𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟏𝟕

 


Rumah berpagar tembok setengah badan dengan tumbuhan Acalypha Siamensis terlihat asri, disebelah kiri bangunan utama terdapat sebuah sumur timba yang terhubung dengan bak besar di kamar mandi melalui paralon 5 inch ber knee untuk mengisinya. Ruang tamu berisi kursi jati beralaskan busa tebal dan sebuah meja kaca kotak. Masuk dari ruang tamu ke kiri terdapat ruang keluarga dengan TV tabung 21inch berdiri di atas meja lonjong. Ada 4 kamar tidur di rumah itu.

"Wah..dasternya bagus-bagus dan cocok buat Ibu."

Terdengar suara gembira seorang ibu yang sedang mencoba beberapa daster yang9 tersusun rapi di atas plastik hitam.

"Rian, nanti anterin ibu beli roti trus mampir ke rumah Bu Kartika." kata ibu itu sambil menggoyang-goyangkan bagian bawahnya.

Tidak ada sahutan apapun,

"Rian!!!!" seru ibunya sambil membuka pintu kamar di depannya.

"Cieeeeee..sudah mulai surat-suratan anak Ibu ini ya."

Kemarahan si ibu berganti godaan saat melihat Rian tengkurap kepalanya menempel di kasur, di depannya tergeletak selembar kertas yang berisi tulisan. Si ibu berjingkat-jingkat mengira anaknya sedang tidur karena dari tadi tidak menyahuti perkataannya. Si ibu mengambil kertas itu lalu membaca isinya.

"Lho..ini kan lirik lagunya Air Supply?" Kata si ibu.

"Apa Bu?" Tanya Adrian mengagetkan ibunya.

"Ini kan lirik lagunya Air Supply, Ibu kira surat cinta." Jelas si ibu agak kesal.

"Isinya orang yang menyesal karena menyuruh orang yang dicintainya pergi." Lanjut si ibu.

Adrian langsung paham maksud dari lirik lagu yang diberikan Bu Kartika padanya setelah mendapatkan penjelasan dari ibu nya.

"Cup..cup..cup." Adrian mengecup pipi ibu nya.

"Eh..eh..eh..cah kurang ajar!!!" seru ibunya sambil mengeplak bahu Adrian.

"Hahahaha..terima kasih Ibu ku sayang." Adrian tertawa gembira

"Jam 6 antar beli roti, mau ibu kasih ke Bu Kartika" ujar Ibunya sambil berjalan keluar kamar.

"Eh..itu daster yang dikasih Bu Kartika ya Bu?" Tanya Adrian mengamati.

"Iya..bahannya,warna dan coraknya bagus, makanya ibu mau kasih roti sebagai ganti." Jawab Ibu nya dengan senang.

~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kulo nuwun..permisi..!!" Sapaan khas Jawa terdengar dari depan pagar besi bercat hitam.

Terlihat kepala seorang gadis muda melongok dari balik korden, dan kemudian pintu utama rumah itu terbuka.

"Mas Rian, tumben main ke sini." Sapa Vena sambil membuka pagar.

"Masuk mas, Bu.."

"Nganter Ibu ku Ven, mau ketemu Ibu mu." Adrian men-standar-kan miring motor Prima kesayangannya.

Adrian menyusul Ibunya yang telah lebih dulu melangkah masuk.

Seorang wanita cantik paruh baya ikut melongok keluar,

"Eh..ada Bu Wijaya..Mari masuk Bu." wanita paruh baya itu mempersilahkan Ibu Adrian.

"Lho..dianter Adrian rupanya..kirain sama Pak Wijaya." Matanya seakan melekat erat pada seorang remaja yang menyusul di belakang Bu Wijaya. Si remaja itu pun menatap mesra wanita paruh baya itu tanpa berkata apapun.

Selama ibunya ngobrol dengan Bu Kartika di ruang tamu, Adrian ditemani Vena berdiri di luar. Mata mereka sesekali mencuri-curi pandang di sela-sela pembicaraan mereka dengan lawan bicara masing-masing.

Ikatan perasaan itu kuat. Siapa pun dan apapun tidak akan mampu mengalahkannya. Adrian selalu merasa ragu bahwa Bu Kartika membalas perasaannya, karena dia mendengar sendiri kata-kata Bu Kartika mengenai status mereka.

Adrian yang terombang ambing oleh perasaannya sendiri kepada Bu Kartika saat ini hanya pasrah. Ke mana pun ombak itu membawanya.

"Saya pamit dulu Bu." kata Ibu Adrian sambil berdiri dan menjabat tangan Bu Kartika. Vena pun ikut salim.

Adrian hanya berpamitan dengan Vena lalu keluar menunggu ibunya di atas motor. Bu Kartika dan Vena mengantar Bu Wijaya hingga ke depan pagar.

"Oiya Rian..bisa minta tolong sebentar?" Ucap Bu Kartika tiba-tiba dan bergegas masuk ke dalam rumah.

Adrian hanya diam menoleh ke ibunya lalu menyusul Bu Kartika masuk ke dalam rumah meninggalkan Vena dan Bu Wijaya di luar.

"Sini Rian" panggil Bu Kartika dari dalam kamarnya. Adrian pun melangkah masuk.

"Mmmppphhh" Bu Kartika melumat bibir Adrian dengan tiba-tiba membuat Adrian terkejut dan gelagepan.

Naluri alamiah Adrian bereaksi cepat dengan membalas lumatan itu.

"Mmmppphhh"

Tangan Adrian hendak merangkul tapi ditepis Bu Kartika.

"Hari sabtu jam 9 temui Ibu di sanggar. Sekarang kamu cepat pulang." kata Bu Kartika setelah melepas ciumannya. Adrian hanya diam membisu, remaja itu bingung dengan sikap Bu Kartika.

Ia pun keluar dan pulang bersama ibunya.

Hari sabtu Adrian terpaksa cabut, tidak masuk sekolah ia ingin memenuhi permintaan wanita yang selalu membuatnya bingung dan resah. Ia tetap berangkat pagi tapi mampir di rumah Budi teman SD yang buka usaha tambal ban karena tidak mau melanjutkan ke sekolah menengah atas. Segelas kopi hitam,pisang dan rokok menjadi teman obrolan mereka di pagi itu.

"Sekolah kok cabut mulu, keluar aja, kerja, nyusahin orang tua aja kamu ini."ujar Budi

Hidangan yang tersaji ternyata bukan hanya makanan dan minuman, tapi komplit dengan santapan rohaninya.

"Lha kamu pintar ceramah ngapain jadi tukang tambal ban? Jadilah ustaz aja to Ndes!!" balas Adrian sambil ketawa.

Budi hanya senyum kecut mendengar jawaban Adrian. Dia sudah hafal dengan kelakuan teman masa kecilnya.

"Aku cabut ya Ndes, terima kasih suguhannya." pamit Adrian.

"Main PS??" Tanya Budi.

"Nggak, sesekali cabut mau piknik sendiri menenangkan pikiran." Jawab Adrian dengan senyum lebar.

"Gaya mu Ndes!!!" Budi sebal dengan senyuman Adrian.

"Cepetan minggat!!" Usir Budi.

"Hahahahaha." Adrian pergi dengan tawa gembiranya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

8.50 waktu yang ditunjukkan jam dinding di atas pintu masuk sanggar. Adrian hanya duduk di atas motor sambil menghisap rokoknya.

"Rian"

Suara panggilan itu terdengar tidak terlalu keras tp terdengar jelas bagi pendengarnya.

Bu Kartika dengan pakaian senam berwarna biru strip merah dengan celana senam ketat berwarna sama terlihat sangat seksi. Payudara yang besar terlihat sangat menonjol. Kulit yang langsat terlihat memerah dan berkeringat menandakan seorang wanita paruh baya yang sehat.

Adrian terpana oleh penampilan Bu Kartika, ada yang menggeliat dari dalam celananya. Rasanya ingin memeluk dan mencium wanita paruh baya yang menaklukkan hatinya.

"Kamu sudah sarapan?" Tanya Bu Kartika di depan pintu mobil.

"Motor saya ditinggal sini Bu?" Adrian balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Bu Kartika.

"Oiya..bentar Ibu titip ke mas yang jaga." kata Bu Kartika kembali masuk ke dalam sanggar.

5 menit kemudian Bu Kartika keluar dan mengajak Adrian masuk ke dalam mobil lalu mereka pergi meninggalkan sanggar senam.

"Mau makan apa?" Bu Kartika bertanya di dalam mobil yang melaju pelan.

"Kita ini mau ke mana Bu?" Tanya Adrian.

Kembali Adrian tidak menjawab pertanyaan Bu Kartika. Ia masih heran dan bingung dengan maksud Bu Kartika mengajaknya ketemu dan pergi berdua.

"Ibu mau beli bunga di Kopeng" Jawab Bu Kartika tersenyum.

"Kopeng" gumam Adrian.

"Iya..kenapa Rian?"

"Setelah itu kita pulang, Ibu hanya ingin mengajak mu jalan-jalan aja, jangan berpikir yang macam-macam ya." Goda Bu Kartika sambil memeletkan lidahnya.

"Ibu..jangan memulai." Adrian melengos tidak mau melihat.

"Apa sayang?" Bu Kartika semakin menggoda dengan senyum lebar.

"Ibu mau belanja pakai pakaian senam?" Tanya Adrian mengalihkan pembicaraan.

"Jadi?? Ibu harus ganti pakaian dulu?? Ganti di mana?? Di sini??" Kerling matanya semakin menggoda Adrian.

"Ya terserah Ibu..saya tidak mau keluar mobil kalau Ibu berpakaian seperti itu." Ketus Adrian.

"Ya nggak apa-apa kalau Rian nggak mau turun, Ibu belanja bunga sendiri." Kembali Bu Kartika memeletkan lidahnya.

"Ibu!!" Seru Adrian sebal.

"Apa sayang??" Suara mesra Bu Kartika semakin menggoda.

"Terserahlah." Adrian semakin sebal.

"Kenapa kamu marah?, kamu gak suka Ibu pakai pakaian senam saat nanti belanja bunga?" Tanya Bu Kartika ingin tau alasan Adrian.

Adrian hanya diam dan tetap melengos. Entah kenapa dia merasa marah membayangkan banyak mata laki-laki yang sudah pasti akan melotot melihat bentuk tubuh wanita idamannya.

"Kamu nggak suka kalau banyak lelaki melihat Ibu pakai baju senam?"

"Kamu cemburu kalau banyak lelaki akan melihat tubuh Ibu?"

Godaan Bu Kartika makin menjadi-jadi. Adrian hanya diam mematung tidak merespon sama sekali. Bu Kartika seakan bisa membaca pikirannya. Mereka bukanlah sepasang kekasih kenapa dia merasa tidak suka dengan penampilan Bu Kartika sekarang. Apa yang dipakai dan dilakukan Bu Kartika bukanlah hak nya untuk tidak suka apalagi marah dengan itu.

Bu Kartika membelok ke pom bensin, Adrian mengira Bu Kartika akan mengisi bensin tapi mobil itu berhenti di depan mushola di dalam pom bensin.

"Ibu mau ganti baju biar kamu nggak marah-marah terus." Kata Bu Kartika sambil membawa tas yang berisi pakaian ganti ke toilet pom bensin itu.

Bu Kartika keluar dengan memakai celana kain berwarna hitam dipadu dengan baju lengan panjang berwarna biru muda. Rambutnya yang panjang di dibiarkan tergerai, menambah pesona wajah berpipi chubby yg berkulit kuning langsat mulus.

"Benar-benar cantik." Gumam Adrian yang melihat dari dalam mobil.

"Kalau kayak gini gimana Rian?" Tanya Bu Kartika dengan senyuman menggoda setelah membuka pintu mobilnya.

"Hmm." Gumam Adrian yang hanya menoleh sebentar lalu mengalihkan pandangannya lagi.

"Kamu menggemaskan." Tangannya menowel pipi Adrian, menstarter mobil dan menjalankannya keluar dari pom bensin menuju Kopeng.

Adrian terlihat cuek padahal hatinya bergembira dengan perubahan penampilan Bu Kartika. Ia tersenyum kecil karena Bu Kartika memahami ketidak sukaan dengan pakaian senam yang dikenakannya tadi. Adrian tidak tau bahwa Bu Kartika melihat senyumannya yang terpantul dari kaca jendela mobil.

Setelah satu jam lebih akhirnya mereka sampai di tempat wisata Kopeng, tempat wisata di pegunungan itu menawarkan suasana sejuk dan pemandangan yang indah. Warung kaki lima penjual aneka sayuran,buah dan bunga bertebaran. Bu Kartika berjalan di depan Adrian yang tampaknya tidak begitu bersemangat siang itu. Bu Kartika yang tidak sabar lantas menggandeng tangan Adrian, Adrian yang tidak sempat mengelak membiarkan saja tangannya digandeng. Saat itu, aneka warna bunga yang dijual tidak akan mampu menyaingi keindahan bunga-bunga yang bertebaran di hatinya. Mereka bergandengan tangan dengan mesra. Bagi para pedagang dan pelancong mereka adalah ibu dan anak yang sedang berwisata seperti yang lainnya.

Ibu dan anak yang sangat timpang. Bu Kartika yang berkulit kuning langsat dan bersih menggandeng Adrian yang hanya memakai kaos hitam bertuliskan IRON MAIDEN dengan celana jeans donker yang robek di lututnya.

Mereka duduk berhadapan di sebuah kedai dengan mie rebus + telor di hadapan mereka. satu gelas teh panas tersaji di depan masing-masing. Tidak banyak kata atau canda yang mereka utarakan siang itu. Hanya tatapan mesra keduanya seakan menjadi obrolan diantara keduan insan itu.

"Kayaknya bunga-bunga yang dijual di sini gak bakalan cocok sama cuaca Semarang yang panas." Kata Bu Kartika seusai makan dan berjalan melihat-lihat rentetas kios-kios penjual kembang dan bunga.

"Jadi kita ke mana lagi Bu?" Tanya Adrian.

"Masih jam 10, ke Bandungan aja sekalian arah pulang." Jawab Bu Kartika, mereka berdua berjalan ke area parkir mobil.

"Matahari?" Gumam Adrian lirih.

"Remaja, yang dipikirkan ngewe doang." Ketus Bu Kartika.

"Enak kok diprotes." Sahut Adrian.

"Ibu pengen refreshing, bukan mau nungging." Ujar Bu Kartika.

"Nungging kan juga refelreshing Bu." Goda Adrian.

"Halah." Sahut Bu Kartika seakan enggan meneruskan pembicaraan.

Mereka meninggalkan Kopeng tanpa hasil.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Hiruk pikuk pasar sayur Bandungan menghanyutkan seorang Ibu untuk larut dalam suasana yang ramai.Tawar menawar antara pedagang dan pembeli menciptakan kemeriahan yang tiap hari terjadi di pasar itu. Seorang wanita paruh baya sibuk menawar tomat sedang di belakang mengikutinya seorang remaja bercelana sobek membawa beberapa bungkus plastik berisi sayur mayur. Remaja itu terlihat musam dan suram karena capek mengikuti wanita paruh baya itu berpindah dari satu kios ke kios lainnya. Sumpeknya pasar seakan menambah semangat Bu Kartika untuk menjelajahi seluruh bagian pasar tanpa mempedulikan Adrian yang sudah tidak betah.

Setelah merasa mendapatkan sayur mayur yang dibutuhkan, kedua nya keluar melalui pintu belakang yang langsung menuju ke parkiran mobil, menaruh semua sayur itu dibatasi lalu meluncur pergi dari pasar itu.

"Capek sayang?" Tanya Bu Kartika sebelum keluar dari parkiran mobil.

Bu Kartika rupanya baru menyadari keadaan Adrian yang sudah menahan capek dan sebal karena perburuan sayur mayur itu ternyata butuh waktu yang lama.

Adrian tidak menjawab,hanya menenggak sebotol air mineral.

Mobil itu pelan-pelan menuju pelataran sebuah guest house atau villa. Adrian hanya menatap Bu Kartika tanpa berkata apa-apa.

"Istirahat dulu sebentar Rian, sepertinya kamu kelelahan setelah berkeliling pasar."

Kata Bu Kartika setelah memarkirkan mobilnya. Ia turun lalu berjalan menuju ke lobby. Tak lama kemudian Bu Kartika memanggil Adrian yang segera turun dan mengikuti Bu Kartika dari belakang menuju ke kamar yang berada di sebelah kiri lobby. Kamarnya terpisah satu dengan lainnya. Mereka diantar seorang room boy yang membuka pintu dan mencatat jika ada pesanan lain seperti makanan atau minuman.

Adrian langsung menuju ke kamar mandi karena sudah gak tahan untuk pipis. Tanpa diketahuinya, Bu Kartika menyusulnya ke kamar mandi. Tangan Bu Kartika langsung menyergap penis yang baru saja selesai membuang air. Adrian kaget hingga hampir saja jatuh di kloset,tangannya sigap menapak di tembok menahan dorongan tubuhnya.

BERSAMBUNG ...


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com