𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤𝐮 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝟑𝟓 [ 𝐓𝐄𝐑𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 ]

Setelah berjalan mengendap menuju kamar mandi, kutemukan pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka. Kamar mandi ruang apartemen ini terbagi menjadi 2 bagian, kering dan basah. Pintunya menghadap ke kamar mandi kering, sementara untuk menuju kamar mandi basah.. setelah masuk harus berbelok dulu ke arah kanan.


Di depan pintu itu aku mencoba menguping apa yang sedang terjadi di dalam sana antara istriku dan Koh Freddy.

Errrghmm mmmmphh cccllllkkkk aaupff cccllllk…. ssrrrppp auumpph ssrrrpp ssrrruuopp cccclllkk mmmphhh….. aahhhhhh

Sepertinya mereka sedang berciuman dan aku yakini mereka berada di kamar mandi basah. Karena itu, aku sedikit berani untuk memajukan posisiku dan mengintip dari pintu yang sedikit terbuka itu.

Terlihat olehku, istriku sedang digendong oleh Koh Freddy dengan posisi badan yang berhadap-hadapan. Setelah berciuman kini terlihat tangan besar Koh Freddy yang memegangi bokong bawah istriku dinaik-turunkan sehingga membuat tubuh istriku melonjak-lonjak.

“Ahhh... hmmmm.. aaahhh...”, suara dari desahan istriku terdengar jelas dari posisiku mengintip.

Lidya.. istriku, malam ini kamu sudah seperti pelacur yang sudah melayani 2 lelaki dengan begitu binalnya! Tadi kamu begitu liar bersama Nando, kini kamu sudah larut dalam kebinalan bersama Koh Freddy.

“Ooohhhhh terus Mah…. iyaa ahhhh terus Mah…. enakk Sayang? besar punya-nya dia? Nikmati ya sayaang…. ahhhh oohhhh arghhh”, aku melenguh menikmati permainan istriku dengan mengocok kembali penisku.

“Malam ini kamu udah siap buat Koko masukin?..”, tanya Koh Freddy pada istriku. Siap dimasukin? Jadi yang barusan belum masuk?

"Eeenhh... iya Koh… iiyaaa…. bo… leeeh… Tapi punya-nya Kokoh gede bangeet..", jawab istriku yang sepertinya saat ini masih menggesek-gesekan penis Koh Freddy dengan vaginanya dari luar.

Tak terdengar apapun dari mereka sampai akhirnya istriku menjerit cukup keras… “AWW KOOH…. Jangan disini ah Sayang…. di..dalem aja… aku.. takut.. ini gede banget…”, teriak istriku lagi, sepertinya kaget.

Koh Freddy pun mulai melangkahkan kakinya yang membuat aku langsung kabur karena mereka akan keluar dari kamar mandi. Aku kembali duduk di single seat, sementara kulihat Vina sedang merokok di sofa panjang dalam keadaan masih telanjang bulat. Vina langsung berlari ke arahku dan kembali duduk di pangkuan sambil langsung melumat bibirku.

Aku tidak boleh begini bersama Vina… aku tidak mau Lidya tahu kalau kami sedang melakukan hal yang terlarang. Kucoba melepaskan ciuman dan pelukan Vina, namun Vina terus berontak untuk tetap berada di pangkuanku dan kini dia menjilati leherku. Seketika itu juga Koh Freddy keluar dari kamar mandi dan masih menggendong istriku. Aku melihat Lidya melirik ke arahku yang sedang sibuk menjauhkan Vina dari tubuhku. Sial, kini aku benar-benar terlihat brengsek di matanya! Harapanku untuk bisa dimaafkan olehnya semakin menipis saja.

Vina menghentikan ‘aksinya’ kepadaku begitu Koh Freddy membaringkan Lidya di tempat tidur, posisi duduk Vina kini berbalik.. aku dan Vina sama-sama menghadap ke arah tempat tidur. Kepala Vina menyender di tembok tepat di sebelah kepalaku, sepertinya dia memberi keleluasaan agar aku bisa melihat dengan jelas saat istriku disetubuhi oleh Koh Freddy.

Kaki istriku sudah mengangkang, namun ketika ujung penis Koh Freddy menyentuh bibir vagina istriku, kakinya semakin dibuka lebar… sepertinya istriku menyadari jika dengan penis super besar milik Boss-nya itu, dia harus membuka kakinya lebar-lebar agar penis itu bisa masuk dengan leluasa ke vaginanya. Aku harus mengakui ukuran milik Koh Freddy memang jumbo, aku biasa melihat ukuran seperti itu hanya di film-film biru produksi Amerika.

“Pelan-pelan, Koh..”, ucap istriku terdengar seperti khawatir.

“Kita pindah kamar lain aja yuk, ga enak sama suamimu…”, kata Koh Freddy sepertinya berubah rencana. Memang terdengar sepertinya Koh Freddy masih menghormatiku sebagai suaminya, tapi di sisi lain, dengan membawa istriku pergi untuk berhubungan seks.. itu sama saja penghinaan untukku!!

“Ga apa-apa Koh, disini aja.. Kang Arief suka kok ngeliat istrinya dipake sama orang laen… pengen banget ngeliat malahan..”, tiba-tiba Vina menyela ucapan Koh Freddy. Aku langsung menengok ke arah Vina, ingin rasanya kurobek mulutnya itu yang sudah membuka aib besarku yang lainnya di hadapan Lidya dan Koh Freddy. Tapi Vina sepertinya cuek saja dengan apa yang dikatakannya, seperti tak bersalah dan menganggap fantasiku itu hal yang lumrah.

Tiba-tiba aku lihat Lidya turun dari tempat tidur dan berjalan ke arahku..

“Bener?... bener apa yang dikatakannya?...”, tanya Lidya kepadaku, sorot matanya seperti kecewa dan benci ketika menatapku. Aku diam dan menundukkan kepala.

“JAWAB RIEF!!”, bentak Lidya yang sepertinya sudah jengah dengan perbuatanku, kini dia sudah menyebutku dengan menggunakan nama saja. Pedih rasanya mendengar hal ini.

“Kalo itu emang maumu… liatin sepuasnya!!!! Malam ini aku kasih kesempatan buatmu untuk yang terakhir kalinya… biar kamu puas!!!!”, ucap Lidya lagi dengan sangat marah lalu berbalik kembali ke tempat tidur.

“Sssstt… udah ah Sayang, ga usah marah-marah… ini kan yang pertama buat kita, Koko mau kamu ngelakuinnya karena kamu beneran cinta dan sayang sama Koko, bukan karena dendam atau marah sama suamimu….”, ucap Koh Freddy sambil memeluk dan menciumi pipi istriku. Lidya diam saja dan langsung kembali berbaring dengan membuka kakinya lebar-lebar.

Tamat sudah sepertinya pernikahanku… aku yakin akan usai sampai disini, lagi-lagi ini gara-gara Vina yang kini sedang memasukkan penisku ke dalam vaginanya. BLEEESSS

“Nikmatin ya Kang… Akang liatin mereka sambil tusukin punyaku aja…”, ucap Vina dengan polosnya, dengan posisi kepala yang masih di samping kepalaku.

Aku langsung melumat bibir Vina karena kesal, gemas yang sudah berbaur dengan nafsu, pikiran dan mentalku di saat ini sudah benar-benar kacau. Kami berciuman dengan sangat panas, bahkan kali ini Vina mulai menggerakan pinggulnya turun naik, sementara aku yang memeluk tubuhnya dari belakang.. tanganku sibuk meremas payudaranya. Meskipun aku sedang menyetubuhi Vina, tapi tatapanku tetap tak lepas terhadap istriku dan Koh Freddy.

Koh Freddy mulai memasukkan penisnya perlahan-lahan, namun baru juga barang miliknya itu masuk sedikit, sudah kudengar Lidya menjerit dengan sangat keras. Jeritannya itu membuat Koh Freddy menghentikan gerakannya. Begitulah yang terjadi selanjutnya, setelah masuk-diam-masuk-diam yang disertai oleh jeritan kesakitan dari Lidya, akhirnya penis Koh Freddy masuk seluruhnya ke dalam vagina istriku. Koh Freddy kembali tak menggerakkan apapun, sepertinya dia memberi kesempatan sejenak vagina istriku itu untuk beradaptasi.

Lelaki besar itu mencondongkan badannya sambil menyeka keringat di dahi istriku, “Udah enak, Sayang?”, tanya Koh Freddy sambil tersenyum penuh percaya diri, tampak istriku menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata terpejam dan menggigit bibirnya.

“Enak Koh.. dalem banget… tapi sakit… pedih banget… jangan dulu digerakin…”, jawab Lidya yang sepertinya masih shock mendapati vaginanya terisi oleh batang kemaluan yang cukup besar.

“Nanti juga terbiasa…”, balas Koh Freddy santai dan menegakkan kembali tubuhnya.

Tanpa aba-aba dari istriku, Koh Freddy mulai memompa vagina Lidya dengan tempo sedang-sedang saja. Aku tak mendengar desahan nikmat yang seperti aku dengar saat istriku ‘bermain’ denganku, atau racauan nakal seperti yang tadi kudengar saat istriku disetubuhi oleh Nando… kini yang kudengar hanyalah lenguhan kesakitan dan sesekali kudengar seperti rintih tangis kesakitan yang keluar dari mulut istriku. Kurang lebih sama suaranya dengan suara dari aktris JAV, berisik seperti suara menahan sakit.

“Punya ca..lon…. istri Koko.. enak banget… masih sem..pit banget ooough…”, ucap Koh Freddy yang tampaknya sangat menikmati vagina dari istriku itu. Aku semakin cepat menggerakkan pinggulku untuk membantu gerakan Vina yang aktif bergerak turun naik, aku sangat terangsang.

Kini kaki istriku semakin terbuka, Koh Freddy mengangkatnya hingga kedua kaki itu tersandar di pundak Koh Freddy yang atletis. Hampir 10 menit mereka sudah melakukan itu tanpa jeda sama sekali, tapi tampaknya belum ada tanda-tanda dari mereka untuk mencapai klimaks.

Mendengar rintihan istriku, terus terang aku jadi kasihan.. kadang-kadang gairah fantasiku hilang saat melihat persetubuhannya ini, ingin kutarik tubuhnya agar ia tak memaksakan, tapi apa dayaku…

Sekarang, jika pun aku bernafsu… itu bukan karena melihat istriku, tapi karena gerakan naik turun Vina yang semakin cepat. Namun kali ini Vina hanya mendesah dan mendesis kecil tak seperti biasanya saat bermain denganku di tempat kost-nya, sepertinya sekarang dia sedang jaga image di depan Boss dan sahabatnya itu.

CPAK CPOK CPAK CPOK CPAK CPOK PLEK PLOK

Suara kulit yang beradu dari tempatku bersahutan dengan suara yang dihasilkan genjotan Koh Freddy pada istriku.

CPAK CPOK CPAK CPOK CPAK CPOK

“Vin, main disini, ini di pinggir masih luas… pegel maen disitu”, ucap Koh Freddy sambil menoleh ke belakang, tepatnya ke arahku dan Vina. Aku melihat Lidya seperti kaget dengan ucapan Koh Freddy itu, dari raut wajahnya aku bisa tebak kalau dia tak setuju, tapi tak berani mengatakan.

Vina langsung menghentikan gerakannya dan bangkit sambil menarik lenganku dengan cepat. Aku diseretnya tapi begitu sampai di dekat tempat tidur aku berhasil melepaskan tangan Vina, tekadku sudah bulat…. Aku tak mau bermain bersama mereka. Vina sudah terlanjur berada di atas tempat tidur. Aku tetap berdiri mematung, lebih baik aku disini.. menyaksikan istriku disetubuhi dari jarak yang sangat dekat, aku tak mau dilihat oleh istriku saat bermain dengan wanita lain.

“Akangnya.. ga mau ikuuut…”, ucap Vina pada Koh Freddy sambil naik ke tempat tidur.

Melihat dari jarak dekat, terlihat jelas wajah Lidya yang putih itu kini terlihat memerah… mungkin saking menahan sakitnya tusukan dari penis besar Koh Freddy.

“Udahlah Mah, lepasin aja... sakit kan? kenapa dipaksain kalo ga enak?”, ucapku dalam hati, semakin iba melihat kondisi istriku seperti itu. Entah Koh Freddy tidak menyadari tentang kesakitan dari istriku atau memang sudah diliputi oleh gejolak nafsu yang berapi-api, yang pasti dia terus menggenjot vagina istriku tanpa ampun.

Ketika Lidya masih berupaya menahan kesakitannya dengan memalingkan wajah ke sebelah kiri sambil terpejam, Vina yang naik tempat tidur dengan cara merangkak menuju tempat di sebelah kanan badan Lidya…. tampak dengan jelas olehku kalau tangan Koh Freddy sempat meremas bokong Vina tanpa sepengetahuan Lidya.

“Brengsek! Ternyata orang ini buaya juga….”, gumamku dalam hati. Sepertinya Koh Freddy tidak menyadari kalau aku ada di belakang dia, karena memang posisinya membelakangiku.

SLEEEEB… SEEET…

Tiba-tiba aku melihat kelebatan begitu cepat tertangkap oleh mataku walau tak jelas apa itu dan bagaimana bentuknya, aku melihat ke sekeliling tak ada siapa-siapa. Mataku berkunang-kunang. Kenapa kamar ini yang sejak tadi kurasakan biasa saja kini jadi agak sedikit horror?

GHRRRRK SSSHHH GGGHRRRRK SRRRRTTT

Kini aku mendengar dengan jelas di telingaku, seperti ada suara berbicara namun tak jelas maksudnya.. aku kembali mengarahkan pandangan ke sekeliling tidak ada apapun yang mencurigakan, suara dari musik Blues sudah dari tadi berhenti otomatis karena sepertinya memang sudah habis satu album, apakah dari suara speaker? Aku masih berpikir positif karena aku memang tidak percaya pada hal-hal seperti itu. Anehnya lagi, sepertinya 3 orang yang berada di tempat tidur tidak melihat kelebatan tadi atau mendengar suara itu, mereka tampak biasa saja.

Kini tubuh Vina sudah berbaring bersebelahan dengan Lidya. Koh Freddy kemudian menghentikan sementara gerakannya dengan mencondongkan tubuhnya yang besar itu untuk menindih istriku… aku bernafsu melihat posisi ini, dimana payudara istriku terhimpit oleh tubuh atletis Koh Freddy. Aku mengocok kembali penisku, fantasiku bangkit lagi, melupakan kejadian aneh yang baru saja kualami. Aku tak peduli jika Vina melihatku, karena ia sudah tahu dengan fantasiku, sementara posisi Lidya kini terhalang oleh tubuh Koh Freddy. Aman!

Kini istriku dan Koh Freddy berciuman, ciumannya jauh lebih panas dari yang tadi aku lihat di kamar mandi. Saking panasnya tubuh mereka kini berguling, posisinya kini menyamping tanpa melepaskan penis di dalam vagina. Aku meninggalkan tempat berdiriku, karena posisi Koh Freddy terbuka ke arahku. Aku kembali duduk di single seat, dari tempat duduk ini pun masih bisa jelas kulihat setiap kejadian yang ada di tempat tidur.

mmmmphh sshrroroup aaupff sssshrroup…. ssrrrppp auumpph ssrrrpp ssrrruuopp mmmpphh mmmphhh….. aahhhhhh

Hal lain lagi yang benar-benar membuatku tercengang dan tak kupercaya adalah ketika posisi kedua tangan Koh Freddy yang mengusap-usap belakang kepala dan punggung Lidya, kini salah satunya menggerayangi payudara Vina yang posisinya sedang dipunggungi oleh Lidya. Vina pun menggelinjang menerima remasan tangan Koh Freddy, sepertinya ia ingin mendesah karena merasa nikmat… sampai akhirnya ia menggigit bantal untuk menahan desahannya agar tak terdengar Lidya.

“Mah… Mamah salah pilih pengganti, dia brengsek, Mah…”, ucapku dalam hati, aku sedih jika harus berpisah dengan istriku, tapi akan lebih sedih lagi jika ternyata pendampingnya kelak adalah lelaki yang tak lebih baik dariku. Walaupun tetep sih dia lebih kaya, lebih ganteng, lebih gede… lah, terus tadi aku bilang ‘tak lebih baik’ itu apa ya maksudnya? Auk ah lupa, pikiranku sudah benar-benar kacau.

SREEET… SEEEET… SREEET

Bayangan cepat itu datang lagi dari arah plafond di ujung sana lalu turun dan seperti mendatangiku dengan cepat hingga kemudian tembus ke dinding belakang tempat dudukku, kini aku sedikit bisa mengidentifikasi, seperti 3 objek beriringan yang terlihat seperti selendang, namun karena saking cepatnya aku tak bisa memastikan apa warnanya.

Ada apa sih ini? Kepalaku tiba-tiba berat, punggungku terasa panas. Ah mungkin ini imajinasiku saja akibat terlalu banyak beban pikiran yang berat akhir-akhir ini, apalagi malam ini. Aku kembali melemparkan pandangan ke arah tempat tidur dengan tatapan kosong, sambil melamun.

Sampai akhirnya aku dikejutkan oleh suara Koh Freddy yang berkata kepada Lidya, “Udah dong, Sayaang…. jangan marah sama Vina, ayo senyum… kalo ga ada dia, kita ga akan pernah bisa kaya gini.. kita juga ga akan pernah bisa nikah..”, begitu ucapnya. Posisi Koh Freddy kini sudah kembali ke posisi Missionaris.

Aku berdiri lagi mendekat, karena posisi Koh Freddy sudah memunggungiku lagi. Ya, aku memang melihat Lidya dari tadi seperti yang tidak mau melihat ke arah Vina, sepertinya dia marah karena mungkin sahabatnya itu telah bermain serong denganku. Hmmm, aku merasa seperti diperebutkan kalau sudah begini. Keren juga yah….

“Maafin aku ya Lid…”, ucap Vina. Ucapan itu diucapkan sambil memeluk Lidya. Kini kedua perempuan yang pernah kutiduri itu berpelukan dalam keadaan telanjang bulat. Hanya perempuan yang satu masih menerima sodokan di vaginanya yang tak juga berhenti, entah sudah berapa menit sejak awal memulainya penetrasi itu… lama sekali. Anehnya Lidya yang menurutku lumayan cepat mencapai orgasme, sepertinya dalam permainan ini belum juga mendapatkan klimaksnya.

Tiba-tiba Vina sedikit bangkit, kepala Vina kini diatas wajah Lidya, dan……. dengan cepat ia lumat bibir Lidya!!!! Sepertinya Lidya juga membalasnya namun beberapa saat kemudian ia berontak melepaskan ciuman Vina, dan langsung melihat ke arah Koh Freddy dengan wajah cemas. Apakah dia merasa malu atas perbuatannya itu di depan Koh Freddy? Kenapa kamu tak melihatku, Lid? Aku juga melihat itu, dan kamu pun bisa melihatku karena jarak kita sangat dekat….. Kenapa kamu ga malu padaku, Lid? Aku ini masih suamimu.

Yang lebih mengagetkanku adalah respon dari Koh Freddy yang hanya tertawa melihat Lidya dan Vina berciuman. Badan Koh Freddy kembali dicondongkan kepada Lidya sambil mengelus pipinya, “Boleh kok, Sayang… lakuin aja yang kamu mau…”.

Merasa sudah diberi lampu hijau, Vina pun kembali menciumi Lidya, begitu juga istriku yang mulai merespon aksi Vina, tangan istriku kini merangkul tubuh sahabatnya itu, ia usap-usap punggung Vina dengan begitu erotis.

aaupff sssshrroup…. aahhhhhh….ssrrrppp auumpph ssrrrpp ssrrruuopp mmmpphh mmmphhh….. aahhhhhh

Ciuman yang sangat menggairahkan!!! Tangan Vina kini menggerayangi payudara Lidya, sementara tangan Koh Freddy kembali meremas pantat Vina. Kali ini dia merasa bebas dan melakukannya cukup lama karena pandangan Lidya tertutup oleh kepala Vina.

"pfffhfhfffh…. aaaaah... Viiiin….. ahhhhh…… iyaaaa…. aasshhh….. Viin…. oouppff…..”, kini Lidya mulai mendesah sambil membelai-belai rambut belakang Vina, setelah sahabatnya itu melakukan isapan di payudaranya. Desahan yang tak kudengar sejak awal Lidya dan Koh Freddy bercinta, tapi kini desahan justru keluar dari mulut istriku setelah memperoleh dengan perempuan juga!!!

“Ooohhhhh Mah…. Mamah suka Vinaaa…? Vinaa enaakk Mah.. Papah juga suukkaaa… ahhhh oohhhh arghhh”, aku mendesah pelan sampai akhirnya. CRTTT CRTTT CRRTT CRRTTTT

Aku memuntahkan spermaku di lantai, di kaki tempat tidur… aku sudah tak peduli. Aku mencapai ejakulasi dengan begitu cepat karena pemandangan liar istriku dan Vina sangat membuat nafsuku meningkat puluhan kali lipat.

Kini aku mundur dan kembali duduk sambil menggunakan lagi pakaianku secara lengkap, hatiku merasa tak enak, seraya terus berpikir tentang fantasiku yang kurasakan sudah cukup menggangu, fantasi yang kurasakan baru sekitar setahun terakhir ini, namun sejak kapan kejadian di masa lalu yang jadi dasar aku memiliki sikap seperti ini? Aku tak tahu persis dan sama sekali tak bisa mengingatnya. AKU INGIN BERHENTI!!!

Kembali kuarahkan mataku pada tempat tidur, dimana ada kejadian hebat yang masih aku saksikan hingga detik ini, hal yang sangat sangat tak pernah aku duga sebelumnya, Lidya bermain gila bersama Vina!! Apakah sebelum ini mereka sering melakukannya?

“Vin… aah… kamu naik ke badan istri-nya Koko, Vin… sshh.. ngebaliknya ke Koko…oough”, ucap Koh Freddy diantara lenguhannya memerintahkan Vina untuk melakukan hal yang sepertinya lebih gila lagi. Koh Freddy terus menggenjot vagina istriku masih tak juga berhenti, dia tidak melambatkan tempo sedikitpun, malah sepertinya lebih cepat lagi.

Vina pun dengan cepat mengikuti arahan Boss-nya itu, dia menungging dimana posisi vaginanya kini tepat berada di atas Lidya dan istriku itu menjilatinya dengan rakus. Sementara tangan kiri Vina sibuk membantu Koh Freddy untuk memuaskan vagina Lidya, dia tekan dengan cara memutar di area klitoris sahabatnya itu disaat vagina Lidya masih terus mendapatkan serangan dari penis Koh Freddy. Tangan kanan Vina diambil oleh Koh Freddy yang kemudian ia jilati jari-jarinya dengan penuh gairah, bahkan kali ini sepertinya Koh Freddy yang sudah sangat bernafsu pada Vina, ia sedikit membungkuk untuk mengajak pegawainya itu berciuman liar.

Mereka sangat terbakar gairah, sampai akhirnya Koh Freddy melolong keras sepertinya dia mencapai klimaks, setelah spermanya semua keluar di dalam vagina istriku, Koh Freddy segera mencabut penisnya dan langsung mulutnya memburu vagina Lidya. Kini vagina istriku itu dijilati dari arah atas dan bawah oleh Vina dan Koh Freddy, terkadang disela menjilati vagina dengan cepat, lidah mereka beradu dan saling menghisap di atas vagina istriku. Vina pun sepertinya hampir mencapai klimaks, kini dia sedikit bangkit dan menekan vaginanya ke wajah Lidya yang sepertinya masih sangat bernafsu menjilati vagina Vina. Lidah Vina kini menjilati klitoris Lidya, dua jari Koh Freddy ditusuk-tusukan secara cepat pada vagina istriku. Mereka berdua pun akhirnya menjerit bersama… sepertinya Lidya dan Vina mencapai klimaksnya di waktu yang sama. Bahkan dari vagina Lidya aku lihat air yang muncrat begitu deras mengenai tubuh dan wajah Koh Freddy bahkan meluncur jauh hingga mengenai lantai kamar. Istriku squirt di malam ini, baru pertama ini aku menyaksikan secara langsung perempuan mengalami squirt, dan itu adalah istriku… yang mencapai kenikmatannya oleh permainan sang Boss dan sahabatnya yang perempuan!!!

Mereka pun akhirnya melepaskan diri masing-masing, tidur dengan posisi yang berjauhan, mereka terkapar lelah dan saling mengatur nafasnya dalam keadaan masih bergelinjangan.

Sampai sekitar 5 menit kemudian, Vina duluan bangkit lalu mengenakkan pakaiannya kembali, begitu juga Koh Freddy. Tinggal Lidya yang masih berbaring, tatapannya kosong menatap langit-langit kamar.

“Sayang, ayo kita pulang…”, kata Koh Freddy yang sudah berpakaian lengkap kepada istriku. Aku menanti dengan jantung berdebar, apa keputusan Lidya kali ini? semoga datang keajaiban.

Lidya pun bangkit sambil tersenyum pada calon suami barunya itu, setelah mencium pipi Koh Freddy… kini dia masuk kedalam kamar mandi untuk memakai lagi pakaiannya.

Sepertinya keputusan Lidya untuk meninggalkanku sudah bulat, setelah berpakaian lengkap kini dia bersiap untuk pergi bersama Koh Freddy. Aku sudah pasrah, setelah aku pernah melewati malam pertama bersamanya… maka sudah hampir dipastikan jika malam ini menjadi malam terakhir bagi pernikahan kita….

Lidya dengan calon suami barunya itu berjalan menuju pintu keluar ruang 505 ini, namun Koh Freddy yang merangkul pundak Lidya menghentikan langkahnya saat melewatiku.

Kami berhadap-hadapan, kulihat Lidya tidak mau menatapku. Tapi kini aku tidak melihat ada raut kemarahan di wajah Lidya. Pandangannya yang menatap ke arah lain seolah dia tidak kuasa menatapku, matanya berkaca-kaca…. Aku yakin, biar bagaimanapun juga… sepertinya dia masih mencintaiku.

“Seperti halnya perpisahanku dengan Ci Lani, kami lakukan secara baik-baik, kuharap kalian pun begitu… nanti proses cerainya lawyer Koko yang atur…. karena bagaimana pun kalian pernah bersama… ayo, Sayang… ucapkan selamat tinggal buat suamimu…”, ucap Koh Freddy pada Lidya. Tapi istriku itu tetap tidak mau menatapku.

“Maafin aku, Lid..”, ucapku. Mataku kembali berkaca-kaca, ucapanku tadi itu sangat berat dan kelu di lidahku, bukan berat karena permintaan maafnya, tapi aku berat untuk melepaskannya… sangat berat. Tak pernah terpikir dan terbayangkan sebelumnya jika permintaan maaf atas semua kesalahan pada istriku ini terucap dalam sebuah perpisahan. Dalam ucapan itu juga rasanya aku juga sudah merasa tak pantas untuk menyebutnya dengan sebutan ‘Mama’, setelah 3 tahun aku selalu tak pernah lepas dari sebutan itu.

Jabatan tanganku tak ia hiraukan, sampai akhirnya tangan Koh Freddy menarik telapak tangan Lidya untuk menyalamiku. Hanya sepersekian detik saja, Lidya sudah menarik kembali tangannya. Mungkin itulah kali TERAKHIR aku menyentuhnya.​


 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com