"Apa yang kamu lakukan ini emang menakutkan, berbahaya,maksud ibu, wanita tidak akan pernah mampu melupakan kenikmatan seksual dengan berbagai gaya seperti ini Rian." Ujar Bu Anis yang masih menungging di depan meja rias.
"Seks yang ada hanyalah sekedar rutinitas, kewajiban, begitu bernafsu langsung bercinta setelah usai ya sudah. Kamu, yang seharusnya baru beranjak dewasa sudah memaksakan diri mu untuk menjadi dewasa hanya demi seorang Kartika" Lanjut Bu Anis.
Adrian yang berdiri di belakangnya hanya mengelus dan mengecup punggung mulus Bu Anis.
"Sssshhh..sudah Rian.." desis Bu Anis.
"Bu Kartika adalah cinta dan ekspresi seksual saya yang pertama, saya banyak belajar soal perasaan dan bercinta. Saya sengaja mendewasakan diri saya agar pantas untuk Bu Kartika." Ujar Adrian yang membungkukkan badannya mencium tengkuk dan pipi Bu Anis.
"Eeeehhhkk..hentikan Rian..eeeehhhkk.."
"Ibu bercinta dengan ku hanya untuk membuktikan cerita Bu Kartika?" Tanya Adrian.
Adrian membalikkan tubuh Bu Anis dan mendudukannya di meja itu. Kaki Bu Anis di kangkang kan dan tubuhnya merapat ke Bu Anis. Kedua tangannya menggegam tangan Bu Anis yang menapak di tepian meja. Wajah mereka berdekatan. Mata mereka saling menatap.
"Mppphhh"
Ciuman lembut dengan sedikit lumatan membuat Bu Anis memejamkan mata, ia benar-benar terbuai dengan ciuman Adrian.
"Ibu hanya penasaran, seperti apa kontol yang membuat Kartika begitu takutnya kecanduan."
Penis yang loyo seakan tersinggung, penis itu berdiri tegak dengan cepat.
Adrian mengarahkan kedua tangan Bu Anis untuk memegang penisnya.
"Sang Predator." bisik Rian sambil tersenyum.
Kedua tangan Bu Anis mengocok pelan penis yang semakin kekar.
"Benarkah Kartika yang menggoda mu?" Tanya Bu Anis, penis itu digesekkannya di bibir vaginanya.
"Ssssshhhh..oouuuhhhkk.." Bu Anis merasa geli di vagina karena ulahnya sendiri.
"Apakah itu yang diceritakan Bu Kartika?" Adrian balik bertanya, pinggulnya ditekan sehingga kepala penis itu menyeruak ke dalam vagina Bu Anis.
"Riaaann..ssssshhhh."
Bu Anis melepaskan tangannya dari penis Adrian dan berpindah mencengkeram tepian meja. Badannya bergetar, matanya menatap tajam penuh gairah.
Adrian menahan kepala penisnya yang sudah berada di dalam vagina Bu Anis dan memaju-mundurkan kepala penis itu.
Sensasi kegelian merayap cepat ke seluruh urat syaraf Bu Anis. Kakinya melilit pantat Adrian, punggungnya menempel di cermin. Kepalanya hanya mengantuk sebagai jawaban atas pertanyaan Adrian.
"Bukan salah saya kalau begitu, saya tergoda dan terjatuh dalam asmara, saya sampai harus belajar cara mencintai Bu Kartika sekaligus cara memuaskannya melalui novel-novel stensilan."
Pada gerakan maju mundur yang ke 5 dia menekan penisnya dalam-dalam ke vagina Bu Anis dan mendiamkannya beberapa saat. Mulutnya menyergap puting hitam yang tak berdaya di payudara kanan Bu Anis.
"Heeeeggghhhhhkkk..aaaauuuhhhhkk."
"Kamu gila Rian..Aaahhhkkk."
Mata Bu Anis melotot karena kaget dengan deraan nikmat yang teramat di vagina dan putingnya.
Adrian kembali memundurkan pantatnya hingga penis itu kembali ke posisi awal di bibir vagina Bu Anis dan kembali bergerak pelan.
"Kartika..eeeehhhkk..tidak menyangka kalau kamu jatuh cinta padanya. Dia pun seperti tidak sadar waktu mengajak mu bercinta pertama kalinya."
"Aduuuuhhhh..ooouuuhhkk..Riaaann."
Kembali hentakan keras pinggul Adrian membuat penisnya menghujam dalam-dalam vagina Bu Anis sesaat setelah Bu Anis selesai bicara.
Bu Anis mendongakkan kepala dan kali ini matanya terpejam. Ia seperti tidak sanggup menghadapi kegelian di dalam vaginanya.
"Memek Ibu basah sekali" Bisik Adrian menggoda.
"Sang Predator adalah pemberi makanan bagi memek Ibu yang kelaparan" Kata-kata vulgar itu bagaikan bensin yang menyiram api.
"Kontol mu ternyata lebih daripada cerita Kartika"
"Sang Predator baru melakukan gaya ini bersama Ibu, memek Ibu beruntung menjadi penerima pertama" bisik Adrian di depan wajah Bu Anis.
"Mppphhh..mmmppphhh." ciuman dan lumatan kedua bibir itu berlangsung ganas dan cepat.
"Apakah kontol ini akan selalu memberi makan pada memek ku?" Tanya Bu Anis tanpa malu dan melupakan kata hatinya sendiri yang tidak akan meminta untuk bercinta.
Adrian hanya diam dan menatap Bu Anis. Gerakan pinggulnya yang menghentak-hentak beserta remasan kuat di kedua payudaranya seakan menjadi jawaban.
"Aaaahhhkk..aaaahhhkk..ooouuuhhkk."
Kobaran api gairah Bu Anis langsung membesar, kekenyalan dan kekerasan penis Adrian yang menyodok vaginanya begitu dalam dan kegelian di payudara karena remasan tangan Adrian membuatnya hanya bisa mendesis dan mendesah. Entah sudah berapa kali vaginanya membuang cairan melalui lubang kenikmatan itu.
"Eeehhkk..Kartika tidak akan pernah mendapatkan kenikmatan kontol mu lagi sayang..ooouuuhhkk..ooouuuhhkk."
Ucapan Bu Anis disela desahannya seakan membangkitkan rasa rindu Adrian kepada Bu Kartika.
"Eenggghhh..eeeeemmmhhh.."
Hentakan pinggulnya semakin cepat.
"Ooouuuhhhkk..oooouuuhhhkk..Ooouuuhhhkk.."
"Cret..cret..cret."
Adrian sama sekali tidak mengendurkan serangan walaupun Bu Anis sudah lemas. Gerakan pinggulnya makin keras dan kuat. Kegelian di vagina Bu Anis yang dikiranya berhenti ternyata semakin menjadi-jadi.
"Riaaaannn..apa iniiii...aaaahhhhkkk..Riaaaannn!!"
"Aaaaaahhhkkk..Aduuuhhh..Ibu mau pipis!!"
Bu Anis mencoba menarik pantatnya agar vaginanya terlepas, tapi Adrian menahan pinggulnya sambil terus menyodokkan penis yang isinya sudah mencapai bagian kepalanya. Matanya tajam menatap Bu Anis yang hanya mampu menempelkan tubuh dan kepalanya di cermin
"Aduuuuhhhh...Aduuuhhh..Adriaaann!!"
"Serrr..serrr..serrr."
"Arrrggghhh..Bu Anisssss..eeehhhggg..eeeehgg.."
"Crot..crot..crot."
Rintihan Bu Anis diimbangi oleh gerakan Adrian menjadi paduan harmoni kenikmatan paling akhir.
Detak jantung mereka begitu cepat,nafas mereka memburu.
Bu Anis memeluk erat Adrian bagai tas panda yang dipakai didepan badan.
Penis Adrian yang KO itu mulai mengecil dan keluar dengan malas dari vagina Bu Anis.
Mereka berpandangan dengan tersenyum dan berciuman mesra cukup lama.
Adrian tidak merasakan adanya getar pada perasaannya saat mencium Bu Anis, berbeda jauh ketika ia mencium Bu Kartika.
Bercinta dengan Bu Anis menimbulkan kesan yang berbeda bagi Adrian. Bu Anis memang lebih binal dan liar. Tapi ia hanya ingin membebaskan penisnya dari jeratan nafsunya yang menggebu karena payudara dan bokong besar Bu Anis. Ia baru menyadari bahwa Bu Anis hanyalah pelampiasan rindunya kepada Bu Kartika. Cinta pertama itu ternyata tidak benar-benar hilang, ia masih ingin menyentuh ibu teman sekolahnya, KARTIKA PUJI.
Seusai ciuman mereka bergegas membersihkan diri lalu pulang. Senja itu telah berganti malam saat mereka keluar meninggalkan hotel.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Alam semesta ini bergerak tanpa kenal lelah, tanpa mau mengerti suasana hati , tanpa peduli perasaan manusia. Alam semesta hanya berputar mengikuti Matahari dan Bulan. Mengganti waktu secara konstan dan tidak akan ada yang berani menghentikannya. Alam semesta seakan mampu merubah suasana hati maupun perasaan seseorang dalam sekejap. Suka dan duka manusia seakan bisa ia bolak-balik sekehendaknya.
Kedua remaja itu begitu tegang, mata mereka kadang melotot kadang menyipit. Mulut keduanya seringkali mengumpat dan memaki.
"Asuuuu."
"Goblog eeee."
"Halaaahh."
Begitulah reaksi Adrian dan Chandra saat bermain PS ditengah jam pelajaran sekolah. Teman-teman sekelas mereka sibuk memperhatikan pelajaran, mereka berdua sibuk dengan Winning Eleven 1 di sebuah rental PS.
"Ndes, masih ngapelin Vena?" Tanya Adrian saat Chandra sedang gencar menyerang.
"Kere!!!"
"Menganggu konsentrasi!!" gerutu Chandra saat serangannya gagal.
"Aku serius nanya Su!!!" seru Adrian.
"Masih, tapi ya itu, nggak boleh ke mana-mana." Jawab Chandra.
Permainan itu pun masih berlanjut.
"Kamu antar jemput Vena sekolah?" Tanya Adrian lagi.
"Iya dong, cinta po rak????!!" Jawab Chandra.
"Fajar nggak ngelarang adiknya pacaran ma seorang gondes yang selalu cabut demi PS??" Goda Adrian.
"Nggak, cuma kemarin Ibu nya yang ngomongin aku agar jangan sering cabut sama km!" jawab Chandra.
Adrian pun menoleh tanpa menggerakkan joy stick nya.
"Modyaaaarrr!!!! 1-0 Ndes!!!" seru Chandra girang.
"Asuuu..curang kamu!" maki Adrian.
"Hahahahaha, fokus..fokus.." kata Chandra, 2 jarinya menunjuk matanya dan mata Adrian.
"Mosok Bu Kartika ngomong seperti itu Ndes??" Kata Chandra tidak percaya.
"Eh..Bu Kartika itu siapa??" Tanya Chandra keheranan.
"Nama Ibu nya Fajar dan Vena itu Kartika." jawab Adrian sedikit gugup.
"Kok kamu tau??"
"Aku yang setiap hari ke rumahnya aja nggak tau namanya." kata Chandra
Tangan dan mata mereka tetap aktif memainkan joy stick walaupun sedang asyik ngobrol.
"Sama calon mertua kok nggak tau namanya, gondes, gondes." ejek Adrian sambil menggelengkan kepala.
"Yang penting kan anaknya Ndes!!" jawab Chandra sengit.
"Kenapa sih kok kamu nggak boleh cabut sama aku?" Adrian penasaran.
"Ya nggak tau, aku juga nggak berani lah nanya-nanya kenapa. Yang penting kita tetep cabut dan tetep bermain PS bareng, biarlah mereka yang tidak suka karena mereka tidak pernah tau apa yang kita alami bersama selama ini." jawab Chandra untuk mengakhiri obrolan.
Mereka pun tenggelam dalam permainan PS itu sampai jam 13.30 karena waktunya Chandra menjemput Vena.
Mereka berpisah mengendarai motor masing-masing. Adrian langsung mengarahkan motornya pulang ke rumah.
"Rian, tadi ibunya temen mu ke sini." ujar Ibu Adrian sesampainya di ruang tengah rumahnya.
"Ibu temen ku?? Temen ku siapa Bu??" Dahi Adrian mengernyit.
"Fajar, katanya teman sekelas mu. Namanya Bu Kartika." kata Ibu nya sambil menonton sinetron Si Doel.
Deg. Deg. Deg.
Dada Adrian langsung bergemuruh mendengar nama Kartika.
"Ada apa Bu ke sini?" tanya Adrian sedikit gemetar,
"Jangan-jangan Bu Kartika mengadu ke Ibu" Batin Adrian.
"Bu Kartika cuma mampir pengen tau rumah temen deket anaknya."
"Fajar itu yang kayak apa sih?" Tanya Ibunya.
"Yang Ibu tau kan cuma Chandra, Hermawan, Nanang, Edi sama Ari doang, yang sering main ke sini."
Adrian masuk ke kamar tanpa menjawab pertanyaan Ibu nya.
"Oiya..besok sepulang sekolah kamu di suruh mampir ke kantornya Bu Kartika, ada titipan untuk Ibu." kata Ibunya dari ruang keluarga.
Adrian tetap diam tidak berkata apapun.
"Hei..diajak ngomong ibunya kok membisu!!"
Bentak Ibu nya
"Iya Bu..iya..yesss!!" Seru Adrian dari dalam kamar.
"Iya..iya..iya apa??!!!" Suara ibunya masih meninggi.
"Iya..besok Rian mampir ke kantor ibu nya Fajar." Jawab Adrian.
"Hemmm" Suara ibu nya langsung mereda.
Adrian di kamar kembali merenung. Pesan Bu Kartika ke Bu Anis menyuruhnya untuk sadar dan melupakan hubungan mereka, Bu Kartika berpesan kepada Chandra untuk menjauhinya. Sekarang, Bu Kartika malah mendatangi rumahnya.
Kembali, remaja itu sibuk menenggelamkan pikirannya ke lautan asmara yang sebenarnya tidak berarti banyak bagi masa depannya yang masih sangat jauh. Kelas 3 SMK seharusnya menyibukkan diri dengan persiapan kelulusannya tp saat ini ia justru sibuk menyelam untuk mencari "harta karun".
Remaja kencur itu dipontang-pentingkan perasaannya oleh seorang wanita separuh baya yang berpengalaman mengenai percintaan.
Penyelaman yang semakin dalam membuatnya hanyut dalam dengkuran halus. Adrian tertidur.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Siang itu begitu terik, Adrian berjalan gontai menuju ke pos satpam sebuah Bank yang terkenal di Indonesia.
"Siang Pak." sapa Adrian
"Siang juga dik. Ada perlu apa?" Sapaan dan pertanyaan khas seorang satpam.
"Saya ke sini ada perlu ketemu sama Ibu Kartika Puji." kata Adrian.
"Adik yang bernama Adrian?" Tanya Pak Satpam.
"Iya Pak." Jawab Adrian.
"Tadi Bu Kartika nitip ini untuk diberikan kepada seorang pelajar bernama Adrian. Saya minta kartu OSIS nya dik" Ujar Pak Satpam sambil menyerahkan sebuah tas plastik hitam. Adrian memberikan kartu OSIS nya, kemudian di catat dan Adrian disuruh menandatangani di sebuah buku batik panjang.
"Hanya ini ya Pak??" Kata Adrian dengan heran.
"Iya, tadi Bu Kartika cuma titip dan pesan itu saja Dik." Kata Pak Satpam yang kemudian kembali sibuk dengan pekerjaannya.
"Di suruh mampir ke kantornya cuma disuruh ngambil tas plastik doang???" Batin Adrian dengan jengkel.
"Kirain bakal ketemu lalu bercinta, haaahh, harapan mu semu Adrian."
Tanpa memeriksa tas plastik itu,Adrian langsung pulang.
Karena haus ia mampir di warung es soda gembira Mbah Jo yang berada di sebelah gereja kecil.
"Siapa tau soda gembira bisa menggembirakan ku." gumam Adrian setelah memarkirkan motor di sebelah warung.
"Mbah, soda gembira njih." pesan Adrian ke seorang nenek penjualnya.
Warung itu kecil berada di tepi selokan besar. Hanya ada 1 kursi panjang di sebelah kanan yang berdempetan dengan tembok klinik kesehatan gereja dan 1 lagi di depan meja yang berisi beberapa toples untuk es campur, kletikan dan gorengan. Di sisi kanan dan belakang berjejer- jejer aneka minuman bersoda maupun teh botol. Warung itu selalu ramai apalagi di cuaca panas seperti ini.
Adrian duduk di kursi panjang lalu menyulut rokok yang dia beli ketengan di warung itu. Karena ingin tau apa isi tas plastik itu dia pun membukanya. Hanya beberapa daser batik baru. Matanya melihat lipatan kertas, ia ambil dan buka lipatan kertas itu
"Really thought that I could live without you
Really thought that I could make it on my own
Sent you away, yeah I said, "I didn't need you"
I let you go, I let you go, I let you go
Now I'm so lost without you, now you're not here and now I know
Lonely is the night when I'm not with you
Lonely is the night ain't no light shining through
Till you're in my arms till you're here by my side
Lonely am I
Never thought that I, that I would need you
Never thought that I, that I'd be missing you
Gotta get you back I've just got to find a way now
To let you know, to let you know, to let you know
That I'm so lost without you, now this world just ain'tright
Lonely is the night when I'm not with you
Lonely is the night ain't no light shining through
Till you're in my arms till you're here by my side
Lonely am I
I can make it through the day, I can fake it okay
I just smile and pretend and I tell myself I'll be alright
But lonely is the night, lonely is the night"
Hanya berisi lirik lagu????
BERSAMBUNG ...