
“Heh!!! hape lu passwordnya apa?”, tanya lelaki kekar tadi
“Ngga mau... Lepaskan saya!!”, jawabku
“Apa? Mau dilepasin?”, tanya lelaki itu sambil berjalan maju ke arahku
*plak plak plak*
Tiba-tiba lelaki itu menamparku beberapa kali
*plak plak plak*
“Aduhhh.. Sudah cukup!! Lepaskan saya”
*plak plak plak*
“Lu mau dilepasin? Jawab password hp lu apa??”
“....”, aku masih enggan menjawabnya sambil menahan rasa ngilu dipipiku karena berkali-kali ia tampar wajahku tanpa ampun
Aku mati-matian mempertahankan handphoneku diambil alih oleh para anggota gank motor itu. Karena seluruh data pribadiku ada dihandphoneku. Termasuk beberapa foto yang kuambil saat aku tidak mengenakan cadar ataupun kerudung hanya untuk iseng berselfie.
Kulihat lelaki berbadan kekar itu berjalan ke belakangku. Entah apa yang dilakukannya. Sementara itu seluruh anggota gank motor lainnya memandangiku dengan senyuman jahat yang menyebalkan. Tatapan mata mereka seperti iblis yang begitu menakutkan.
Tiba-tiba 2 buah tangan kekar mendarat pada payudaraku. Pandanganku mencoba menangkap siapa yang melakukannya. Lelaki kekar itu meremasi payudaraku dari belakang. Ia dengan sangat kasar meremasi kedua payudaraku bersamaan. Tangannya terasa begitu kuat mencengkeram dadaku hingga membuatku merintih kesakitan.
Aku mencoba melepaskan diri dari cengkeraman lelaki itu. Aku meronta, berusaha melawannya yang terus meremasi payudaraku. Tetapi tenagaku sangatlah jauh berbeda dengannya. Semakin aku melawan semakin tubuhku merasa kesakitan. Dekapannya begitu kuat, dan remasannya begitu kasar!
“Jangan Kurang Ajar!”, pekikku dan kuteruskan mencoba meronta dan melawannya demi menjaga kehormatanku sebagai seorang akhwat yang terjaga.
“Gw berhenti sampe lu kasih tau Password handphone lu!”, ancamnya
“Ahhh.. Kurang Ajar. Tolong.. Toloooooongggg!!!”, aku semakin ketakutan
Tiba-tiba mulutku dibekap dan kembali kedua pipiku ditampar berkali-kali dengan kekuatan penuh oleh lelaki kekar itu
*plak plak plak plak*
“Tidak ada orang disekitar tempat ini. Tidak ada yang berani berurusan dengan Gang kami”, ujar lelaki it
Karena melihatku terus melawan dan enggan memberikan password handphoneku, ia semakin kesal. Ia lalu mengambil pisau lipat dari sakunya dan mulai ia arahkan ke leherku. Aku yang terus menerus menangis ketakutan sama sekali tidak membuat lelaki itu menghentikan perbuatannya. Ia terus saja melecehkan tubuhku dengan meremas kedua payudaraku. Bahkan kerudung panjang dan kain cadarku disingkapnya ke belakang hingga memperlihatkan lekuk tonjolan buah dadaku yang terbentuk bulat sempurna dibalik gamisku yang basah.
“Kasih Tau Passwordnya atau gw sobek-sobek pakaian lu!”, ancamnya kembali
“Tolong lepaskan saya! Jangan lakukan ini.. Dosa mas....”, kataku semakin ketakutan
“Cih malah ceramah lu lonte.. Juhhh”, kata lelaki kekar itu sambil meludahiku
*Breeekkkk Brekkkkk Srueetttt* suara pisau lipat itu mulai merobek perlahan gamis bagian dadaku hingga dadaku yang masih tertutup bra sedikit nampak
“Kyaaaaa jangaaannn”, pekikku saat menyadari omongannya bukan gertak sambal belaka
“Wow... Mulus... Bulet”, komentar anggota Gank lainnya yang sedang menontonku dikerjai oleh lelaki kekar ini
“Jangan Tolong hentikan.. Kalian keterlaluan!!”, aku pun semakin menangis sesunggukan menyadari bagian dadaku semakin terbuka
“Sebutkan Password Handphone lu atau lu bakalan pulang telanjang dari sini. Hehehehe...”, kata si lelaki kekar
“Huruf S.. Bentuk Pattern Passwordnya huruf S...”, Akupun sudah menyerah dan lebih memilih merelakan handphoneku diambil oleh mereka
“Gitu dong yang pinter lu...”, Kata si lelaki kekar sambil kembali meremas payudaraku kuat-kuat sebelum ia buka password handphoneku
“Sudah lepaskan saya!”, aku pun semakin kesal karena lelaki ini sama sekali tidak menghargaiku
“Hahahaha.. Bisa teriak juga ya lu? Kita liat nanti apa lu teriaknya kenceng ngga..”. kata lelaki kekar itu sambil berjalan menjauhiku dan kembali berkumpul bersama teman-temannya
Aku buru-buru menutup bagian gamisku yang sobek dengan kerudung panjangku kembali. Untungnya, sobekannya masih tidak terlalu panjang sehingga masih bisa diamankan dengan menutup kembali bagian depan kain kerudungku. Aku pandangi anggota gank itu satu persatu. Ada yang sekujur tubuhnya bertato, ada yang tubuhnya kekar dan atletis, ada yang kurus kering seperti kecanduan narkotika, ada yang gemuk sekali, dan semua anggota gank motor itu memiliki simbol tattoo yang sama di tangan mereka bertuliskan “Anarchist Always” dan terdapat tulisan ANAL di tengahnya. Sepertinya itu adalah simbol dan lambang Gank motor yang membawaku ini.