𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟗

 


Setelah kejadian aku dan mama bersetubuh di seluruh penjuru rumah dan hampir ketahuan oleh papa, kami terus melakukan itu setiap hari dengan tentunya lebih berhati-hati. Mama yang memang biasa tidak menggunakan dalaman di rumah. 

Kini juga sudah terbiasa untuk langsung membuka dasternya begitu mobil ayah pergi meninggalkan pekarangan rumah. Bahkan saat aku bangun siang hal pertama yang aku lihat adalah mama sedang melakukan pekerjaan rumah dalam keadaan telanjang bulat dan baru akan mengenakan daster ketika sudah menjelas sore hari. 

Aku telah berhasil mengubah kepribadian mama yang dulunya konservatif menjadi maniak seks yang tidak tahan tidak berhubungan badan dengan anaknya sendiri. Meskipun begitu, hubungan kami masih sebatas ketika di rumah hanya berdua dan aku berniat untuk perlahan mengubah mama menjadi lebih berani untuk menunjukkan "kasih sayang"nya di hadapan orang lain, terutama papa.

Suatu pagi papa memberi tahu kalau besok ia tidak akan pergi ke kebun dan ingin istirahat di rumah, setelah kepergian papa ke kebun hari itu aku langsung merancang rencana kepada mama. Aku memberi tahu mama kalau mulai malam ini kita akan melakukan PDA atau Public Display of Affection, yang berarti kita akan sedikit-sedikit mulai bermesraan di depan papa dan perlahan meningkatkan aksi serta frekuensinya hingga papa merasa apa yang kita lakukan itu normal. 

Jelas saat pertama aku menceritakan rencanaku ini mama menolak, tetapi tidak sulit dan tidak memakan waktu lama untuk mengubah pikiran mama. Pada orgasme kedua mama di hari itu mama menyetujui keinginanku, langsung aku jalankan rencanaku saat kepulangan papa sore itu.

Saat papa pulang mama sedang menyapu teras, begitu terdengar ada suara percakapan dari luar aku datang dan memuji penampilan mama.

Aku: mama cantik banget deh sore ini
Mama: apaansih, mama keringetan gini habis nyapu
Aku: keringetan aja begini, apalagi kalau baru habis mandi
Mama: hush, bisa banget kamu gombal

Selama percakapan itu kulihat papa hanya melihat kami tanpa berkomentar, terlintas di pikiranku untuk meningkatkannya sedikit. Aku menggenggam tangan mama dengan dalih ingin mengambil sapunya dan membantu mama, tetapi papa hanya berkomentar sudah seharusnya aku membantu dan masuk ke rumah. 

Setelah papa masuk mama mendekatiku dan berbisik kalau ia sedikit deg-degan dan takut kalau ketahuan, aku meyakinkan mama kalau semuanya aman dan berniat untuk semakin kutingkatkan.

Pada waktu makan malam mama memanggilku untuk ke ruang makan, saat aku masuk ruang makan kulihat mama dan papa sudah duduk berhadapan. Aku berjalan melewati belakang mama dan sebelum duduk aku berbasa-basi tentang apa yang mama masak sambil tanganku memegang bahu mama. 

Melihat papa yang biasa saja aku pun semakin terpacu, selama makan kami seperti biasa sambil mengobrol dan bercanda. Setiap kali aku atau mama tertawa atau menceritakan sesuatu yang lucu, aku menyenggol-nyenggol lengan mama dan sesekali aku bercanda sambil mencubit paha mama. 

Selepas makan malam mama mencuci piring-piring kami di area cuci yang tepat di bagian bekalang ruang makan kami, aku menyamperi mama untuk membantu dan sesekali bercanda memercikkan air ke mama yang di mana kami tertawa-tawa dan kerap bersenggolan. Lagi-lagi selagi aku dan mama sedang asyik berdua, papa diam saja dengan HPnya di meja makan menghiraukan kami.

Melihat papa yang sama sekali tidak bereaksi dengan kelakuanku dengan mama membuatku semakin konak untuk berbuat lebih, tetapi aku tahu kalau aku harus melakukannya dengan perlahan.

Keesokannya di hari papaku mengambil libur, aku sengaja bangun cukup pagi agar bisa menjalankan rencanaku secepat mungkin. Saat aku keluar kamar dan ingin ke kamar mandi, kulihat papa dan mama sedang santai di meja makan menikmati teh dan sarapan ringan. 

Aku mengucapkan selamat pagi pada mereka berdua, tetapi dengan mama aku memeluknya dari samping dan mengecup pipinya sekali. Barulah saat itu papaku mengeluarkan respon yang aku harapkan.

Papa: kamu kok kayak anak bayi sih?
Aku: kenapa kayak anak bayi pa?
Papa: itu kamu peluk-peluk, cium mamamu
Papa: kamu itu udah gede
Mama: biarin aja sih pa, namanya anak tunggal, dia mau manja sama mamanya biarin aja

Tidak kusangkan mama akan membelaku di situ, mama juga dengan beraninya menarik wajahku dan membalas mencium pipiku setelah berkata itu. Dari ujung mataku kulihat papa agak shock dengan sikap dan aksi mama, tetapi tidak ada komentar yang keluar dari mulutnya. 

Sejak itu aku dan mama mulai membiasakan diri untuk ciuman pipi setiap kali papa ada di ruangan, biasanya kami melakukan di pagi hari saat sarapan dan malam setelah makan malam. Papa terlihat sudah terbiasa setelah beberapa hari dan aku berniat untuk lagi-lagi meningkatkan batas, suatu pagi daripada mencium pipi mama seperti biasa aku memilih untuk mencium bibir mama, dan mama yang langsung mengerti membalas kecupanku. 

Saat itu papa tidak berkomentar sama sekali, setelah itu aku meninggalkan mereka ke kamar mandi dan saat di dalam lah baru terdengar sayup-sayup mama dan papa sedang beradu argumen.

Terdengar papa yang sangat shock melihat perlakuanku ke mama dan terlebih bagaimana mama malah membalas kecupanku, sedikit terdengar kalau papa tidak suka akan apa yang kami lakukan dan meminta mama untuk tidak menerimanya begitu saja. 

Seperti yang sudah kuduga, mama membelaku dan mengatakan kalau apa yang kami lakukan itu normal dalam hubungan ibu dan anak yang sehat, dan tidak seharusnya papaku menghardik. Mereka beradu argumen cukup lama dan selama itu juga aku menunggu di kamar mandi mencuri dengar, percakapan mereka diakhiri dengan papa yang mengalah. 

Sangat tidak kusangka ternyata mamaku bisa menjadi orang yang keras kepala, pikiranku berandai-andai apakah memang mama adalah orang yang keras kepala atau mama sudah terjerumus sangat dalam dengan hubungan melenceng kami. Aku baru keluar dari kamar mandi setelah kudengar papa masuk ke kamar, mama menatapku dengan ekspersi yang sulit dijelaskan. 

Mama bilang kalau perasaannya sangat bercampur aduk antara bangga, sedih, serta nafsu, aku yang sudah tidak dapat membendung nafsuku mulai mencumbui mama di meja makan.

Aku mengangkat mama ke atas meja dan melebarkan satu kakinya pada sandaran kursi, mama dengan cepatnya meletakkan kedua tangannya di leherku. Sedangkan aku bergerilya di seluruh tubuh mama, tangan kiriku mulai mengobel memek mama yang terpampang, tangan kananku menjambak rambut mama agar kepalanya dekat denganku, dan bibirku dengan ganasnya melumat bibir mama. 

Perlahan mama mulai mengeluarkan desahan-desahan kecil, takut ketahuan aku langsung menghentikan aksiku. Mama juga nampaknya baru tersadar apa yang kami lakukan berbahaya, dengan cepat mama melompat dari meja makan serta merapihkan daster dan rambutnya dengan sedikit kepanikan di wajahnya. Kami berdua saling bertatapan dengan sedikit ketidak percayaan atas perbuatan kami, tanpa diaba-aba kami berdua tertawa kecil layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

Dengan adanya papa di rumah hari itu tentunya aku tidak bisa berhubungan dengan mama seperti biasa, tetapi aku dan mama tetap menjalankan rencana kami untuk terlihat dekat. Selepas makan malam aku berterima kasih pada mama atas masakannya sambil mencium bibir mama yang tentu saja dibalas olehnya, kali ini papa tidak berkomentar lagi dan tidak ada kudengar argumen di antara mereka. 

Entah apakah papaku memang orang yang pasrah atau apa, aku tidak peduli, aku senang aku bisa sedikit terang-terangan bermesraan dengan mama. Setelah hari itu aku dan mama menjadikan ciuman kami menjadi salah satu kegiatan harian kami, di pagi hari kami berciuman saat sarapan, dilanjut dengan berhubungan badan seharian selama papa di kebun, dan ditutup dengan ciuman lagi selepas makan malam, sesekali aku mencium mama sambil kupeluk dan tentunya selalu kami lakukan setiap papa ada di ruangan.

Setelah beberapa hari, ciumanku dengan mama sudah menjadi pemandangan yang biasa di rumah kami. Dengan cepatnya hubungan kami berkembang, aku rasa sudah saatnya meningkatkannya lagi.

TAMAT atau lanjut ga nih ??


Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟖

 


Pada hari ke-4 ku di kampung, entah kenapa aku terbangun di pagi hari dan bukan di menjelang siang seperti biasanya. Saat aku keluar dari kamar dan ingin ke kamar mandi untuk bersih-bersih, aku melihat mama sedang membuat teh untuknya. 

Mama masih dengan daster putih gadingnya terlihat sangat cantik, tetapi berbeda dengan semalam yang keadaan cahayanya cukup redup dan hanya menerawang sedikit saja ke tubuh mama. Di pagi ini dengan matahari pagi yang benderang mengenai mama, terlihat jelas tubuh mama yang seakan akan hanya dibungkus oleh kain transparan. 

Terlihat jelas pentil mama yang menyembul di teteknya, pada pose-pose tertentu juga terlihat pangkal paha mama yang menjepit area memeknya. Mama beraktivitas seperti biasanya, normal, seolah baju yang baru sekali dipakainya bertahun tahun lalu adalah bajunya sehari hari. Kami bertegur sapa sebentar sebelum aku masuk ke kamar mandi karena sudah tidak lagi menahan rasa kencingku, saat di dalam, sayup-sayup terdengar suara papaku yang baru saja bangun dan minta dibuatkan kopi oleh mama. 

Tidak lama terdengar mereka sedikit beradu argumen, papa yang kaget karena baru menyadari kalau daster yang mama pakai ternyata cukup menerawang. Papa menyuruh mama untuk berganti pakaian dan mengatakan apa yang mama pakai tidak pantas, ditambah dengan adanya aku di rumah, tidak seharusnya seorang ibu memakai itu kata papa.

"Apanya yang gak pantes sih? Lagian aku cuman pake di rumah, yang liat cuman si Haykal. Biarin aja dia liat, orang aku mamanya. Aku yang ngandung dia, aku yang ngelahirin dia, aku juga yang netein dia, ga ada salahnya dia ngeliat aku" Bentak mama kepada papa.

Mendengar itu papa hanya diam, setelah cukup lama aku di kamar mandi akhirnya aku keluar. Kulihat hanya ada mama di meja dapur menikmati tehnya, saat kutanya papa di mana, mama bilang sedang mandi di kamar mandi mereka dan bersiap untuk ke kebun. Aku memeluk mama dari belakang dan kuciumi lehernya, mama tertawa kecil sambil menepis kepalaku.

Mama: nanti aja ih kalo papamu udah pergi
Aku: aku tadi denger loh, mama marahin papa
Mama: lagian, ngelarang larang mama
Mama: padahal kan mama pake ini buat kamu
Aku: pinter deh mama
Mama: udah kamu ke kamar dulu sana, atau ke teras
Aku: iya sayang *aku berbisik mendekat telinga mama*

Sebelum beranjak, aku mencium kening mama dan menyodorkan tanganku yang kemudian disalimnya dan dikecup. Kami berdua tertawa kecil dan gemas sendiri melihat kelakuan kami. Aku melanjutkan sisa pagiku di teras, duduk-duduk dan melihat pemandangan hijau yang jarang kudapatkan di kota perantauanku. 

Akhirnya papaku keluar dari rumah karena ingin pergi ke kebun, ia berpesan agar aku di rumah saja dan menjadi yang selalu menjawab pintu apabila ada tamu. Saat kutanya kenapa papa tidak menjawab dan menyuruhku untuk menurutinya saja, mungkin papa berpikir kalau aku tidak tau mama mengenakan baju menerawang itu, padahal mama memakainya untukku. 

Mungkin memang ada yang aneh denganku, membayangkan papa yang tidak tahu tentang hubungan gelapku dengan mama membuatku semakin konak, terlebih dengan mama yang sekarang semakin menjadi jadi, membuatku semakin hanyut dalam imajinasi.

Aku yang sudah tidak bisa menahan nafsu langsung mencari mama, kutemukan mama masih di dapur dan sedang memasak sarapan untukku. Tanpa basa basi, aku mendorong mama ke posisi setengah menunduk sehingga sebagian atas tubuhnya membungkuk maju dan dengan cepatnya aku mengangkat daster mama. 

Mama yang kaget beteriak dengan suara rendah, mama belum siap dan takut kalau papa mendadak pulang atau ada tamu yang datang. Aku mencoba menenangkan mama dengan menjelaskan kalau pintu sudah kukunci dan tidak mungkin ada yang bertamu sepagi ini, kulebarkan kaki mama dan mulai mengusap usap memeknya dengan kontolku yang sedari tadi sudah tegak. 

Mama mulai mendesah kecil dan menggenggam erat meja area mama memasak, saat kurasa kalau memek mama sudah cukup basah aku mulai untuk menggenjot mama.

Aku memompa memek mama secara pelan tetapi kuhentak dengan kencang, setiap kali kontolku menusuk memek mama area sekitar pantat mama bergetar dan bersuara "PLOK" sangat kencang mengisi suara rumah. Mama yang pada awalnya hanya mendesah kecil, kini setiap kali kugenjot mendesah cukup kencang, menyaingi suara pantatnya yang terhantam. 

Mama yang sudah kehilangan konsentrasi memasak mematikan kompornya dan meminta untuk pindah ke kamar, tetapi aku tolak dan aku katakan kalau aku ingin menjamah mama di seluruh suduh rumah ini. Saat aku merasa kami berdua sudah hampir sampai di puncak orgasme aku berhenti, aku kemudian menuntun mama untuk membuka dasternya kemudian naik dan berbaring di atas meja makan kami.

Mama yang berbaring di atas meja aku lanjut gauli dalam posisi missionary dengan tempo yang kupercepat, mama menjepitku di area pinggang dengan kedua kakinya, sedangkan tangannya memelukku di area leher. Pada posisi ini, dapat kulihat dengan jelas kedua tetek mama yang naik turun dengan setiap hentakan, terlihat juga wajah mama yang memerah dengan sebuah ekspresi yang tidak pernah kulihat sebelumnya. 

Mama menganga kecil dan matanya yang merem melek hanya memperlihatkan bagian putih dari matanya, ini adalah momen di mana menurutku mama terlihat sangat cantik dan menunjukkan kewanitaannya.

Kami berhubungan di atas meja makan cukup lama, sampai akhirnya mama mencapai orgasme duluan. Untuk kali pertama mama mengeluarkan desahan terpanjang dan terkerasnya, matanya terbuka tetapi hanya bagian putihnya yang terlihat. 

Tangannya yang sedari tadi menggantung di leherku berubah menggenggam pundakku dan kakinya semakin kuat menjepitku, melihat semua itu aku juga mencapai orgasme dan mengeluarkan semua spermaku ke dalam rahim mama. Setelah sekian detik, kaki mama melepaskan jepitannya dan terkulai lemas menggantung dari meja makan. 

Area sekitar pinggang mama bergetar dan nafasnya menjadi tersenggal senggal, aku yang juga lemas membaringkan badanku di atas mama. Kami berdua diam di posisi itu selama beberapa saat, sampai akhirnya mama memecah keheningan.

Mama: sayang..
Aku: kenapa sayang?
Mama: mama, gak kuat sayang, kamu liar banget
Aku: mama juga binal banget
Aku: jadi lebih enakan mana ma? sama aku atau sama papa?
Mama: sama kamu sayang, sama kamu

Sumringah mendegar itu, reflek aku mencium mama dan mama membalas ciumanku dengan lebih ganas. Kami berciuman dan berguling di atas meja selama beberapa saat, membuat meja itu menjadi berantakan dengan taplaknya yang berjatuhan. 

Melihat itu aku dan mama tertawa lalu turun dari meja, mama menyuruhku untuk merapihkannya kembali agar ia bisa kembali melanjutkan memasak. Kami berdua mengerjakan kegiatan masing-masing dalam keadaan telanjang, mama menumpukan satu tangannya di meja kompor karena kakinya yang masih lemas selepas permainan kami terlihat lucu. 

Setelah selesai merapihkan meja makan aku mendekati mama yang hampir selesai masak dan berbisik kepadanya.

Aku: hati-hati ma, ntar netes tuh anakku dari memek mama

Sontak mama kaget dan menggunakan satu tangannya untuk mengelap pangkal pahanya yang sudah mulai basah oleh spermaku yang baru saja mulai menetes keluar dan mengelapnya di sekitaran perutnya. "Kamu sih keluarnya banyak banget", canda mamaku sambil memonyongkan bibirnya ke arahku.

Selesai mama menyiapkan sarapanku, ia menyuruhku untuk makan duluan karena ia ingin mandi dulu. Aku yang sudah tidak bertenaga mengiyakan dan membiarkan mama berlalu menuju kamarnya, sedangkan aku makan sendirian di ruang makan tempat kami baru saja bersetubuh beberapa saat lalu.

 Setelah aku selesai makan aku pergi untuk melihat mama yang baru saja selesai mandi, aku pun menumpang mandi di kamar mandi mama sementara mama beristirahat berbaring di kasurnya dalam keadaan telanjang, hanya berbalut handuk di kepalanya untuk mengeringi rambutnya. 

Sehabis aku mandi aku membaringkan badanku di sisi mama dan mama menyandarkan kepalanya di dadaku sambil memelukku, aku balas merangkul mama dan kulepas handuk di kepalanya agar aku bisa menempelkan kepalaku di kepalanya. Kami berdua sempat tertidur sejenak dalam posisi itu, sampai akhirnya aku terbangun karena mama terbangun duluan dengan kaget.

Mama: haykal bangun, bangun sayang
Aku: kenapa ma?
Mama: kita ketiduran sayang, untung aja cuman sebentar

Aku melihat jam baru menunjukkan pukul 12 siang

Aku: yaudah sih ma, baru jam segini
Mama: untung aja papamu belum pulang
Mama: bisa panjang urusannya kalau diliat kita tidur berdua telanjang gini
Aku: mama heboh banget, lagian hari ini mama ga boleh pake apapun
Mama: hahh? kok gitu sih sayang
Aku: mama lupa ya? kan aku bilang, hari ini aku mau ngentot mama di seluruh bagian rumah
Aku: kalo mama telanjang terus kan gampang, kita bisa main kapan aja di mana aja
Mama: tapi cuman sampe sebelum papamu pulang kan?
Aku: iyaa mama sayang

Mama mulai meninggalkan kasur dan mulai merapihkan handuk yang tadi dipakainya mengeringi rambut, kemudian mama bilang kalau dia akan menyapu ruang tamu kami sebelum mulai memasak untuk makan siang. Aku masih berbaring di kasur mama sekitar setengah jam, hingga aku akhirnya keluar dan menyusul mama ke ruang tamu. Kulihat mama baru saja selesai menyapu dan hendak beristirahat di sofa, mata kami saling bertemu dan mama paham maksud kedatanganku. 

Tanpa aba-aba mama mengangkangkan kakinya dan memanggilku untuk pulang ke rahimnya, kami memadu kasih di ruang tamu itu cukup lama. Mama sudah mencapai orgasme keduanya hari ini, sedangkan aku belum karena masih terlalu dini dari permainan pagi tadi. 

Setelah mamaku mencapai orgasme kembali, aku menghentikan permainanku dan meminta mama untuk persiapkan makan siang, aku juga bilang kalau aku akan tidur dulu di kamar mama sambil menunggu. Pada akhirnya mama tidak membangunkanku, aku baru terbangun sekitar jam tiga dan tepat saat aku bangun ternyata mama sedang menyapu kamarnya. 

Energiku yang sudah terkumpul lagi langsung konak melihat mama yang masih menurutiku menyuruhnya telanjang seharian, lagi-lagi mama paham apa yang aku mau dan langsung menunggingkan badannya sambil menyuruhku agar cepat sebelum jam papa pulang.

Aku menggenjot mama yang tidak berhenti menjalankan tugas menyapunya, mama kemudian bilang kalau kamarku adalah tempat terakhir yang belum disapunya dan juga kebetulan adalah tempat terakhir yang belum kami gunakan untuk berhubungan. 

Tanpa mencabut kontolku dari memek mama dan menghentikan genjotan, kami berdua berjalan menuju kamarku di mana akhirnya kami berhubungan di kasurku. Kami memadu kasih cukup lama di kamarku, sampai akhirnya pada orgasme mama yang kedua di kamarku akhirnya aku mencapai orgasme juga dan menyemburkan benihku di dalam rahim mama. 

Aku dan mama terkulai lemas di kasurku, membuat kasurku sangat basah oleh keringat dan cairan genital kami berdua. Saat kami masih berbaring, terdengar suara mobil papa memasuki garasi. Dengan cepat mama berlari ke ruang makan mengambil daster putih gadingnya yang ditinggal sedari pagi, aku langsung berpakaian dan menyapa papa di garasi, memberikan waktu untuk mama sedikit merapihkan dirinya.

Saat aku dan papa akhirnya masuk rumah, mama sedang berlagak menyapu ruang tamu. Mama menyalam papa dan papa langsung berlalu ke kamar mereka karena ingin mandi, setelah papa masuk kamar mama mendekatiku dan berbisik.

"Mama deg-degan banget mama keluar", Katanya sambil mengangkat dasternya dan memperlihatkan memeknya yang mengeluarkan cairan kental yang sudah bercampur dengan spermaku.



Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟕

 


Sesampainya kami di rumah, mobil langsung aku parkiran di garasi rumah kami yang untungnya berhadapan langsung dengan dapur, di mana dapur kami memiliki pintu sendiri sehingga mama bisa masuk lewat situ tanpa terlihat jelas oleh tetangga. 

Mama keluar dari mobil masih dengan tubuhnya yang setengah telanjang, hanya terbalutkan oleh blousenya yang mulai basah akibat keringat, sedangkang spermaku di area memek mama sudah mengering dan tercetak jelas di tengah kedua pahanya. 

Walau posisi pintu dapur kami tidak begitu terlihat dari jalan dan rumah tetangga, tetap saja kalau ada yang melewati rumah kami ada posisi yang dapat melihat mama dengan jelas. Tetapi mama cuek saja melangkahkan kakinya keluar dari mobil, seolah tidak ada yang janggal dari penampilannya.

Begitu kami masuk mama mengambil segelas air untuknya dan mama duduk dengan membuka dua kancing blousenya dan mengibas-ngibaskannya, sebuah pemandangan yang sama sekali tidak kusangkan akan bisa kulihat. 

Aku yang juga kegerahan membuka semua pakaianku yang melemparnya ke keranjang pakaian kotor, aku menghampiri mamaku dan memeluknya dari belakang dalam keadaan telanjang. Aku menciumi mama dari leher hingga pundak secara perlahan, kulihat mama sesekali menghela nafas dan merapatkan kepalanya ke aku.

Aku: mama, mama seksi banget sih
Mama: seksi apanya, mama keringetan gini, urak-urakan
Aku: justru itu, biasanya mama selalu pake pakaian tertutup, rapih, sekarang seksi gini
Aku: ga pernah aku kebayang bisa liat mama rambutnya acak-acakan, pake baju kebuka keliatan teteknya, memeknya keliatan lagi

Aku mulai memainkan tangan kananku ke arah memek mama, mengusap-usapnya hingga mulai basah lagi. Saat ini mama mulai bergantian menciumiku di leher dan pipi.

Mama: ya karena kamu sendiri mama jadi gini
Aku: jadi apasih mama sayang?
Mama: kamu ini loh, jadi binal sayang
Aku: ohh, gapapa
Aku: aku suka mama binal gini kayak lonte
Mama: kamu mau mama jadi lonte?
Aku: mau, tapi cuman boleh buat aku aja
Aku: ga ada orang lain yang boleh, papa juga
Mama: iyaaa sayang, mama cuman punya kamu
Mama: mama lonte binalnya kamu

Tanpa pikir panjang, bibirku dan bibir mama saling bertemu dan melumat satu sama lain layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Sekian menit kamu berciuman, mama kemudian berdiri dan bilang kalau ia ingin mandi, saat mama berdiri terlihat pada bantalan kursi tempat ia duduk telah tercetak bentuk pantatnya yang basah karena keringat. 

Mama memintaku untuk membersihkannya karena takut keringatnya di area itu telah bercampur dengan sisa-sisa spermaku yang nantinya akan membuat kursi itu bau, aku pun dengan cepat menyiram kursi itu dengan air dari keran yang kucampur dengan sabun cuci piring dan kulap sedikit. Setelah selesai membersikan kursi itu aku menyusul mama ke dalam kamar mandi di kamarnya.

Saat aku masuk mama sedang berdiri di bawah shower, menyabuni badannya. Mama sama sekali tidak terkejut saat melihatku masuk, malah mama membuka kedua tangannya dan menyambutku dengan pelukan. Mama yang sudah lebih dahulu sabunan memelukku berkali-kali dengan badannya yang licin, seolah-olah mama sedang menyabuniku dengan badannya. 

Mama berputar mengitariku, naik dan turun, tapi tidak ada sedetikpun mama melepaskan badan licinnya dariku, nyaris saja aku orgasme kalau bukan karena mama yang sudah paham ketika aku mau keluar dan menghentikan aksinya.

Setelah selesai mandi dan handukan, kami berpindah ke kamar mama. Aku dan mama masih dalam keadaan telanjang, kecuali selilit handuk yang mama gunakan untuk mengeringi rambutnya. Mama duduk di depan meja riasnya, sibuk mengeri rambutnya dan memakai bedak, sedangkan aku berbaring dengan santainya di kasur tempat papa dan mama tidur sambil memandangi lekuk indah tubuh mamaku dari belakang. 

Dari kaca meja riasnya mama menyadari aku sedang fokus memperhatikannya, ia berbalik badan, melempar handuknya ke meja itu, kemudian berjalan ke arahku, dan duduk di sampingku. Membiarkan tanganku hinggap di pahanya, melilit pinggang mama yang sedang tidak terbalut apapun.

Mama: kamu ngeliatin mulu
Aku: habis mama cantik banget
Mama: ngegombal
Aku: aku beneran

Aku yang sedari tadi masih tiduran, mengubah posisiku menjadi duduk dan kemudian aku mencium mama secara lembut. Kening kami saling menempel, aku dapat merasakan hembusan nafas mama dan badannya yang sedikit bergetar. Saat aku membuka mata aku melihat ada air mata yang menetes, dengan kedua tanganku aku mengusap air mata itu dan mencium mama di kening.

Aku: mama kok nangis?
Mama: mama bahagia sayang
Mama: mama seneng punya kamu
Mama: kamu itu bandel, mesum, tapi kamu sayang segininya sama mama
Jawab mama dengan suaranya yang parau

Mendengar jawaban itu, aku langsung memeluk mama dan mengusap-usap kepalanya. Sekian lama kami berada di posisi seperti itu, akhirnya mama mulai dapat menenangkan dirinya, akupun melepaskan dekapanku dari mama.

Aku: mama tenang aja
Aku: aku sayang sama mama, mama punya aku
Aku: mama harus selalu nurut sama aku, aku pasti bahagiain mama

Mama hanya mengangguk dan memelukku, setelah itu mama langsung mengambil salah satu dasternya dari lemari yang dia bilang pasti aku akan suka. Sebuah daster selutut berwarna putih gading dengan corak bunga di beberapa areanya, mama bilang itu adalah daster yang baru sekali dipakainya karena kombinasi bahan dan warnanya membuat daster itu sedikit menerawang. 

Benar saja, dalam keadaan ruangan yang tidak terlalu terang ini secara samar aku dapat melihat tetek mama yang tidak dipakaikan BH. Ujung dari paha mama juga samar-samar terlihat, belum lagi karena panjangnya yang hanya selutut membuat pangkal mama mudah terlihat ketika duduk dan kalau mama melebarkan kakinya sedikit saja, memek mama juga akan terlihat jelas. Aku tentu saja senang dan menyetujui pakaian mama.

Setelah semua itu mama bergegas menyiapkan makan malam di dapur dan aku sibuk di kamar, mengutak-atik laptopku dan video yang tadi siang kami rekam. Saat hari semakin petang, papa pulang dari kebun dan aku menyempatkan untuk sedikit mengobrol dengannya sebelum ia pamit untuk mandi.

Waktu makan malam pun akhirnya tiba, mama memanggilku dan papa untuk makan bersama di ruang makan. Kami makan dan mengobrol layaknya keluarga lain pada umumnya, papa banyak bertanya tentang keadaan kuliahku dan bagaimana hidupku di perantauan, serta menceritakan harinya di kebun. Saat kami sudah selesai makan dan hanya mengobrol saja, papa meminta untuk melihat video kebun yang kurekam siang tadi. Aku tentunya hanya menunjukkan video-video yang menampilkan pemandangan kebun dan ketika aku yang ada di dalam frame, 

papa mengomentari kalau video yang ada akunya tidak stabil dan bercanda kalau mamaku kurang terampil mengambil video. Andai saja papa tahu kalau mama bergetar bukan karena tidak ahli, melainkan karena menahan gugup dan malu berada di tempat kerja suaminya dalam keadaan telanjang, batinku dalam hati.

Keriaan makan malam kami pun berakhir dan kami semua masuk menuju kamar masing-masing, aku menghabiskan sisa malamku bermain HP saja. Saat hari sudah sekitar tengah malam, aku berjalan ke dapur dengan niat mengambil air. Tetapi tanpa sengaja lagi-lagi aku tidak sengaja mendengar sesuatu dari kamar orang tuaku, kali ini bukan suara desahan mama, melainkan suara mamaku yang dengan sedikit keras menolak permintaan papaku untuk berhubungan. Mungkin setelah sekian lama ditinggal oleh mama akhirnya papa mulai nafsu lagi, tetapi sayang mama sudah menjadi milikku.

Aku kembali ke kamar dengan perasaan bahagia karena akhirnya mama sudah sepenuhnya menjadi milikku dan aku sangat tidak sabar untuk hari-hariku di kampung bersama mama.

-Bersambung-


Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟔

 


Pada hari pertama kepulanganku dan mama ke kampung tidak banyak hal yang terjadi, sepulang dari bandara dan makan kami lansung ke rumah dan berberes. Mama menyempatkan diri untuk bertemu ibu-ibu tetangga dan membagikan oleh-oleh, aku pun bertemu dengan beberapa teman kampungku untuk sekedar ngopi dan ngobrol. Aku pulang nongkrong sekitar tengah malam, langsung aku mandi dan bersiap ingin tidur tetapi saat melewati kamar orang tuaku sedikit kudengar mama dan papa sedang berhubungan badan. Kudengar kecil rintihan desahan mamaku, "Ah, andai saja papa tahu kalau mama biasa mendesah lebih kencang lagi" pikirku dalam hati.

Selayaknya orang yang sedang libur pada umumnya, aku bangun agak siang di hari keduaku di kampung. Pada saat aku ke dapur kulihat mama sedang menyiapkan makan siang, mama mengenakan daster coklat sebetis dengan lengan buntung. Pakaiannya tidak semenerawang daster mama yang lain, tetapi mama tetap terlihat cantik dan menggoda dengan rambutnya yang diikat.

Aku: papa mana ma?
Mama: udah pergi ke kebun, sayang
Aku: mama semalem habis main ya sama papa?
Mama: iyaa, kan kamu yang nyuruh
Aku: pake kondom kan?
Mama: iyaa sayang, ntar kalau mama hamil tinggal mama bilang kondomnya bocor aja

Aku mendekati dan memeluk mama dari belakang, tangan kananku menggerayangi teteknya sedangkan tangan kiriku mengangkat daster mama dan mengusap-usap memeknya. Mama mengeluarkan desahan-desahan kecil.

Aku: pinter deh lonteku, emang cuman aku yang boleh ngisi ini memek
Mama: Hmmh, kamu pagi-pagi udah ngatain mama lonte ajaah
Aku: kalau bukan lonte apalagi
Aku: mana ada ibu normal yang pagi-pagi udah dikobel anak sendiri

Aku mempercepat permainan tanganku di memek mama, ia pun mendesah semakin kencang. Lebih berisik dibanding saat aku nguping semalam, omonganku pun tak lagi digubris mama. Saat aku merasa kedutan di memek mama semakin kencang, seketika itu juga aku melepaskan genggamanku dan kubiarkan mama mengatur kembali nafasnya dulu.

Mama: kamu itu seneng banget ngerjain mama
Aku: mama ada rencana apa hari ini?
Mama: cuman mau nganter makan siang ke papamu di kebun, sama beres-beres rumah
Aku: beres-beres rumahnya besok aja, aku ikut ya ke kebun
Mama: pasti kamu mau ngerjain mama ya, ga mau ah di sana kan banyak orang ada papamu juga
Aku: udah mama nurut aja, lonte ga boleh protes
Aku: aku juga ga mau bagi-bagi mama ke orang lain
Mama: yaudah, tapi jangan aneh-aneh ya
Aku: iyaa sayang

Aku dan mama melanjutkan makan siang seperti biasa dan setelahnya aku langsung mandi, setelah aku selesai bersiap aku menyamperi mama di kamarnya yang juga baru selesai mandi. Mama masih handukan dan baru saja selesai mengeringi rambutnya, mama sama sekali tidak kaget aku masuk berbeda dengan dulu dan mama juga tidak sungkan untuk membuka handuk yang melilit badannya saat ingin memilih baju. Langkah mama ke lemari kuhentikan dan kubilang kalau akulah yang akan memilihkan, mama menurut begitu saja dan hanya berpesan jangan yang terbuka. Selagi aku sibuk memilih baju untuk mama, ia hanya berdiri di sampingku telanjang bulat. Walau sudah sering melihatnya tetap saja badan mama yang mulus dan kencang itu membuatku pangling dan sulit menahan hasrat untuk mencuri pandang, kalau saja ada orang yang masuk ke kamar di saat ini entah apa penjelasan yang bisa menyelamatkan kami.

Akhirnya aku memilihkan blouse biru muda lengan pendek dan rok panjang berwarna putih dengan corak, memakai ini aku membayangkan mamaku terlihat cukup modern ketimbang ibu-ibu di kampung lainnya tetapi tidak terlalu menonjol. Pada awalnya mamaku heran dan sedikit protes;

Mama: loh dua ini aja?
Aku: ya emang mama mau apa lagi?
Mama: BH sama celana dalem dong
Aku: emang siapa yang bolehin mama pake itu?
Mama: tapi nanti kalau keliatan gimana?
Aku: makanya mama harus jaga diri, jangan kayak lonte
Aku: jangan dikit-dikit nafsu, ntar pentilnya tembus sama itu rok basah
Mama: kamu tuh yang bikin mama gitu
Aku: jangan nyalahin orang mulu, udah ayok cepet keburu sore

Kami bergegas menuju perkebunan papaku di pinggir kampung menggunakan mobil, selama perjalanan tidak henti mamaku bertanya apa yang aku lakukan dan memohon agar tidak aneh aneh. Setelah sampai di perkebunan, mobil kami parkir di area depan dan kami harus menyusuri area kebun jalan kaki untuk menemui papaku di rumah istirahat para pekerja di tengah kebun. Rumah ini utamanya digunakan oleh para pekerja yang mendapat giliran jaga malam kebun dan para pekerja perantau, sedangkan pada siang hari rumah ini digunakan papaku dan para pekerja untuk istirahat dan makan siang. Sesampainya kami di rumah istirahat itu, mama memberikan bekal makan siang pada papa dan aku juga sedikit banyak ngobrol dengan para pekerja lama yang aku kenal sejak kecil.

Papa: tumben kal kamu ikut ke kebun
Aku: iya pa, aku ada tugas bikin video gitu dari kampus. Jadi sekalian aja mau ngerekam suasana kebun, kalau pas makan siang gini kan enak sepi
Papa: wah iyadong, kamu harus bangga sama kebun kita
Aku: sekalian pulang ya pa, ntar mama bantu aku ngerekamin. Ayo ma
Papa: iya iya, rekam yang bagus ya

Setelah itu aku dan mama meninggalkan rumah istirahat dan berjalan menjauh menuju area depan perkebunan, sedari keluar rumah tersebut aku sudah merekam-rekam sedikit agar ada bahan kalau ditanya-tanya nanti. Sesampainya kami di area yang sudah keluar dari jarak pandang rumah istirahat, aku meminta mama untuk berhenti dan membuka semua kancing blousenya serta melepas roknya.

Mama: kamu gila yaa? Kalau ada yang liat gimana?
Aku: ga mungkin ada yang liat, lagi pada makan siang semua
Mama: mama ga mau ah, masa telanjang di luar gini
Aku: kan ga telanjang bulat, blousenya masih di badan
Aku: udah mama tenang aja, buka cepet

Mama dengan wajah ketakutan melepaskan roknya dan menyerahkannya padaku, kini terpampang jelas kaki mama yang kencang dan memeknya yang mulus. Blousenya yang dibuka semua juga mempertontonka tetek mama yang menggelantung, saat berjalan mama beberapa kali berusaha menutupi memek dan teteknya yang tentunya selalu aku peringatkan untuk buka. Kami berjalan cukup lambat karena mama terlalu was-was, belum lagi tiap kali aku tegur untuk jangan menutupi badannya mama membutuhkan waktu untuk berani berjalan lagi. Selama perjalanan tidak lupa aku merekam mama, sesekali aku menyuruh mama untuk bertingkah seperti tour guide. Aku menyuruh mama untuk menjelaskan perkebunan ini serta tanaman-tanamannya, wajahnya yang selalu memerah dan gerak tubuhnya yang malu-malu membuatku tidak lagi kuat untuk menahan nafsu. Parkiran mobil sudah terlihat dan kondisi sepi membuatku berpikir kalau situasi aman untuk meluapkan nafsuku.

Aku membimbing mama untuk melipir dari jalur bebatuan ke belakang sebuah pohon besar, di situ aku mulai menciumi mama dan mamapun balas menciumiku.

Aku: aku udah ga tahan banget ma
Aku: mama binal banget
Mama: mama juga udah ga tahan kal
Mama: ini semua gara-gara kamu

Mama memposisikan diri menungging di belakang pohon besar itu, dengan kedua tangannya bertumpu di batangnya.

Mama: ayo kal cepet, keburu balik pekerja kebunnya

Aku mulai menggenjot mama sekencang mungkin, memeknya yang basah mempermudah setiap genjotan yang kulakukan. Aku memposisikan tangan kananku di pinggang mama dan tangan kiriku mendekap mulutnya, mama yang sudah terbiasa bebas mendesah setiap kukentot tidak bisa mengontrol desahannya. Di perkebunan yang sepi ini menggema suara pantat mama yang beradu setiap kali kugenjot dan suara desahan mama yang sedikit teredam olehku. Aku dan mama yang sudah sama-sama konak tidak dapat bertahan, kami keluar di saat yang hampir bersamaan. Saat aku mengeluarkan pejuku di memeknya, mama mendesah cukup keras dan panjang seakan-akan tidak ada tanganku yang meredam suaranya. Kedua kaki kami lemas dan sedikit menggigil, mama masih berpose nungging tetapi kalo ini lebih rendah dan lebih mendakap ke pohon dan spermaku sedikit menetes dari memeknya.

Kami melanjutkan berjalan ke area parkiran yang sudah tidak jauh lagi, kini mama antara sudah tidak malu atau tidak peduli. Mama berjalan dengan rambut yang acak-acakan, blouse yang sudah nyaris terlepas dari badannya, dan memek merah yang berlumuran spermaku yang sesekali menetes, aku tidak tahu apakah mama sudah tidak malu lagi atau sudah tidak peduli.

Akhirnya kami sampai di depan mobil, tiba-tiba kami melihat ada sebuah pick up yang menuju parkiran. Seketika mama langsung panik dan wajahnya pucat pasi dan buru-buru mengancing blousenya serta berusaha merapihkan rambutnya, aku juga meyakinkan mama kalau di posisi depan mobil seperti ini tidak akan terlihat dari arah mobil itu. Untungnya pick up itu menuju untuk parkir di sisi kanan mobil, mama langsung sigap pindah ke area kiri menutupi sebagian tubuhnya yang masih telanjang. Ternyata mobil itu dibawa oleh Parjo, supir kebun kami yang tugasnya mengantar hasil panen ke manapun diminta.

Parjo: eh Mas Haykal, apa kabar mas?
Aku: baik pak, habis nganter hasil panen?
Parjo: iya mas, ini sama ibu habis nganter makan siang?
Aku: iya pak baru aja tadi
Aku: cepetan pak balik, ntar keburu abis jam makan siangnya
Parjo: ohiya, nanti saya harus nganter lagi
Parjo: saya masuk dulu ya mas, bu

Selama perbincangan ini mamaku hanya diam dan berusaha memasang muka senyum, kontras dengan wajahnya yang pucah dan tangannya yang sedikit gemeteran. Saat Parjo berjalan melewati mobil kami dan melangkah ke dalam area kebun, mamaku langsung membuka pintu mobil dan pelan-pelan memposisikan dirinya agar tidak dilihat. Parjo sendiri sibuk dengan dirinya sehingga tidak memperhatikan mamaku yang gelagapan, saat kami berdua sudah masuk di dalam mobil barulah mama sedikit tenang dan wajahnya mulai normal.

Mama: mama deg-degan banget tadi
Mama: untung aja si Parjo cepet pergi
Aku: kan aku udah bilang, mama tenang aja
Mama: udah ayok pulang, mama udah pengen mandi banget
Aku: iyaa sayang

Aku dan mama berciuman di mobil selama beberapa saat, kami pun pulang dengan keadaan mama di mobil masih telanjang sebagian dan sampai di rumah dengan aman.

-Bersambung-


Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟓

Aku keluar menyusul mama tidak lama setelah mama pergi begitu saja, kulihat mama sudah mengenakan lagi dasternya dan terduduk bengong di dapur melihat ke arah taman belakang. Saat kuhampiri dan kupeluk dari belakang mama hanya tersenyum dan mengusap tanganku, aku mencium pipinya dan dia menciumku balik yang membuatku cukup lega karena artinya mama tidak marah.

Aku: mama kok kabur kenapa?
Mama: engga papa kok sayang
Aku: terus kenapa mama langsung pergi? terus bengong gini
Mama: mama bingung
Aku: kenapa?
Mama: mau gimana pun kan kamu anak mama
Aku: tapi mama suka kan? enak kan?
Mama: iya tapi mama harus gimana sekarang?
Aku: ya mama tetep mama aku, tapi mama juga punya aku jadi harus nurut dan lebih sering di sini
Mama: masa gitu terus papa kamu gimana?
Aku: biarin aja dia di sana, mama lebih sayang aku kan?
Mama: iya sayang
Aku: iya apa ma?
Mama: iya sayang mama sayang kamu

Mama keliatannya masih tidak bisa fokus dan masih kosong tetapi kayaknya mama sudah menyerahkan dirinya padaku walau cara dia menjawab masih kayak orang linglung gitu, sisa hari itu berjalan seperti biasa saja selayaknya ibu dan anak, mama masak dan kami makan seperti normal seolah olah mama tidak baru saja melakukan hubungan haram dengan anaknya sendiri. Saat sore hari tiba aku lihat mama sedang duduk-duduk di halaman belakang, ketika kuhampiri mama tersenyum ke arahku dan melakukan gestur untuk duduk di sebelahnya.

Aku merangkul pinggang mama dan mama langsung merebahkan kepalanya di pundakku, kami terduduk terdiam seperti itu hingga beberapa saat sampai akhirnya mama yang berucap duluan.

Mama: mama tadi udah telfon papa
Aku: mama ngomong apa?
Mama: mama bilang mau di sini lebih lama, kata papa gapapa

Aku memasukkan jariku ke mulut mama dan menarik lidahnya keluar, tanganku yang berlumuran liur mama dan mama yang pipinya memerah dan nafasnya yang semakin berat terasa di tanganku

Aku: mama pinter banget sih, gak aku suruh udah inisiatif
Mama: hiyaa hayangg

Kugunakan tanganku yang satu lagi untuk membuka celanaku dan kuarahkan mama untuk menghisap kontolku, mama yang awalnya pelan-pelan lama kelamaan mulai makin cepat menaik turunkan kepala.

Aku: ma aku mau keluar di muka mama ya

Aku berpindah posisi berdiri dan mama langsung berlutut sambil terus menghisap dan mengocok kontolku, melihat mama yang melakukan tindakan imoral itu dan sesekali eye contact denganku membuatku tidak bertahan lama dan langsung menyemprotkan semua spermaku ke wajah mama.

Mama: kamu banyak banget keluarnya sayang, panas lagi
Aku: apanya ma yang panas?
Mama: kamu seneng banget ya godain mama, sperma kamu sayang
Aku: mama seksi banget ngomong jorok gitu sama mukanya penuh sperma aku
Mama: mama mau bersih-bersih dulu ya
Aku: jangan dulu ma, aku mau mama selfie dulu
Mama: ih buat apa?
Aku: buat koleksi aku aja, udah cepet ma, posenya mama kayak bangga gitu ya, senyum
Mama: iya sayang, udah ya
Aku: sekarang aku mau mama bikin video perkenalan mama terus cerita habis ngapain, di akhir itu sperma semua mama lap terus masukin mulut ya, telen
Mama: kenapa bikin vidio? emang ga cukup foto aja
Aku: enggak cukup lah, udah cepet mama nurut aku keburu kering tuh semua

Mama menurutiku dan langsung berpose di depan kamera dan berlagak bangga seperti seorang ibu yang melihat anaknya juara di sekolah

Mama: halo namaku sari, aku seorang ibu rumah tangga yang baru aja nyepong kontol anakku, ini semua spermanya dia di mukaku, sekarang aku mau minum semua sperma dia yang di mukaku, slrrrp, udah ya abis.

=====================================

Selama mamaku tinggal di sini hubungan kami bereskalasi, mama yang di awal masih malu malu setiap kali berhubungan denganku perlahan aku giring dan ubah menjadi lebih berani dan lebih menikmati hubungan ini. Hal pertama yang aku berlakukan ke mama adalah untuk tidak lagi mengenakan pakaian dalam dan daster selama di rumah, mama hanya boleh memakai kimono mini yang bahkan tidak bisa menutupi memeknya secara menyeluruh dan berbahan licin yang kata mama membuat pentilnya sangat terangsang setiap teteknya naik turun bergesekan. Dari kebiasaan ini mama mulai terbiasa untuk tampil seksi dan terbuka, yang mulai mempengaruhi gaya berpakaian mama yang sebelumnya seperti ibu-ibu di kampung pada umumnya menjadi lebih berani menunjukkan kulit dan keseksiannya.

Mama juga aku biasakan untuk bermesraan denganku, yang awalnya pegangan tangan dan mesra-mesraan di rumah saja malu-malu. Mama perlahan menjadi lebih nyaman untuk bersikap selayaknya pasangan denganku baik di rumah ataupun di tempat umum, mama juga tidak merasa canggung lagi ketika aku merangkul atau bahkan meremas pantatnya ketika kami di luar.

Tidak memakan waktu sampai sebulan selama mama di sini tapi mama sudah menunjukkan banyak perubahan, sepertinya mama memang memiliki nafsu terpendam yang selama ini tertahan selama tinggal di kampung. Penampilan dan sikap mama yang perlahan kuubah menjadi lebih binal ini, apabila dilihat oleh papa dan orang-orang di kampung pasti akan mengagetkan mereka.

Selain dari penampilan dan sifat mama yang telah berhasil kuubah, semakin ke sini mama juga semakin menikmati hubungan kami apalagi kalau ditambah dengan bumbu-bumbu omongan kasar yang membuat mamaku semakin liar saat ngentot.

Rutinitasku sepulang kuliah adalah disambut oleh mama dengan kimono mininya itu dan memintaku untuk mengentotnya.

Aku: maa, mama di mana?
Mama: mama di kamar sayaaang

Saat aku masuk kamar ternyata mama sedang bermasturbasi dan selama kuajak ngobrol pun mama tetap sambil melakukannya

Aku: wah mama udah mulai duluan aja nih, ngobel-ngobel
Mama: hmmh mama ga tahan sayang
Aku: kok bisa sih, kan gak aku apa apain
Mama: kimononya ini sayang bikin mama sange, udahlah ngegesek mulu mama juga ngerasa seksi banget pake ini
Aku: mama binal banget ya, ngayalin apasih dari tadi ngobel
Mama: mama ngayalin kamu dong sayang
Aku: dasar lonte malah ngayalin anaknya bukan suaminya sendiri
Mama: ahh maafin mamaah yaah papahh hmmh
Aku: minta maaf kok makin kenceng ngobelnya nih lonte
Mama: jangaaan gitu hmmh dong sayaang, masa mama dipanggil lonteeeh
Aku: mana ada mama normal kayak gini, ngobel di depan anaknya sendiri sambil ngayalin anaknya, lonte dasar mama binal
Mama: ahh iyaah mamaah binaal, mamaa lonteee ahhh
Mama: haa haaah, kamu jahat bangeet sama mama
Aku: lagian masa orgasme depan anak sendiri kayak gini
Mama: inikan karena kamu yang bikin mama gini
Aku: iya iya mama sayang aku
Mama: ayodong sayang, mama udah ga tahan
Aku: minta dong yang melas
Mama: kamu seneng banget ya mama mohon-mohon
Aku: ah mama juga seneng kan kayak gitu
Mama: hehehe, haykal sayaaang, mama mau kontol kamu dong, mamamu yang binal ini pengen dientot, boleh ya sayaaang
Aku: okee mam

Malam itu kamu berhubungan sampai lelah dan hari-hari berikut berjalan kurang lebih sama dengan sedikit variasi di permainan kami, sampai tiba di hari aku telah memasuki liburan setelah UAS dan papa meminta kami untuk kembali lagi ke kampung.

Mama: gimana ya sayang, papa nyuruh pulang
Aku: emang kenapa? kan aku ikut
Mama: ya kita kan ga bisa itu kalau di sana
Aku: ah, siapa bilang ga bisa
Mama: masa begituan ada papa di rumah
Aku: emang mama ga mau? bukannya khayalan mama yah itu
Mama: ya kan khayalan doang sayang
Aku: yaudah kita buat jadi kenyataan aja, aku juga ada rencana lain
Mama: pasti mau ngerjain mama kamu kan
Aku: ya mama liat aja nanti, tapi mama bisa tahan ga nanti, kan mama di kampung harus jadi ibu-ibu baik lagi ga bisa binal gini
Mama: bisa dong sayang, kan di sana baju mama sopan semua
Aku: bukan cuman baju, kelakuan juga mesti dijaga lontee
Mama: bisa sayang mama kan ke kamu doang gini, paling kalau ga tahan mama tinggal minta kamu aja
Aku: mama jangan lupa main sama papa sekali buat jaga-jaga aja, udah hampir sebulan aku keluarin dalem mulu
Mama: nanti malem pertama kita sampe mama langsung minta deh

Akhirnya tiba hari kepulang aku dan mama ke kampung yang disambut oleh papa di bandara yang tidak lupa sebelum pulang kami berhenti dulu untuk makan dan ngobrol-ngobrol bagaimana kehidupan kami di kota.

-Bersambung-


 


Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟒

Setelah apa yang kulakukan ke mama semalam dia tidak berkata apa-apa, ketika kuintip mama sudah tertidur lagi dengan daster yang sudah dirapihkan. Saat aku bangun pagi kulihat mama sudah tidak ada di kasur, sempat kaget karena kupikir mama kabur atau bagaimana tapi saat aku keluar kulihat mama sedang di dapur memasak. Ketika aku menghampiri mama dia agak terkejut tetapi masih menyimpulkan senyum tipis padaku, mama tidak terlihat marah ataupun sedih.

Aku: pagi ma

Aku memeluk mamaku dari belakang dan menempelkan kepalaku di pundaknya.

Mama: pagi kal
Aku: mama kok cepet banget bangunnya
Mama: mama laper tadi jadi kebangun mau masak
Aku: tumben laper pagi-pagi
Mama: iya mama kecapean kayaknya
Aku: emang habis ngapain sih mama capek
Mama: hmm.. ya kan kemaren kita habis belanja seharian
Aku: ohh kirain capek yang lain

Mama hanya diam dan berlalu keluar dari pelukanku ke meja makan dan mengajakku untuk sarapan

Aku: mama hari ini mau ke mana lagi?
Mama: di rumah aja kal, mama masih capek
Aku: ohh yaudah, aku pikir mama masih mau keluar

Selama kami makan mama banyak diam dan melamun, ketika aku ajak mengobrol pun mama hanya menjawab sekedarnya. Awalnya aku pikir apa mungkin mama marah atau kecewa padaku tetapi saat aku peluk mama tidak menolak jadi apa yang membuat mama banyak diam aku kurang mengerti, selepas makan mama pamit duluan karena mau mandi. Aku terduduk beberapa saat sampai memutuskan untuk mengikutinya ke kamar mandi, karena saat kulihat ke arah kerah dasternya mama masih tidak memakai BH yang berarti mama masih nyaman ada di rumah ini. Saat aku memasuki kamar mandi mama sedikit terkejut.

Mama: kamu ngapain kal, mama kan lagi mandi

Ucap mamaku seraya menutupi area-area dada dan bawahnya

Aku: aku pengen mandi bareng mama, terakhir kan dulu banget waktu masih kecil
Mama: jangan ah kal, mama gamau, nanti kejadian lagi

Sekarang aku berdiri tepat di belakang mama dan berupaya menyabuni mama, sedikit ada perlawanan dari mama tapi tampak seperti mama mau mau malu

Aku: gamau kejadian apa ma?
Mama: kal...jangan sayang
Aku: tapi mama ga marah kan
Mama: haa...
Aku: kalau ndesah doang berarti engga kan

Melihat reaksi mama yang semakin lama semakin menikmati tanganku jadi bergerilya ke bawah

Mama: jangan...ke..ahh..bawah kal
Aku: kalo yang di atas terus, ntar kayak semalem dong ma
Mama: mama...malu kal...
Aku: malu tapi mau kan ma

Jari-jariku mulai kumasukkan ke dalam lubang yang mengeluarkanku dulu, sementara tangan kiriku masih asik mengerjai tetek mamaku

Mama: ah..kal..udah dong sayang
Aku: yakin mama mau udahan?
Mama: iyaaaah..
Aku: tuh masih ngedesah, udahan apa keenakan?
Mama: haa..haa..hmm

Mama berusaha menahan mulutnya yang awalanya hanya dengan mengigit bibir bawahnya akhirnya ditutup dengan 1 tangannya

Aku: ngapain ditutup sih ma, kalo emang keenakan keluarin aja

Satu tanganku berusaha menarik tangan yang menutupi mulut mama, desahan-desahan yang keluar dari mulut mama pun semakin keras dan rutin

Mama: kal..
Aku: kenapa ma?
Mama: mama...ahh..mau..kamu apain..haa..
Aku: aku mau nyenengin mama, mau enakin
Mama: mama...ini...hmm..mamamu loh kal..
Aku: emang kenapa? mama enak kan?
Mama: ahh..ahh..
Aku: kalo mama gak enak, aku stop yaa
Mama: hmmm..
Aku: aku stop ya ma
Mama: hmm..te..ahh.***sin kal
Aku: apa ma? ngomong yang jelas dong aku ga denger
Mama: ahh..hmmh..terusin
Aku: apanya yang terusin ma?
Mama: tanganmu...sayang
Aku: tanganku emang ngapain ma?
Mama: mama..malu...hmm..ngomongnya
Aku: kalo mama ga jelas gini aku stop nih
Mama: memek mama...terusin ngobelnya sayang..ahh
Aku: oke ma

Mama yang sudah kena godaanku membuatku semakin cepat memainkan tanganku dan mulai menciumi mama dan dibalasnya juga semua ajakanku.

Mama: kal..mama udah mau keluar..

Ketika mama berkata itu aku langsung mencabut tanganku dari memeknya dan berhenti memainkan teteknya

Mama: kok..haa..kamu berenti sih sayang
Aku: masa mama keluar di kamar mandi, kita pindah ke kamar aja
Ketika di kamar aku meminta mamaku untuk memakai cincin nikahnya terlebih dahulu

Mama: ngapain dipake sih kal ini?
Aku: udah mama pake aja dulu

Aku dan mama mulai berciuman selama beberapa saat yang aku lanjutkan dengan menghisap tetek mama, awalnya mama menahan-nahan ingin mendesah tetapi setelah aku mulai memainkan memeknya juga mama mulai lepas mendesah sepuas hatinya

Mama: kal..ahh..
Aku: udah ga tahan ya ma?
Mama: ..iya sayaang
Aku: mintanya gimana?
Mama: ihh mama malu sayang
Aku: aku mau mama ngomong jorok, kalau ga aku tinggal
Mama: ahh..kamu..jangan ngambek...ahh..gitu dongg
Mama: entot mama dong sayaaang..hmmh
Aku: mama mau aku apain?
Mama: hmm..mama mau kontol kamu di memek mamaahh
Aku: oke mama sayang

Aku membalikkan badan mama menyamping dan kuangkat 1 kakinya, terlihatlah memek mama yang sedikit berambut itu dan perlahan kumasukkan kontolku ke memek mama yang sudah basah dari tadi

Mama: ahh ahh teruss sayang terus
Aku: dasar mama binal
Mama: kamu ahh jangan manggil mama ahh haa
Aku: apa ma? binal?
Mama: iyaaah, mama ahh masih mamamu lohh sayangg
Aku: mana ada mama normal dikentot anaknya, keenakan lagi
Mama: jangan gitu dong sayangg

Aku berganti ke posisi doggystyle dan tangan mama diletakkan di ujung kasur

Aku: tuh mama liat tangan mama ada cincin kawinnya
Aku: masih ga mau ngaku binal? lagi dientot anak sendiri pake cincin kawin lagi
Mama: kamu jangan gitu hmmh
Aku: mama minta maaf sama cincin kawinnya tuh
Mama: mas, sari minta maaf mas
Aku: yang lengkap ma
Mama: sari minta maaf mas udah selingkuh sama anak kita sendiri
Mama: mama hmmh malu hah ha kal
Aku: malu apa keenakan ma? kok makin kenceng memeknya
Mama: ma..h.luuu
Aku: mama udah binal suka boong lagi
Aku: mama cerita dong sama cincinnya rasanya gimana
Mama: mas, memek sari rasanya enak mas
Mama: sari mau keluar mas gara-gara anak kita
Aku: ma, aku juga mau keluar, aku keluarin di dalem ya
Mama: jangan sayang, di luar ajaaah
Aku: biar mama hamil, emang mama ga mau diliat orang hamil dari anak sendiri

Begitu mendengar godaanku memek mama semakin mengencang dan semakin keras juga desahannya yang kurasa mama mencapai orgasme, aku pun keluar di dalam mama sambil kuciumi area punggungnya. Selepas dari permainan itu mama yang wajahnya merah entah karena malu atau keenakan mengambil dasternya yang ada di lantai kemudian memakainya dan berlalu keluar kamar.

-Bersambung-


 


Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐮 𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟑

 


Pagi-pagi aku terbangun sendiri di kasur, kulihat mama sudah tidak ada disampingku. Aku keluar kamar dan kulihat mama sedang menyapu ruang makan dengan posisi sedikit membungkuk menghadap ke arahku, sebelum mama sadar aku ada di situ kulihat keras dasternya yang sedikit turun dan terlihat tetek mama yang tidak lagi terbungkus dengan BH, "anjir mama beneran nurutin aku lagi", pikirku dalam hati. Aku langsung menghampiri mamaku dan memeluk serta menciumnya di bibir.


Aku: pagi mama sayang
Mama: pagi juga sayang, kamu mandi gih terus langsung sarapan, mama ntar lagi siap nyapunya
Aku: buru-buru banget sih
Mama: katanya kamu mau ajak mama belanja-belanja baju
Aku: santai aja ma, di sini mall buka sampe malem gak kayak di kampung kita jam 6 udah sepi semua
Mama: udah cepet sana

Setelah aku siao sarapan kulihat mamaku bergerak ke kamar ingin siap siap

Aku: mama mau siap-siap ya?
Mama: iyadong, masa mama pake daster ke mall
Aku: aku aja yang pilihin bajunya, biar kayak orang kota kan mau mama
Mama: hmm boleh deh kamu aja yang pilihin bagusnya mana yang mama pake

Kami pun beranjak ke kamar dan membuka lemari pakaian, kuperhatikan satu persatu baju yang mama bawa dengan niat memilih yang paling seksi. Terlihat ada 1 dress lengan buntung yang biasa mama pakai dengan luaran untuk menutupinya.

Aku: mama pake ini aja nih bagus
Mama: terus luarannya yang mana?
Aku: ngapain pake luaran, gini aja udah bagus
Mama: masa mama keliatan ketek sama lengannya kemana-mana sih, ada-ada aja kamu
Aku: gapapa ma, di sini juga banyak kali yang gitu. lagian kalau pake dress gini mama gampang copotnya nanti pas coba-coba baju lain
Mama: iyasih tapi mama malu ah atau mama pinjem jaket kamu deh
Aku: jaket aku ga ada yang cocok sama ini, mama percaya deh sama aku
Aku: mama masih cantik gini kok, masih cocok lah
Mama: yaudah deh, kamu keluar sana mama mau ganti
Aku: aku balik badan lagi aja kayak semalem, biar aku liat kalo ga cocok aku pilihin yang lain
Mama: udah cocok kok, kamu panasin mobil aja sana
Aku: yaudah deh

Aku tidak mau memaksa mamaku, takutnya malah dia jadi sebel dan gagal rencana jangka panjangku. aku keluar dan menunggu mama di mobil, ketika mama keluar dress tadi lumayan membentuk lekuk tubuhnya dan mencetak jelas BH di dalamnya dan ketika kulihat dari belakang saat mama mau masuk mobil terlihat jelas cetakan bentuk garis celana dalamnya.

Aku: ga salah kan ma pilihanku, cocok banget di mama, seksi gitu
Mama: ada-ada aja kamu masa mama seksi
Aku: beneran, kalau aku bilang ke orang mama pacarku pasti masih pada percaya
Mama: udah ah gombalnya, ntar keburu macet
Aku: iya mama sayang

Kami menuju ke salah satu mall di Jakarta dan mendatangi berbagai toko di dalamnya, mamaku yang tidak mengerti mana yang bagus dan tidak aku pilih-pilihin pakaian yang menurutku seksi tetapi tetap kelihatan berkelas dan ga murahan. Dari pilihan-pilihanku tentu ada yang mama kurang setuju karena terlalu terbuka, terlalu ketat, atau terlalu pendek, tapi setelah kubujuk dengan alasan ini yang lagi nge-tren di kota mama akhirnya nurut-nurut aja. Selama di mall kami jalan selayaknya orang pacaran, aku merangkulnya di pinggang dan sesekali menciumnya dan mama juga membalas cium dan rangkulanku.

Selesai belanja-belanja dan makan tak terasa waktu sudah malam dan kami kembali pulang ke kontrakanku, sesampainya mama langsung mandi duluan dan berlalu ke kamar bergantian denganku yang baru mau mandi. Ketika aku telah selesai mandi dan mau ganti ke pakaian rumah di kamar kulihat mama yang sedang tidur-tiduran di kasur kami, tiba-tiba aku terpikir untuk menggodanya

Aku: mama udah di kasur aja
Mama: iya kal, mama capek banget, biasa kan cuman di rumah beres-beres sama masak

Sembari mengobrol dengan mama aku menurunkan handuk ku dan mencari pakaian tidurku yang kugantung

Mama: haykal! kok kamu telanjang sih depan mama
Aku: ya kan aku mau ganti baju tidur
Mama: di kamar mandi sana dong, masa di depan mama sih, ga malu apa
Aku: ngapain malu sih, mama juga udah pernah liat kan
Mama: itukan dulu waktu kamu masih kecil

Kulihat mama sedari tadi membuang mukanya, tetapi sekali-kali melirik ke arah kontolku yang setengah bangun

Aku: emang sekarang udah gede ya ma? *tanyaku berusaha menggoda mama lebih jauh*
Mama: hmm gede sih *mama melirik ke arah kontol sambil mengigit bibir bawahnya*
Mama: cepet pakean udah, biar tidur udah malem ini

Aku mengenakan kaos dan celana pendek tidurku tanpa celana dalam, setelah itu aku langsung berbaring memeluk mamaku dari belakang seperti biasa kami tidur. Aku yang sudah kepalang konak dan kondisi kontolku yang berdiri karena kugencet ke pantat mamaku membuatku jadi sedikit nekat, tangaku yang saat itu berada di perutnya kuusap-usapkan dan sesekali kuremas bagian perutnya sambil sedikit-sedikit menggesekkan kontolku di pantatnya.

Mama: sayang udah dong mama mau tidur
Aku: mama tidur aja duluan, aku masih mau peluk-peluk
Mama: tapi kamu jangan goyang-goyang gitu dong

Setiap kali mamaku berbicara sedikit terdengar desahan karena gesekan kontolku ke pantatnya yang makin bergerilya

Aku: aku masih nyari posisi yang pas ma

Mamaku tidak membalas lagi percakapanku tetapi masih sesekali terdengar desahan pelan darinya, setelah cukup lama melakukan itu aku mulai menaikkan tanganku ke arah teteknya. Perlahan kunaikkan tanganku ke arah bagian bawah teteknya agar kalau ternyata mama masih bangun aku bisa beralsan tidak sengaja, tetapi tidak ada balasan apa-apa dari mama. "mungkin udah ketiduran kali ya", aku berpikir begitu melihat tidak adanya respon dari kecabulanku. Tanganku lanjut ke tetek mamaku yang kemudian kuremas-remas, seketika desahan-desahan terdengar lagi dari mamaku tetapi tidak ada kata lain yang terucap olehnya, akhirnya aku lanjut meremasnya sambil sesekali kumainkan pentilnya dan kucubit-cubit sedikit. Desahan mama yang semakin kencang membuatku semakin nafsu, tanganku kuselipkan di antara kerah dasternya dan mulai menggerayangi tetek mama dari dalam, teteknya yang walau tidak sekencang bayanganku tetapi masih cukup kenyal untuk dimainkan. Saat sedang asik-asiknya tiba-tiba mamaku bersuara sambil diselingi suara desahannya

Mama: sayang...hmm..tanganmu..aah..kok disitu sih
Aku: aku kangen banget sama mama, jadi mau peluk-peluk aja
Mama: hmm..kalau peluk..jangan di situ dong
Mama: sayang..jangan..di cubit itunya..haa
Aku: apanya sayang yang jangan?
Mama: itunyaaa..
Aku: itunya tuh apasih? *sambil tanganku masih memainkan pentil tetek mamaku*
Mama: pentilnya sayang..ahh..pentil mama jangan digituin

Tangan mama meraih tanganku yang sedari tadi ada di teteknya, alih-alih dihentikan tangannya hanya nempel di tanganku

Aku: enak kan ma pentilnya aku giniin

Mama tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya desahan yang keluar dari mulutnya. Melihatnya yang tidak menghentikanku, aku semakin nekat dan menciumi mamaku dari belakang kuping hingga lehernya

Mama: sayang...mmm..
Aku: kenapa sayang?
Mama: udah...dong...
Aku: mama mau udahan? kalau mau aku berenti nih

Lagi-lagi hanya desahan yang keluar dari mulut mama

Aku: tuh kan mama masih pengen
Mama: hmm.***a..mama...ahh...enggaaa
Aku: engga mau berenti maksudnya?
Mama: ...eng..

Belum sempat mamaku selesai ngomong aku menarik tanganku dari dasternya dan membalikkan badanku, "aku capek mau tidur ya ma", kataku ke mama yang saat itu masih sibuk mengatur nafasnya yang naik turun

========================


Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com