In my life there's been heartache and pain
I don't know if I can face it again
Can't stop now, I've traveled so far
To change this lonely life
I wanna know what love is
I want you to show me
I wanna feel what love is
I know you can show me
I'm gonna take a little time
A little time to look around me
I've got nowhere left to hide
It looks like love has finally found me
In my life there's been heartache and pain
I don't know if I can face it again
I can't stop now, I've traveled so far
To change this lonely life"
Lagu Foreigner terdengar lembut di sebuah kamar hotel. Lagu itu mengiringi lumatan bibir seorang remaja di bibir wanita paruh baya yang ditemuinya di sanggar senam tadi. Mereka berdiri telanjang dan berpelukan di depan meja rias yang terletak di pojokan kamar.
"Mmmppphhh"
Lilitan lidah yang beradu menghasilkan liur yang perlahan menetes dari mulut mereka.
"Mmmppphhh"
Lumatan dan pagutan kedua bibir itu terlihat seperti perebutan juara mencabut koin yang ditancapkan di pepaya yang dilumuri oli bekas di lomba 17an.
Remasan tangan Adrian di bokong sekal wanita paruh baya itu semakin meningkatkan intensitas serangan bibir si wanita untuk mencabut koin lebih banyak.
Tangan Adrian bergerak menyusuri punggung mulus, membelainya lembut membuat bulu halus di punggung itu meremang.
"Mmmppphhh, eeeehhhh." Lenguhan wanita itu terdengar sensual saat birahinya semakin naik.
Wajahnya mulai memerah karena gairah, mata yang sayu dan bibir yang bergetar terlihat saat si remaja melepaskan ciuman dan memandanginya.
Senyuman menggoda penuh birahi tersungging di mulut si remaja, dibalikkannya tubuh si wanita sehingga terlihat kesintalan tubuhnya di pantulan cermin meja rias. Tangan remaja itu mengelus perut yang sedkit berlemak tapi berkulit halus itu.
"Sssssshhhh..aaaaahhhh." Desisan dan desahan wanita paruh baya itu terlontar liar saat bibir dan lidah si remaja menjilat dan menyedot bak lintah di leher jenjangnya.
"Ooouuuhhh..eeeeuuuhhh." Kedua jari telunjuk remaja itu mengelus mengelilingi areola nya, menimbulkan sensasi kegelian pada puting payudaranya.
"Sentuh putingnya..ooouuuhhh..sentuuuh."
Bibirnya gemetar menahan kegelian yang melanda sekujur tubuhnya.
"Aaaaahhhh" Puting yang dijepit diantara jari telunjuk dan jempol mengakibatkan jeritan tertahan dan lentingan tubuh wanita itu.
"Ooouuuhhh..ooouuuhhh."
Jilatan dan ciuman di tengkuk, pilinan di putingnya, gesekan penis diantara pahanya membuat desahan wanita itu menjadi-jadi. Tubuhnya menggeliat liar akibat siksaan birahi yang menderanya.
"Tete ibu lebih bagus,besar dan kenyal sekali." Bisik remaja itu di telinga si wanita.
"Remas yang kuat tete Ibu sayang." Gemetar suara wanita itu makin menambah keseksiannya.
"Eeeeeeuuuuuhhh..sayaaaangggg."
Tangan wanita itu menapak di meja rias untuk menopang tubuhnya agar tidak ambruk. Ciuman demi ciuman dari pundak hingga ke punggung dibarengi remasan kuat di payudara dan gesekan penis di bibir vaginanya seakan meringkusnya. Wanita itu sungguh tak berdaya dan hanya mampu melenguh dan mendesah.
Ciuman remaja di punggung wanita itu semakin menurun diiringi dengan tangan yang telah melepaskan payudara dari cengkeramannya. Tangan itu merambat turun ke perut mengarah ke selangkangan. Ciuman itu pun turun mengarah ke pantat. Penisnya ditarik menjauh dari vagina yang telah basah kuyup.
Di tariknya kursi kecil di bawah meja, diangkatnya satu persatu kaki wanita itu dan menekuk lututnya di kursi itu. Paha yang merapat semakin memperlihatkan vagina yang terlihat mengembung di tengahnya.
"Oh my......aaaaaaahhhh..oouuuuhhh."
Sengatan kenikmatan itu merayap perlahan saat lidah si remaja membelah bibir vagina wanita paruh baya itu. Lidah yang menyeruak masuk ditambah elusan lembut di paha dan pantatnya membuatnya mendongakkan kepalanya dan memejamkan mata. Dia serasa terbang.
"Ibu gak kuat sayaaaanggg...eehhgg." Jari tengah yang mengocok lembut vagina dan goyangan lidah yang menyentuh klitorisnya seperti membuka kran di dalam vaginanya untuk mengucurkan cairannya semakin banyak.
"Aaaaaahhhhhh...seeeerrrr...."
Sedotan kencang di klitorisnya menjadi puncak birahinya. Badannya mengejang,wajahnya menunduk dan matanya terpejam menandakan ia telah mencapai puncaknya. Lumeran cairan kewanitaannya merembes hingga ke paha dan lutut.
"Heeehh..heeeehh..heeehh." Deru nafasnya begitu cepat.
Wanita paruh baya itu berusaha mengatur nafas dan detak jantungnya. Tenggorokannya terasa kering.
"Tolong ambilkan Ibu minum." Katanya dengan gemetar.
Remaja itu bangkit, mengambilkan botol air mineral di dekat ranjang. Wanita paruh baya itu menegaknya dan minum hampir separuhnya.
"Predator itu bukan memangsa, Predator itu memberikan makanan." Bisik lembut si remaja di teling wanita yang masih lemah menungging di depan meja rias.
"Kuatkanlah Bu..perjalanan kita sepertinya sedikit panjang sore ini" Ucap si remaja sambil mengarahkan penisnya di vagina wanita paruh baya itu.
"Blessss"
"Ssssssshhh..memek Ibu lebih nikmat." Desisnya saat penis yang telah mengeras itu menghujam vagina becek di depannya.
"Ooouuuggghhh..Riaaann." desah wanita paruh baya itu.
Ya..remaja itu adalah Adrian. Remaja yang sedari pagi hingga sore bingung dan bimbang, saat ini seolah sedang melampiaskan kekalutannya.
Ia seolah ingin menunjukkan tajinya, memerkan bakat bercinta yang secara alamiah terasah oleh bacaan stensil.
Adrian secara lembut dan konstan menghujamkan penisnya.
"Aaahhh..inikah Predator itu Rian?"
"Oooouuuhhh...ooouuuhhh."
Racauan dan desahan yang dibumbui obrolan vulgar adalah pemicu gelombang kenikmatan mereka.
Kedua siku tangan wanita separuh itu ditarik ke belakang sehingga tubuh mereka menjadi sejajar. Hujaman penis Adrian semakin kuat dan dalam. Hembusan nafas Adrian di punggung putih mulus itu seakan membuka pori-pori kulitnya,keringat yang keluar semakin deras.
"Terus Riaaaann..kontol mu masukin semakin dalaaam..aaaaahhh..aaaahhh."
Adrian adalah tetaplah seorang remaja, setenang dan se rileks apapun dia tidak akan kuat bertahan dengan besarnya nafsu dalam dirinya. Melihat wajahnya sendiri dan wajah wanita paruh baya yang sudah dipenuhi oleh nafsu syahwat di cermin meja rias itu membuatnya tidak mampu bertahan terlalu lama.
"Memek Ibu benar-benar nikmat, eeeeerrrggghhhh.."
"Lihatlah wajah kita yang seakan lapar oleh kenikmatan ngentot ini Bu." Kata Adrian
Wanita paruh baya itu membuka mata dan melihat wajah mereka berdua yang semakin memerah dan sayu membuat gelombang itu mendekati puncaknya.
"Kontol mu adalah Predator itu Rian..oooouuuhhh."
"Dan ternyata Ibu suka menjadi mangsa mu..aaaaahhh..aaaahhh"
Desahan wanita itu menjadi jeritan kecil. Goyangan pinggul Adrian yang semakin cepat membuat arus cairan kewanitaannya meninggi dan akhirnya gelombang itu menerpanya mereka.
"Ibuuuuu..aaaaarrrrrgggghhhh..." Geram Adrian ketika kepala penisnya seakan meletus mengeluarkan lahar panasnya.
"Crot..crot..crot.."
"Aaaaaaaaahhh..aaaaaahhhh..aaaaaahhhh." Jeritan kepuasan itu kembali terdengar untuk yang kedua kalinya.
"Seeerrr...seerrr..seerr."
Keduanya terkulai di depan cermin,kedua tangan Adrian berada di kedua pundak wanita paruh baya yang menopangkan tangannya di cermin. Keduanya gemetaran,nafas keduanya memburu,keringat mereka menetes di lantai.
"Ibu layak menjadi pengganti Bu Kartika." Kata Adrian setelah melepas penisnya dari dalam vagina Bu Anis.
Iya, Bu Anis, wanita paruh baya yang menyuruhnya datang ke sanggar senam itu seperti terpikat oleh dua kali ciuman Adrian. Sukar baginya melupakan kejadian itu. Apalagi dia sudah mendengar cerita dari Bu Kartika soal bagaimana Adrian saat bercinta.
Previous.
Berhari-hari dia merencakan bagaimana bisa ketemu dengan Sang Predator. Ide surat itu adalah sebuah perjudian baginya. Beruntunglah karena perjudian itu dimenangkannya dengan kedatangan Adrian untuk menemuinya. Setelah dari sanggar senam itu dia hanya menyuruh Adrian pulang untuk berpamit ke orang tuanya, dia menunggu di depan jalan raya dengan mobilnya lalu mengajak pergi ke hotel atas petunjuk Adrian
"Di hotel ini kah kamu dan Kartika bercinta?" Tanya Bu Anis saat keduanya memasuki lobi hotel. Mereka berdiam di dalam mobil.
"Iya Bu." Jawab Adrian.
"Di mana kamar yang biasanya kalian pakai?" Tanya Bu Anis lagi
"Kami cuma sekali bercinta di sini."
"Kenapa Ibu begitu penasaran dengan apa yang kami lakukan?"
"Ibu sudah mengetahui semuanya kan??"
"Ibu memperingatkan saya untuk tidak mengingat lagi Bu Kartika tapi kenapa Ibu malah menyuruh saya menunjukkan hotel ini?"
"Apa yang Ibu inginkan lagi?"
Berondongan pertanyaan Adrian seperti sebuah ketakutan daripada rasa penasaran. Berbagai teori tidak mengenakkan telah memenuhi otaknya.
"Di mana kamarnya Rian?" Tanya Bu Anis tanpa menghiraukan pertanyaan-pertanyaan Adrian.
"14"
"Saya akan tanya ke resepsionis" ujar Bu Anis lalu keluar berjalan ke meja resepsionis.
Tak lama kemudian Bu Anis kembali ke mobil.
"Kata resepsionisnya mobil diparkir di depan kamar, kamu pasti sudah tau itu kan?" Kata Bu Anis sambil menjalankan mobil menuju kamar no. 14.
Adrian ikut turun saat Bu Anis mematikan mesin dan keluar. Dia membuka pintu kamar dan masuk. Mereka berdiri di depan TV.
"Di mana saja kalian bercinta?" Tanya Bu Anis dengan wajah merah, marah atau bergairah?? Entahlah.
"Bukankah Bu Kartika sudah menceritakannya kepada Ibu?" Adrian balik bertanya. Dia mulai panik.
"Kartika hanya bercerita kalian bercinta tapi tidak semuanya. Hanya soal kemahiran mu dan kenikmatannya saja." Jawab Bu Anis, suaranya mulai sedikit gemetar, entah marah, entah bergairah.
"Pertama di ranjang, lalu di sofa, terakhir di kamar mandi." Jawab Adrian yang sedikit takut.
Bu Anis lalu duduk di sofa itu, tanpa sadar ia memejamkan mata, entah apa yang dipikirkannya. Adrian tetep berdiri tanpa bergerak sama sekali. Hanya matanya yang tajam mengamati wanita paruh baya yang mengenakan dress panjang biru muda bergaris dengan seluruh kancing berada di depan. Mata yang tidak pernah bisa beralih ke arah lain selain payudara besar yang terbungkus bra berwarna krem yang terlihat dari celah kancing. Duduknya yang menyilangkan kaki menampakkan sedikit paha putih mulus.
Antara panik dan takut, penisnya yang menggeliat akibat kemesuman matanya memastikan bahwa nafsunya pun turut hadir.
"Duduklah Rian, sini duduk dekat Ibu." Perintah Bu Anis
Adrian duduk agak berjarak dari Bu Anis.
"Kenapa?? Kamu takut??" Tanya Bu Anis seperti menggoda.
Adrian hanya diam, matanya tajam menatap Bu Anis.
"Kenapa kamu bilang Ibu sebaiknya jadi pengganti Kartika?" Tanya Bu Anis
"Karena saya suka payudara dan bokong Ibu."
Jawab Adrian mulai santai.
Otaknya yang cerdas mengenai percintaan seakan mulai paham ke mana arah Bu Anis.
"Adrian!!!!" Seru Bu Anis yang merubah duduknya menghadap Adrian.
"Dan hanya Bu Anis yang menyerupai Bu Kartika."
Bu Anis melotot dan mukanya semakin merah. Entah marah entah bergairah.
"Saya tau kenapa Ibu menyuruh saya menunjukkan kamar ini." Ucap Adrian
"Apa!!" Seru Bu Anis.
"Ibu memang ingin menjadi penggantinya kan??" Tudingan Adrian begitu telak.
"Cih!!!" Elak Bu Anis yang bangkit berdiri.
Adrian pun bangkit berdiri.
"Mari kita pulang Bu." Kata Adrian.
Bu Anis tidak menjawab,hanya diam dan menatap Adrian.
Adrian mendekati Bu Anis,
"Mau apa kamu??" Gertak Bu Anis, entah marah, entah bergairah.
Adrian diam,dia semakin mendekatkan wajahnya. Kedua mata itu saling menatap, tatapan keduanya sulit diartikan.
Lidah Adrian menjilat kedua bibir Bu Anis.
Bu Anis hanya diam matanya tetap melotot.
Bibir Adrian melumat seluruh bibir Bu Anis, diikuti jilatan lidahnya. Mata Adrian terpejam.
Gemuruh di dada Bu Anis menjadi pembuka deburan ombak gairah. Ia pun memejamkan mata tanpa memberikan respon pada lumayan dan jilatan Adrian.
Adrian yang gemas mendorong kasar tubuh Bu Anis ke atas ranjang.
Bu Anis yang bersimpuh di atas ranjang hanya berdiam menatap Adrian. Ia menyadari bahwa deburan ombak gairah itu sebentar lagi akan menjadi gelombang birahi.
Ia tidak ingin memulai dan meminta!!
Adrian dengan tergesa melucuti sendiri pakaiannya. Penisnya belum seberapa keras.
Nafas Bu Anis semakin lama semakin memburu walaupun ia mencoba bertahan.
Adrian tersenyum simpul, otak mesumnya kembali menunjukkan kecerdasannya.
Ia segera naik ke atas ranjang dan berdiri membangkang, penisnya tepat berada di wajah Bu Anis.
"Saya tau Ibu menginginkan kontol ini, perlakukanlah dengan baik maka Ibu akan mendapatkan apa yang Ibu inginkan." Kata Adrian penuh tekanan.
Bu Anis masih terdiam, matanya tertuju ke penis yang berada depan mulutnya. Penis itu bergerak naik turun menggeliat,
"Menggemaskan seperti pemiliknya."
Syahwat yang mulai naik seakan menuntun tangannya untuk memegang penis yang baru setengah sadar. Dengan lembut ia mengelus mulai pangkal hingga ujungnya. Bibirnya pun seperti terdorong menempel di ujung penis itu. Matanya tajam menatap si pemilik penis.
"Tunjukkan kalau Ibu lebih binal dari Bu Kartika." kata Adrian memprovokasi.
Jilatan dan kecupan di seluruh penis bak pembuka kisah pertempuran syahwatnya melawan Sang Predator. Penis yang mulai tersadar perlahan bangkit untuk menunjukkan peran vitalnya dalam pertempuran ini. Seluruh urat penis itu membesar menjadikan penis itu semakin keras dan kekenyalannya seakan menghipnotis mulut Bu Anis untuk membuka dan melahapnya.
"Ssssshhhh..eeeeemmmhhhh."
Desahan awal Adrian seolah menimbulkan semangat bagi mulut Bu Anis untuk mengulum dan mengoral. Tangannya pun dengan cekatan membuka seluruh kain yang melekat di tubuhnya. Ia melakukan itu dengan penis Adrian masih di mulutnya.
"Aaahhh..mulut Ibu..aaarrggghh."
Sedotan yang disertai jilatan saat penis di dalam mulut Bu Anis membuat Adrian bergetar. Pertahanannya masih cukup kuat.
Bu Anis yang masih bersimpuh,tersenyum semakin menggoda.
"Remaja ini harus diberi pelajaran!" batin Bu Anis
Gerakan mulutnya semakin cepat, kepalanya maju-mundur,maju-mundur disertai sedotan yang kuat.
"Aaaarrrggghhhh."
Geraman Adrian seakan memperkuat benteng pertahanan di penisnya. Ia pegang kepala Bu Anis lalu menghujamkan penis itu sedalam-dalamnya hingga menyentuh kerongkongan Bu Anis.
Gairah Bu Anis semakin besar dengan gerakan Adrian yang kasar. Dia suka sex yang liar dan kasar tapi menikmati juga sex yang lebih lembut.
Ia berlutut,meletakkan penis di belahan payudara lalu mengocok penis itu dengan payudaranya. Lidahnya pun menjilat tatkala penis itu timbul diantar kedua payudaranya. Penis itu terlihat seakan timbul-tenggelam di belahan payudara Bu Anis.
"Ooouuuggghhh..Tete Ibu tak kalah enak dengan mulut Ibu..Aaarrrrgghh."
Adrian menyadari bahwa penisnya akan menyerah jika dia memaksakan diri untuk bertahan dengan posisi ini. Ia dorong Bu Anis hingga jatuh telentang di atas bed. Dengan garang, bibir Adrian langsung menyerang vagina Bu Anis.
"Sssshhh..Ooouuuggghh."
Adrian merasa girang mendengar desahan seksi Bu Anis. Lidahnya menyapu bibir vagina yang wangi, jari tengahnya mengobok-onok liar dan lidahnya bergerilya mencari klitorisnya.
"Aaaaaaahhhh.. Riaaaaannn..apa iniii..ooooouuuhhhh."
Jeritan kenikmatan itu terlontar saat lidah Adrian mempermainkan klitorisnya. Hal baru menimbulkan kenikmatan baru, itulah yang dialami oleh Bu Anis. Ia tidak pernah menyangka bahwa permainan lidah Adrian benar-benar hebat seperti cerita Kartika kepadanya. Ia tidak pernah merasakan vaginanya di oral.
"Uuuuhhhh..enak sekali."
Vaginanya terasa sangat basah, rangsangan lidah dan jari tengah Adrian di vaginanya benar-benar menghentak seluruh sendi tubuhnya.
"Mari kita mulai babak utama Bu."
Adrian berlutut dan mengarahkan penisnya di bibir vagina Bu Anis, digesek-gesekannya ujung kepala penis itu di bibir vagina dan klitorisnya.
"Masukin kontol mu Rian..masukiiinn." pinta Bu Anis dengan mata yang telah sayu. Ia lupa dengan janji dirinya sendiri untuk tidak meminta.
"Blesss"
"Oooohhhhh."
"Eeeggghhhh"
Keduanya melenguh.
Tanpa basa basi Adrian menggempur dengan cepat. Pinggulnya konstan bergerak cepat dan kuat.
"Aaaaahhhh...Riaaan..aaahhhh."
"Memek Ibu ternyata lebih enak lagi dari mulut dan tete Ibu" Puji Adrian.
Penisnya serasa dijepit dengan kuat sehingga gesekan kepala penisnya terasa semakin nikmat. Vagina itu mencengkeram.
Bu Anis segera mengaktifkan kegel mode on begitu ia merasakan penis yang keras itu serasa memenuhi seluruh rongga vaginanya. Jurus andalan yang membuat suaminya tidak akan bertahan lebih dari 10 menit.
Tapi Adrian adalah remaja yang giat belajar mengenai sex, artikel dan novel mengenai teknik bercinta ia pelajari dengan baik.
Dia tau bagaimana bertahan dari serangan jurus kegel Bu Anis. Dia mendiamkan penisnya begitu vagina Bu Anis terasa mengurut dan memijat.
"Ooouuuggghhh..goyang lagi Rian.." kata Bu Anis sambil menatap sayu. Adrian hanya diam.
Bu Anis yang jengkel langsung memundurkan pantat untuk melepaskan vaginanya lalu bangkit dan mendorong tubuh Adrian sehingga kini gantian Adrian yang telentang.
Bu Anis langsung berjongkok.
"Bleeessss"
"Sekarang giliran Ibu untuk mengalahkan mu."
"Ssssshhhh...uuuuhhhh"
Desisan itu dibarengi dengan goyangan memutar dan naik turun pantatnya.
"Eeeeemmmhhhh." geram Adrian
Tangannya menggapai dan meremas payudara yang bergoyang seiring gerakan pantat Bu Anis.
"Ibu binal, Ibu hot, Ibu nikmat" Adrian menyerang mental Bu Anis, dan serangan itu menunjukkan hasil.
"Kartika tidak berbohong, kontol mu memang enak dan kuat sayang."
"Ooouuhhh..Ooouuhhh.."
Obrolan kecil itu semakin membuat pertempuran syahwat itu semakin seru.
Vagina Bu Anis terlalu basah,meluber hingga ke selangkangan Adrian. Sepertinya hasil akhir dari pertempuran ini sudah terlihat.
Tapi Adrian harus menunjukkan siapa dia. Dia angkat sedikit pantat Bu Anis. Ia hujamkan dengan keras dan dalam penisnya berulang kali di vagina Bu Anis.
"Oooouuuu..jepit lagi kontol ku Bu..eeerrrggghhh."
Bu Anis yang sepertinya sudah semakin lemah hanya mampu menahan pantatnya agar tidak turun. Pilihan jemari di kedua putingnya serta remasan kuat di kedua payudaranya semakin memperlihatkan tanda-tanda kekalahannya.
"Riaaaaannn...Ibu gak kuat lagiiii..aduhhhh..aaaaahhhhhhhh"
"Cret..cret..cret."
Jeritan kekalahan sebagai pemuncak pertama dalam pertempuran syahwat ini terdengar begitu seksi. Kecipak suara gempuran penis Adrian adalah bukti jebolnya tanggul cairan kewanitaan Bu Anis
Goyangan pinggul Adrian pun semakin liar dan tidak terkendali..
"Aaaaaarrrgggghhhhh.."
"Crot..crot..crot.."
Dan pertempuran itu pun usai.
BERSAMBUNG ...